Anda di halaman 1dari 124

LAPORAN SEMINAR AWAL

DI RUANG RAWAT INAP RINRA SAYANG II


RSUD HAJI KOTA MAKASSAR

OLEH :
KELOMPOK I

1. MUSTAMIN HIDAYATULLAH 7. NYOMAN SARI AYU


2. HERLINA ODE UNGA 8. FIRDAYANTI JASMIN
3. RITA ERLINDA 9. HUSNUL MUFIDA IDRIS
4. NELIS 10. NUR RAUDHIAH AMNAMILLAH
5. KUSUMA FULAN NINGRAT 11. NINDA NASRIATIN POLEWA
6. ELNI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian integral dalam sistem pelayanan kesehatan yang
melibatkan klien, keluarga dan profesi kesehatan lain secara berkesinambungan. Guna
mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat maka diperlukan
sistem manajemen yang mampu memfasilitasi tujuan tersebut. Manajemen merupakan
suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam suatu kegiatan organisasi. Dalam
bidang keperawatan, pelaksanaannya dikenal sebagai manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2014).
Manajemen keperawatan merupakan suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta
mengawasi sumber- sumber yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
Mahasiswa program profesi ners Stikes Mandala Waluya Kendari melaksanakan
praktik manajemen keperawatan selama 4 minggu, yaitu dari tanggal 1 juli s/d tanggal 27
juli 2019 di ruang Instalasi Rawat Inap “Rindra sayang II RSUD Haji Makassar yang
merupakan ruang perawatan kelas III penyakit dalam. Praktik Manajemen Keperawatan
ini bertujuan untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien secara optimal. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Gillies (1996, dikutip Nursalam, 2014) yang menyatakan
bahwa manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Praktik manajemen keperawatan yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan
perubahan yang berarti di ruangan agar tercipta asuhan keperawatan yang profesional.
Adapun langkah pertama yang dilakukan oleh mahasiswa adalah mengidentifikasi
masalah yang ada di ruangan dengan melakukan kajian situasi berupa observasi dan
wawancara pada beberapa unsur manajemen keperawatan yakni ketenagaan (man),
sarana dan prasarana (material) dan metode (method). Proses kajian situasi dilakukuan
dengan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats). Selanjutnya
mahasiswa merancang program kegiatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang
berkualitas.
Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisa manajemen keperawatan ruang Rindra II
yang selanjutnya dapat menjadi pertimbangan dalam perubahan manajemen keperawatan
yang lebih baik. Selain itu, mahasiswa juga memperagakan role play kegiatan di ruang
Rindra II seperti menjadi Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. Setelah
program kegiatan tersebut dilakukan maka mahasiswa beserta perawat ruangan
melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan praktik manajemen keperawatan dengan melakukan dasar pengelolaan
unit pelayanan keperawatan di ruang Rindra II RSUD Haji Makassar sesuai dengan
langkah-langkah dalam manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan data tentang ketenagaan (man)
b. Untuk mendapatkan data tentang metode (method)
c. Untuk mendapatkan data tentang sarana dan prasarana (material)
d. Untuk mendapatkan data tentang money
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam
menerapkan praktik manajeman keperawatan di ruang Rindra II RSUD Haji
Makassar
2. Bagi ruang Rindra II RSUD Haji Makassar
Diharapkan program kerja manajemen keperawatan yang direncanakan dapat
memberi manfaat bagi perawat di ruangan dan rumah sakit agar asuhan keperawatan
dapat dilakukan secara optimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu
pelayanan dan kepuasan pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen Keperawatan


Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Gillies, 2006).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan planning,
organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey (2009) dalam Nursalam, 2002).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui tenaga keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan (Care, Cure, and Comport) kepada kelompok
pasien (Gillies, 1996).
Manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan
pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen
keperawatan dan dari sub unit departemen (Swanburg, 2000).
Proses manajemen keperawatan adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah
pada suatu tujuan, berarti bahwa Proses Manajemen Keperawatan adalah suatu rangkaian
tindakan untuk mendukung proses keperawatan (Gillies, 1996).
Dalam proses manajemen keperawatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan
tentu tidak lepas dari koordinasi seluruh sumber-sumber keperawatan. Koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan (Nursing Reshourches) melalui proses manajemen
untuk mencapai tujuan dan pelayanan asuhan keperawatan (Huber D, 2006). Hal ini
merupakan tugas manajer keperawatan.
B. Konsep Filosofi / Falsafah Keperawatan
Filosofi adalah keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok kepada pencapaian
tujuan bersama. Filisofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan yang dimiliki, oleh tim
keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk
berfikir dan bertindak (Chitty, 2007), bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
melalui pembagian kerja koordinasi dan evaluasi.
Falsafah keperawatan merupakan bagian dari pernyataan misi suatu institusi (bagian
lain dari misi institusi adalah maksud dan keberadaan institusi). Falsafah keperawatan
rumah sakit merupakan seperangkat ide yang diyakini kebenarannya dan kebaikannya
oleh seluruh anggota keperawatan di rumah sakit tersebut. Sumber falsafah keperawatan
Rumah Sakit harus berasal dari falsafah rumah sakit setempat dan falsafah keperawatan.
Falsafah keperawatan rumah sakit merupakan sistem keyakinan tentang cara
pencapaian misi rumah sakit, yang mengandung pernyataan keyakinan, konsep dan
prinsip keperawatan di rumah sakit tersebut. Dengan demikian falsafah keperawatan
rumah sakit merupakan pedoman sekaligus penjelasan aktivitas dan kegiatan keperawatan
di rumah sakit setempat, meskipun falsafah keperawatan bersifat abstrak, namun
memberikan penjelasan terhadap visi dan mengarahkan pencapaian maksud rumah sakit.
Rumah sakit merupakan industri yang menghasilkan produk jasa pelayanan
kesehatan berkualitas dalam hal ini Keramer dan Schmalenbrg, 1998 (dalam Huber D,
1996) mengemukakan bahwa produk rumah sakit adalah layanan yang berkualitas,
terjangkau dan biaya yang efektif dimana 90% layanan diberikan oleh perawat. Dengan
demikian sebagai system sosial rumah sakit memiliki dua dimensi ialah dimensi individu
(yang terbesar adalah perawat) dan dimensi lingkungan.
Falsafah Keperawatan:
a. Perawatan adalah suatu usaha yang berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat seutuhnya.
b. Perawatan merupakan suatu profesi yang dilakukan oleh seseorang perawat
profesional yang pelaksanaannya disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi dibidang keperawatan khususnya dalam pelayanan asuhan keperawatan.
c. Perawatan merupakan suatu subsistem dari system kesehatan yang harus bekerja sama
dengan profesi lain. Dalam memberikan bantuan kesehatan secara merata kepada
seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan daya dan sarana yang tersedia.
d. Perawatan merupakan pekerjaan yang luhur dan manusiawi.
C. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang
lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan
sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat (Grant 2012). Dan menurut (Swanburg, 2010) mendefinisikan
manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien, keluarga, masyarakat (Gillies,2013). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus di laksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik SDM, alat
maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik
kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
D. Tujuan Manajemen Keperawatan
Sesuai dengan falsafah dan hakekat perawatan seperti diuraikan di atas maka,
tujuan perawatan adalah :
a. Untuk membantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang dirasakan
dengan mengajak individu dan masyarakat untuk berpartisipasi meningkatkan
kesehatannya.
b. Untuk membantu individu mengembangkan potensinya dalam memelihara kesehatan
seoptimal mungkin agar tidak selalu tergantung pada orang lain dalam memelihara
kesehatan.
c. Untuk membantu individu memperoleh derajat kesehatannya seoptimal mungkin.
E. Fungsi Managemen Keperawatan
1. Fungsi pengendalian perencanaan (planning), perencanaan merupakan:
a. Gambaran apa yang yang akan dicapai
b. Persiapan pencapaian tujuan
c. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d. Persiapan tindakan-tindakan
e. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f. Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
2. Pengorganisasian
Pengertian organisasi
a. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-
orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersam
b. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama
c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih
Maka dapat disimpulkan organisasi adalahdua orang atau lebih yang punya
tujuan visi dan misi yang telah disepakati bersama dalam rangka mencapai tujuan
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah
manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada
tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pergerak (actuating), menggerakkan orang-orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan
suasana bekerja bukan karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri,
termotifasi secara interval.
4. Pengendalian/pengawasan (controlliang), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan
dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya
tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5. Penilaian (delegasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setalah
selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi
organik administrasi dan managemen.
F. Unsur - Unsur Manajemen Keperawatan
1. Unsure input
a. Man (Ketenagaan)
1) Kuantitas
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses
untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada
dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
Ketenagaan merupakan faktor penting dalam input instrumental.
Penetapantenagakeperawatanadalahsuatuprosesmembuatperencanaanuntukme
nentukanalokasi SDM di ruangan agar pelayanan dan
prosesmanagerialberjalanefektif dan efesien.
Ada beberapa situasi yang dapat dipertimbangkan dalam kita melakukan
analisis ketenagaan antara lain :
a) Adanya perluasan rumah sakit sehingga berdampak pada penambahan atau
perubahan kapasitas tempat tidur hal ini akan berdampak pada perubahan
ratio kebutuhan tenaga keperawatan.
b) Adanya berbagai perubahan jenis pelayanan dan fasilitas rumah sakit, yang
akan berdampak pada peningkatan Bed Occupancy Rate (BOR), yang pada
akhirnya perlu analisa situasi dan kebutuhan tenaga. Hal ini perlu
diantisipasi sebelumnya sehingga pelayanan dapat terlaksana dengan
optimal.
c) Adanya penurunan motivasi, penurunan prestasi kerja seperti : sering tidak
masuk, datang terlambat, penyelesaian pekerjaan semakin lambat. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya perhatian pimpinan, tidak ada reward,
beban kerja yang berat serta tenaga yang kurang. Bila hal ini telah terjadi
perlu segera dialkukan analisa ketenagaan.
d) Adanya keluhan klien tentang pelayanan yang diterima. Apakah klien
mengeluh tentang pelayanan dengan mengatakan puas stau tidak puas.
Biasanya klien mengeluh tentang tenaga keperawatan, biaya perawatan,
dan fasilitas yang diterima. Apabila keluhan ini telah teridentifikasi maka
perlu dilakukan analisa ketenagaan. Keluhan dapat terjadi di unit rawat
jalan maupun unit rawat inap.
Beberapa metode telah dikembangkan untuk menetapkan jumlah
ketenagaan tersebut, yaitu :
1. Teori Menurut Gillies
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut :
A x B x 365
Tenaga perawat =
(365 − C) x jam kerja/hari𝑎

Keterangan : A : jam efektif/24 jam


B : (BOR x jumlah TT) →jumlah pasien
C : jumlah hari libur

2. Teori Menurut Douglas (1984)


Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas di hitung
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien untuk setiap shiftnya
sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien


Menurut Formula Douglas
Waktu Kebutuhan perawat
Klasifikasi Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,30 0,20

Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap


keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Perawatan minimal memerlukan waktu 1- 2 jam/24 jam, dengan
kriteria :
(1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
(2) Makan dan minum dilakukan sendiri.
(3) Ambulasi dengan pengawasan.
(4) Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.
(5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
(6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
2. Intermediate memerlukan waktu 3- 4 jam/24 jam, dengan kriteria:
(1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
(2) Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam.
(3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
(4) Folley kateter, intake – output dicatat.
(5) Pasien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 3- 4 jam/24 jam,
dengan kriteria:
(1) Segala diberikan atau dibantu.
(2) Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap dua jam.
(3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena.
(4) Pemakaian suctioan.
(5) Gelisah/disorientasi.
3. Metode Depkes
(jam kerja efektif per 24 jam) x (BOR x jumlah tempat tidur)
Kebutuhan tenaga = 2jam kerja perhari

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non


keperawatan (tenaga atministrasi) seperti contohnya membuat perincian
pasien pulang. Kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan dll
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan :
Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
100

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :


Tenaga yang tersedia + faktor koreksi

4. Metode System Akuitas


Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift Pagi : Sore : Malam = 35% : 35% : 30%
jumlah jam x 35%
Pagi/sore =
8 jam

Jumlah jam x 35%


Malam =
8 jam
5. Metode Swansburg
Menurut warstler dalam swansburg (1999), dalam
merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dala satu hari.
Pagi : Siang : Malam = 47% : 36% : 17%
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan/ hari = 14 orang
 Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
 Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
 Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
6. Metode Rasio
Metode rasio merupakan metode yang di pakai berdasarkan
perbandinagan anatara jumlah tempat tidur dan personal yang
diterapkan berdasarkan keputusan mentri kesehatan no
262/menkes/per/VII/79.
Catatan :
TM : Tenaga Medis
TPP : Tenaga Paramedic Perawatan
TNPP : Tenaga Non Paramedic Perawatan
T NON P : Tenaga Non Medis
TT : Tempat Tidur
7. Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang
memang nyata di lakukan oleh perawat. Menurut tutuko (1992) setiap
klien yang masuk ruang gawat darurat di butuhkan waktu sebagai
berikut :
 Kasus gawat darurat : 86,31 menit
 Kasus mendesak : 71,28 menit
 Kasus tidak mendesak : 33,09 menit

