MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
KENDARI
2019
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Kangker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening
dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium
sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari
Kanker ovarium berasal dari sel – sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel
germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis
organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan
1. Tumor epithelial
umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor
ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis
tumor yang paling sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis
kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas
teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang
berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignan Potential ) Beberapa gambaran EOC
dari emeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih.
2. Tumor germinAL
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk
2
keganasan sel germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus
endodermal. Insiden keganasan tumor germinal terjadi pada usia muda kadang
dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi kemoterapi harapan hidup satu tahun
kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10 – 19% sekarang ini 90 %
dipertahankan.
3. Tumor stromal
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan,
bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker
dengan derajat keganasan yang rendah. Stadium kanker ovarium primer menurut
STADIUM I
suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di
permukaan luar, kapsul utuh. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium,
tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau
kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan
STADIUM II
Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan kepanggul Stadium
2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba Stadium 2b : perluasan jaringan
pelvis lainnya Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
3
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang
STADIUM III
Tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar
pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel
histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum Stadium 3a : tumor terbatas di
pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan
peritoneum abdominal. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
2 cm, dan kelenjar getah bening negativ. Stadium 3c : implant di abdoment dengan
diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV
Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila
efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke
permukaan liver.
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih
baik.
4
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, adapun penyebab dari kanker ovarium
yaitu:
1) Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
Faktor Resiko :
b) Merokok
c) Alkohol
g) Infertilitas
h) Menstruasi dini
5
C. PATOFISIOLOGI
Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjadi tumor primer
dimana akan terjadi infiltrasi di sekitar jaringan dan akan terjadi implantasi. Dimana
implantasi ini merupakan cirri khas dari tumor ganas ovarium. Gejala yang terjadi pada
kanker ovarium adalah gejala samar dan ascites. Ascites adalah kelebihan volume cairan
di rongga perut, sedangkan gejala samarnya yaitu : perut sebah, makan sedikit tapi cepat
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis terutama berupa rasa tidak enak perut bawah atau tenesmus,
pada stadium awal dapat timbul asites; dengan cepat kanker tumbuh melampaui kavum
pelvis hingga ke abdomen hingga teraba massa; haid tidak teratur, dapat timbul
perdarahan per vaginam Tanda & Gejala pada pasien Kanker Ovarium,,
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
3. Menoragia
5. Menopause Dini
7. Dispepsia
6
9. Sering Berkemih
10. Flatulenes
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
3. Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta – HCG dan
ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang
terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati,
fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem
satu lagi di resesus posterior kavum pelvis, ujungnya difiksasi di dinding abdomen.
Obat yang diinfuskan biasanya FU, DDP, CTX dll. di dalam 3000-4000cc larutan
7
garam faal. Sebelumnya larutan itu dipanaskan hingga 42°C, dan upayakan
temperatur itu dipertahankan. Lalu melalui satu tabung silicon dialirkan ke rongga
abdomen, setelah 8-12 jam larutan dikeluarkan lewat tabung yang lainnya. Kecepatan
pemberian adalah 500cc per jam. Setiap minggu dilakukan 1-2 kali. Efek buruknya
berupa sakit perut, untuk itu dapat serentak diberikan lidokain intraperitoneal.
umumnya digunakan vaksen kuman Serratia marcescen(S311), 1cc per kali. Pasca
injeksi dapat timbul demam yang mencapai 39oC, 2-3 jam kemudian reda spontan.
3. Krioablasi argon-helium: terhadap massa ovarium, tidak peduli itu lesi primer atau
metastasis rongga pelvis dan dinding abdomen, dapat memakai krioablasi argon-
helium. Metode ini setara dengan operasi debulking, rudapaksa bagi pasien jauh lebih
4. Terapi intra-arteri: melalui arteri femoralis dimasukkan kateter hingga mencapai arteri
ovarial, suntikkan emulsi campuran kemoterapi (misal DDP) dan lipiodol. Jepang
melaporkan terapi dengan cara ini, setelah 1 bulan massa ovarium menyusut rata-rata
Seorang pasien dari kota Shenyang di RRC, usia 56 tahun, kavum pelvis penuh
dengan tumor disertai asites, setelah terapi intra-arteri dan krioablasi argon-helium,
