Anda di halaman 1dari 22

66

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Letak Geografis

Puskesmas Liya merupakan salah satu Puskesmas dari 5 Puskesmas

yang berada di pulau Wangi-Wangi yang merupakan bagian dari gugusan

kepulauan Wakatobi. Puskesmas Liya terletak di desa Liya Bahari Indah.

Puskesmas Liya masuk dalam wilayah Kecamatan Wangi-Wangi Selatan

Kabupaten Wakatobi. Luas Wilayah kerja Puskesmas Liya ± 60 Km 2 yang

berjarak ± 6 Km2 dari Ibukota Wakatobi. Wilayah kerja Puskesmas Liya

meliputi 4 desa yang ada di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan yaitu Desa Liya

One Melangka, Desa Liya Mawi, Desa Liya Bahari Indah, dan Desa Liya

Togo.

Letak geografis wilayah kerja Puskesmas Liya, secara administrasi

berbatasan dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Komala dan Desa Numana.


b. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Olo Selatan.
c. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Flores.
2. Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Liya yang mendiami 4

desa adalah sebanyak 4.437 jiwa. Dengan jumlah penduduk perdesa yaitu

Liya One Melangka sebanyak 1.257 jiwa, Liya Mawi sebanyak 1.012 jiwa,

53
67

Liya Bahari Indah sebanyak 549 jiwa, dan desa Liya Togo sebanyak 1.619

jiwa.

Tabel 1. Distribusi Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas


Liya Kabupaten Wakatobi Tahun 2017

Jumlah Jumlah Jumlah


No Desa
Laki-Laki Perempuan Penduduk
Liya One
1. 631 626 1257
Melangka
2. Liya Mawi 511 501 1012
Liya Bahari
3. 284 265 549
Indah
4. Liya Togo 857 762 1619
Total 2.283 2.154 4.437
Sumber : Profil Puskesmas Liya Tahun 2017

Tabel 1 menunjukkan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Liya, Desa

Liya Togo memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 2.283 jiwa yang terdiri

dari 857 laki-laki, 763 perempuan. Sedangkan Desa Liya Bahari Indah

memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu 549 jiwa yang terdiri

dari 284 laki-laki, 265 perempuan.

3. Sosial Ekonomi
Pada umumnya penduduk di wilayah kerja Puskesmas Liya bermata

pencaharian sebagai nelayan, petani, selebihnya adalah Pegawai Negeri Sipil

(PNS), Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), tukang, buruh dan pedagang.


68

Keadaan ini sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

terutama yang ada kaitannya dengan kebutuhan pokok sehari-hari (gizi

masyarakat, pakaian, kondisi perumahan, kemampuan serta kesempatan

untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai.


4. Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan
a. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Liya berjumlah 22

orang PNS, dan 15 orang Pegawai Tidak Tetap berdasarkan SK Bupati No

86 tahun 2017 yang terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan baik

pegawai negeri sipil maupun pegawai tidak tetap.


b. Sarana Kesehatan
Puskesmas Liya memiliki 1 buah gedung puskesmas sebagai

tempat pelayanan kepada masyarakat, 4 buah poskesdes.


Puskesmas Liya juga terdapat beberapa unit pelayanan seperti:

1) Poli KIA/KB

2) Poli Umum

3) Poli Gigi dan Mulut

4) Apotek dan gudang obat

5) 1 unit

5. Lingkungan Fisik

Puskesmas Liya terdiri dari beberapa ruangan diantaranya ruangan

kepala puskesmas, kamar kartu, pojok gizi, poli Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), poli umum, poli gigi dan mulut dan ruangan administrasi.

6. Pendidikan
69

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indiikator yang sering di

telaah dalam menngukur tingkat pembangunan manusia di suatu daerah.

Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku

kesehatan. Pengetahuan yang di pengaruhi oleh tingkat pendidikan merupaka

salh satu factor pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempenngaruhi

keputusan seseoorang untuk berperilaku sehat.

Adapun jumlahsekolah yang ada di Wilayah kerja Puskemas liya

tahun 2017 adalah TK sebanyak 4 buah, SD sebanyak 5 buah, Smp sebanyak

5 buah dan SMA sebanyak 1 buah.

7. Visi

Adapun Visi Puskemas Liya yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan

Kesehatan Dasar Yang Merata Dan Berkualitas Untuk Mewujudkan Liya

Raya Sehat Yang Kreatif”

8. Misi

Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan tersebut Puskesmas Liya

kabupaten Waktobi mempunyai Misi sebagai berikut:

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

berkeadilan serta terjangkau oleh masyarakat.