2) Kualitas
Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan,
salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan senantiasa
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien maupun keluarganya
dan supaya tujuan tersebut dapat tercapai maka diperlukan suatu cara
pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip
manajemen.
Keberhasilan Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM yang
sesuai dengan kualitas yang tinggi dan profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Berdasarkan hal tersebut, perawat yang memberikan asuhan keperawatan
di ruangan rawat inap hendaknya memiliki kompetensi yang dibutuhkan bagi
seorang perawat medikal bedah yang meliputi:
1) Penatalaksanaan syok dan kegagalan multisistem
2) Penatalaksanaan pasien kanker
3) Penatalaksanaan pasien dengan penyakit kronis
4) Penatalaksanaan keperawatan praoperatif, intraoperatif, anestesia, dan
pascaoperatif
5) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan traktus respiratorius
6) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan kardiovaskuler, gangguan
vaskuler dan sirkulasi, dan gangguan hematologis
7) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan gastrointestinal
8) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi metabolik, DM, dan
gangguan endokrin
9) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan renal dan urinarius
10) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi reproduktif
11) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi imunologik (gangguan
imunodefisiensi, alergi, dan gangguan reumatik)
12) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi integumen (dermatologi,
luka bakar)
13) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi sensorineural (gangguan
penglihatan dan mata, gangguan pendengaran dan telinga)
14) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi neurologik
15) Penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi muskuloskeletal
(disfungsi muskuloskeletal, gangguan muskuloskeletal, trauma dan fraktur
muskuloskeletal)
16) Penatalaksanaan pasien dengan penyakit infeksi
17) Penatalaksanaan keperawatan kedaruratan
Kompetensi tersebut dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan,
pelatihan, dan seminar.
b. Money (Sumber Dana)
Uang merupakan salah satu unsure yang tidak dapat diabaikan.Uang
merupakan alat tukar menukar yang memiliki nilai guna tinggi.Besar kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan.oleh karena itu uang merupakan alat yang penting untuk mencapai
tujuan karena segala sesuatu harus diperhintungkan secara rasional. Hal ini
akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Sebagai organisasi publik, rumah sakit diharapkan mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat.Namun di satu sisi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai unit organisasi milik pemerintah
daerah dihadapkan pada masalah pembiayaan dalam arti alokasi anggaran
yang tidak memadai sedang penerimaan masih rendah dan tidak boleh
digunakan secara langsung.
Kondisi ini akan memberikan dampak yang serius bagi pelayanan
kesehatan di rumah sakit karena sebagai organisasi yang beroperasi setiap
hari, likuiditas keuangan merupakan hal utama dan dibutuhkan untuk
menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Berbagai permasalahan-
permasalahan tersebut di atas merupakan tantangan bagi pengelola rumah
sakit pemerintah untuk melakukan terobosan-terobosan dalam menggali
sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan biaya
operasional dan pengembangan rumah sakit. Terobosan itu dapat dilakukan
antara lain dengan mengoptimalkan penerimaan dari unit-unit pelayanan
medis dan penunjang medis melalui penentuan tarif berdasarkan perhitungan
biaya satuan ( unit cost ).Tarif merupakan suatu sistem atau model
pembiayaan yang paling utama dalam pembiayaan rumah sakit.
Pola tarif rumah sakit di Indonesia umumnya masih sangat lemah
terutama rumah sakit pemerintah. Tarif yang diberlakukan belum unit cost
based dan tanpa pertimbangan yang cermat terhadap berbagai dimensi yang
mempengaruhi tarif, bahkan rumah sakit pemerintah belum ada penyesuaian
tarif selama bertahun-tahun meskipun telah terjadi inflasi pelayanan kesehatan
( obat, bahan habis pakai, dll). Selama ini penetapan tarif rawat inap rumah
sakit berdasarkan Kepmenkes, No. 582/1997 (BN No. 6055 hal. 3B-7B) yang
menjadikan perawatan kelas II sebagai setara Unit Cost (UC) terhitung dengan
metode double distribusi, maka dapatlah diketahui besarnya tarif Kelas III (1/3
kali UC Kelas II), kisaran tarif Kelas I (2-9 Kali UC Kelas II) dan VIP/Super
VIP (10-20 kali UC Kelas II). (Razak A. 2004).
Dengan adanya jaminan pemerintah pada pelayanan rawat inap kelas III
yang diasumsi sesuai dengan Unit cost, maka rumah sakit memerlukan
penataan kembali pola tarif rawat inap yang ada dengan menjadikan kelas III
setara dengan unit cost terhitung dengan metode double distribusi dan untuk
kelas II, Kelas I, dan VIP dijadikan kelas profit rumah sakit sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit.
1. Analisis Biaya Rumah Sakit
Menurut Gani (1996) analisis biaya dilakukan dalam perencanaan
kesehatan untuk menjawab pertanyaan beberapa rupiah satuan program
atau proyek atau unit pelayanan kesehatan agar dapat dihitung total
anggaran yang diperlukan untuk program atau pelayanan kesehatan.
Dalam perhitungan tariff dirumah sakit seluruh biaya rumah sakit di
hitung mulai dari :
a) Fixed Cost
Fised cost atau biaya tetap ini terdiri dari : biaya investasi gedung
rumah sakit, biaya peralatan medis, biaya kendaraan (ambulance,
mobil dinas, motor dll)
b) Semi Variabel Cost
(1) Gaji pegawai
(2) Biaya pemeliharaan
(3) Insentif
(4) SPPD
(5) Biaya pakaian dinas dll
c) Variabel Cost
(1) Biaya BPH medis/obat
(2) Biaya BPH non medis
(3) Biaya air
(4) Biaya listrik
(5) Biaya makan minum pegawai dan pasien
(6) Biaya telepon dll
2. Manfaat Analisis Biaya
Manfaat utama dari analisis biaya ada 3 yaitu (Gani A. 2000) :
a) Pricing invormasi biaya satuan sangat penting dalam penentuan
kebijakan tariff rumah sakit
b) Budgeting/planning informasi jumlah biaya (total Cost) dari suatu
unit produksi dan biaya satuan (Unit Cost) dari tiap-tiap output
rumah sakit, sangat penting untuk alokasi anggaran dan untuk
perencanaan anggaran
c) Budgetary control hasil analisis biaya dapat di manfaatkan untuk
memonitor dan mengendalikan kegiatan operasional rumah sakit.
c. Material dan Mesin
Material dan mesin adalah bahan-bahan atau sarana yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan.Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan merupakan
semua bentuk alat kesehatan atau peralatan lain yang dipergunakan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
sehingga diperoleh tujuan pelayanan keperawatan efisien dan efektif. Sehubungan
dengan hal ini diperlukan adanya standart pengelolaan peralatan sebagai pedoman
bagi manajer keperawatan dari perawat pelaksana dalam menggunakan sumber
daya peralatan untuk mencapai pelayanan keperawatan secara efektif dan efisien.
Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada kompetensi
dari manajer logistik rumah sakit. Manajer berfungsi untuk mengelola logistik
melalui fungsi antara lain mengidentifikasi, merencanakan pengadaan,
pendistribusian alat hingga mengembangkan sistem pengelolaan logistik yang
efektif dan efisien. Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan
memperlancar kegiatan pelayanan pasien sehingga berdampak bagi peningkatan
mutu pelayanan secara umum.
Manajer logistik juga harus mampu mengantisipasi kejadian darurat, membuat
skala prioritas serta melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk pencapaian
tujuan umum rumah sakit. Manajemen logistik juga harus mencapai efisiensi dan
efektifitas. Manajer logistik memiliki kemampuan untuk mencegah atau
meminimalkan pemborosan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan alat tersebut yang
akan memiliki dampak kepada pengeluaran ataupun biaya operasional rumah
sakit.
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan keperawatan dan
kebidanan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi) serta
pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan berkualitas.
Sebuah rumah sakit hendaknya memiliki 6 buah standar peralatan meliputi:
standar alat kesehatan, standar alat perawatan, standar alat linen, standar alat
rumah tangga, standar alat kantor, standar alat tulis kantor, dan standar alat
makan. Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi
dengan memperhatikan jenis alat, kualifikasi, rasio dan jumlah yang dibutuhkan.
1) Alat-alat pembalut
Fungsinya untuk membalut menutupi sesuatu, biasanya luka. Yang
digolongkan dalam pembalut:
a) Plester
Terbagi atas 4 golongan :
(1) Autoclave tape
Pabrik 3 M memproduksi plester ini untuk mengontrol
keadaan mesin sterlisasi, untuk membedakan kemasan atau alat
mana yang telah mengalami proses sterlisasi mana yang belum
(sebagai indicator)
(2) Adhesive tape
Sebenarnya semua ini adhesive, artinya dapat melekat dapat
menempel pada tubuh kita .
(3) Medicinal tape
Yang dimaksud dengan medical tape adalah plester obat, yaitu
plester yang mengandung obat seperti salonpas, tokuhon, capsicum
plester (koyok cap cabe)
(4) Surgical tape
Surgical tape adalah plester yang digunakan dalam
pembedahan,yang tidak meninggalkan residu dan tidak
menimbulkan rasa sakit apabila dilepaskan setelah menempel dan
tidak menyebabkan gatal-gatal serta alergi, seperti Micropore,
durapore, transpore, blender.
b) Gass (dibaca “has”= kasa)
Bentuk kim seperti kawat ram, yaitu berlobang-lobang kecil
dengan ukuran beragam. Yang termasuk dalam golongan GASS ini
adalah :
(1) Gass steril = kasa hidrofil steril
Gass steril atau kasa hidrofil steril yang paling banyak
digunakan adalah ukuran 18x22 cm. biasanya dijual dalam kemasan
dus berisi 16 lembar.
(2) Dressing = penutup luka/wound dressing
Istilah nama dressing sebenarnya berarti verband atau
perban, hanya saja yang digolongkan dalam gass ini yang
mempunyai ukuran pendek, sedangkan pada masyarakat umumnya
dengan verban adalah yang paling panjang.
(3) Gass yang berisi bahan obat
Dikenal dengan merek : sofra-tulle (Hoechst) adalah
gass yang berisi antibiotika soframycin digunakan untuk luka-luka
baru.
c) Perban
Golongan perban terbagi dalam 4 yaiyu:
(1) Kasa hidrofil
(2) Pembalut elastic
(3) Pembalut leher
(4) Pembalut gips
2) Alat-alat perawatan
Alat perawatan adalah alat yang digunakan untuk merawat si sakit baik
dirumah maupun dirumah sakit. Yang akan diuraikan disini adalah :
1. Sanken-mat
2. Cold hot pack
3. Botol panas (warm waterzak)
4. Kantung es
5. Heating pad kruk ataucrutches
6. Spalk
3. Alat-alat penampungan
Yang dimaksud alat penampungan adalah alat untuk menampung
darah, untuk menampung air kencing dan untuk menampung feces.
a) Untuk menampung darah : blood collecting pack
b) Untuk menampung urine (air kencing) : urine bag
c) Untuk menampung feces : colostomy bag, coloplast/stoma urine
bac
4. Hospital wares/utensils
Yang tergolong dalam golongan yang disebut hospital
wares/utensils adalah alat-alat yang di gunakan dalam rumah sakit sehari-
hari sebagai alat penunjang dalam pelayanan pengobatan pasien.
1. Alat-alat yang digunakan untuk melayani pasien
(1) Bedpan: penampung urine bila si pasien tidak bisa kekamar mandi
sendiri
(2) Spitting mug : penampung riak atau ludah
(3) Kidney tray/nirbeken/pus basin/emesis basin :wadah atau
penampung muntahan pasien.
(4) Wash basin/sponge bowl : tempat air bila si pasien ingin
dimandikan
2. Alat yang digunakan untuk tempat perawatan alat-alat lainnya
(1) Instrument tray : wadah atau tempat untuk menyimpan dan
menaruh alat-alat atau instrument bedah
(2) Dressing jar : wadah atau tempat untuk mensterilkan pembalut-
pembalut.
5. Catheters
Cathers adalah sebuah pipa kososng yang terbuat dari logam, gelas,
karet, plastic yang cara pengunaannya adalah untuk di masukkan kedalam
rongga tubuh melalui saluran (kanal). Terbagi atas 2 bagian :
a) IV catheters
Adalah catheters yang dimasukan kedalam pembuluh darah
vena. Kegunaanya berlaku sebagai vena tambahan atau
perpanjangan vena untuk pengobatan IV jangka lama yang lebih
dari 48 jam.
b) Non IV catheters, terbagi atas :
(1) Nelaton catheters : catheters yang dipakai supaya dapat
kencing
(2) Balloon catheters : untuk pengambilan air kencing dalam
keadaan tertutup, bebas dari udara populasi disekitarnya.
(3) Oxygen catheters : catheters yang digunakan untuk
mengalirkan gas oxygen kedalam lubang hidung
(4) Stomach tube (maag slang; maag sonde) : untuk
mengumpulkan getah lambung, untuk membilas dan
mencuci isi perut, untuk pemberian obat-obatan.
6. Jarum suntik
Yang termasuk jarum suntik, yaitu :
a) Jarum suntik umum
b) Jarum suntik gigi
c) Jarum suntik spinal
d) Jarum suntik bersayap
7. Alat semprit
Alat semprit di sebut juga alat suntik, injective spuit atau spuit. Ada
pula bermacam- macam alat semprit khusus untuk pemakaian khusus pula
:
a) Glycerine syringe
b) Water syringe
c) Ear syringe
d. Method
Method yaitu cara-cara atau mekanisme yang di pergunakan dalam usaha
mencapai tujuan.
Standar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang siberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien.
Menurut Abraham maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu :
1) Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
3) Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
4) Kebutuhan akan harga diri
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Di Indonesia standar keperawatan di pakai sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh depkes
(1997) yaitu :
1) Standar I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan data anamnesa, observasi yang paripurna dan
lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien
untuk menentukan asuhan keperawatan sehingga data keperawatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim, data pengkajian meliputi pengumpulan
data, pengelompokkan data dan perumusan masalah
2) Standar II diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan adalah respon pasien, dianalisi dan dibandingkan
dengan norma kehidupan pasien, dan komponennya terdiri dari masalah,
penyebab, dan gejala (PES) bersifat actual dan potensial dan dapat
ditanggulangi perawat.
3) Standar III perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan,
komponennya meliputi priotas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan
rencana tindakan
4) Standar IV intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
mencankup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga.
5) Standar V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan di lakukan secara periodic, sistematis, terencana
untuk menilai perkembangan pasien.
6) Standar VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai
informasi komunikasi dan laporan dilakukan setelah tindakan dilakukan
sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus
mencantumkan inisial atau paraf nama perawat, menggunakan formulir yang
baku, simpan sesuai perateran yang berlaku.
Standar keperawatan menurut depkes RI meliputi :
1) Standar pelayanan keperawatan (SPK)
2) Standar asuhan keperawatan (SAK)
Saat ini dikembangkan persamaan penggunaan bahasa standar dalam
penentuan diagnose keperawatan berdasarkan NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association) penetapan tujuan dengan NOC (Nursing
Outcome Classification) dan rencana intervensi dengan NIC (Nursing
Intervetion Clasiffication)
Standar Operasional Prosedur
1) Definisi standar operasional prosedur
Suatu standar/pedoman tertulis yang di pergunakan untuk mendorong
dan menggerakan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi
SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (KARS, 2000)
2) Tujuan standar operasional prosedur
a) Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim
dalam organisasi atau unit
b) Agar mengetahui dengan jelas peran fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
c) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi
d) Tujuan khusus SOP sebagai acuan (check list) dalam melaksanakan
kegiatan tertentu bagi tenaga administrasi dan tenaga profesi di RS, untuk
menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
terkait, untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau
kondisi tertentu dan menjaga keamanan petugas dan lingkugan dalam
melaksanakanpekerjaan, untuk menghindari kesalahankeraguan duplikasi
atau pemborosan dalam pelaksaanan kegiatan, untuk menjamin
pengguanaan tenaga dan sumber daya lain secara efisien
3) Manfaat standar operasional prosedur
a) Mempelancar tugas petugas atau tim
b) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
c) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatanya dan mudah di lacak
d) Mengarahkan petugas untuk sama-sama di siplin
4) Tahap-tahap penyususnan standar operasional prosedur
a) Merumuskan tujuan protap
b) Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap
c) Membuat aliran proses
d) Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan secara jelas runtut dan
tertulis
5) Format SOP rumah sakit
Contoh format SOP
Logo Rumah Judul SOP
Sakit No Dokumen No Revisi Halaman
Standar Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Operasional Direktur RS
(Nama Direktur Rumah Sakit
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait

6) Jenis dan ruang lingkup SOP rumah sakit


a. SOP pelayanan profesi : dalam hal ini terdapat dua kelompok
 SOP untuk aspek keilmuan adalah SOP mengenai proses kerja
untuk diagnostic dan terapai, meliputi :
 Pelayanan medis meliputi : komite medik/SMF, rawat inap,
rawat jalan, pelayanan gawat darurat, ICCU/ICU, kamar bedah
dsb. Contoh SOP untuk diagnostic/terapi
 Pelayanan penunjang meliputi : labolatorium, radiologi,
rehabilitas medis, farmasi dsb contoh SOP pemeriksaan teknis
labolatorium
 Pelayanan keperawatan contoh SOP/standar asuhan
keperawatan SOP persiapan pasien operasi
 SOP untuk aspek manajerial adalah SOP mengenai proses kerja yang
menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasien non keilmuan.
Contoh :prosedur dokter jaga ruangan, prosedur konsultasi medis
b. SOP administrasi mengatur tata cara kegiatan dalam organisasi termasuk
hubungan antar unit kerja dan kegiatan-kegiatan non medis. SOP
administrasi mencangkup :
 Perencanaan program kegiatan
 Keuangan
 Perlengkapan
 Kepegawaian
e. Proses
1) Proses Asuhan Keperawatan
a) Penerapan SAK
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan professional
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu pelayanan
keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu
citra rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin (Depkes, 1997)
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain :
(1) Memenuhi standar profesi yang di tetapkan
(2) Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan
secara wajar, efisien dan efektif
(3) Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa
pelayanan
(4) Aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai
masyarakat diperhatikan dan dihormati (Depkes, 1997)
Disamping itu persyaratan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan antara lain :
(1) Pimpinan yang peduli dan mendukung
(2) Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan (standar mutu)
(3) Sarana dan perlengkapan dan lingkungan yang mendukung
(4) Tersedia dan perlengkapan standar asuhan keperawatan
(Depkes, 1997)
Berdasarkan kerangka berfikir seperti tersebut di atas, Direktorat
Jendral pelayanan medik, Depkes RI bersama dengan organisasi profesi
keperawatan, telah menyusun standar asuhan keperawatan dan secara
resmi standar asuhan keperawatan diberlakukan untuk diterapkan di
seluruh rumah sakit, melalui SK Direktur Jendral pelayanan medik, No.
YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang berlakunya standar asuhan
keperawatan di rumah sakit.
Standar asuhan keperawatan terdiri dari 6 standar :
(1) Standar pengkajian keperawatan
(2) Standar diagnosis keperawatan
(3) Standar perencanaan keperawatan/ intervensi
(4) Standar evaluasi
(5) Standar catatan asuhan keperawatan (Depkes RI, 1998)
Standar asuhan keperawatan tidak harus baku, melainkan
sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali dan disesuaikan dengan
perkembangan IPTEK kesehatan khususnya keperawatan, serta system
nilai masyarakat yang berlaku.
I. Pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap
dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaanya untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan.
Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
1. Pengumpulan data :
Kriteria :
 Menggunakan format yang baku
 Sistematis
 Diisi sesuai item yang tersedia
 Actual (baru)
 Abash (valid)
2. Pengelompokan data :
Kriteria :
 Data biologis
 Data psikologis
 Data sosial
 Data spiritual
3. Perumusan masalah
 Kesenjagan antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
 Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah
kumpulkan
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi
kehidupan.
Kriteria :
a. Diagnose keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjagan dan pemenuhan kebutuhan pasien
b. Dibuat sesuai wewenang perawat
c. Komponen terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/tanda
(PES)
d. Bersifat actual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata
terjadi
III. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi :
a. Prioritas masalah :
Kriteria :
 Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan
prioritas utama
 Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang
adalah prioritas kedua
 Maslah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan
prioritas ketiga
b. Tujuan asuhan keperawatan :
Kriteria :
 Spesifik
 Bisa diukur
 Bisa dicapai
 Realistic
 Ada batas waktu
c. Rencana tindakan
 Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
 Melibatkan pasien/keluarga
 Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga
 Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
 Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah
dimengerti
IV. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mengcankupbaspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikut sertakan pasien dan keluarganya.
Kriteria :
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b. Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
c. Sesuai dengan waktu yang ditentukan
d. Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic
e. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
f. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
Implementasi keperawatan berorientasi pada 14 komponen
keperawatan dasar meliputi
a. Memenuhi kebutuhan oksigen
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan
elektrolit
c. Memenuhi kebutuhan eliminas
d. Memenuhi kebutuhan keamanan
e. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
f. Memenuhi kebutuhan istrahat dan tidur
g. Memunuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
h. Memnuhi kegiatan spiritual
i. Memenuhi kebutuhan emosional
j. Memenuhi kebutuhan komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
l. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan proses penyembuhan
m. Memenuhi kebutuhan penyuluhan memenuhi kebutuhan
rehabilitasi
2) Pelaksanaan Universal Precautions
Universal precautions atau kewaspadaan universal adalah suatu
pedoman yang ditetapkan oleh centers for disease control (CDC) (1985)
untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan
melalui darah dilingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan
kesehatan lainnya. Adapun konsep yang dianut adalah bahwa semua darah
dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang dapat
menularkan HIV dan berbagai penyakit lain yang ditularkan melalui darah
1. Alat pelindung diri
Pelindung barrier, yang disebut secara umum disebut sebagai alat
pelindung diri (APD), telah digunakan selama bertahun-tahun untuk
melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas
kesehatan. Agar menjadi lebih efektif, APD harus digunakan secara
benar. Misalnaya gaun dan duk lobang telah terbukti dapat mencegah
infeksi luka bila hanya dalam keadaan kering. Sedangkan dalam
keadaan basah kain beraksi sebagai spons yang menarik dari kulit atau
peralatan melalui bahan kain sehingga dapat mengkontaminasi luka
operasi.
2.Pedoman umum alat pelindung diri
 Tangan harus selalu bersih walaupun mengunakan APD
 Lepas atau ganti bila perlu segala perlengkapan APDyang dapat
digunakan kembaliyang sudah rusak atau sobek segera setelah
anda mengetahui APD tersebut tidak berfungsi optimal
 Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera
bersihkan tangan
 Menyediakan sarana APD bila emergensi dibutuhkan untuk
dipakai (Depertemen Kesehatan,2009)
3. Jenis-jenis alat pelindung diri
 Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit
dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada ditangan
petugas kesehatan.

 Masker
Harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut bagian
bawah dagu, dan rambut pada wajah (jengot). Masker digunakan
untuk menahan cipratan yang sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah
percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau
mulut petugas kesehatan.
 Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama
pembedahan.
 Gaun pelindung
Digunakan untuk menutupi atau menganti pakaian biasa atau
seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet/air bone.
 Apron
Yang terbuat dari karet atau plastic, merupakan penghalang
tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan.
 Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda
tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja
keatas kaki
Tabel 2 Pemilihan Alat Pelindung Diri
Jenis Pajanan Contoh Pilihan Alat Pelindung Diri
Resiko rendah : 1. Injeksi Sarung tangan esensial
1. Kontak dengan 2. Perawatan luka ringan
kulit
2. Tidak terpajan
darah langsung
Resiko sedang : 1. Pemeriksaan pelvis 1. Sarung tangan
1. Kemungkinan 2. Insersi IUD 2. Mungkin perlu gaun
terpajan darah 3. Melepas IUD pelindung atau celemek
namun tidak ada 4. Pemasangan kateter
cipritan intra vena
5. Penanganan specimen
labolatorium
6. Perawatan luka berat
7. Ceceran darah
Resiko Tinggi : 1. Tidak bedah mayor 1. Sarung tangan
1. Kemungkinan 2. Bedah mulut 2. Celemek
terpajan darah dan 3. Persalian pervagina 3. Kacamata pelindung
kemungkinan 4. Maske
terciprat
2. Perdarahan massif
 Prosedur pemakaian sarung tangan steril
Persiapan :
1. Jenis sarung tangan sesuai tindakan
2. Kuku dijaga agar selalu pendek
3. Lepas cincin dan perhiasan lain
4. Cuci tangan sesuai prosedur standar
 Prosedur melepas sarung tangan
Persiapan :
1. Persiapan clorin 0,5% dalam wadah yang cukup besar
2. Sarana cuci tangan
3. Kantung penampung limbah medis
 Penggunaan gaun pelindung
Ketentuan :
a) Hanya bagian luar gaun saja yang terkontaminasi, karena
tujuan pemakaian gaun untuk melindungi pakaian dari infeksi
b) Hanya bagian depan atas gaun bedah (diatas pinggang) saja
yang di anggap steril dan boleh bersinggungan dengan
lapangan
c) Gaun dapat dipakai sendiri oleh pemakai atau di pakaikan
oleh orang lain
d) Satu gaun pelindung dikenakan untuk menangani satu pasien
e) Celemek kedap air di pakai disebelah dalam gaun pelindung
bedah
Persiapan penggunaan gaun pelindung steril :
(1) Handuk/lap steril
(2) Gaun pelindung steril
(3) Sarung tangan steril
(4) Cuci tangan aseptic
(5) Pembedahan
Prosedur :
 Keringkan tangan dan lengan satu persatubergantian
di mulai dari tangan kemudian lengan bawah
memakai handuk steril
 Jaga agar tangan tidak menyentuh gaun pelindung
steril taruh handuk bekas pada suatu wadah
 Ambil gaun pelindung dengan memegang bagian
dalam yaitu pada bagian pundak
 Gerakan lengan dan tangan kedalam lubang gaun
pelindung
 Bagian belakang gaun ditutup/diikat dengan bantuan
petugas lain yang tidak steril (Depertemen
Kesehatan,2003)
 Pemakaian Alat Pelindung Diri

Sumber : Departemen Kesehatan 2003


 Mencuci tangan
Cuci tangan 6 langkah merupakan cara membersihkan
tangan sesuai prosedur yang benar untuk membunuh kuman
penyebab penyakit. dengan mencuci tangan anda pakai
sabun baik sebelum makan atau pun sebelum memulai
pekerjaan, akan menjaga kesehatan tubuh anda dan
mencegah penyebaran penyakit melalui kuman yang
menempel di tangan.
Cara cuci tangan 6 langkah pakai sabun yang baik dan benar:
a. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan
memakai air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap
dan gosok kedua telapak tangan secara lembut

b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara


bergantian
c. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga
bersih

d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan


mengatupkan

e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok


perlahan

Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang


maupun cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan
yang maksimal.
 Kepatuhan Tenaga Perawat Terhadap Standar Operasional
Prosedur (SOP)
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik
harus sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar
yang telah ditetapkan dengan hasil tindakan mencapai 100%.
Prosedur tetap merupakan salah satu pedoman kerja bagi
setiap tenaga keperawatan dalam rangka
mengimplementasikan praktek keperawatan professional.
 Sembilan solusi life saving
Sembilan solusi live saving keselamatan pasien dirumah
sakit meliputi :
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Norum)
(look-alike, sound alike medication names)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan
pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elekrolit pekat (concentrated)
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk
mencegah infeksi nasokomial
 Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik merupakan kata sifat yang
dihubungkan dengan seni dan penyembuhan dapat diartikan
bahwa terapeutik adalah sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan (intansari,2000) .
Empat fase dari proses hubungan terapeutik :
1. Fase pre interaksi
 Mengumpulkan data tentang klien
 Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
 Membuat rencana pertemuan dengan klien
2. Fase introductory/orientasi
 Memberikan salam dan senyum pada klien
 Melakukan validasi
 Memperkenalkan nama perawat
 Menanyakan nama panggilan kesukaan
klienmenjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
 Menjelaskan tujuan
3. Fase kerja
 Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
 Menanyakan keluhan utama
 Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
4. Fase terminasi
 Menyimpulkan hasil wawancara : evaluasi proses
dan hasil
 Merencanakan tindak lanjut ddengan klien
 Melakukan kontrak (waktu, tempat, topic)
 Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik
3) Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesikan pekerjaan
dengan melalui orang lain (Adikson, 1994). Standar manajemen
pelayanan keperawatan dan kebidanan adalah proses pengelolaan
pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga, pengarahan,
evaluasi, dan pengendalian mutu pelayanan.
Proses manajemen pelayanan terdiri dari :
a. Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan
yang berisikan apa yang akan di lakukannya serta bagaimana,
kapan dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000).
Model perencanaan meliputi :
1) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer
langsung melakukan tindakan begitu menemukan masalah.
2) Intacive planning yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan
dengan masalah yang muncul (telah ada bayangan atau
perencanaan tetapi dalam pelaksanaanya dilakukan sejalan
dengan perkembangan masalah)
3) Preactive planning yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana dari perencanaan ini adalah tujuan yang
akan dicapai jelas, terdapat pembatasan depan pencapaian
target yang sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah)
4) Proactive planning yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
b. Pengorganisasian
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur
formal paling sederhana dan tertua.
Woods (1996) mendefinisikan model praktek keperawatan
professional (MPKP) sebagai suatu system (struktur,proses, nilai-
nilai professional) yang memungkinkan perawat professional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan.
Dalam system pemberian asuhan keperawatan ada beberapa
teori mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gilles
(1989) metode asuhan keperawatan terdiri dari metode kasus,
metode fungsional, metode tim, dan metode primer.
1) Metode Kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880)
dimana seorang klien dirawat oleh seorang perawat selama 8
jam perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani
seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privart atau untuk
keperawatan khusus seperti diruang rawat intensif.