G. KOMPLIKASI
Akibat radiasi atau penyinaran maka timbul komplikasi: indung telur mati terkena
radiasi akibatnya hormone pun mati,padahal hormone diperlukan untuk gairah seksual
8
dan haid juga mencegah osteoporosis, komplikasi lainnya antara lain luka bakar pada
H. PENCEGAHAN
3. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa histerektomi juga akan mengurangi risiko
kanker ovarium. Namun, tidak dianjurkan untuk memiliki prosedur ini dilakukan
kecuali jika itu adalah alasan medis yang baik untuk melakukannya. Jika seorang
wanita telah melalui menopause atau mendekati menopause maka mungkin ide yang
9
PENGKAJIAN GINEKOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DI RUANG
Jam :09.00
No Register :-
A. BIODATA
1. Identitas istri/ibu
Nama : Ny. m
Umur : 19 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Lamanya :-
10
Perkawinan yang ke :1
2. Identitas suami
Nama : Tn. S
Umur : Almarhum
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : wiraswasta
Status Perkawinan :-
Lamanya :-
Perkawinan yang ke :1
Alamat :-
Tanggal kunjungan :-
B. DATA BIOLOGIS/FISIOLOGIS
Riwayat keluhan Utama : Klien mengatakan ada peneluaran darah dari jalan
11
7) Usaha klien untuk mengatasi keluhan : berbaring
Nutrisi
Eliminasi
12
3) Kebersihan GIMUL : Bersih
4) Kebersihan genetalia :-
Kebutuhan istrahat/tidur
2) Kesadaran : composmentis
4) Berat badan : 48 kg
TD :160/100 mmhg
N : 78 x/menit
S : 36,50C
P : 20 x/m
7) Wajah
13
Ekspresi wajah : tampak meringis
8) Inspeksi Mata
Kebersihan : bersih
Konjungtiva :anemis
9) Inspeksi hidung
Kesimetrisan :simetris
Payudara : simetris
Jantung : normal
14
A. ANALISA DATA
15
2. DS Poliresi kista Ansietas
Klien mengatakan
kwatir tentang
penyakitnya Terapi radiasi
Klien mengatakan
cemas saat akan di
lakukan Kerusakan sel sekitar rambut rontok,
kemoterapi penurunan,hemotopoetik,anemia,penur
DO unan produksi eritrosit
-klien Nampak
lemah Koping individu yang efektif
- lien Nampak
cemas Ansietas
3. DS Ca ovarium Ketidakseimbanga
-klien mengatakan n nutrisi kurang
nafsu makannya Kista dari kebutuhan
menurun, tubuh
-malas untuk Pembesaran massa
makan
-BB sebelum sakit Usus tertekan
52
DO Mual muntah
-klien Nampak
kurus
-klien Nampak Asupan nutrisi in adekuat
lemas
-BB : 40 Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
B. INTERVENSI
16
terkontr Monitor tanda vital
ol sebelum dan sesudah
memberikan analgesic
Tingkat nyeri nerkotik paa pemberian
dosis pertama kai atau
Indicator Awa target jika ditemukan tanda-
l tanda yang tidak biasa
Ekspresi 2 4 Kolaborasikan
nyeri wajah dengandokter apakah
obat dosis, rute
pemberian atau
perubahan internal di
butuhkan buat
rekomendasi khhusus
berdasarkan prinsip
analgesic
Dokumentaskanrespon
terhadap analgesic dan
adanya efek samping.
Manajemen nyeri
Lakukan pengkajiannyeri
komprehensif yang
meliputi lokasi
karakteristik, onset durasi
frekwensi , kwalitas
intensitas atau beratnya
nyeri dan factor pencetus.
Evaluasi bersama pasien
atau dengan tim
kesehatan lainnya
mengenai efektifitas
tindakan
pengontrolannyeri yang
perna digunakan
sebelumnya
Ajarkanprinsip-prinsi
manajemennyeri
Kolaborasi dengan pasien
orang terdekatdan tim
kesehatan lainya untuk
memilih dan utnuk
mengimplemntasikan
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi sesuai
kebutuhan
17
2 Ansietas Setelah dilakukan intervensi 1. pengurangan
keperawatan 1x 8 jam diharapkan kecemasan
ansietas pada pasien teratasi - instruksikan klien untuk
menggunakan teknik
1. tingkat kecemasan relaksasi
- jelaskan semua prosedur
indikato aw target termasuk sensasi yang
r al akan dirasakan mungkin
Berjalan 2 4 akan dialami pasien
mondar selama prosedur
mandir dilakukan
- identifikasi pada saat
terjadi perubahan tingkat
kecemasan
- dorong keluarga untuk
mendampingi klien
dengan cara tepat.
18
C. CATATAN PERKEMBANGAN
19
- dokumentasikan respon
terhadap analgesic dan
adanya efek samping
14.30 Ansietas 1.pengurangan S : klien
kecemasan mengatakan rasa
- mengkaji untuk tanda kecemasannya
verbal dan non verbal berkurang
- intruksikan klien untuk O : Nampak
menggunakan teknik klien sudah tidak
relaksasi cemas lagi pada
14.40 -jelaskan semua saat sebelum
prosedur termasuk kemoterapi
sensasi yang akan A : masalah
disarankan yang keperawatan
mungkin akan dialami cemas teratasi
pasien selama prosedur
berlangsung
- indentifikasi pada saat P : intervensi di
terjadi perubahan tingkat lanjutkan
kecemasan
- dorong keluarga untuk
mendampingi klien
dengan cara tepat
17.30 Ketidakseimbangan 1. menajemen gangguan S : klien
nutrisi kurang dari makan mengatakan
kebutuhan tubuh - monitor intake/asupan sudah sering
dan cairan yang tepat makan sedikit
monitor asupan makanan sedikit
harian O : Nampak
- obsevasi klien selama klien makan
dan setelah pemberian buah dan nasi
makanan ringan tetapi dalam
-dorong klien untuk porsi sedikit
memonitor sendiri A : masalah
asupan makanan harian keperawatan
dan menimbang berat nutrisi belum
badan secara tepat. teratasi
- monitor berat badan P : intervensi
klien sesuai secara rutin dilanjutkan
bantu klien untuk
mengevaluasi
kesesuaian atau
konsekuensi pemenuhan
makanan dan aktifitas
fisik
20
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri Fisiology. Bandung :
Elemen.
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica
Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC.
G.W Garland and Joan M.E, 1999, Quickly Obstetric and ginekology of Nurses, English
University Press, London
Haen Forer. (1999). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta
Manuaba. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC.
Muchtar Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2. Jakarta :
EGC.
21