2) Mendorong kemandiirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
3) Meningkatkan serta mengembangkan upaya kesehatan berbasisi

masyarakat dengan kerjasama lintas sector dan kesadaran dari

masyarakat sendiri.
4) Mengembangkan inovasi pelayanan kesehatan secara professional

untukmendukung terwujudnya Liya Raya sehat yang kreatif.


70

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Tabel.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Rawat Inap
RSU Bahteramas Provinsi Sultra Tahun 2018
No Umur Jumlah (n) Persen (%)
1 20 – 30 14 20,9
2 31 – 40 51 76,1
3 >41 2 3,0
Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 67

responden, umur terbanyak pada rentang umur 31 – 40 tahun yaitu 51

responden (76,1%), sedangkan rentang umur terendah adalah umur >41

tahun sebanyak 2 responden (3,0%).

b. Jenis Kelamin

Tabel.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Rawat
Inap RSU Bahteramas Provinsi Sultra Tahun 2018
No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)
1 Laki-laki 4 6,0
2 Perempuan 63 94,0
Jumlah 67 100
71

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 67

responden, responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 4 responden

(6,0%), sedangkan berjenis kelamin perempuan sebanyak 63 responden

(94,0%).

c. Pendidikan

Tabel.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Rawat
Inap RSU Bahteramas Provinsi Sultra Tahun 2018
No Pendidikan Jumlah (n) Persen (%)
1 D3 11 16,4
2 S1 7 10,4
3 Profesi Ners 49 73,1
Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 67

responden, responden paling banyak berpendidikan Profesi Ners yaitu 49

responden (73,1%), sedangkan responden paling sedikit berpendidikan

S1 sebanyak 7 responden (10,4%).

d. Status Kepegawaian

Tabel.4
Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepegawaian di Ruang
Rawat Inap RSU Bahteramas Provinsi Sultra Tahun 2018
No Status Kepegawaian Jumlah (n) Persen (%)
1 PNS 19 28,4
2 Honor 48 71,6
Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari 67

responden, responden paling banyak sebagai Honor yaitu 48 responden


72

(71,6%), sedangkan responden paling sedikit memilki status

kepegawaian yaitu PNS sebanyak 19 responden (32,8%).

2. Analisis Univariat

a. Kualitas Pelayanan Keperawatan

Tabel.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan Keperawatan
di Ruang Rawat Inap RSU Bahteramas Provinsi Sultra Tahun 2018
Kualitas Pelayanan
No Jumlah (n) Persen (%)
Keperawatan
1 Cukup 28 41,8
2 Kurang 39 58,2
Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa dari 67

responden, responden dengan kualitas pelayanan cukup sebanyak 28

responden (41,8%), sedangkan responden dengan kualitas pelayanan

kurang yaitu sebanyak 39 responden (58,2%).

b. MAKP (Tanggung Jawab)

Tabel.6
Distribusi Responden Berdasarkan MAKP (Tanggung Jawab) di
Ruang Rawat Inap RSU Bahteramas Provinsi Sultra Tahun 2018
MAKP
No Jumlah (n) Persen (%)
(Tanggung Jawab)
1 Cukup 27 40,3
2 Kurang 40 59,7
Jumlah 67 100
73

Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa dari 67

responden, responden dengan MARK (Tanggung Jawab) yang cukup

sebanyak 27 responden (40,3%), sedangkan responden dengan MARK

(Tanggung Jawab) yang kurang yaitu sebanyak 40 responden (59,7%).

c. MAKP (Supervisi)

Tabel.7
Distribusi Responden Berdasarkan MAKP (Supervisi) di Ruang
Rawat Inap RSU Bahteramas Provinsi Sultra Tahun 2018
No MAKP (Supervisi) Jumlah (n) Persen (%)
1 Cukup 33 49,3
2 Kurang 34 50,7
Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan bahwa dari 67

responden, responden dengan MAKP (Supervisi) yang cukup sebanyak

33 responden (49,3%), sedangkan responden dengan MAKP (Supervisi)

yang kurang yaitu sebanyak 34 responden (50,7%).

d. MAKP (Dokumentasi Askep)

Tabel.8
Distribusi Responden Berdasarkan MAKP (Dokumentasi Askep)
di Ruang Rawat Inap RSU Bahteramas Provinsi Sultra Tahun 2018
MAKP
No Jumlah (n) Persen (%)
(Dokumentasi Askep)
1 Cukup 37 55,2
2 Kurang 30 44,8
Jumlah 67 100
74

Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dari 67

responden, responden MARK (Dokumentasi Askep) cukup sebanyak 37

responden (55,2%), sedangkan MARK (Dokumentasi Askep) kurang

sebanyak 30 responden (44,8%).

e. MAKP (Timbang Terima)

Tabel.9
Distribusi Responden Berdasarkan MAKP (Timbang Terima)
Di Ruang Rawat Inap RSU Bahteramas Provinsi Sultra Tahun 2018
MAKP
No Jumlah (n) Persen (%)
(Timbang Terima)
1 Cukup 24 35,8
2 Kurang 43 64,2
Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel 9 diatas menunjukkan bahwa dari 67

responden, responden MARK (Timbang Terima) cukup sebanyak 24

responden (35,8%), sedangkan MARK (Timbang Terima) kurang

sebanyak 43 responden (64,2%).

3. Analisis Bivariat

a. Analisis hubungan MAKP (Tanggung Jawab) dengan Kualitas Pelayanan

keperawatan.

Tabel.10
Analisis Hubungan MAKP (Tanggung Jawab) dengan Kualitas
Pelayanan keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSU Bahteramas
75

Provinsi Sultra Tahun 2018


Kualitas Pelayanan
MAKP Keperawatan Jumlah
(Tanggung Jawab) Cukup Kurang
N % n % N %
Cukup 16 23,9 11 16,4 27 40,3
Kurang 12 17,9 28 41,8 40 59,7
Jumlah 28 41,8 39 58,2 67 100
2
Nilai X hitung = 5,673
Nilai Phi p = 0,291

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 67 responden

dengan MAKP (Tanggung Jawab) cukup dan kualitas pelayanan

keperawatan cukup sebanyak 16 (23,9%) responden, sedangkan

responden dengan MAKP (Tanggung Jawab) kurang dan kualitas

pelayanan keperawatan cukup sebanyak 12 (17,9%) responden.

Diperoleh pula bahwa responden dengan MAKP (Tanggung

Jawab) cukup dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 11

(16,4%) responden, sedangkan responden dengan MAKP (Tanggung

Jawab) kurang dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 28

(41,8%) responden.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 5,673> X2tabel = 3,841 yang berarti Ho

ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna. Hasil uji

koefisien phi = 0,291 yang berarti keeratan hubungannya berada pada

kriteria lemah.
76

b. Analisis hubungan MAKP (Supervisi) dengan Kualitas Pelayanan

keperawatan.

Tabel.11
Analisis Hubungan MAKP (Supervisi) dengan Kualitas Pelayanan
keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSU Bahteramas Provinsi
Sultra Tahun 2018
Kualitas Pelayanan
MAKP Keperawatan Jumlah
(Supervisi) Cukup Kurang
N % N % N %
Cukup 19 28,4 14 20,9 33 49,3
Kurang 9 13,4 25 37,3 34 50,7
Jumlah 28 41,8 39 58,2 67 100
Nilai X2 hitung = 6,661
Nilai Phi p = 0,315

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 67 responden

dengan MAKP (supervisi) cukup dan kualitas pelayanan keperawatan

cukup sebanyak 19 (28,4%) responden, sedangkan responden dengan

MAKP (supervisi) kurang dan kualitas pelayanan keperawatan cukup

sebanyak 9 (13,4%) responden.

Diperoleh pula bahwa responden dengan MAKP (supervisi) cukup

dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 14 (20,9%)


77

responden, sedangkan responden dengan MAKP (supervisi) kurang dan

kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 25 (37,3%) responden.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 6,661> X2tabel = 3,841 yang berarti Ho

ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna. Hasil uji

koefisien phi = 0,315 yang berarti keeratan hubungannya berada pada

kriteria lemah.

c. Analisis hubungan MAKP (Dokumentasi Askep) dengan Kualitas

Pelayanan keperawatan.

Tabel.12
Analisis Hubungan MAKP (Dokumentasi Askep) dengan Kualitas
Pelayanan keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSU Bahteramas
Provinsi Sultra Tahun 2018
Kualitas Pelayanan
MAKP Keperawatan Jumlah
(Dokumentasi Askep) Cukup Kurang
n % n % N %
Cukup 21 31,3 16 23,9 37 55,2
Kurang 7 10,4 23 34,3 30 44,8
Jumlah 28 41,8 39 58,2 67 100
Nilai X2 hitung = 7,068
Nilai Phi p = 0,337

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 67 responden

dengan MAKP (Dokumentasi Askep) cukup dan kualitas pelayanan

keperawatan cukup sebanyak 21 (31,3%) responden, sedangkan

responden dengan MAKP (Dokumentasi Askep) kurang dan kualitas

pelayanan keperawatan cukup sebanyak 7 (10,4%) responden.