Ka.Ru

Perawat Perawat Perawat

Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3


( Marquis & Houston Dalam Agus Kuntoro, 2010)
kelebihan dari metode ini adalah (yayan,2011) :
a. Perawat lebih memahami kasus perkasus
b. System evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah
c. Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d. Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah :
a. Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
c. Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang
pengalaman
d. Mahal, perawat professional termasuk melakukan tugas non
professional
2) Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien.
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan
dilaksanakan oleh perawatyang berbeda dan tergantung pada
kompleksitas dari setiap tugas.
Keuntungan dari metode ini adalah (Agus Kuntoro, 2010) :
a. Perawat menjadi terampil dalam melakukan suatu tugas
yang bisa menjadi tanggung jawabnya
b. Efesien
c. Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
d. Para staf lebih mudah menyesuaikan dengan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya sehingga menjadi lebih cepat
selesai
e. Mudah dalam mengkoordinasi pekerjaan
Ka.Ru

Perawat Obat Perawat Ganti Verban Perawat kebersihan

Beberapa Pasien

Gambar : Metode Asuhan Keperawatan Fungsional


3) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi
2-3 tim/group yang terdiri dari tenaga professional, teknikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Ketua
tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi
asuhan keperawatan untuk semua klien yang ada dibawah
tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan
keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat
oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan
asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan
sejumlah staf yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah :
a. Memberikan kepuasan bagi perawat dank lien secara
menyeluruh
b. Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara
optimal
c. Komprehensif dan holistic
Kelemahan dari metode ini adalah :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konfrensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit
untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Ka. Ru

Perawat Ka Tim Perawat Ka Tim Perawat Ka Tim

Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim

Beberapa Pasien Beberapa Pasien Beberapa Pasien

Gamabar : Model Asuhan Keperawatan Professional Tim


4) Metode Primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja
terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staf keperawatan
yang professional. Pada metode ini setiap perawat primer
memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
mulai dari pasien yang masuk sampai keluar dari rumah sakit,
mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksanaan.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini
bersifat kontinyu dan komprehensif dalam melakukan proses
keperawatan kepada klien dan perawat primer mendapatkan
akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat
dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan criteria asertif, mampu
mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan yang
tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan mampu berkontaminasi
dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat
Primer Klien

Perawat Perawat Perawat


pelaksana pagi Pelaksanaan Sore Pelaksana Malam

Penerapan MPKP
Penerapan MPKP adalah modifikasi atau gabungan dari model
keperawatan tim dan primer yang disebut Metode Primer Modifikasi
(MPM) yang dicetuskan oleh Nuryandari (1998). Model keperawatan
primer modifikasi berdasarkan pada beberapa alas an antara lain :
1) Keperawatan priemer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
Keperawatan
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab pasien terfakmentasi pada berbagai tim
Tanggung Jawab Perawat Profesional :
a. Kebenaran data-data klien dalam proses keperawatan
b. Kebenaran kajian data keperawatan
c. Kebenaran diagnosis
d. Kebenaran rencana tindakan keperawatan
e. Kebenaran evaluasi
f. Kebenaran kesimpulan
Wewenang Perawat Profesional
a. Mengatur dan membimbing PA siswa/mahasiswa dalam tim
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
b. Memintah bahan dan perangkat kerja yang di butuhkan untuk
pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
pasien.
c. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
d. Mendelegasikan tugas pada PA
Tanggung Jawab Perawat Asosiasi:
a. Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian
diagnosis,rencana tindakan keperawatan
b. Kebenaran dan ketepatan pelayanan asuhan meliputi tindakan
dan evaluasi keperawatan
c. Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan
d. Kebersihan pasien dan alat-alat keperawatan
Wewenang Perawat Asosiasi :
a. Memeriksa kelengkapan peralatan ruang rawat
b. Memintah bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas.
c. Melakukan asuhan keperawatan pasien.
Tugas primary nurse pada post conference :
1. Menyiapkan ruangan
2. Menyiapkan reka medik psien yang menjadi tanggung
jawabnya
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya post coference
4. Memberikan reinforcement positif kepada PA
5. Menyiapkan hasil post conference
Hasil Workshop Keperawatan Perawat Primer :
(1) System kolaborasi perawat primer
a. Perawat primer dan perawat asosiate
1) Operan jaga
a) Toleransi operan jaga maksimal 15 menit dari jam
kerja, pagi jam 07.15, siang jam 14.15, malam jam
20.15
b) Operan dilakukan oleh PA dan didampingi oleh
perawat professional sesuai tanggung jawab
masing-masing
c) Operan jaga dilakukan di depan pasien.
2) Pre conference
a) Pre conference dilakukan maksimal 30 menit
setelah meeting morning
b) Pre conference di pimpin oleh PP secara bergantian
c) Isi pre conference :
 Mendiskusikan permasalahan yang berkaitan
dengan masalah pasien
 Merencanakan tindkan-tindakan yang akan
dilakukan
 Membagi tugas PA untuk masing-masing tim
sesuai kemampuan
3) Past coference
a) Waktu post coference dilakukan mulai jam 13.00-
13.30
b) Mengevaluasi hasil kerja dan rencana tindakan pada
shift berikutnya
4) Bimbingan
Bimbingan PP kepada PA dapat berupa :
a) Bed side teaching dilakukan kepada PA yang belum
mampu
b) Ronde keperawatan dilakukan pada kasus-kasus
yang bermaslah dan memerlukan kolaborasi dengan
profesi lain
c) Pembahasan kasus dilakukan rutin minimal 2
minggu
5) Pendelegasian
a) Pendelegasian tugas dilakukan kepada PA bila PP
berhalangan
b) PA harus melaporkan hasil pendelegasian
c) PP harus memberikan legalisasi hasil tugas
pendelegasian secara tertulis dengan tanda tangan

(2) Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan


a. Persiapan
1) PP mengikuti proses koordinasi bimbingan dengan
institusi pendidikan
2) Mahasiswa diterima karu dan diserahkan kepada PP
3) PP menerima mahasiswa
b. Bimbingan
1) PP melakukan metode bimbingan praktek klinik
keperawatan
2) PP melakukan bimbingan bersama pembimbing
akademik minimal 2x seminggu
3) PP membagi kasus kelolaan kepada mahasiswa
4) Mahasiswa menyerahkan laporan pendahuluan pada
awal praktek sesuai kasus yang di ambil
5) Mahasiswa mendokumentasikan hasil tindakan
keperawatan di rekam medik sesuai dengan
kewenangan.
c. Evaluasi
1) PP mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan mahasiswa
2) PP mendatangani buku kompetensi yang dibuat oleh
mahasiswa dan daftar hadir
3) PP memberikan sanksi atau reward sesuai tata tertib
yang berlaku
4) PP membuat dan menyerahkan hasil penilaian kepada
diklat sebagai bentuk pertanggungjwaban maksimal 3
hari setelah akhir pecan
2. Unsure Output
1. Unsure Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan professional merupakan dasar bagi terselenggaranya
pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut di berikan oleh tenaga
keperawatan yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang telah di tetapkan
profesi. Ciri mutu asuhan keperawatan menurut departemen kesehatan RI tahun
1998 adalah :
1) Memenuhi standar profesi
2) Sumber daya di manfaatkan secara wajar,efisien, dan efektif
3) Aman bagi pasien dan tenga keperawatan
4) Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
5) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika,dan tata nilai masyarakat di perhatikan
dan di hormati.
2. Mutu Pelayanan Keperawatan
Kegiatan menjamin kualitas pelayanan keperawatan merupakan
kegiatan menilai, memantau, dan mengatur pelayanan yang berorientasi pada
pasien.Keberhasilan pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu supaya lancer di
pengaruhi oleh :
1) Misi,visi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara local ruang rawat
2) Struktur organisai local, mekanisme kerja standar yang dilakukan diruang
rawat
3) Sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kualitas maupun
kuantitas
4) Tersedianya berbagai sumber atau fasilitas yang mendukung pencapaian
kualitas pelayanan yang di berikan
Standar 1. Fasilitas dan Tujuan
Pelayanan keperawatan dikelolaan dan diorganisasi agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan
Pendekatan sistematik digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
berorientasi pada kebutuhan pasien.
Standar 3. Staf dan Pimpinan
Pelayanan keperawatan di kelola untuk menjadi tujuan pelayanan. Pencapaian
nilai rata-rata standar 3 adalah 3, dan 8.
Standar 4. Fasilitas dan perawatan
Fasilitas dan peralatan dan memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan.
Standar 5. Kebijakan dan prosedur
Adanya kebijakan dan prosedur secara tertulis yang sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan prinsip praktek keperawatan yang konsiten dengan tujuan
pelayanan keperawatan.
Standar 6. Pengembangan staf dan Program Pendidikan
Program dan pengembangan staf bertujuan untuk meningkatan
profesionalisme.
Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu
Rumah Sakit.
Pelayanan Keperawatan menurut Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit,
Komisi Akreditasi RS dan Sarana Kesehatan Lainnya (KARS), 2006.
3. Mutu Klinik Keperawatan
Indikator mutu klinis merupakan indicator yang di pakai kualitas dari
pelayanan yang di berikan oleh tenaga keperawatan.Beberapa indicator yang
dipakai adalah :
1) Jumlah pasien decubitus
2) Jumlah pasien tirah baring total
3) Jumlah pasien kejadian infeksi karena jarum suntik
4) Jumlah pemasangan infuse
5) Jumlah operasi bersih
6) Jumlah komplikasi pasca operasi
7) Jumlah ibu dengan eklamsi
8) Jumlah bayi BBLR <2000 gram
4. Efesiensi Ruang Rawat
Efesiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang
meliputi (BOR, LOS, TOL,BTO)
1) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indicator untuk menilai seberapa
efektivitas pemakaian tempat tidur yang ada disuatu ruangan atau rumah sakit
dalam jangka waktu tertentu.
Jumlah Hari Perawatan
BOR = x 100%
Jumlah TT x Hari Perawatan
2) LOS (Length Of Stay), adalah efesiensi yang menunjukkan lama waktu pasien
tinggal.
Lama Hari Perawatan
LOS =
Jumlah pasien keluar hidup atau mati

3) TOL (Turn Over Internal) merupakan indicator mutu pelayanan keperawatan


yang menunjukan rata-rata tempat tidur ditinggalkan pasien samapi diisi
kembali.
Jumlah Hari Rawat
TOL =
Jumlah Tempat Tidur
4) BTO (Bed Turn Over), merupakan indicator yang menunjukan pemakaian
tempat tidur disuatu rumah sakit dalam satu satuan waktu. Standar nasional
BTO adalah 4-45 hari.
(Jumlah TT x 1 periode) − hari perawatan
BTO =
Jumlah pasien keluar
5. Mutu Bimbingan PKK
Praktek klinik keperawatan adalah tindakan mandiri yang dilakukan
mahasiswa keperawatan rumah sakit melalui kerjasama berbentuk kolaborasi
dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dengan dalam memeberikan asuhan
keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya
(Nursalam, 2002)
Evaluasi adalah stimulasi untuk menentukan keberhasilan suatu proses
kegiatan yang dalam hal ini bimbingan PKK oleh Clinical instruktur terhadap
mahasiswa yang praktek.
Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan adalah : mengorientasi
mahasiswa di unit menyangkut karakteristik unitan, pasien, protap, alat dll.
1) Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa
2) Menyerahkan dan membimbing mahasiswa dalam rangka mencapai
kompetensi yang diharapkan
3) Memotivasi minat dan semangat untuk peningkatan kemampuan mahasiswa
4) Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan hubungan serta
pelaporan kepada pihak terkait.
6. Kepuasan Kerja Perawat
Menurut handoko (2013), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang
menyenangkan dengan pekerjaanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Schemerhorn ada 5
yaitu :
1) Pekerjaan itu sendiri, setiap pekerjaan memerlukan ketrampilan tertentu,
sukar atau tidaknya suatu pekerjaan seseorang bahwa keahlianya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan kerja.
2) Promosi, berkaitan dengan ada atau tidaknya mendapat kesempatan untuk
meningkatkan karir selama bekerjaGaji, merupakan faktor pemenuhan
kebutuhan hidup pegawai yang bisa di anggap layak atau tidak layak
7. Penilaian kinerja pribadi perawat
Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan system pelayanan
kesehatan yang dikembangkan sesuai rencana pembangunan kesehatan. Pelayanan
yang diberikan dipengaruhi oleh tersedianya tenaga yang berkualitas maupun
sarana yang tersedia guna menunjang proses pelayanan.
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat di percaya oleh manajer
perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktifitas (Nursalam,
2002). Berdasarkan teori terdapat beberapa aspek yang dinilai yaitu : pengetahuan,
sikap, ketrampilan dan kinerja.
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG RAWAT INAP RINDRA II RSUD HAJI MAKASSAR 2019

A. Kajian Rumah Sakit Rindra II RSUD Haji Makassar


1. Sejarah singkat dan Perkembangan RSUD Haji Makassar
RSUD Haji Makassar Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu rumah
sakit milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi di Jln. Daeng
Ngeppe No.14 Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Berdiri
diatas tanah seluas 1,34 HA milik pemerintah Daerah Sulawesi Selatan terletak di
ujung selatan Kota Makassar yang pembangunannya ditetapkan di daerah bekas
lokasi Rumah Sakit Kusta Jongaya dan diharapkan dapat mendukung kelancaran
kegiatan pelayanan calon Jemaah Haji dan masyarakat sekitarnya.
Latar belakang berdirinya Rumah Sakit Haji di Indonesia, berawal dari hibah
pemerintah Kerajaan Arab Saudi sebagai kompensasi Musibah Terowongan Mina
yang menyebabkan gugurnya 631 jemaah haji asal Indonesia, termasuk jemaah yang
berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Didirikan sebagai monument hidup dalam
mengenang dan mengambil hikmah terjadinya musibah terowongan Al Muaisim di
Mina tanggal 2 Juli 1990
Selain Provinsi Sulawesi Selatan, RSUD Haji juga dibangun di tiga kota lain
di Indonesia yaitu Jakarta, Medan, dan Surabaya. Rumah Sakit Haji Makassar
diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Juli Tahun
1992.Pengelolaan Rumah Sakit oleh Pemerintah Sulawesi Selatan dengan Surat
Keputusan Gubernur Nomor : 802/VII/1992 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit, serta Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan

Nomor: 1314/IX/1992 tentang tarif pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Haji
Makassar.
Seiring berjalannya waktu, RSUD Haji Makassar mengalami perkembangan berturut-
turut sebagai berikut:
1. Menjadi Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan dengan Klasifikasi C berdasarkan Keputusan Departemen Kesehatan


Republik Indonesia Nomor: 762/XII/1993; memiliki surat izin pelayanan rumah
sakit berdasarkan Surat Keputusan Nomor: 07375/Yankes-2/V/2010 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan RSUD Haji Makassar yang berlaku 5 (lima) tahun
dari tanggal 27 Mei 2010 s/d 27 Mei 2015
2. Menjadi rumah sakit kelas B Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1226/Menkes/SK/VII/2010
tentang penetapan status rumah sakit Haji Makassar dari kelas C menjadi kelas B
non pendidikan pada tanggal 27 Agustus tahun 2010
3. Menerapkan sistem manajemen ISO 9001 : 2008 tahun 2010

4. Lulus tingkat lanjutan akreditasi kedua (12 pelayanan) dengan sertifikat nomor :
KARS-Sert/31/VII/2011

5. Menjadi rumah sakit umum daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) berdasarkan surat Keputusan
Gubernur Sulawesi Selatan Nomor : 2131/VIII/2012 tentang penetapan RSUD
Haji Makassar sebagai satuan kerja perangkat daerah untuk menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara penuh tanggal 8
Agustus 2012
6. Menerapkan ISO terintegrasi : ISO 9001 : 2008 (Manajemen Mutu), ISO 18001 :
2007 (OHSAS), ISO 14001 : 2004 (Sistem Manajemen Lingkungan) sejak tahun
2012-2014
Diresmikan di Makassar pada tanggal 16 Juli 1992 ditandai dengan
Penandatanganan Prasasti Pendirian Rumah Sakit dilakukan oleh Bapak Presiden
Soeharto sebagai kelanjutan surat keputusan bersama tiga menteri (Menteri Dalam
Negeri, Menteri Agama, dan Menteri Kesehatan) tentang pembentukan panitia
pembangunan Rumah Sakit Haji di empat Embarkasi termasuk Makassar.
RSUD Haji Makassar menawarkan pelayanan kesehatan Islami yang modern,
paripurna dan berkualitas untuk anak-anak, individu, keluarga, maupun karyawan
dari segala kelompok usia. Berbekal tekad untuk menghadapi tantangan yang ada
saat ini serta keinginan untuk memenuhi segala tuntutan kebutuhan penyediaan
pelayanan kesehatan yang lebih baik, RSUD Haji Makassar senantiasa
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, peralatan medis pendukung serta
kualitas sumber daya manusia yang ada dan didukung oleh dokter umum, dokter
spesialis, dokter gigi, perawat, tenaga penunjang diagnostic, tenaga administrasi
yang senantiasa berupaya memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar Secara
keseluruhan fasilitas pelayanan yang tersedia di RSUD Haji Makassar
meliputi : Pelayanan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Intensif, Pelayanan
Gawat Darurat, Pelayanan Penunjang Diagnostik, dan Pelayanan Kesehatan
Preventif. Sejak berdirinya pada tanggal 16 Juli 1992, RSUD Haji Makassar telah
mengalami beberapa kali pergantian direktur berturut-turut sebagai berikut:
1. dr.H.Sofyan Muhammad, M.Si (1992-2001)
2. dr.Hj.Magdaniar Moein, M.Kes. (2001-2007)
3. drg.Abd.Haris Nawawi, MARS (2007-2008)
4. drg.Hj.Nurhasnah Palinrungi, M.Kes. (2008-Okt. 2015)
5. dr. Arman Bausat, Sp.B.,Sp.OT(K) Spine (Okt.2015-Agt 2017) Plt.
6. drg.Abd.Haris Nawawi, MARS (Agt. 2017-sekarang)

2. Visi RSUD Haji Makassar


Menjadi Rumah Sakit Pendidikan Islami, Terpercaya, Terbaik, dan Pilihan Utama di
Sulawesi Selatan Tahun 2020
3. Misi RSUD Haji Makassar
Misi RSUD Haji Makassar Provinsi Sulawesi Selatan adalah:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan rujukan berkualitas yang


terjangkau oleh masyarakat.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan riset tenaga kesehatan berkarakter Islami

c. Menyelenggarakan pola tata kelola pelayanan kesehatan yang baik, akuntabel,


berbasis the ten golden habits
d. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui pengembangan sumber daya manusia
serta mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit.
e. Meningkatkan kesejahteraan karyawan sebagai asset berharga bagi rumah sakit.
4. Motto RSUD Haji Makassar
Motto RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yaitu: ”Kesembuhan dan
Kepuasan Anda merupakan Kebahagiaan Kami”.
5. Tujuan RSUD Haji Makassar
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi pada kepentingan
masyarakat.
b. Meningkatkan citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat dalam bidang
kesehatan.
c. Menghasilkan tenaga dokter, dokter spesialis dan keperawatan yang berkualitas
dan bermoral tinggi.
6. Fungsi
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan medik, pelayanan keperawatan,
penunjang medik, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan,
perencanaan, etika, umum, serta keuangan dan akuntansi.
b. Penyelenggaraan urusan pelayanan medik, pelayanan keperawatan, penunjang
medik, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, perencaan,
etika, umum, serta keuangan dan akuntansi
c. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya

7. Tata Nilai Prilaku Utama


1. Sinergi : Koordinasi, kolaborasi, satu persepsi dalam meningkatkan
mutu dan keselamatan
2. Integritas : Jujur, disiplin, konsisten, komitmen dan menjadi teladan
3. Professional : Kompeten, tanggung jawab, bekerja tuntas, akurat, efektif dan
Efsien

B. Kajian Situasi Ruang Rawat Inap Komering 1.2


1. Karakteristik Unit
a. Visi Ruang Rawat Inap Komering 1.2
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan rawat inap
Komering 1.2, bahwa visi ruang rawat inap Komering 1.2 lebih mengacu pada
visi Rumah Sakit.
b. Misi Ruang Rawat Inap Komering 1.2
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan rawat inap
Komering 1.2, ruangan belum memiliki visi khusus namun lebih mengacu ke
misi Rumah Sakit.
c. Sifat Kekaryaan Ruang Rawat Komering 1.2
1) Fokus Telaah
Ruang rawat inap Komering 1.2 merupakan ruang rawat inap yang
menerima dan melayani pasien dengan penyakit dalam seperti DM tipe 2,
CKD, Anemia, CHF, HHD, dyspepsia, SLE, Ca.mamme, epigastric pain
sindrome, CAD dan Penyakit dalam lainnya. Ruang rawat inap Komering
1.2 juga menerima pasien dewasa mulai dari usia minimal 17 tahun dengan
jenis kelamin Perempuan. Ruang Komering 1.2 terdiri dari 7 kamar kelas
III yang dibagi berdasarkan jenis penyakit infeksi yaitu pada kamar 5, non
infeksipada kamar 1,2,4 dan 6, dan kamar 3 khusus DM dan luka gangren.
2) Lingkup Garapan
Lingkup garapan di ruang Komering 1.2 dalam pelayanan meliputi
pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan keluarga, penyimpangan dan
pemberian intervensi untuk mengatasi masalah yang muncul baik aktual
maupun potensial.
Elemen – elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap Komering
1.2 :
a) Pemeliharaan pola – pola normal dari fungsi – fungsi dasar/ kebutuhan
dasa manusia
b) Pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan
c) Penanganan masalah psikis (emosional) berkaitan dengan penyakit dan
pengobatan
d) Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang pemeliharaan
kesehatan
e) Memfasilitasi selfcare (perawatan diri) pasien secara mandiri oleh
klien maupun keluarga
f) Membantu pasien menghadapi kematian beserta prosesnya agar dapat
meninggal dengan damai
3) Basis intervensi
Basis intervensi ruangan Komering 1.2 dalam bidang pelayanan berupa
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam
bidang pendidikan berupa ketidaktahuan, ketidakmampuan, dan ketidak
mauan peserta didik dalam mencapai tingkat pengetahuan dan pengalaman
tertentu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Dalam bidang penelitian basic intervensinya adalah berupa menjadi lahan
penelitian bagi individu atau kelompok yang ingin meneliti permasalahan
pada berbagai unsur di ruang rawat inapKomering 1.2.
d. Model layanan
Model layanan yang diterapkan di ruangan Komering 1.2 ini adalah
Model Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP). SP2KP
adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan
pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana
dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan
perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Potter & Perry, 2009).
Adapun sistem SP2KP dengan standar sebagai berikut:
1) Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruangan
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 3 tim tiap tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim disetujui oleh kepala
ruangan. Ketua tim dipilih berdasarkan lama kerja di rumah sakit.
Catatan: Setiap tim mengelola pasien dengan jumlah sesuai yang telah
ditentukan oleh kepala ruangan/ satu tim : 14 pasien.
b) Kepala Ruangan berdiskusi dengan semua staff perawat diruaangan
dalam mengatur jadwal dinas (pagi, sore, malam). Pembagian jadwal
dinas masing-masing tim terdiri dari shift pagi, shift sore dan shift
malam yang mewakili masing-masing tim. Jumlah jam kerja perawat
dalam satu bulan adalah 165-170 jam.
c) Kepala ruangan membagi pasien untuk masing-masing tim lalu ketua tim
membagi pasien kepada perawat pelaksana. Di Ruang Komering 1.2
Karu membagi menjadi 3 tim, yang setiap tim terdiri dari 2-3 perawat
shift pagi, 1 perawat shift sore dan shift malam, yang merawat 14 pasien
setiap tim
d) Apabila suatu ketika suatu tim kekurangan perawat pelaksana karena
kondisi tertentu, Kepala Ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana
dari tim lain ke tim yang mengalami kekurangan anggota dan
berdasarkan hasil observasi pada hari senin tanggal 29 Mei 2017.
e) Jika Kepala Ruangan berhalangan karena sakit atau izin dikarenakan
masalah pribadi yang tidak terduga, mak a pengganti Kepala Ruangan
adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya
digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten
sesuai dengan level jenjang karir di antara anggota tim. Pada saat libur
dan shift malam maka yang menggantikan adalah Perawat Penanggung
Jawab. Sedangkan apabila kepala ruangan mengajukan izin langsung ke
kepala instalasi maka pengganti kepala ruangan adalah kepala ruangan
lain yang satu instalasi seperti Komering 1.1, Rupit 1.1, dan Rupit 1.2
f) Ketua Tim bertanggung jawab atas asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat
Pelaksana anggota timnya.
g) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Perawat
Pelaksana yang mengelola pasien yang bersangkutan diketahui Ketua
Tim. Bila Ketua Tim suatu hari sedang tidak bertugas maka tanggung
jawabnya didelegasikan kepada perawat penanggung jawab di dalam
tim.
h) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dan mendokumentasikannya dalam
catatan perkembangan pasien pada status pasien.
2) Mekanisme Overan dan Pre-Post conference
a) Overan
 Berdo’a.
 Kepala ruangan memimpin overan pagi
 Setiap tim melakukan overan dengan masing-masing tim yang sama,
dengan menggunakan buku laporan dan menyampaikan tindakan
yang telah dilakukan perawat shift malam dan tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat shift pagi.
 Setelah pelaporan karu memimpin semua perawat langsung ke semua
kamar pasien (perawat keliling ke tiap kamar, memperkenalkan diri
kepada pasien dan melaporkan keadaan pasien kepada shift
berikutnya).
 Pada shift sore dan malam juga hari libur, overan dipimpin oleh
Perawat PJ shift.
 Laporan meliputi: Masalah keperawatan utama, intervensi
keperawatan yang telah dilakukan, sedang dilakukan dan yang akan
dilakukan berikut kolaborasi tindakan medis.
 Kepala Ruangan menindaklanjuti masalah-masalah yang ditemukan.
b) Briefing Tim/pre conference
Katim membagi tugas kepada anggota timnya (PP): Pasien/Kamar, Tugas
(pengkajian s/d pendokumentasian), Implementasi tindakan keperawatan
baik mandiri maupun kolaborasi.
c) Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
 Masing-masing tim melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan kesepakatan dan pembagian tugas pre conference
 Katim mengkoordinir pelaksanaan tindakan-tindakan yang telah
direncanakan baik tindakan mandiri maupun kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya
 Perawat pelaksana melaksanakan tindakan-tindakan yang telah
direncanakan dan membuat dokumentasi asuhan keperawatan yang
dilakukan timnya

d) Post conference
 Melakukan overan langsung ke semua kamar pasien (perawat
keliling ke setiap kamar, memperkenalkan diri kepada pasien dan
melaporkan keadaan pasien kepada shift berikutnya).
 Laporan meliputi: Masalah keperawatan utama, Intervensi
keperawatan yang telah dilakukan, sedang dilakukan dan akan
dilakukan berikut kolaborasi tindakan medis.
 Sosialisasi informasi/pengumuman. (jika diperlukan)
Berdasarkan hasil kajian mutu pelayanan, kepuasan pasien di ruang
rawat inap Komering 1.2 dengan 40 responden menghasilkan derajat
kepuasan sebanyak ….. % tidak memuaskan dan …. % memuaskan.
e) Letak ruang rawat inap Komering 1.2
Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2014, standar untuk ruang rawat
inap yaitu:
1. Lokasi
a. Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman
dan nyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibiltas atau
pencapaian dari sarana penunjang rawat inap.
b. Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan
kotoran, dan bising dari mesin/generator.

2. Denah
a. Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya
hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat
dan sangat berhubungan/membutuhkan.
b. Lokasi Instalasi Rawat Inap Komering 1.2 berada di daerah yang
strategis, Ruang Rawat Komering 1.2 terletak diantara ruang selincah
dan Rupit 1.1. Pintu masuk Ruang Rawat inap Komering 1.2 tepat
didepan ruang Komering 1.1. Ruangan Komering 1.2 memiliki 2
pintu, 1 pintu menghubungkan ruangan Komering 1.2 dengan
Komering 1.1, dan 1 pintu lainnya menghubungkan ruangan
Komering 1.2 dengan selasar Rumah Sakit.
c. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara
linier/lurus (memanjang).
d. Ruang rawat di Komering 1.2 berada pada satu garis linier dan
memiliki counter perawat yang strategis
e. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan.
f. pada kamar 1, 2, 5 dan 3 memiliki ventilasi udara yang langsung
terhubung dengan sinar matahari sehingga sinar matahari dapat masuk
kedalam kamar. Akan tetapi pada kamar 4, 6, dan 7 ventilasi/jendela
sinar matahari terhalang masuk dalam ruangan karena tehalang dari
ruangan kemuning dan kamar 2 dan 5. Sehingga kamar 4, 6, dan 7
memiliki pencahayaan yang kurang.
g. Alur petugas dan pengunjung dipisah. Petugas dan pengunjung di
Ruang rawat inap Komering 1.2 memiliki jalan yang sealur.

Denah Ruangan Komering 1.2

Ruang Dokter Jaga Pintu masuk


Ruang Tindakan
Ruang Kepala
Ruangan
Kamar 1

Nurse Ruang
Station Perawat

Kamar 2

Kamar 7

Kamar 5
kamar 6

Kamar 3
kamar 4

Pantry
Pintu Belakang Gudang
Spoel hoek

Dilihat dari letak ruang rawat inap Komering 1.2 terdapat ruang jaga
dokter, ruang tindakan, kamar rawat inap yang dibagi berdasarkan
pengelompokan penyakit yaitu penyakit infeksi yang terdiri dari 1 kamar,
yaitu kamar 5 dan kamar 3 untuk ruangan DM dengan gangren, kemudian
penyakit non infeksi yang terdiri dari kamar 1, kamar 2, kamar 4, kamar 6 dan
kamar 7. Ruang Komering 1.2 mempunyai 1 gudang penyimpangan barang-
barang seperti alat tenun, brankar, rest tool, dan alat-alat invasif lainnya.
Terdapat 2 kamar mandi di masing-masing kamar pasien, 2 kamar mandi di
ruangan perawat, dan 1 kamar mandi diruangan tindakan.

f) Kapasitas Unit Ruang Rawat Inap Komering 1.2


Ruang rawat inap Komering 1.2 merupakan ruang rawat inap penyakit
dalam khusus wanita yang terdiri dari 7 ruangan rawat inap penyakit dalam
dengan kapasitas tempat tidur 42 pasien, dengan rincian tempat tidur sebagai
berikut:
 Kamar 1
Terdiri dari 6 tempat tidur dengan fasilitas 6 narkase, 6 regulator O2
dinding, 1 kamar mandi 4 kipas angin dalam keadaan baik, 6 kursi
keluarga
 Kamar 2
Terdiri dari 6 tempat tidur dengan fasilitas 6 narkase, 6 regulator O2
dinding, 2 kamar mandi, 4 kipas angin dalam keadaan baik, 6 kursi
keluarga
 Kamar 3
Terdiri dari 6 tempat tidur dengan fasilitas 6 narkase, 6 regulator O2
dinding, 2 kamar mandi, 3 kipas angin dalam keadaan baik
 Kamar 4
Terdiri dari 6 tempat tidur dengan fasilitas 6 narkase, 6 regulator O2
dinding, 2 kamar mandi, 3 kipas angin dalam keadaan baik
 Kamar 5
Terdiri dari 6 tempat tidur dengan fasilitas 6 narkase, 6 regulator O2
dinding, 2 kamar mandi, 4 kipas angin dalam keadaan baik.\
 Kamar 6
Terdiri dari 6 tempat tidur dengan fasilitas 6 narkase, 6 regulator O2
dinding, 2 kamar mandi, 4 kipas angin dalam keadaan 3 baik dan 1 rusak.
 Kamar 7
Terdiri dari 6 tempat tidur dengan fasilitas 6 narkase, 6 regulator O2
dinding, 2 kamar mandi, 3 kipas angin dalam keadaan baik
2. Analisa terhadap Pasien
a. Karakteristik Pasien
1) Karakteristik Penyakit
Penyakit diruang rawat inap Komering 1.2 pada bulan Maret sampai
dengan Agustus 2016, dapat dilihat pada tabel 2.1:
Tabel 2.1
Daftar Penyakit Ruang Rawat Inap Komering 1.2

No Penyakit Juni Juli Agustus Jumlah

1 CKD 15 2 30 47

2 Anemia 12 1 16 29

3 SLE 5 - 9 14
T
4T DM Tipe 2 4 2 15 21
a
5 Thalasemia 2 - 7 9
b
e
l di atas menunjukkan bahwa penyakit yang paling banyak diantara 5
penyakit terbanyak yang terdapat di ruang Komering 1.2 pada bulan Juni
sampai dengan Agustus adalah penyakit CKD.
2) Pendidikan
Pendidikan pasien yang dirawat (menjalani perawatan pada hari Selasa,
30 Mei 2017) yang berjumlah pasien dapat dilihat pada tabel 2.2 di
bawah ini:
Tabel 2.2
Persentase Pasien Berdasarkan pendidikan pasien

Perguruan SMA SMP SD


tinggi
Persentase 0% 30% 50% 20%

Dari data di atas menunjukkan bahwa jumlah persentase tertinggi


pendidikan pasien di Komering 1.2 yaitu pendidikan SMA dan SMP
50%.
3) Pekerjaan
Pekerjaan pasien yang menjalani perawatan (Selasa, 30 Agustus 2016)
yang berjumlah 42 pasiendapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini:
Tabel 2.3
Persetase pasien berdasarkan pekerjaan pasien

Buruh PNS Wiraswsta Ibu Pelajar


rumah
tangga
Persentase 0% 0% 20% 70% 0%

Dari data di atas bahwa jumlah persentasi pekerjaan paling tinggi adalah
ibu rumah tangga dengan persentase 70%.
4) Umur
Umur pasien yang dirawat (Selasa, 30 Agustus 2016) yang berjumlah 42
pasiendapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini:
Tabel 2.4
Persentase pasein berdasarkan umur pasien

10-17 tahun 18-25 tahun 26-60 tahun > 61 tahun


Persentase - 25% 70% 5%

Dari data di atas persentase umur pasien yang paling tinggi adalah usia
26-60 tahun dengan 70 %.
5) Lama Rawat
Lama pasien dirawat berdasarkan pengkajian (Selasa, 30 Agustus 2016)
yang berjumlah 42 pasien dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini:
Tebel 2.5
Persentase lama rawat pasien
3-5 hari 1-2 minggu 3-4 minggu
Persentase 15% 70% 15%

Dari data di atas persentase lama rawat pasien yang paling tinggi adalah
1-2 minggu 70%.
b. Tingkat Ketergantungan Pasien
Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Dengan Metode
Douglas yaitu :
Tabel 2.6
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien
No. KLASIFIKASI
1 Minimal Care (1-2 jam)
1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian
dan minum.
2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
3. Observasi Tanda vital setiap shift.
4. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
5. Persiapan prosedur pengobatan
2 Intermediet Care (3-4 jam)
1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
2. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
3. Pengobatan lebih dari 1 kali.
4. Pakai foley kateter.
5. Pasang infus, intake out-put dicatat.
6. Pengobatan perlu prosedur.
3 Total Care (5-6 jam)
1. Dibantu segala sesuatunya.
2. Posisi diatur.
3. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
4. Pakai NG tube.
5. Terapi intravena, pakai suction.
6. Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar.

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga kesehatan yang


dibutuhkan tergantung pada jumlah pasien dan tingkat ketergantungan
pasien. Menurut Douglas (1984), Loverige dan cummings (1996)
diklasifikasikan tingkat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori
yaitu :
a. Minimal Care : 1-2 jam / 24 jam
b. Intermediet/Partial Care : 3-4 jam / 24 jam
c. Total Care : 5-6 jam / 24 jam
Tabel 2.7
Perhitungan tingkat ketergantungan pasien
berdasarkan hasil pembagian kuesioner pada tanggal 30 Agustus 2016
Tingkat Jumlah Jumlah Kebutuhan Tenaga
Hari
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Selasa MC 10 Orang 10 x 0,17 = 1,7 10 x 0,14 = 1,4 10 x 0,07 = 0,7

PC 28 Orang 28 x 0,27 = 7,56 28 x 0,15 = 4,2 28 x 0,10 = 2,8

TC 2 Orang 2 x 0,36 =0,72 2 x 0,30 = 0,6 2x 0,20 = 0,4

Total 40 9,98 6.2

3,9

 Jumlah kebutuhan perawat setiap hari = pagi + sore + Malem


= 9,98 + 6,2 + 3,9
= 20,8= 21 orang
 Jumlah tenaga lepas dinas/cuti per hari
jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar X jumlah perawat
jumlah hari kerja efektif
= 78 x 19 = 5.18
286
= 5 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas di ruang rawat inap
Komering 1.2 adalah : 21 orang + 5 perawat lepas dinas + 4 orang struktural
( Karu + 3 Katim) = 30 orang.

3. Analisa Unit Layanan Keperawatan


a. Flow of care
Penerimaan Pasien Baru di Ruang Komering 1.2

Pasien datang dari : IGD Terdapat ACC tim medis


penyakit dalam /IGD indikasi rawat dan paramedis
Emergensi/ Poliklinik PDL inap untuk rawat inap
dan Graha Spesialis
Penerimaan oleh
perawat ruangan
Pasien dirawat
inap

Pemeriksaan status, kim


dan kelengkapan
administrasi
Penjelasan tentang
Perawat orientasi ruangan tata tertib pasien,
dengan pasien fungsi gelang, cuci
tangan dan pasien
safety

Tabel 2.8
Perbandingan Penerimaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual

Ideal Aktual
Penerimaan pasien baru berdasarkan hasil
analisa instrumen penerimaan pasien baru di
ruang rawat inap Komering 1.2 RSMH
Palembang, didapatkan hasil
1. KARU menerima informasi 1. Perawat menerima informasi untuk menerima
pasien baru dan memberitahu PP. pasien baru

2. Penandatangan informed 2. Perawat mempersiapkan kamar pasien baru


consent, cek status dan
memasukan data ke buku
register pasien baru.

3. Menyiapkan tempat tidur dan 3. Pasien berasal dari IGD penyakit dalam, IGD
peralatan/ sarana pendukung Emergensi, Poliklinik penyakit dalam dan
sesuai kebutuhan pasien yang Graha Spesialis. Pasien dilakukan anamnesa
bersangkutan dengan teliti. oleh tim medis dan paramedis di IGD, Poli
dan Graha, jika terdapat indikasi rawat inap
keluarga pasien diminta untuk melengkapi
administrasi untuk dirawat inap

4. Cekkembali persiapan ruangan


4. Kemudian dikonfirmasi oleh perawat IGD,
dan beritahukan pada unit awal
Poli, dan Graha kepada perawat jaga di
pasien masuk bahwa ruangan
Komering 1.2 untuk menanyakan
telah siap menerima pasien.
ketersediaan ruangan di ruang rawat inap
Komering 1.2 dan memberitahukan jika ada
pasien yang akan dirawat di ruangan tersebut.

5. Perawat irna menerima pasien 5. Setelah dilakukan konfirmasi, perawat jaga


dari IGD/ Poliklinik dan ruang Komering 1.2 menyiapkan tempat tidur
memperkenalkan diri. pasien memasang linen, bantal, selimut,
narkase, tiang infus.

6. Serah terima pasien dan rekam


6. Semua persiapan selesai dilakukan, perawat
medis dari IGD atau Poli
mengkonfirmasi ulang bahwa pasien sudah
boleh diantar ke ruang Komering 1.2. Lalu
pasien diantar oleh petugas dari
IGD/poliklinik, dan Graha ke ruangan
Komering 1.2.
7. Melengkapi RM dan mengisi
buku register pasien baru dan
7. Setelah pasien diantar ke ruang rawat
melapor kedokter jaga bangsal
Komering 1.2, pasien diterima oleh perawat
di ruangan. Perawat memeriksa kelengkapan
status (baik status IGD/Poli dan status
ruangan), kim, gelang pasien, serta
pemeriksaan yang telah dilakukan (Hasil
8. Bila pasien dapat berdiri, atau Rontgen, dll).
timbang berat badan sebelum
penderita dibaringkan. 8. Perawat mengantar pasien dan keluarga ke
ruangan dan tempat tidurnya.

9. Pengkajian data melalui


anamnese dan pemeriksaan fisik.

9. Perawat mengobservasi dan melakukan


10. Pasien dan keluarga diberi pengkajian kondisi pasien
penjelasan tentang tata tertib
yang berlaku di Rumah Sakit 10. Perawat mengorientasikan pasien tentang
serta orientasi keadaan keadaan ruangan perawat pasien, tata tertib,
ruangan/fasilitas yang ada. fungsi gelang, cuci tangan dan pasien safety.

11. Perawat melaporkan dengan dokter jaga


11. Memasang gelang identitas
dan mempersiapkan/ merencanakan tindakan
pasien ditangan pasien (SOP:
yang akan dilakukan.
Pemasangan gelang identitas
pasien).