78

Diperoleh pula bahwa responden dengan MAKP (Dokumentasi

Askep) cukup dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 16

(23,9%) responden, sedangkan responden dengan MAKP (Dokumentasi

Askep) kurang dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 25

(34,3%) responden.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 7,068> X2tabel = 3,841 yang berarti Ho

ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna. Hasil uji

koefisien phi = 0,337 yang berarti keeratan hubungannya berada pada

kriteria lemah.

d. Analisis hubungan MAKP (Timbang Terima) dengan Kualitas Pelayanan

keperawatan

Tabel.13
Analisis Hubungan MAKP (Timbang Terima) dengan Kualitas
Pelayanan keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSU Bahteramas
Provinsi Sultra Tahun 2018
Kualitas Pelayanan
MAKP Keperawatan Jumlah
(Timbang Terima) Cukup Kurang
N % n % N %
Cukup 16 23,9 8 11,9 24 35,8
Kurang 12 17,9 31 46,3 43 64,2
Jumlah 28 41,8 39 58,2 67 100
2
Nilai X hitung = 9,512
Nilai Phi p = 0,377

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa dari 67 responden

dengan MAKP (Timbang Terima) cukup dan kualitas pelayanan

keperawatan cukup sebanyak 16 (23,9%) responden, sedangkan


79

responden dengan MAKP (Timbang Terima) kurang dan kualitas

pelayanan keperawatan cukup sebanyak 12 (17,9%) responden.

Diperoleh pula bahwa responden dengan MAKP (Timbang

Terima) cukup dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 8

(11,9%) responden, sedangkan responden dengan MAKP (Timbang

Terima) kurang dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 31

(46,3%) responden.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 9,512> X2tabel = 3,841 yang berarti Ho

ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna. Hasil uji

koefisien phi = 0,377 yang berarti keeratan hubungannya berada pada

kriteria lemah.

4. Pembahasan

1. Hubungan MAKP (Tanggung Jawab) dengan Kualitas Pelayanan

keperawatan.

Tanggung jawab adalah kesediaan seseorang dalam menghadapi

kemungkinan paling buruk sekalipun, memberikan kompensasi dan infomasi

terhadap apa yang dilaksanakannya, dalam melaksanakan tugas tanggung

jawab perawat terhadap klien berfokus terhadap apa yang dilakukannya

terhadap klien.

Berdasarkan tabel. 10 diatas diperoleh bahwa dari 67 responden

terdapat MAKP (Tanggung Jawab) kurang dan kualitas pelayanan


80

keperawatan cukup sebanyak 12 (17,9%) responden. Hal ini kurangnya

pengetahuan perawat mengenai masalah tanggung jawab yang harus

dilaksanakan, kurangnya upaya pengembangan baik dari pealtihan, kegiatan

organisasi serta manfaat tehnologi dan informatika dalam pelayanan

keperawatan.

Diperoleh pula bahwa responden dengan MAKP (Tanggung Jawab)

kurang dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 28 (41,8%)

responden, hal ini disebabkan adanya pelayanan yang kurang handal, kurang

tanggap dan kuranga percaya diri. kualitas pelayanan keperawatan juga

berdasarkan Keandalan yaitu kemampuan dan tanggung jawab memberikan

pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan, jujur, aman

dan tepat waktu.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 5,673> X2tabel = 3,841 yang berarti Ho

ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna. Hasil uji

koefisien phi = 0,291 yang berarti keeratan hubungannya berada pada kriteria

lemah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anita

Santi Widyastuti. tahun 2013. Hasil uji korelasi diperoleh nilai r hitung

sebesar 0,429 dengan tingkat signifikansi (p-value) 0,000.Nilai p-value lebih

kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak,
81

sehingga disimpulkan terdapat hubungan antara tanggung jawab dengan

kualitas pelayanan di ruang rawat inap di Puskesmas Wonosegoro Boyolali.

Salah satu upaya pemecahan masalah diatas perlunya pengembangan

pengetahuan tentang kualitas pelayanan melalui kegiatan penelitian

pendidikan non formal, organisasi keperawatan dan pelatihan sehingga dalam

pelaksanaan kualitas pelayanan perawat tidak hanya menerapkan teori

keperawatan yang hanya didapat pada ssat kuliah saja, tetapi juga harus

ditunjang dengan selalu mengikuti perkembangan ilmu keperawatan terbaru

secara mandiri atau kelompok.