12. Perawat melakukan tindakan


12. Mengambil obat ke farmasi keperawatan sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan.

13. Permintaan gizi(Potter, 2005)

Berdasarkan observasi instrument penerimaan pasien baru, seluruh


perawat 95% melaksanakan prosedur tindakan penerimaan pasien baru sesuai
prosedur yang ada. Namun pada saat penerimaan pasien baru jarang sekali
perawat menimbang BB dan TB pasien.
b. Manajemen Unit
1) Sumber daya manusia
Di ruang Komering 1.2, rentang umur, jumlah tenaga perawat, dan tingkat
pendidikan dengan klasifikasi pendidikan sebagai berikut:
Tabel 2.9
Distribusi Pegawai Ruang Komering 1.2 Berdasarkan Kelompok Umur
No. Kelompok Umur Jumlah

1. 20 – 29 Tahun 9 orang

2. 30 – 39 Tahun 7 orang

3. 40 – 49 Tahun 1 orang

4. Lebih dari 50 Tahun 2 orang

TOTAL 19 orang

Tabel 2.10
Distribusi Pegawai Ruang Komering 1.2 Berdasarkan Jumlah Tenaga
Perawat

No. Jumlah Tenaga Perawat Jumlah

1. Kepala Ruangan 1 orang

2. Ketua Tim 3 orang

3. Perawat Pelaksana 15 Orang

Tabel 2.11
Distribusi Pegawai RuangKomering 1.2 Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah

1. S1 Keperawaratan (Ners) 5 orang

2. S1 Keperawatan -

3. D4 Keperawatan

4. D3 Keperawatan 14 orang

Total 19 orang

Tabel 2.12
Distribusi Pegawai Ruang Komering 1.2 Berdasarkan Kelompok Umur

No. Masa Kerja Jumlah

1. < 2 tahun 6 orang

2. 2 – 5 tahun 5 orang

3. 6 – 10 tahun 5 orang

4. 11 – 15 tahun 0 orang

5. 16 – 20 tahun 0 orang

6. 21 – 25 tahun 1 orang

7. >26 tahun 2 orang

Total 19 orang

Tabel 2.13
Distribusi Pegawai Ruang Komering 1.2 Berdasarkan Status
Kepegawaian
No. Pendidikan Jumlah

1. PNS 9 orang

2. BLU 10 orang

Total 19 orang

Berdasarkan tabel rentang umur perawat di Ruang Komering 1.2


berkisar antara 20 – 57 tahun. Rata-rata umur perawat di ruang komering 1.2
berusia 30-39 tahun. Jumlah perawat di Ruang Komering 1.2 sebanyak 19
orang yang terdiri dari kepala ruangan, 3 orang ketua tim, dan 14 orang
perawat pelaksana. Adapun tingkat pendidikan terdiri D3 Keperawatan 14
orang, S1 Keperawatan (Ners) 5 orang.
a) Pendidikan dan Pelatihan
NO NAMA JENIS PELATIHAN TAHUN Pendidikan
lanjutan
1 Evi Yuni Mistati, Pelatihan perawatan hemodialisa 1996 -
S.kep Ners BHD 2004
PPGD 2008
Clinical instruktur 2009
Manajemen Ruangan 2009
CAPD 2011
BTCLS 2013
Pelatihan plebotomi 2015
K3RS dan pasien safety 2015
Asesor 2015
PPI 2016
2 Ahya Suarni Manajement ruangan 2009 -
B.sc PPGD 2009
Clinical instruktur 2010
BHD 2014
Pelatihan plebotomi 2015
BHD 2016
3 Nelawati AMK PPGD 2009 -
Pelatihan plebotomi 2010
BTCLS 2011
PPI 2015
4 Diah Ayu Tantri, PPGD 2010 -
AMK Pelatihan Plabeotomi 2012
5 Kiki Sandra BHD 2010 -
S.Kep PPI 2013
Pelatihan plebotomi 2014
Pelatihan Nebulizer 2015
6 Merry Rossita, Pelatihan plebotomi 2012 -
AMK Pelatihan K3RS 2015
BHD 2016
PPI 2016
7 Meliyani Pelatihan K3 RS 2014 -
Oktaria, AMK Pelatihan plebotomi 2015
PPI 2016
8 Riska Yuniaty, BTCLS 2012 -
S.Kep, Ns Pelatihan plebotomi 2015
9 Dwi Rahmasari, BHD 2015 -
AMK K3 RS 2014
Komunasi efektip 2013
PPI 2013
10 Ida Harya Yulia, BLST 2011
AMK Komunikasi efektip 2013
Pelatihan plebotomi 2013
11 Indrawati S.Kep Komunikasi efektip 2013 -
PPI 2014
Pelatihan plebotomi 2015
BHD 2016
12 Mugiati AMK K3RS dan patient safety 2009 -
Pelatihan plebotomi 2015
13 Nyayu desy Pelatihan plebotomi 2014 -
AMK K3RS dan patient safety 2010
PPGD 2013
14 Kiki Febriani, Penatalaksanaan pencegahan infeksi 2016 -
S.Kep Ns pemasangan catheter
BHD 2016
15 Riska BHD 2016 -
Aoktawati,AMK
16 Desnawati,AMK BHD 2016 -
PPI 2016
17 Ahirowati,AMK BHD 2016 -
BTCLS 2013
18 Ermawati, AMK BHD 2016 -
19 Reni Permata BHD 2016 -
Sari, S.Kep Ns

b) Keberadaan manajer kasus dan konselor keperawatan


Keberadaan manajer kasus dan konselor keperawatan sampai saat ini
belum ada di ruang Komering 1.2. Alasannya karena jumlah tenaga
perawat di Komering 1.2 masih kurang, waktu yang diperlukan untuk
manajer kasus dan konselor keperawatan juga tidak cukup sehingga
keberadaan manajer kasus dan konselor keperawatan belum berjalan di
ruang Komering 1.2
c) Sistem punishment dan reward
Punishment yang sedang berjalan di Komering 1.2 saat ini sama
dengan peraturan punishment di RSMH pada umumnya berupa
pengurangan remunisasi setiap akhir bulan, punishment diberikan bagi
perawat yang bekerja tidak sesuai dengan SOP. Reward untuk perawat
di ruang Komering 1.2 saat ini berupa Remunerasi yang diberikan pada
seluruh perawat setiap bulannya.
2) Non Manusia
a) Method
Ditinjau dari segi pengorganisasian, di ruang Rawat Inap Komering
1.2 metode penugasan yang diterapkan adalah metode tim yaitu
SP2KP yang memberikan sekelompok perawat terhadap sekelompok
pasien, dimana kelompok perawat profesional, berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dibidangnya. Tim terbagi menjadi 3, yaitu tim
A, tim B, dan tim C
Tim A bertanggung jawab terhadap kamar 1 & 2 serta kamar 3 bed 1
& 2 .Tim B bertanggung jawab terhadap kamar 4 & 5 serta kamar 3
bed 3 & 4, Sedangkan tim C bertanggung jawab terhadap kamar 6 &
7 serta kamar 3 bed 5 & 6. Setiap tim bertanggung jawab terhadap 14
pasien.
Dalam pelaksanaan metode tim, kepala ruangan berperan memberikan
solusi bersama-sama dengan ketua tim dan perawat pelaksana
menyelesaikan masalah pasien. Bila kepala ruangan berhalangan
hadir, kepala ruangan akan mendelegasikan tugas kepemimpinan
kepada perawat yang berkompeten dan dapat dipercaya untuk
mengerjakan tugasnya (biasanya katim). Apabila perawat pelaksana
dari salah satu tim berhalangan untuk melaksanakan tugasnya pada
hari itu maka perawat pelaksana dari tim lain dapat secara fleksibel
menggantikan tugasnya pada hari itu, dan dari 3 hari observasi yang
dilakukan Co-Ners, setiap hari dilaksanakan kegiatan 3 kali pre
conference dan 3 kali post conference di ruangan ini, kegiatan
timbang terima/operan selalu dilakukan pada shift pagi/sore/malam di
nurse station dengan sesama tim dan dilakukan juga didepan pasien
lalu berdo’a di ruangan perawat.
Penggunaan metode penugasan di Komering 1.2 ini cukup efektif
sehingga perawat dapat mengetahui kondisi pasien yang menjadi
tanggung jawabnya secara komprehensif sehingga proses pemberian
asuhan keperawatan menjadi optimal. Oleh karena itu, Co-Ners
UNSRI merencanakan untuk tetap mempertahankan dan ikut serta
dalam pre dan post conference serta meningkatkan timbang terima /
operan pasien langsung dihadapan pasien setiap pergantian shift dan
dihadiri oleh seluruh tenaga kesehatan di Ruang Komering 1.2 yang
dimulai pada hari kedua pelaksanaan roleplay.
(2) Pre post Conference
Tabel 2.14
Perbandingan Pre-Post conference Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual

Konferensi merupakan pertemuan tim Berdasarkan observasi yag


yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan oleh mahasiswa pratik co-
dilakukan sebelum atau setelah ners selama melakukan dinas stase
melakukan operan dinas, sore atau manajemen di ruang Komering 1.2,
malam sesuai dengan jadwal dinas conference dilakukan setiap harinya.
perawatan pelaksanaan. Conference Adapun hasil observasi pelaksanaan
sebaiknya dilakukan di tempat pre dan post conference yaitu
tersendiri sehingga dapat mengurangi sebagai berikut:
gangguan dari luar. Konferensi terdiri
dari pre conference dan post
conference yaitu :

Pre conference Pre Confrence


Pre conference adalah komunikasi Dilakukan oleh katim dan perawat
katim dan perawat pelaksana setelah pelaksana setelah operan, dipimpin
selesai operan untuk rencana kegiatan oleh ketua tim dan dilakukan di
pada shift tersebut yang dipimpin oleh nurse station. Pre conference
ketua tim atau penanggung jawab tim. dilakukan pada shift pagi, siang dan
Jika yang dinas pada tim tersebut malam.
hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim dan PJ
tim (Modul MPKP, 2006)
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau PJ
tim
Kegiatan:

1) Ketua tim atau PJ tim membuka


acara
2) Ketua tim atau PJ tim menanjakan
rencana harian masing – masing
perawat pelaksana
3) Ketua tim atau PJ tim memberikan
masukan dan tindakan lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat
itu.
4) Ketua tim atau PJ tim memberikan
reinforcement
5) Ketua tim atau PJ tim menutup
acara

Post conference
Post conference
Post conference adalah komunikasi
Dilakukan oleh katim dan perawat
katim dan perawat pelaksana tentang
pelaksana setelah operan, dipimpin
hasil kegiatan sepanjang shift dan
oleh ketua tim dan dilakukan di
sebelum operan kepada shift berikut.
nurse station. Post conference
Isi post conference adalah hasil askep
dilakukan pada shift pagi,siang dan
tiap perawatan dan hal penting untuk
malam. Isi post conference adalah
operan (tindak lanjut). Post conference
adalah hasil askep tiap perawatan
dipimpin oleh katim atau PJ tim
dan hal penting untuk operan (tindak
(Modul MPKP, 2006)
lanjut).
Waktu :Sebelum operan ke dinas
berikutnya.
Tempat : Meja masing – masing tim.
Penanggung jawab : Ketua tim atau PJ
tim
Kegiatan :

1) Ketua tim atau PJ tim membuka


acara.
2) Ketua tim atau PJ tim menanyakan
kendala
3) Dalam asuhan yang telah diberikan.
Ketua tim atau PJ tim yang
menanyakan tindakan lanjut asuhan
klien yang harus dioperkan kepada
perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau PJ menutup acara.
Tujuan Pre-Post conference Selama 3 hari observasi diruang
Secara umum tujuan konferensi rawat komering 1.2 pre-post
adalah untuk menganalisa masalah- conference telah dilakukan untuk
masalah secara kritis dan menjabarkan membantu mengidentifikasi
alternatif penyelesaian masalah, masalah-masalah pasien, asuhan
mendapatkan gambaran berbagai keperawatan dapat terlaksana hingga
situasi lapangan yang dapat menjadi evaluasi hasil. Persiapan sebelum ke
masukan untuk menyusun rencana lapangan juga telah terlaksana
antisipasi sehingga dapat dengan baik pada masing-masing
meningkatkan kesiapan diri dalam tim. Pasien juga diperbolehkan
pemberian asuhan keperawatan dan berdiskusi mengenai perawatan yang
merupakan cara yang efektif untuk akan diterimanya selama dirawat
menghasilkan perubahan non kognitif diruang komering 1.2.
(McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian
asuhan keperawatan sehingga tidak
terjadi pengulangan asuhan,
kebingungan dan frustasi bagi pemberi
asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).
a. Tujuan pre conference adalah:

1) Membantu untuk mengidentifikasi


masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan
merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan
ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk
berdiskusi tentang keadaan pasien
b. Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian
masalah dan membandingkan
masalah yang dijumpai.
Syarat Pre-Post conference : Pre conference dilaksanakan
sebelum pemberian asuhan
1) Pre conference dilaksanakan
keperawatan dan post conference
sebelum pemberian asuhan
dilakukan sesudah pemberian
keperawatan dan post conference
asuhan keperawatan.
dilakukan sesudah pemberian
asuhan keperawatan
Umumnya di ruang Komering 1.2
2) Waktu efektif yang diperlukan 10
dilakukan Pre-Post conference
atau 15 menit. Topik yang
dengan waktu 15-20 menit, yang
dibicarakan harus dibatasi,
terlibat dalam conference adalah
umumnya tentang keadaan
kepala ruangan, ketua tim dan
pasien, perencanaan tindakan
anggota tim.
rencana dan data-data yang perlu
ditambahkan, yang terlibat dalam
conference adalah kepala
ruangan, ketua tim dan anggota
tim

Panduan perawat pelaksanaan dalam Hal-hal yang disampaikan pada pre-


melaksanakan konferensi post conference berdasarkan
Adapun panduan bagi PP dalam observasi yang telah dilakukan
melakukan konferensi adalah sebagai meliputi, jumlah pasien dan jenis
berikut: (Ratna Sitorus, 2006). penyakit, rencana keperawatan,
1) Konferensi dilakukan setiap keluhan utama pasein, rencana
hari segera setelah dilakukan medis, hasil laboratorium terbaru
pergantian dinas pagi atau sore termasuk nilai kritis, perubahan
sesuai dengan jadwal terapi medis dan juga membahas
perawatan pelaksana. mengenai pasien yang terkait dengan
2) Konferensi dihadiri oleh pelayanan seperti : pembatasan
perawat pelaksana dan PA pengunjung, kehadiran dokter yang
dalam timnya masing – dikonsulkan, mengingatkan kembali
masing. pentingnya ketepatan pemberian
3) Penyampaian perkembangan obat, rencana tindakan medis pasien.
dan masalah klien berdasarkan Pada saat pre-post conference tidak
hasil evaluasi kemarin dan pernah disampaikan terkait TTV
kondisi klien yang dilaporkan pasien.
oleh dinas malam.

Hal-hal yang disampaikan oleh


perawat pelaksana meliputi :

a. Keluhan utama klien


b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan
laboraturium atau diagnostic
terbaru.
e. Masalah keperawatan
f. Rencana keperawatan hari ini.
g. Perubahan keadaan terapi
medis.
h. Rencana medis.

4. Perawat pelaksana mendikusikan


dan mengarahkan perawat asosiet
tentang masalah yang terkait
dengan perawatan klien yang
meliputi :

a) Klien yang terkait dengan


pelayanan seperti :
keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan
pengunjung lain, kehadiran
dokter yang dikonsulkan.
Ketepatan pemberian infuse.
b) Ketepatan pemantauan asupan
dan pengeluaran cairan.
c) Ketepatan pemberian obat /
injeksi.
d) Ketepatan pelaksanaan
tindakan lain,
e) Ketepatan dokumentasi.
4. Mengingatkan kembali standar
prosedur yang ditetapkan.
5. Mengiatkan kembali tentang
kedisiplinan, ketelitian, kejujuran
dan kemajuan masing – masing
perawatan asosiet.
6. Membantu perawatan asosiet
menyelesaikan masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
Tahap – tahap inilah yang akan
dilakukan oleh perawat – perawat
ruangan ketika melakukan pre
conference

(3) Timbang Terima


Tabel 2.15
Perbandingan Timbang Terima (Operan) Berdasarkan Ideal
dan Aktual
Ideal Aktual
Timbang terima pasien (operan) Berdasarkan hasil observasi,
merupakan teknik atau cara untuk dilakukan kegiatan timbang terima di
menyampaikan dan menerima sesuatu ruang Komering 1.2 dilakukan setiap
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pergantian shift yang diikuti oleh
pasien. Timbang terima pasien harus semua perawat yang bertugas. Hal itu
dilakukan secara seefektif mungkin juga diperkuat dengan hasil observasi
dengan menjelaskan secara singkat, jelas data menggunkan instrument timbang
dan lengkap tentang tindakan mandiri terima, didapatkan hasil 100%
perawat, tindakan kolaboratif yang telah perawat melaksanakan timbang
dilakukan/ belum dan perkembangan terima dengan kategori baik. Timbang
pasien saat itu. Informasi yang terima di Ruang Komering 1.2 selalu
disampaikan harus akurat sehingga dilakukan di Ruang Perawat Secara
kesinambungan asuhan keperawatan dapat bersama-sama yang dimulai dengan
berjalan dengan sempurna. Timbang berdo’a di setiap shift
terima dilakukan oleh perawat primer pagi/sore/malam, dan menjelaskan isi
(penanggungjawab) mulai dari perawat laporan timbang terima pada shift
dinas pagi ke perawat dinas sore, tersebut. Seteleh melakukan timbang
kemudian perawat dinas sore ke perawat terima di ruang perawat, perawat juga
dinas malam selanjutnya perawat dinas berkeliling ke kamar pasien dan
malam ke perawat dinas pagi hari melakukan penyerahan dinas dan
berikutnya secara tertulis atau lisan memperkenalkan perawat jaga yang
(Nursalam, 2007). akan bertugas pada shift tersebut,
Hal-hal yang perlu diperhatikan : adapun laporan yang di laporkan yaitu
1. Dilaksanakan tepat pada pergantian meliputi nama dan ruangan pasien,
shift kondisi pasien, tindakan medis yang
2. Dipimpin oleh penanggung jawab telah dan belum dilakukan, terapi yang
pasien diberikan, rencana terapi selanjutnya,
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah hasil laboratorium terbaru, perubahan
dan akan dinas intervensi medis, dan hal yang
4. Informasi yang disampaikan harus menyangkut pelayanan jika perlu.
akurat, singkat, sistematis dan Saat ini, kebijakan RS tidak
menggambarkan kondisi pasien saat memperkenankan perawat melakukan
ini serta menjaga kerahasiaan pasien operan dengan menggunakan buku
5. Timbang terima harus berorientasi khusus. Setiap perawat yang
pada permasalahan pasien melakukan overan menggunakan
6. Pada saat timbang terima di kamar status pasien langsung.
pasien, menggunakan volume suara Pada saat kegiatan timbang terima,
yang cukup sehingga pasien perawat memperkenalkan tim yang
disebelahnya tidak mendengar sesuatu akan bertukar dinas. Kegiatan timbang
yang rahasi bagi pasien. Sesuatu yang terima yang dilakukan di ruang
dianggap rahasia sebaiknya tidak Komering 1.2 dipimpin oleh perawat
dibicarakan secara langsung didekat pelaksana yang akan bertukar dinas
pasien terutama disetiap pergantian shift.
7. Sesuatu yang mungkin membuat Proses timbang terima yang efektif
pasien terkejut dan syok sebaiknya dan terstruktur akan memperkuat
dibicarakan di nurse station status profesional perawat dalam
pelayanan kesehatan era modern
(Davies and Priestly, 2006).

(4) Ronde Keperawatan


Tabel 2.16
Perbandingan Ronde Keperawatan Berdasarkan Ideal dan
Aktual
Ideal Aktual
Ronde keperawatan adalah kegiatan Berdasarkan hasil observasi di
yang bertujuan untuk mengatasi ruang Komering 1.2, selama
masalah keperawatan pasien yang dilakukan pengkajian situasi tidak
dilaksanakan oleh perawat disamping pernah dilakukan ronde
melibatkan pasien untuk membahas keperawatan.
dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu,
harus dilakukan oleh perawat primer
dan/atau konselor, kepala ruangan,
perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2002).
Karakteristik :
1) Pasien dilibatkan secara langsung
2) Pasien merupakan fokus kegiatan
3) PA, PP dak konselor melakukan
diskusi bersama
4) Konselor memfasilitasi kreativitas
5) Konselor membantu
mengembangkan kemampuan PA
dan PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah

Kriteria pasien yang dipilih untuk


dilakukan ronde keperawatan adalah :
1) Mempunyai masalah keperawatan
yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan
keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau
langka

(5) Penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan


Profesional (SP2KP)
Tabel 2.17
Perbandingan Penerapan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Sistem adalah suatu kerangka kerja Model asuhan keperawatan profesional
yang mendefinisikan empat unsur, yang di gunakan di ruang Komering 1.2
yakni standar, proses keperawatan, adalah kombinasi model Tim dan
pendidikan keperawatan, dan sistem . fungsional yang telah terdapat tugas,
Definisi tersebut berdasarkan prinsip – peran dan wewenang yang jelas pada
prinsip nilai yang diyakini, dan akan setiap anggota tim, namun pada
menentukan kualitas produksi atau jasa pelaksanaannya tidak sesuai dengan
layanan keperawatan. Jika perawat uraian tugas masing-masing anggota
tidak memiliki nilai-nilai tersebut tim, misalnya ketua tim juga melakukan
sebagai sesuatu pengambilan keputusan tugas sebagai perawat pelaksana dan
yang independen maka tujuan tidak menutup kemungkinan masing-
pelayanan kesehatan atau keperawatan masing perawat juga merangkap
dalam memenuhi kepuasan klien tidak sebagai tenaga administrasi pada shift
akan dapat terwujud (Nursalam, 2007). sore dan malam.
Unsur-unsur dalam praktek Berdasarkan hasil wawancara dengan
keperawatan dapat dibedakan menjadi kepala ruangan, tim terbagi menjadi 3
empat, yaitu standar, proses tim berdasarkan pembagian kamar. Tim
keperawatan, pendidikan keperawatan 1 bertanggung jawab terhadap kamar 1
dan sistemPemberian pelayanan dan kamar 2 serta kamar 3 bed 1 & 2 ,
Keperawatan Profesional (SP2KP). Tim 2 bertanggung jawab terhadap
Ruangan atau bangsal sebagai salah kamar 4 dan kamar 5 serta kamar 3 bed
satu unit terkecil dari pelayanan 3 & 4, Tim 3 bertanggung jawab
kesehatan di rumah sakit merupakan terhadap kamar 3 dan kamar 6 serta
tempat yang memungkinkan bagi kamar 3 bed 5 & 6. Kombinasi metode
perawat untuk menerapkan ilmu dan tim dan metode fungsional dipilih
skillnya secara optimal. dikarenakan keterbatasan tenaga
keperawatan. Apabila perawat
pelaksana dari salah satu tim
berhalangan untuk melaksanakan
tugasnya pada hari itu maka perawat
pelaksana dari timnya sendiri atau tim
lain dapat secara fleksibel
menggantikan tugasnya saat itu.
Gabungan penggunaan metode
penugasan Tim dan fungsional ini
mengakibatkan perawat tidak
mengetahui kondisi klien yang menjadi
tanggung jawabnya secara
komprehensif sehingga proses
pemberian asuhan keperawatan menjadi
kurang optimal.
Penerapan model pelaksanaan
manajemen juga dapat dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikan perawat
ruangan, di ruang Komering 1.2
terdapat Kepala Ruangan yang berlatar
pendidikan S1 Keperawatan + Ners, S1
Keperawatan, D3 Keperawatan dan D
IV Keperawatan

Gambar 2.2

Hubungan Antara Keempat Unsur Dalam Penerapan Sistem (Rownland,


1997 dalam Nursalam 2007)

Proses Keperawatan

Standar kebijakan 1. Pengkajian


institusi / nasional 2. Perencanaan
3. Intervensi
4. evaluasi

Pendidikan klien:
Sistem MPK
1. Pencegahan penyakit
2. Mempertahankan 1. Fungsional
kesehatan 2. Tim
3. Informed consent 3. Primer
4. Rencana pulang/ 4. modifikasi
komunitas
b) Dokumentasi Keperawatan
Tabel 2.18
Perbandingan Dokumentasi Keperawatan Berdasarkan Ideal dan
Aktual

Ideal Aktual
Dokumentasi merupakan catatan Pendokumentasian yang berlaku di
authentic dalam penerapan ruang Komering 1.2 adalah sistem
manajemen asuhan keperawatan SOR (Sources Oriented Record)
professional. Perawat professional yaitu sistem pendokumentasian yang
diharapkan dapat menghadapi berorientasi dari berbagai sumber
tuntutan tanggung jawab dan tenaga kesehatan, misalnya dari
tanggung gugat terhadap segala dokter, perawat, ahli gizi dll.
tindakan yang dilaksanakan.
Kesadaran masyarakat terhadap Berdasarkan hasil observasi,
hukum semakin meningkat sehingga didapatkan hasil dari segi
dokumentasi yang lengkap dan jelas pengkajian, 47% masalah
sangat dibutuhkan. dirumuskan berdasarkan kesenjangan
Kegiatan pendokumentasian meliputi antara status kesehatan dengan
keterampilan berkomunikasi dan norma dan fungsi kehidupan. 66.7 %
keterampilan mendokumentasikan pengkajian dilakukan secara
proses keperawatan sesuai dengan komprehensif. 53% evaluasi telah
standar asuhan keperawatan meliputi dilakukan sebagai pengaruh dari
pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi yang diberikan.
implementasi dan evaluasi
keperawatan. Selain itu,
pendokumentasian juga meliputi
pengelolaan obat, pendidikan
kesehatan, timbang terima (operan
jaga), kegiatan supervise dan
dokumentasi penyelesaian kasus
ronde keperawatan.

c) Discharge Planning
Tabel 2.19
Perbandingan Discharge Planning Berdasarkan Ideal dan Aktual

Ideal Aktual
Perencanaan pulang merupakan bagian Berdasarkan hasil tabulasi data
penting dari program keperawatan didapatkan 100% perawat termasuk
klien yang dimulai segera setelah klien kategori cukup baik dalam
masuk rumah sakit. Hal ini merupakan pelaksanaan discharge planning.
suatu proses yang menggambarkan Perawat di ruang Komering 1.2 selalu
usaha kerjasama antar tim kesehatan, melakukan discharge planning setiap
klien dan keluarga klien. pasien akan pulang, dengan informasi
Menurut Neylor (2003), beberapa yang diberikan perawat. Dalam
tindakan keperawatan yang diberikan pelaksanaan, perawat mengedukasi
pada pasien sebelum pasien pasien sebelum pulang sesuai dengan
diperbolehkan pulang antara lain : kebutuhan perawatan di rumah,
1. Pendidikan kesehatan tentang misalkan perawatan nyeri, perawatan
penyakit dan perawatan di rumah. stoma, perawatan luka, pemberian
Pendidikan kesehatan terkait insulin dan perawatan lainnya. Akan
kontrol, lanjutan perawatan, diet tetapi dari sarana tidak tersedianya
atau nutrisi yang dikonsumsi dan leaflet yang berguna bagi pasien
perawatan diri sebelum pasien pulang sehingga nanti
2. Program pulang bertahap bertujuan saat di rumah pasien bisa melihat
untuk melatih pasien untuk kembali leaflet jika pasien lupa.
kembali ke lingkungan keluarga
dan masyarakat antara lain apa
yang harus dilakukan pasien dan
dilakukan oleh keluarga
3. Rujukan untuk mengetahui
perkembangan setelah pulang dari
rumah sakit
Menurut Nursalam (2008),
untuk menunjang sistem dibutuhkan
media yang menunjang keefektifan
discharge planning seperti leaflet.
Skema 2. 5

Discharge Planning
Dokter dan Tim Kesehatan PP dibantu PA

Keadaan pasien:
1. Klien dan pemeriksaan
penunjang lainnya
2. Tingkat ketergantungan
pasien

Persiapan Pulang

Penyelesaian Program HE Lain-lain


Administrasi
1. Control dan
Keterangan : obat/perawatan Sumber: Nursalam (2007)
 2. Gizi
Tugas Perawat Primer :
1. Membuat 3. Aktivitas
rencana dan istirahat
discharge planning
4. Perawatan diri
2. Membuat leaflet
3. Memberikan konseling
4. Memberikan pendidikan kesehatan
5. Menyediakan format dan mendokumentasikan discharge
planning
 Tugas Perawat Associate :
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan
Monitor (sebagai
dan perawatan diakhiri)
program service
safety) oleh keluarga
dan petugas
d) Pendokumentasian Askep
Dari hasil observasi instrument standar asuhan keperawatan
didapatkan :
Tabel 2.9
Perbandingan Pengelolaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual

1. Pendekatan proses Keperawatan: 1. Assesment pengkajian pasien di


Asuhan keperawatan adalah metode ruang komering 1.2 dilakukan pada
ilmiah yang digunakan secara saat pasien masuk ruangan,
sistematis untuk mengkaji dan menanyakan keluhan utama,
mendiagnosa status kesehatan klien, menentukan diagnosa, intervensi
merumuskan tujuan yang hendak dilakukan dan dievaluasi secara
dicapai, menentukan intervensi, berkala sampai pasien keluar
mengevaluasi mutu asuhan yang ruangan. Semua tindakan di
dilakukan terhadap klien (Potter & dokumentasikan ke dalam status
Perry: 2005) pasien.
2. Standar Pengkajian 2. Format pengkajian Asuhan
Komponen pengkajian keperawatan Keperawatan di ruang rawat
meleiputi yang pertama adalah Komering 1.2 disediakan oleh pihak
pengumpulan data dengan kriteria : rumah sakit, di dalam format
menggunakan format yang baku, pengkajian tersebut terdapat:
sistematis, diisi sesuai kolom yang identitas klien, antropometri,
tersedia, aktual dan absah. Yang keluhan, alergi, nyeri, tingkat
kedua adalah pengelompokkan data : ketergantungan, resiko jatuh, resiko
data biologis, psikologis, sosial, dekubitus, pola eliminasi, pola
spiritual. Kemudian merumuskan istirahat dan tidur, status gizi dan
masalah yang kriterianya : nutrisi, riwayat penyakit dan
kesenjangan status kesehatan dengan tindakan yang telah dilakukan,
norma dan pola fungsi (Potter & riwayat psikiatri. pengkajian khusus
Perry : 2005). lansia.

3. Standar Diagnosa Keperawatan 3. P erawat di ruang rawat Komering


Diagnosa keperawatan dirumuskan 1.2 dirumuskan dengan pola P+E,
berdasarkan data subjektif dan berdasarkan keluhan pasien dan
objektif yang merupakan respon observasi perawat pertama.
individu terhadap masalah yang Perawat di ruang inap Komering 1.2
aktual dan potensial, dianalisa dan melakukan tindakan sesuai dengan
dibandingkan dengan norma fungsi rencana perawatan, melakukan order
kehidupan. Diagnosa dihubungkan dokter, melakukan edukasi PPI,
dengan etiologi, kesenjangan dan mengurus administrasi, dan tindakan
pemenuhan kebutuhan dasar klien sesuai keluhan pasien berdasarkan
yang dapat diintervensi sesuai alur pelapor.
dengan kewenangan perawat.
Komponen terdiri dari masalah,
etiologi, dan tanda dan gejala (PES)
atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE).
Diagnosa keperawatan bersifat
aktual apabila ada masalah
kesehatan klien yang sudah nyata
terjadi dan bersifat potensial apabila
masalah kesehatan klien
kemungkinan besar akan terjadi.
(Sumber : Potter & Perry : 2005 )

4. Standar Implementasi Keperawatan


4. Berdasarkan observasi, perawat
Implementasi keperawatan adalah
melakukan implementasi sesuai
pengelolaan dan perwujudan dari
dengan perencanaan dan diagnosa
rencana keperawatan oleh perawat
yang ada, perawat mengobservasi
dan klien yang meliputi tindakan
respon pasien terhadap tindakan
yang telah direncanakan oleh
keperawatan, namun perawat jarang
perawat maupun klien dan
merevisi tindakan berdasarkan hasil
kolaborasi dengan tim kesehatan
evaluasi yang ditemukan pada
lainnya. Implementasi dilaksanakan
pasien.
sesuai dengan rencana keperawatan,
menyangkut bidang bio,
psiko,social dan spiritual klien.
Menjelaskan setiap tindakan
keperawatan yang akan dilkukan
pada klien atau keluarga sesuai
waktu yang telah ditentukan dan
menggunakan sumber daya yang
ada. Melaksanakan perbaikan
tindakan berdasarkan respon klien,
menerapkan prinsip septik dan
antiseptik serta memperhatikan rasa
aman dan nyaman, privasi, dan
mengutamakan keselamatan klien.
Setelah melakukan tindakan,
tindakan tersebut dicatat, klien dan
alat dirapikan dan dalam
melaksanakan tindakan
keperawatan berpedoman kepada
prosedur teknis yang telah
ditentukan serta intervensi
pemenuhan KDM klien.
(Sumber :Potter & Perry : 2005 )

5.Standar Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah 5. Evaluasi dilakukan oleh perawat
perbandingan yang sistematis dan pelaksana di ruang rawat inap
terencana tentang kesehatan klien Komering 1.2 dilakukan dengan
dengan tujuan yang telah menggunakan format penulisan
ditetapkan, melakukan secara SOAP. Evaluasi dicatat di status
berkesinambungan dengan pasien yang dilakukan per shift jaga.
melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya.Setiap tindakan
keperawatan dilakukan evaluasi.
Evaluasi hasil menggunakan
indikator yang ada pada perumusan
tujuan. Evaluasi segara dicatat dan
dikomunikasikan, evaluasi juga
melibatkan klien, keluarga dan tim
kesehatan yang dilakukan sesuai
standar.
(Sumber :Potter & Perry : 2005 )

6. Dokumentasi Keperawatan.
Dokumentasi keperawatan 6. Semua tindakan keperawatan ditulis
merupakan bukti dari pelaksanaan di format catatan perkembangan
keperawatan yang menggambarkan terintegrasi, assement nyeri dan
pendekatan proses keperawatan dan penilaian resiko jatuh, kardeks, dan
catatan tentang respon klien rencana perawatan.
terhadap tindakan medis, tindakan Format baku penulisan disediakan
keperawatan dan reaksi pasien oleh rumah sakit. Dokumentasi
terhadap penyakit (Depkes, 1994). actual disesuaikan berdasarkan
Pencatatan askep dilakukan secara format penulisan yang dianjurkan
individu yang dilakukan selama pihak rumah sakit.
klien dirawat inap dan rawat jalan.
Dokumentasi dapat digunakan
sebagai bahan informasi,
komunikasi dan laporan yang
dilakukan setelah tindakan selesai
dilaksanakan. Penulisan
ddokumentasi harus jelas dan
ringkas serta menggunakan istilah
yang baku dan sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan.
Setiap pencatatan harus
mencantumkan inisial/paraf /nama
perawat yang melakukan tindakan
dan waktunya. Dokumentasi
menggunakan formulir yang baku
dan disimpan sesua peraturan yang
berlaku.
(Sumber:Potter & Perry:2005 )
Kerapian pendokumentasian informed consent, di nurse station ruang
Komering 1.2 sudah cukup baik, sudah adanya lemari penyimpanan
status pasien, tempat buku laporan, SOP dll. Namun, konter perawat
sering terlihat berantakan oleh status pasien, terkadang status pasien
tidak dikembalikan ke lemari status tiap masing-masing tim.
Teknik pendokumentasian askep menggunakan teknik SOAP dengan
standar yang mengacu pada NANDA, NIC & NOC. Askep di
dokumentasikan setiap hari pada setiap shift pagi sore dan malam.
SOAP menggunakan standar yang ditentukan oleh rumah sakit pada
tahun 2012 yang mencakup tentang kebutuhan dasar manusia antara
lain SOAP: memenuhi kebutuhan O2, keseimbangan cairan dan
elektrolit, eliminasi, kebutuhan rasa aman, nyaman, kebutuhan
kebersihan fisik, mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis dan
sebagainya. Audit pendokumntasian Askep dilakukan oleh kepala
ruangan. Audit pendokumentasian askep tidak dilakukan setiap hari
yakni 1 bulan 1 kali.
3) Kajian sumber daya material dan machine
a) Material
Ruang inap Komering 1.2 adalah ruang rawat inap penderita penyakit
dalam:
 7 ruang rawat
 1 ruang kepala ruangan
 1 ruang dokter
 1 ruang perawat
 1 ruang tindakan
 1 wc di ruang tindakan
 1 kamar mandi dan 1 wc di kamar perawat
 Setiap kamar pasien terdapat 2 kamar mandi kecuali kamar 1
dengan 1 kamar mandi, total kamar mandi 12
 1 ruang gudang dan 1 ruang spoelhoek

Perencanaan alat di rawat inap Komering 1.2 dilakukan setiap akhir


tahun dengan mengajukan proposal kepada RS dengan
menginventaris alat-alat yang sudah ada, yang belum ada, yang
dibutuhkan, serta alat yang sudah ada tapi rusak. Diruang
Komering1.2 terdapat buku inventaris tetapi tidak disi perharinya
semenjak bulan oktober 2016 sampai dengan sekarang. Berikut daftar
inventaris alat di rawat inap Komering 1.2

Tabel 2.17
Daftar Inventaris Alat Kesehatan/Keperawatan
Di Ruang Komering 1.2 RSMH Palembang

No Nama Alat Jumlah


1. Troli Emergensi 1
3. Troli GV 1
4. Troli tindakan 3
5. Toples steril B/S/K 1/3/3
7. Bengkok 1
8. Tromol besar 1
9. Infuse pump 2
10. Tensimeter standing 2
11. Syring Pump 1
13. Laringoskop 1
14. Bak Instrumen B/S/K 1/2/1
15. Stetoskop 1
16. Bak Darah 2
17. Buli-buli panas 3
18. Refleks hummer 1
19. Tong spatel 1
20. Temp 1
21. O2 Tabung kecil 3
22. O2 dinding 12
23. Waskom 1
24. Timbangan dewasa 1
25. Kulkas 1
26. Kursi roda 5
27. Lampu rongten 1
28. Lampu emergensi 1
29. Apar 1
30. EKG 1
31. Timbangan 2
33. Kipas angin 42
34. Tempat tidur 42
35. Laken 70
36. Selimut 68
37. Bantal 45
38. Brankar 1
39. DC Shock 1

b) Pengelolaan alat medis


Alat medis tidak diperbolehkan menumpuk diruang perawatan
sehingga ditarik ke pusat sterilisasi alat RSMH. Bila memerlukan alat
bersih maupun steril , petugas kesehatan dapat mengambil di pusat
CSSD. Untuk pengolahan alat kotor tidak diperkenankan melakukan
sterilisasi diruangan, petugas wajib mengembalikan alat ke CSSD
untuk dilakukan sterilisasi alat. Pemeriksaan alat seperti DC syok di
cek setiap hari pada pagi hari.
c) Pengelolaan linen
Pengelolaan linen dilakukan di tempat laundry Rumah sakit. Linen
kotor di tempat kan pada keranjang kotor yang ada di gudang untuk
diantar ke laundry, linen bersih ditempatkan di lemari yang berada di
gudang.
d) Logistik
Penggunaan bahan habis pakai di sediakan oleh pihak logistik. Dari
pihak logistik menyerahkan langsung ke kepala ruangan untuk diatur
di dalam ruangan.
e) Pengaturan obat
Pengaturan obat dikelola langsung oleh pihak farmasi. Farmasi
langsung ke ruangan tindakan untuk menyediakan kebutuhan obat
pasien selama 1 hari, pagi siang malam dan berlanjut selama pasien
dirawat diruang Komering 1.2. Obat di letakkan pada lemari obat
yang masing-masing dituliskan nama pasien. pada setiap obat dan
cairan infus diberi label sesuai identitas pasien.

4) Kajian sumber daya money


Sistem gaji di berikan sesuai dengan gaji PNS bagi yang PNS yaitu setiap
awal bulan. Jumlah yang diberikan sesuai standar pemerintah. Untuk
pegawai BLU sesuai dengan UMR provinsi Sumatra selatan. Remunisasi
diberikan pada pegawai yang rajin dan akan dikurangi pada pegawai yang
tidak mampu menyelesaikan jumlah beban kerja yang diberikan. Sumber
pendapatan ruangan dari Bpjs kesehatan, jamsoskes, Kartu Indonesia
Sehat dan dapat pula secara mandiri.

4. Lingkungan Kerja
1) Lingkungan Fisik
a) Gambaran Ruangan
Ruangan Komering 1.2 terdiri dari ruang tindakan, ruang kepala
ruangan, ruang perawat, ruang residen, ners station, dan 7 ruang
perawatan. Ruang perawatan 1, 2, 4, dan 6 merupakan ruang perawatan
untuk pasien-pasien non infeksi, ruang 3 merupakan ruang perawatan
untuk pasien DM dan gangren, ruang 7 khusus pasien geriatri sedangkan
ruang perawatan 5 merupakan ruang perawatan untuk pasien-pasien
penyakit infeksi. 1 ruangan mempunyai kapasitas 6 tempat tidur.
b) Letak Ruangan
Ruang Komering 1.2 terletak diantara ruang Selincah dan Ruang Rupit
1.1. Ruangan terletak di zona G, dan di instalasi rawat inap D. Ruang
komering G memiliki titik kumpul di dekat Gedung BHC RSMH jika
terjadi bencana atau bahaya.
c) Kondisi Pencahayaan
Pencahayaan di ruang Komering 1.2 kamar 1, 2, 5 dan 3 pencahyaannya
sudah baik sedangkan kamar 7, 6 dan 4 pencahayaannya belum terlalu
baik. Ruangan nampak redup dengan jumlah lampu pada masing masing
ruangan sebanyak 4 buah, dan 4 buah pada koridor.

d) Ventilasi dan Sirkulasi Udara


Masing masing ruang rawat memiliki 4 buah jendela yang dapat dibuka
dan ditutup. Jendela berukuran ± 1x0,5 m. selain itu ditiap ruangan rawat
terdapat 4 buah kipas angin yang berfungsi dengan baik.

e) Alat dan Bahan


 Alat tenun
Alat tenun tersedia sesuai dengan kebutuhan ruangan.
 Alat TTV
Tensimeter standing jumlah 2 buah dan dalam kondisi baik,
thermometer berjumlah 1 dan dalam kondisi baik, perhitungan RR
dan HR menggunakan jam tangan
 Obat dan bahan habis pakai
Obat-obatan dan alat kesehatan disediakan oleh instalasi
farmasi yang direstock setiap harinya. APD juga disediakan dan
disimpan di gudang (spoelhoek).
 Alat rumah tangga
Alat rumah tangga seperti cairan pembersih, cairan desinfektan,
dan alat-alat kebersihan tersimpan di gudang
 Alat tulis kantor
ATK disiapkan, namun seringkali untuk pena menggunakan milik
sendiri.
2) Lingkungan Non Fisik
a) Hubungan perawat dengan pasien dan keluarga
Perawat dapat menjalin komunikasi terapetik yang baik dengan pasien
dan keluarga. Perawat saat melakukan pergantian jaga juga sambil
melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga.
b) Hubungan perawat dengan perawat
Perawat dapat berkomunikasi secara baik dengan rekan sejawatnya. Jika
ada hal yang belum jelas, langsung dikomunikasikan saat itu juga. Selain
itu, jika ada perselisihan antar perawat, dipersilahkan kepada perawat
yang bersangkutan untuk menyelesaikan secara pribadi
c) Hubungan perawat dengan pekarya
Perawat dan pekarya saling membantu dalam menjaga kebersihan.
d) Hubungan dengan profesional lain
Perawat dan professional lain (dokter, apoteker, ahli gizi dll) bekerja
sebagai mitra dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
5. Kajian Indikator Mutu Ruangan
1) BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR (Bed Occupancy Rate) atau tingkat hunian RS (dalam bentuk
presentase). Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator inimemberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan hasil dokumentasi ruangan Komering 1.2 didapatkan hasil BOR
pada bulan Agustus 2016 adalah 95%, dimana berdasarkan depkes tahun
2005 bahwa nilai ideal BOR yaitu 60-85 % berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulakan bahwa BOR atau tingkat hunian ruangan Komering 1.2
tergolong tidak ideal.
Tidak idealnya tingkat hunian Komering 1.2 juga dipengaruhi oleh:
1) Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang adalah rumah sakit tipe A
yang merupakan rumah sakit rujukan Nasional. Hal tersebut
menyebabkan RSMH tidak dapat menolak pasien jika ada pasien
rujukan.
2) Ruangan Komering 1.2 merupakan ruang rawat inap kelas 3 yang
merupakan kelas yang paling banyak jumlah pasien yang masuk.
2) ALOS (Average Length of Stay)
Menurut Depkes RI (2005), ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes,2005).
Hasil ALOS pada ruang Komering 1.2 bulan Agustus 2016 adalah 8,9
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai ALOS atau
rata-rata lama rawat bulan Agusutus 2016 di Komering 1.2 termasuk dalam
kategori batas maksimal ideal. Hal tersebut dapat juga dipengaruhi oleh .
1) Lamanya penjadwalan tindakan medis seperti (USG abdomen, HD,
ECHO, CT-scan, endoskopi, colonscopy dll)
2) Kurang efektifnya perawatan luka ganggren hal ini dapat dilihat dari
penggunaan satu alat steril yang digunakan pada lebih dari satu pasien.
3) Belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatan secara rutin,
pelaksanaan ronde keperawatan dapat mengoptimalkan permasalahan
yang terdapat pada pasien sehingga menyebabkan rata-rata lama rawat
menjadi ideal.
3) TOI (Turn Over Interval)
TOI (Turn Over Interval) adalah tenggang perputaran. Menurut Depkes RI
(2005), TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1-3 hari.
Hasil TOI pada ruang Komering 1.2 bulan Agustus 2016 adalah 0,7
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai TOIbulan
Agusutus 2016 di Komering 1.2 termasuk dalam kategori tidak Ideal.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh :
1. Banyaknya pasien daftar tunggu di IGD RSMH yang akan masuk ruang
perawatan
2. Lama rawat inap menurut ALOS yang memasuki kategori maksimal
ideal (8,9 hari )
6. Pelaksanaan SOP dan SAK
1) Pendokumentasian Askep
Dari 21 status pasien yang diobservasi oleh Co-Ners UNSRI dengan
rincian 7 dari status pasien A, 7 status pasein tim B dan 7 dari status tim C
Pendokumentasian askep terdapat 89,06 % terisi lengkap, mulai dari
pengkajian awal masuk pasien, penegakan diagnosa, rencana keperawatan,
dan catatan keperawatan secara rutin tiap shift dengan rincian per tim, Tim I
(89,4%), Tim II (89,4%), Tim III (88,4%).
Dari hasil observasi instrument standar asuhan keperawatan
didapatkan:
1) Pengkajian Keperawatan
Kelengkapan pengkajian keperawatan terhadap pasien 94% dengan
rincian, yaitu:
a) Tim I (90%),
b) Tim 2 (93%) dan
c) Tim 3 (91%).
2) Diagnosa Keperawatan
Kelengkapan penegakan dan perumusan diagnose keperawatan
mencapai 95,4% dengan rincian, yaitu:
a) Tim I (92%),
b) Tim 2 (95%) dan
c) Tim 3 (89%).
3) Intervensi Keperawatan
Kelengkapan perencaan di status pasien mencapai 88,67 % dengan
rincian, yaitu:
a) Tim I (90%),
b) Tim 2 (87%) dan
c) Tim 3 (89%).
4) Implementasi Keperawatan
Kelengkapan pendokumentasian tindakan keperawatan mencapai
88,3% dengan rincian per tim, yaitu:
a) Tim I (89%),
b) Tim 2 (87%) dan
c) Tim 3 (86%).
5) Evaluasi Keperawatan
Kelengkapan pendokumentasian evaluasi keperawatan mencapai 86%
dengan rincian per tim, yaitu:
a) Tim I (86%),
b) Tim II (85%) dan
c) Tim III (87%).
6) Dokumentasi Catatan Asuhan Keperawatan
Kelengkapan pendokumentasian catatan asuhan keperawatan mencapai
92% dengan rincian per tim, yaitu:
a) Tim I (91%),
b) Tim II (89%) dan
c) Tim III (94%).
Tabel
Perbandingan Pengelolaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
1. Pendekatan proses Keperawatan: 1. Assesment pengkajian pasien di
Asuhan keperawatan adalah metode ruang rawat inap D Komering 1.2
ilmiah yang digunakan secara dilakukan pada saat pasien masuk
sistematis untuk mengkaji dan ruangan, menentukan diagnosa,
mendiagnosa status kesehatan klien, intervensi dilakukan dan dievaluasi
merumuskan tujuan yang hendak secara berkala sampai pasien keluar
dicapai, menentukan intervensi, ruangan. Semua tindakan di
mengevaluasi mutu asuhan yang dokumentasikan ke dalam status
dilakukan terhadap klien (Potter & pasien.
Perry: 2005)
2. Standar Pengkajian 2. Format pengkajian Asuhan
Komponen pengkajian keperawatan Keperawatan di ruang rawat
meleiputi yang pertama adalah Komering 1.2 disediakan oleh pihak
pengumpulan data dengan kriteria : rumah sakit, di dalam format
menggunakan format yang baku, pengkajian tersebut terdapat:
sistematis, diisi sesuai kolom yang identitas klien, antropometri,
tersedia, aktual dan absah. Yang keluhan, alergi, nyeri, tingkat
kedua adalah pengelompokkan data : ketergantungan, resiko jatuh, resiko
data biologis, psikologis, sosial, dekubitus, pola eliminasi, pola
spiritual. Kemudian merumuskan istirahat dan tidur, status gizi dan
masalah yang kriterianya : nutrisi, riwayat penyakit dan
kesenjangan status kesehatan dengan tindakan yang telah dilakukan,
norma dan pola fungsi (Potter & riwayat psikiatri. pengkajian khusus
Perry : 2005). lansia.

3. Standar Diagnosa Keperawatan 3. Perawat di ruang rawat Komering


Diagnosa keperawatan dirumuskan 1.2 dirumuskan dengan pola P+E,
berdasarkan data subjektif dan berdasarkan keluhan pasien dan
objektif yang merupakan respon observasi perawat pertama.
individu terhadap masalah yang Perawat di ruang inap Komering 1.2
aktual dan potensial, dianalisa dan melakukan tindakan sesuai dengan
dibandingkan dengan norma fungsi rencana perawatan, melakukan order
kehidupan. Diagnosa dihubungkan dokter, melakukan edukasi PPI,
dengan etiologi, kesenjangan dan mengurus administrasi, dan tindakan
pemenuhan kebutuhan dasar klien sesuai keluhan pasien berdasarkan
yang dapat diintervensi sesuai alur pelapor.
dengan kewenangan perawat.
Komponen terdiri dari masalah,
etiologi, dan tanda dan gejala (PES)
atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE).
Diagnosa keperawatan bersifat
aktual apabila ada masalah
kesehatan klien yang sudah nyata
terjadi dan bersifat potensial apabila
masalah kesehatan klien
kemungkinan besar akan
terjadi.(Potter & Perry : 2005 )

4. Standar Implementasi Keperawatan 4. Berdasarkan observasi, perawat


Implementasi keperawatan adalah melakukan implementasi sesuai
pengelolaan dan perwujudan dari dengan perencanaan dan diagnosa
rencana keperawatan oleh perawat yang ada, perawat mengobservasi
dan klien yang meliputi tindakan respon pasien terhadap tindakan
yang telah direncanakan oleh keperawatan, namun perawat jarang
perawat maupun klien dan merevisi tindakan berdasarkan hasil
kolaborasi dengan tim kesehatan evaluasi yang ditemukan pada
lainnya. Implementasi dilaksanakan pasien.
sesuai dengan rencana keperawatan,
menyangkut bidang bio,
psiko,social dan spiritual klien.
Menjelaskan setiap tindakan
keperawatan yang akan dilkukan
pada klien atau keluarga sesuai
waktu yang telah ditentukan dan
menggunakan sumber daya yang
ada. Melaksanakan perbaikan
tindakan berdasarkan respon klien,
menerapkan prinsip septik dan
antiseptik serta memperhatikan rasa
aman dan nyaman, privasi, dan
mengutamakan keselamatan klien.
Setelah melakukan tindakan,
tindakan tersebut dicatat, klien dan
alat dirapikan dan dalam
melaksanakan tindakan
keperawatan berpedoman kepada
prosedur teknis yang telah
ditentukan serta intervensi
pemenuhan KDM klien.(Potter &
Perry : 2005 )

5. Standar Evaluasi 5. Evaluasi dilakukan oleh perawat


Evaluasi keperawatan adalah pelaksana di ruang rawat inap
perbandingan yang sistematis dan Komering 1.2 dilakukan dengan
terencana tentang kesehatan klien menggunakan format penulisan
dengan tujuan yang telah SOAP. Evaluasi dicatat di status
ditetapkan, melakukan secara pasien yang dilakukan per shift jaga.
berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya.Setiap tindakan
keperawatan dilakukan evaluasi.
Evaluasi hasil menggunakan
indikator yang ada pada perumusan
tujuan. Evaluasi segara dicatat dan
dikomunikasikan, evaluasi juga
melibatkan klien, keluarga dan tim
kesehatan yang dilakukan sesuai
standar. (Potter & Perry : 2005 )

6. Dokumentasi Keperawatan. 6. Semua tindakan keperawatan ditulis


Dokumentasi keperawatan di format catatan perkembangan
merupakan bukti dari pelaksanaan terintegrasi, assement nyeri dan
keperawatan yang menggambarkan penilaian resiko jatuh, kardeks, dan
pendekatan proses keperawatan dan rencana perawatan.
catatan tentang respon klien Format baku penulisan disediakan
terhadap tindakan medis, tindakan oleh rumah sakit. Dokumentasi
keperawatan dan reaksi pasien actual disesuaikan berdasarkan
terhadap penyakit (Depkes, 1994). format penulisan yang dianjurkan
Pencatatan askep dilakukan secara pihak rumah sakit.
individu yang dilakukan selama
klien dirawat inap dan rawat jalan.
Dokumentasi dapat digunakan
sebagai bahan informasi,
komunikasi dan laporan yang
dilakukan setelah tindakan selesai
dilaksanakan. Penulisan
ddokumentasi harus jelas dan
ringkas serta menggunakan istilah
yang baku dan sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan.
Setiap pencatatan harus
mencantumkan inisial/paraf /nama
perawat yang melakukan tindakan
dan waktunya. Dokumentasi
menggunakan formulir yang baku
dan disimpan sesua peraturan yang
berlaku. (Potter & Perry:2005 )
Kerapian pendokumentasian informed consent, di nurse station ruang
Komering 1.2 sudah cukup baik, sudah adanya lemari penyimpanan status
pasien, tempat buku laporan, SOP dll.
2) Gambaran Persepsi Pasien dan Keluarga terhadap Mutu Layanan
Asuhan Keperawatan
Pada tanggal 30 Oktober 2017, mahasiswa Co-Ners Unsri membagikan
kuesioner tentang mutu pelayanan asuhan keperawatan kepada seluruh pasien
yang dirawat inap diruang komering 1.2. kuesioner terdiri dari 19 item
pertanyaan. Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 40 pasien yang dirawat
inap diruang komering 1.2, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel

Distribusi frekuensi persepsi pasien dan keluarga terhadap mutu pelayanan


asuhan keperawatan.

Kategori
Total
Persepsi Baik Tidak Baik

N % N % N %

Bukti Fisik 26 65 14 35 40 100

Kehandalan 29 73 11 27 40 100
Daya tanggap 28 70 12 30 40 100

Jaminan 27 68 13 32 40 100

Empati 26 65 14 35 40 100

Menurut Wira (2014) dalam thesisnya yang berjudul Hubungan antara


persepsi mutu pelayanan asuhan keperawatn dan kepuasan pasien rawat inap
kelas 3 di RSUD Wangaya Bali mengkategorikan persepsi bukti fisik,
kehandalan, daya tanggap, empati, jaminan dalam kategori baik dan tidak
baik. Berdasarkan Tabel dapat diamati bahwa pasien dan keluarga
mempunyai persepsi bukti fisik dalam kategori baik sebesar 26 orang (65%),
persepsi kehandalan dalam kategori baik sebesar 29 orang (73%), persepsi
daya tanggap dalam kategori baik sebesar 28 orang (70%), persepsi jaminan
dalam kategori baik sebesar 27 orang (68%), dan persepsi empati dalam
kategori baik sebesar 26 orang (65%).
3) Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang sering dilakukan pada pasien adalah
pemasangan infus. Pemasangan infus yang dilakukan menggunakan prinsip
steril, yaitu dengan menggunakan handscoen dan disinfeksi area penusukan
dengan alkohol swab dan tidak menyentuh area yang telah di disinfeksi.
Sebelum pemasangan infus perawat melakukan inform consent dengan
menjelaskan tujuan pemasangan infus dan menanyakan ketersediaan pasien
untuk dipasang infus. Infus pasien diganti setiap 3 hari sekali, dimana hari
ke-1 terhitung dari hari pertama pemasangan. Perawat membuat tanggal
pemasangan infus dihipafix/plester dan ditempel diatas selang dekat area
penusukan. Sebelum memasang infus perawat melakukan tindakan disinfeksi
area yang akan ditusuk dengan menggunakan alkohol swab yang telah
disediakan. Sebelum melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu
mencuci tangan menggunakan alkohol yang tersedia di setiap bed pasien dan
begitu juga setelah melakukan tindakan perawat selalu mencuci tangan
dengan menggunakan alkohol.
Dalam pemberian obat-obatan kepada pasien, perawat jarang sekali
menyebutkan atau menjelaskan jenis obat yang diberikan kepada pasien.
Tetapi jika pasien bertanya mengenai obat, perawat selalu menjawab. Namun
dalam prinsip 5 benar pemberian obat (benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar cara dan benar waktu) perawat sudah melakukan dengan baik,
misalnya pada prinsip benar pasien sebelum memberikan obat perawat
bertanya siapa nama pasien dalam dua suku kata dan memastikan nama
pasien dengan melihat gelang biru/pink yang dipakai oleh pasien.
Di Ruang Rawat Komering 1.2 sebagian besar pasien memiliki luka bekas
operasi atau luka kanker. Oleh sebab itu selalu dilakukan GV (ganti verban).
GV dilakukan setiap hari dan menggunakan prosedur perawatan luka yaitu
yang pertama perawat mencuci tangan, menyiapkan alat GV(kom,gunting
verban/jaringan, pinset anatomi/sirugis, kassa steril, cairan NaCl 0,9 %,
supratull dan hipafix/plester), memakai apron, masker dan handscoen.
Kedua, perawat membuka verban serta kassa dan supratull pada luka pasien.
Ketiga, perawat mengompres luka dengan menggunakan cairan NaCl 0,9 %,
setalah itu perawat menutup kembali luka dengan supratull pada luka
basah,lalu dengan kasa dan difiksasi menggunakan hipafix/plester.

7. Patients Safety
Pengelolaan patient safety di Instalasi Rawat Inap Ruang Komering 1.2 meliputi :
1) Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien dilakukan dengan memasang gelang
identifikasi pada pergelangan tangan semua pasien yang dirawat di ruang
Komering 1.2. Pemasangan gelang identifikasi dilakukan oleh perawat ruang
Komering 1.2 pada saat pertama kali pasien masuk untuk dirawat inap.
Ketika gelang akan dipasankan, perawat langsung menjelaskan fungsi gelang
kepada pasien dan keluarga. Apabila pasien berasal dari ruang rawat
intensive, perawat langsung mengecek terlebih dahulu apakah pasien
menggunakan gelang identifikasi atau tidak, gelang apa saja yang telah
terpasang dan menanyakan kembali kepada pasien dan keluarga apakah
sudah mengetahui fungsi dari gelang tersebut.
Syarat gelang identifikasi :
a. Nama pasien harus dituliskan dengan minimal 2 kata
b. Harus dicantumkan nomor rekam medis pasien
c. Harus dicantumkan tanggal lahir pasien
d. Warna gelang
Biru : pasien laki-laki
Merah muda : pasien perempuan
Merah : alergi
Kuning : Resiko jatuh
Jika pada gelang identifikasi terpasang tanda berwarna merah,
perawat akan menanyakan langsung kepada pasien dan keluarga apakah ada
alergi makanan ataupun obat-obatan, lalu perawat mencocokkan dengan
status pasien dan selanjutkan akan melakukan operan kepada perawat shift
berikutnya bahwa pasien tersebut memiliki riwayat alergi.
Jika pada gelang identifikasi terpasang tanda berwarna kuning, maka
perawat akan mengingatkan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien
tersebut memiliki resiko jatuh, diharapkan keluarga tidak meninggalkan
pasien sendirian, aktivitas pasien sebaiknya dibantu dan pagar tempat tidur
harus selalu terpasang.
2) Komunikasi Efektif
Di ruang Komering 1.2, apabila telepon berdering maka orang yang
paling dekat jangkauannya dengan telepon dan sedang tidak berkesibukan
dipersilahkan untuk mengangkat telepon, baik itu perawat, dokter atau pun
mahasiswa dengan tata cara sebagai berikut :
“Halo, selamat pagi/siang/malam, Ruang Komering 1.2 dengan….(sebutkan
nama) ada yang bisa dibantu? (Isi pembicaraan) masih ada yang bisa
dibantu? Terimakasih”.
Jika penelpon menanyakan jumlah bed yang kosong, perawat akan
melihat daftar bed yang terpakai dan kosong di lembar absen pasien.
Jika penelepon menanyakan pasien untuk dibawa ke OK, kemo, HD
atau tindakan lainnya perawat akan mengecek kembali rencana tindakan
pasien di statusnya kemudian validasi.
Jika ada pasien baru yang masuk perawat akan menyusun statusnya
dan menghubungi residen jaga di ruang Komering 1.2 dengan menyebutkan
nama, diagnose, DPJP dan berasal dari IRD/ICU/POLI.
3) Mencegah Kesalahan Pemberian Obat
Enam hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat : Benar
Pasien, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Waktu, Benar Cara, dan Benar
Dokumentasi.
Obat diresepkan oleh dokter, kemudian diantarkan ke TPO, selanjutnya
petugas TPO akan memberikan obat sesuai nama yang diresepkan dan
dimasukkan dalam suatu wadah plastic, diberi nama, tanggal pemberian dan
ruang rawat. Obat-obatan tersebut diantar oleh petugas TPO, diterima oleh
perawat yang berjaga dan ditaruh di tempat khusus obat. Ketika obat telah
tersedia dan disusun sesuai dengan ruangan dan nama pasien, perawat akan
langsung memberikan obat tersebut kepada pasien yang dimaksud.
Jika obat tersebut dikonsumsi 3x1 / 2x1 / 1x1, maka perawat akan
memberikan obat sesuai jam orderan dari dokter per 8/12 jam sekali.
Begitupun jika obat yang diberikan berupa vial dan ampul, perawat ruangan
akan melarutkan terlebih dahulu obat yang membutuhkan pengenceran
seperti Ceftiaxone, CefotaximeI dll kemudian dimasukkan dalam spuit dan
diberi label nama pasien, jenis obat dan jam pemberian.
Pada saat pemberian obat, perawat akan menanyakan nama dan
melihat gelang pasien kemudian menanyakan apakah sudah diberi obat atau
belum. Dari hasil pengkajian analisa situasi kondisi semua perawat yang
akan menyuntikkan obat telah melakukan identifikasi pasien terlebih dahulu
sebelum menyuntikkan obat dan menyebutkan jenis serta fungsi obat yang
diberikan.
Setelah pemberian obat perawat akan mendokumentasikan di laporan
masing-masing tim. Sedangkan untuk catatan pengobatan distatus pasien
diisi oleh dokter.

Tetapi di ruang Komering 1.2 masih ada beberapa pasien kemoterapi


yang melanjutkan proses kemoterapinya di ruang rawat karena belum selesai
di ruang kemoterapi. Hal ini tentu sangat berbahaya baik bagi pasien maupun
bagi perawat yang merawatnya, karena mengingat belum tersedianya APD
khusus untuk menangani obat kemoterapi tersebut. Misalnya untuk mengganti
cairan kemoterapi, perawat masih menggunakan handscoon biasa yang tipis
dan tidak adanya baju atau apron khusus, hal itu bisa membahayakan perawat
jika cairan dari obat kemoterapi tersebut terkena kulit dikarenakan obat
kemoterapi merupakan obat keras.
4) Mencegah Infeksi Nosokomial
Di ruang Komering 1.2, upaya pencegahan infeksi nosokomial dilakukan
melalui beberapa cara, antara lain :
a. Cuci tangan 6 langkah
Cuci tangan 6 langkah yang benar dilakukan pada 5 momen yakni
sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptic,
setelah kontak dengan pasien, setelah terkena cairan tubuh pasien, dan
setelah terpapar dengan lingkungan pasien. Di ruang rawat Komering 1.2
setelah dilakukan kajian situasional didapatkan hanya 2 dri 5 perawat
yang melakukan cuci tangan sebelum menyentuh pasien, tetapi setelah
menyentuh pasien perawat seluruhnya melakukan cuci tangan.
Begitupun pada pasien, setelah dilakukan observasi pada setiap pasien
di kamar inap, baik pasien maupun keluarga tidak pernah melakukan
cuci tangan 6 langkah setelah kontak maupun sebelum kontak. Pasien
dan keluarga pasien juga mengatakan penyuluhan dan edukasi mengenai
cuci tangan 6 langkah dilakukan hanya satu kali ketika memasuki dan
dirawat di Komering 1.2, perawat hanya mengingatkan untuk melihat
cara cuci tangan 6 langkah pada brosure yang ditempel didepan pintu
masuk kamar pasien dengan menggunakan hand scrub yang telah
tergantung di masing-masing bed pasien.
b. Penggunaan Handscoon
Handscoon digunakan secara benar pada saat melakukan tindakan
invasive dan akan menyentuh dengan cairan tubuh pasien. Di ruangan
Komering 1.2 pemakaian Handscoon selalu dilakukan pada tiap tindakan
yang berhubungan dengan pasien seperti GV, pemasangan IVFD,
kateter, NGT dan prosedur invasive lainnya.
c. Pemilihan Sampah
Kotak sampah di ruang tindakan Komering 1.2 dibagi berdasarkan 4
kriteria yaitu :
- Kotak sampah kuning untuk sampah infeksius
- Kotak sampah hijau untuk sampah non infeksius
- Kotak sampah ungu untuk sitostatika
- Kotak sampah container untuk sampah benda tajam seperti nal,
ampul dan vial
Pemilihan sampah biasanya hanya disosialisasikan oleh perawat
kepada keluarga pasien pada saat pertama masuk saja dan jarang
disosialisasikan ulang. Perawat hanya menegur pasien atau keluarga
ketika mereka hendak membuang sampah yang diduga berupa cairan
tubuh pasien agar membuang di tempat sampah kuning.
5) Pencegagan Resiko Jatuh
Perawat Komering 1.2 mengidentifikasi jenis gelang yang dipakai
pasien ketika memasuki ruang rawat, perawat juga slalu menjelaskan fungsi
gelang pada setiap pasien baru yang dirawat di Komering 1.2. Di Komering
1.2 juga dilakukan scoring resiko jatuh dan pasien dengan resiko jatuh
sedang dan tinggi akan diberikan edukasi serta penempelan blanko resiko
jatuh pada status dan tepi tempat tidur pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian selama 3 hari, perawat di Ruang
Komering 1.2 selalu melakukan observasi kembali pada pasien yang harus
diberikan tanda risiko jatuh di bed atau yang tidak diberikan tanda risiko
jatuh.
Selain itu, ruangan rawat inap Komering 1.2 juga dilengkapi hand rail
di kamar mandi untuk mengurangi resiko pasien terjatuh saat di kamar
mandi. Berdasarkan hasil pengkajian situasional yang telah dilakukan, dapat
dilihat bahwa ruang Komering 1.2 memiliki penerangan yang baik di setiap
kamar, lantai kamar tidak licin, pagar tempat tidur dan kunci roda tempat
tidur semua berfungsi dengan baik, dan tidak ada kabel listrik yang
menghalangi jalan.

6) Pencegahan Salah Orang, Salah Tempat, dan Salah Prosedur Tindakan


Pembedahan
Untuk pasien operasi yang akan di operasi harus ditandai dengan tanda
bulat hitam terutama dua organ (mata, telinga, tangan, mammae, kaki).
Tindakan Pre Operasi yang dilakukan oleh perawat ruangan Komering
1.2 dengan tujuan mencegah salah orang, salah tempat, salah prosedur
tindakan pembedahan untuk pasien operasi :

a. Perawat di Ruang Komering 1.2menerima jadwal operasi 1 hari sebelum


operasi
b. Perawat memberikan intruksi pada pasien pra-operasi misalnya puasa,
melepaskan perhiasan atau benda-benda logam ditubuh seperti : gigi palsu
c. Perawat memberikan instruksi kepada keluarga pasien
untukmempersiapkan darah
d. Perawat melakukan enema jika diperlukan
e. Perawat melakukan pemasangan IVFD
f. Perawat mengingatkan dokter untuk memberikan site marking pada
bagian tubuh yang hendak dioperasi
g. Perawat melengkapi informed consent dan check-list pra-operasi serta
memeriksa kembali bagian tubuh/site marking pada bagian tubuh yang
hendak dioperasi.

8. Kepuasaan Pasien dan Keluarga terhadap Pelayanan Keperawatan


Kajian terhadap pelayanan keperawatan yang dirasakan oleh pasien dan
keluarga dengan tools RATER (Reliability, Assurance, Tangibles, Empathy,
Responsiveness):
Pada tanggal 31 Agustus 2016, mahasiswa Co-Ners unsri membagikan
kuisioner tentang kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan keperawatan
kepada seluruh pasien yang dirawat inap di ruang Komering 1.2. Kuisioner terdiri
dari 17 items pernyataan yang disusun dengan menggunakan tools RATER
(Reliability, Assurance, Tangibles, Empathy, Responsiveness) (Kuisioner
Terlampir). Dari hasil kuisioner yang disebar kepada 40 pasien yang dirawat inap
di Ruang Komering 1.2, didapatkan hasil sebagai berikut :
Statistics
Total Skor

N Valid 40

Missing 0
Mean 53.62
Median 52.00
Mode 52
Std. Deviation 5.886
Minimum 44
Maximum 67
Sum 2145

Kepuasan Pasien

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid puas 18 45.0 45.0 45.0

tidak puas 22 55.0 55.0 100.0

Total 40 100.0 100.0


Dari data, didapatkan Mean = 53,62. Pasien dinyatakan puas apabila
jumlah skor ≥ mean, dan dinyatakan tidak puas apabila total skor ≤ mean. Dari
40 pasien yang dirawat inap di Ruang Komering 1.2 RSUP Dr. Moh. Hoesin
Palembang, dapat disimpulkan bahwa 18 pasien merasa puas dengan
pelayanan keperawatan dan 22 pasien merasa tidak puas terhadap pelayanan
keperawatan di Ruang Komering 1.2.
BAB III
ANALISA DAN PERENCANAAN

B. Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai
faktor masukan yang kemudian dikelompokkan menurut konstribusinya masing-masing.
Analisa ini terbagi menjadi empat bagian dasar, yaitu:
1. Strength (S)
Strength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi
atau program pada saat ini.
2. Weakness (W)
Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini.
3. Oppurtunity (O)
Oppurtunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang dari luar
organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan.
4. Threathened (T)
Threathened (T) adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman bagi
organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi
organisasi di masa depan.

Tabel 3.1
Analisis SWOT
Adapun Analisis Swot ini menggunakan analisis berdasarkan MAKP (Metode Asuhan
Keperawatan Profesional) Men, Metode, Material, Dokumentasi Keperawatan, Ronde
Keperawatan dan Discharge planning.

NO ANALISIS SWOT
1 MEN (SDM)

STRENGTH
1. Ketenagaan di Ruang Komering 1.2 yaitu 3 orang perawat memiliki latar
belakang pendidikan Ners, 2 orang latar belakang pendidikan S1 Keperawatan,
dan14 orang memiliki latar belakang Akademi Keperawatan. Kepala Ruangan
Yasmin Bmemiliki latar belakang pendidikkan ners
2. Ketenagakerjaan pegawai ruang Komering 1.2 berdasarkan kelompok umur
terdiri dari kelompok 20-29 tahun sebanyak 8 orang, 30-39 tahun sebanyak 7
orang, 40-49 tahun sebanyak 2 orang, dan lebih dari 50 tahun sebanyak orang.
3. Pegawai direkrut melalui seleksi CPNS dan BLU
4. Pegawai diorientasikan ke ruangan sesuai dengan ketentuan DIKLAT sebelum
masuk ke ruangan
5. Kepala ruangan memberikan motivasi kerja kepada staffnya untuk melaksanakan
asuhan keperawatan dengan baik
6. Kepala ruangan selalu memonitoring terhadap pelayanan keperawatan di ruangan
setiap hari
7. Kepala ruangan, Kepala Tim, dan perawat pelaksana pernah mengikuti sejumlah
pelatihan.
8. Terlaksananya kegiatan timbang terima oleh perawat shift pagi/sore/malam
9. Adanya tenaga non keperawatan ada 5 orang pekarya

WEAKNESS
1. Masih kurangnya jumlah tenaga keperawatan berdasarkan perhitungan
ketenagaan menurut Douglas yang memungkinkan dapat menyebabkan beban
kerja perawat menjadi berlebih. Jumlah kebutuhan perawat yang dibutuhkan
sebanyak 21 orang sedangkan perawat yang bertugas dalam satu hari berjumlah
13 orang, hal ini disesuaikan dengan tingkat ketergantungan pasien

OPPORTUNITY
1. Ruang Komering 1.2 dipakai sebagai lahan praktek bagi mahasiswa D3
keperawatan, profesi ners, dan profesi kedokteran.
2. Adanya kebijakan rumah sakit memberikan kesempatan bagi perawat untuk
meningkatkan pendidikan.
3. Adanya sistem penilaian kinerja perawat oleh Karu setiap bulannya yang dapat
meningkatkan system reward terhadap perawat
4. Adanya seleksi CPNS dan BLU untuk menambah jumlah pegawai di ruangan
5. Adanya program pelatihan yang diberikan kepada perawat sebagai salah satu
wadah pengembangan diri

THREATENED
8. Beban kerja perawat yang berlebih
9. Persaingan dengan masuknya perawat asing
10. Berkembangnya RS Swasta yang mampu merekrut perawat

2. MATERIAL

STRENGTH
1. Kapasitas tempat tidur yaitu 42 tempat tidur dan 42 narkase. Tidak ada tempat
tidur yang rusak
2. Nurse station dalam letak yang strategis
3. Terdapat bel di setiap bed pasien yang langsung terhubung dengan nurse station
4. Kotak sampah di ruang tindakan sudah terpisah, terdiri dari sampah infeksi,
noninfeksi, sitostatika, dan sampah kontainer.
5. Terdapat handscrub cuci tangan di ruang tindakan, nurse station, ruang perawat,
di depan kamar pasien dan di setiap bed pasien
6. Terdapat hand rail di kamar mandi untuk mengurangi resiko pasien terjatuh saat
di kamar mandi
7. Pembagian laken setiap hari dilakukan pada pagi hari.

WEAKNESS
8. Pencahayaan ruangan yang redup
9. Penyimpanan stok APD di ruangan Karu
10. Ketersediaan GV set yang berpusat pada CSSD
11. Lemari obat tidak terkunci karena kunci lemari obat rusak
12. Kotak sampah di kamar mandi pasien hanya berjumlah 1 dan tidak dibedakan
antara kontak sampah infeksius dan non infeksius
13. Washtafel ada dua, satu di ruangan tindakan dan satu terdapat di kamar mandi
perawat, tetapi tidak tersedia washtafel untuk pasien dan keluarga pasien.
Wahstafel di ruang tindakan
14. Lemari untuk penyimpanan status susah dijangkau sehingga status menumpuk di
counter
15. Tempat penyusunan blanko yang tidak sesuai dengan listbox. Listbox terlihat
memenuhi standar.

OPPORTUNITY
1. Adanya pengajuan proposal pengadaan sarana dan prasarana secara berkala
setiap tahunnya kepada pihak RSUP M. HOESIN

THREATENED
1. Pengadaan sarana dan prasarana yang memerlukan waktu yang panjang dalam
proses permintaannya
3. METODE

STRENGTH
1. Model layanan metode SP2KP
2. Ada 3 tim dalam metode tim diruangan.
3. Terdapat pengaturan jadwal dinas pagi, siang dan malam
4. Gambaran struktural: Tim 1 (6 orang), Tim 2 (6 orang) dan Tim 3 (6 orang)
5. Jadwal dinas disusun oleh Kepala ruangan
6. Adanya monitoring pendokumentasian askep oleh karu dan katim
7. Hasil analisis kepuasan pasien bahwa 15% pasien menyatakan sangat puas
dengan pelayanan perawat, 75% menyatakan puas dengan pelayanan
keperawatan, dan 10% pasien menyatakan tidak puas
8. Perawat memberikan edukasi cuci tangan dan pengenalan gelang identitas pada
pasien baru
9. Perawat melengkapi informed consent dan cheklist pra operasi serta memeriksa
kembali bagian tubuh / site marking pada bagian tubuh yang akan dioperasi

WEAKNESS

1. Hasil observasi ketika ada pasien baru perawat tidak menjelaskan secara
terperinci mengenai hak dan kewajiban pasien selama tinggal di RS dan tata
tertib RS
2. Perawat tidak melakukan pengukuran vital sign dan menimbang BB pasien baru
3. Perawat tidak mengevaluasi ulang tentang cara mencuci tangan dengan teknik 6
langkah dan juga pemilahan sampah
4. Keluarga pasien terlihat masih menggantungkan sampah pada tempat tidur
pasien

OPPORTUNITY
4. Adanya kebijakan dari rumah sakit yang memberikan kesempatan pada kepala
ruangan untuk mengelola ruangan
5. Adanya dukungan dari pihak rumah sakit untuk meningkatkan reward perawat
berdasarkan hasil laporan perawat/log book setiap bulannya
6. Adanya dukungan dari pihak rumah sakit untuk melakukan pelatihan per
bulannya pada tiap perawat di ruangan Yasmin B yang ditunjuk oleh Kepala
Ruangan
7. Adanya program akreditasi rumah sakit menuju RS international yang menuntut
perawat menjadi lebih baik dengan memperhatikan Hak dan Kewajiban Pasien, 6
sasaran keselamatan pasien, Etika berkomunikasi dengan pasien serta program
lainnya

THREATENED
1. Adanya UU No. 23 Tahun 1992 tentang perlindungan terhadap pasien
2. Adanya sanksi pemotongan renumerasi akibat perawat yang melanggar SOP
4 Dokumentasi Keperawatan

STRENGTH
1. Adanya SOP yang digunakan sebagai standar untuk melakukan tindakan
2. Adanya sistem pendokumentasian keperawatan (Pengkajian, Lembar Diagnosa
Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Catatan
Terintegrasi)
3. Adanya kemauan perawat untuk melaksanakan pendokumentasian
4. Pengawasan terhadap sistematika pendokumentasian yang dilakukan oleh
supervisi

WEAKNESS
1. Rasio perawat dan pasien yang tidaksebanding sehingga pendokumentasian askep
belum terlaksana secara efektif
2. Belum optimalnya penggunaan diagnosa keperawatan, mayoritas masih
menggunakan diagnosa umum

OPPURTUNITY
1. Adanya program pelatihan oleh pihak rumah sakit secara berkala
2. Kerjasama yang baik terjalin antara kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana
dan mahasiwa

THREATENED
1. Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan keluarga) akan tanggung jawab dan
tanggung gugat
2. Adanya penilaian akreditasi rumah sakit terhadap sistem pendokumentasian yang
dapat mempengaruhi kinerja perawat

5 Ronde Keperawatan

STRENGTH
1. Bidang perawatan dan ruangan mendukung adanya ronde keperawatan
2. Banyaknya kasus penyakit dalam yang memerlukan perhatian khusus
WEAKNESS
1. Kepala ruangan mengatakan bahwa tidak rutin dilakukan ronde keperawatan di
ruang Komering 1.2
2. Jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan jumlah tingkat ketergantungan pasien
3. Belum dilaksanakannya secara rutin ronde keperawatan di ruangan Komering 1.2

OPPURTUNITY
1. Adanya kesempatan dari Kepala Ruangan untuk mengadakan ronde keperawatan
pada perawat dan mahasiswa praktik

THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
yang lebih profesional
2. Adanya sistem akreditasi untuk meningkatkan motivasi ruangan untuk menjadi
ruangan yang memberikan pelayanan yang baik

6 Discharge planning

STRENGTH
1. Tersedianya resume keperawatan untuk pasien pulang
2. Tersedianya discharge planning di ruangan
3. Adanya kelengkapan pengisian keterangan rencana pemulangan
4. Adanya surat kontrol berobat

WEAKNESS
1. Pemberian penkes penyakit idak dilakukan pada setiap pasien/keluarga karena
beban kerja yang tinggi
2. Tidak tersedianya leaflet pasien saat pulang

OPPURTUNITY
1. Adanya mahasiswa PSIK yang melakukan praktik manajemen keperawatan
2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan perawat klinik
3. Pemberian edukasi dengan leaflet yang dapat dilakukan oleh mahasiswa PSIK

THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang
profesional
2. Adanya resiko kekambuhan pada pasien yang rawat jalan terhadap ketidak
tahuan pengobatan
C. Perencanaan
PLANNING OF ACTION (POA)
PLANNING OF ACTION (POA) MAHASISWA PROFESI NERS PSIK UNSRI STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG KOMERING 1.2 RSUP MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
TANGGAL 29 AGUSTUS- 17 SEPTEMBER 2016

TANGGAL PJ
NO KEGIATAN
29 30 31 01 02 03 05 06 07 08 09 10 12 13 14 15 16 17

1. Pembuatan TINTASIA DAN IIS


instrumen
pengkajian

2. Analisa situasi JENI PREDIETA


DAN BARICA
a. Wawancara
DESTY RANI
instrument
manajemen
keperawatan
b. Penghitungn
tenaga kerja
perawat
berdasarkan
beban kerja
c. Perhitungan
tingkat
kepuasan
pasien
diruangan
d. Perhitungan
instrument
standar
asuhan
keperawatan
di ruangan
e. Perhitungan
analisis
tindakan
keperawatan
f. Perhitungan
kedisiplinan
pegawai
3. Paparan analisa APRILIA
situasi

4. Perhitungan HERNANDA, LIA


angka A
ketergantungan
pasien

5. Penerapan role Co-Ners Unsri


play dalam
penerapan
SP2KP

6. Merenovasi RIAN,HERNANDA,
tempat
PUTRA
penyimpanan
arsip lembar
integrasi,
Informed
consent,
pengkajian
resiko jatuh,
penempatan
obat, blangko
tindakkan
medis, format
asuhan
keperawatan,
dll

7. Pembacaan WAYAN,MITRA
standar
prosedur
operasional
(SPO)

8. Pembuatan box MIRANTI,ARUM,


untuk tempat
TIARA
lembar KIMdan
Pembuatan dan
identitasnya

9. Pembuatan MIRANTI
leaflet (MATERI
SEDANG
SESUAKAN
DENGAN
MASALAH D
RUANGAN
DAN YG
SEDANG TREN
D RUMAH
SAKIT)

10.Penyuluhan TIARA,ARUM,
kesehatan: MERSI

a. Penyuluhan
Kesehatan 6
langkah
cuci tangan
b. Perawatan
luka
gangren
c. Anemia
d. CKD
e. Senam kaki
diabetikum
f. Pengelolaan
sampah
11.Pembuatan RIAN,PUTRA,
leaflet UNTUK HERNANDA
RUANGAN

12.Pembuatan clip MERSI


chart anemia
dan perawatan
diabetes

13.Melakukan pre CO-NERS UNSRI


dan post
Conference

14.Pelaksanaan CO-NERS UNSRI


Ronde
Keperawatan

15.Evaluasi CO-NERS UNSRI


manajemen
perawatan

16.Pelaporan Co-Ners Unsri


secara
keseluruhan

Keterangan :

: Telah Dilaksanakan

: Belum Dilaksanakan

: AKAN DI TANYAKAN KEPADA KARU APAKAH JADWALNYA SUDAH TEPAT

Anda mungkin juga menyukai