2. Hubungan MAKP (Supervisi) dengan Kualitas Pelayanan keperawatan

Supervisi suatu proses kemudahan untuk penyelesaian tugas-tugas

keperawatan mulai dari merencanakan,mengarahkan, membimbing,

mengajar, mengobsevasi, dan mengevaluasi perawat secara terus menerus.

Berdasarkan tabel 11 diatas diperoleh bahwa dari 67 responden

terdapat MAKP (supervisi) kurang dan kualitas pelayanan keperawatan cukup

sebanyak 9 (13,4%) responden. Hal ini terjadi tidak optimalnya supervisi

kepala ruangan ini terjadi dikarenakan ada tambahan tugas sehingga

pelayanan keperawatan tidak berfungsi.

Diperoleh pula bahwa responden dengan MAKP (supervisi) kurang

dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 25 (37,3%) responden.

Hal ini dikarenakan kurangnya komunikatif terhadap atasan sehingga


82

suasana kerja tidak kondusif diantara para tenaga keperawatan dan tenaga

lainnya.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 6,661> X2tabel = 3,841 yang berarti Ho

ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna. Hasil uji

koefisien phi = 0,315 yang berarti keeratan hubungannya berada pada kriteria

lemah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sri

Hananto PN. tahun 2017 di RSU Lamongan, dimana terdapat pengaruh

supervisi dengan kualitas pelayanan pasien dengan hasil intervensi (p=0,000,

p<0,05).

Upaya mengatasi masalah diatas perlu adanya Supervisi keperawatan

untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit, supervisi

bukan berarti menghukum tetapi memberikan pengarahan dan petunjuk agar

perawat dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien.

sehingga makin terbinanya hubungan suasana kerja yang baik antara atasan

dan bawahan.

3. Hubungan MAKP (Dokumentasi Askep) dengan Kualitas Pelayanan

keperawatan.

Dokumentasi keperawatan adalah bukti akuntabilitas tentang apa yang

telah dilakukan oleh seorang perawat, dengan adanya pendokumentasian

dengan benar maka bukti secara professional dapat dipertanggung jawabkan


83

sehingga pendokumentasian merupakan hal penting yang dapat menunjang

pelaksanaan kualitas pelayanan keperawatan.

Berdasarkan tabel 12 diatas diperoleh bahwa dari 67 responden

terdapat MAKP (Dokumentasi Askep) kurang dan kualitas pelayanan

keperawatan cukup sebanyak 7 (10,4%) responden, Hal ini disebabkan

perawat faktor kemalasan mereka lebih mementingkan pekerjaan medis

seperti menyuntik dan memasang infus.

Diperoleh pula bahwa responden dengan MAKP (Dokumentasi

Askep) kurang dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 25

(34,3%) responden, Hal ini disebabkan adanya tugas tambahan perawata

seperti mendapingi dokter, faktor malas dengan pernyatan memerlukan waktu

lama dalam pendokumentasian dan tidak terlaksananya proses asuhan

keperawatan dengan baik.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 7,068> X2tabel = 3,841 yang berarti Ho

ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna. Hasil uji

koefisien phi = 0,337 yang berarti keeratan hubungannya berada pada kriteria

lemah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yudi

Ismanto tahun 2015, dimana terdapat hubungan antara pendokumentasian

dengan pelayanan keperawatan di RSUP prof. Dr. R. D. Kandou Manado.


84

Upaya yang harus dilakukan yaitu pemberian pelatihan,

mengoptimalkan pengawasan, memberi motivasi, menambah pengetahuan

dan kompetensi perawat, serta sikap pimpinan yang harus tegas dalam hal

pelaksanaan pendokumentasian keperawatan.

4. Analisis hubungan MAKP (Timbang Terima) dengan Kualitas Pelayanan

keperawatan

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan

menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang

terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.

Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang

berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.

Berdasarkan tabel 13 diatas diperoleh bahwa dari 67 responden

terdapat MAKP (Timbang Terima) kurang dan kualitas pelayanan

keperawatan cukup sebanyak 12 (17,9%) responden, hal ini terjadi tidak

adanya timbang terima pada saat pergantian shif dan pada saat shif dinas

tidak bersama – sama secara langsung melihat keadaan pasien.

Diperoleh pula bahwa responden dengan MAKP (Timbang Terima)

kurang dan kualitas pelayanan keperawatan kurang sebanyak 31 (46,3%)

Responden. Hal ini terjadi karena cara Penyampaian pada saat timbang terima

secara singkat dan jelas, tidak adanya krarifikasi mengenai hal - hal yang

kurang jelas sehingga kualitas pelayanan keperawatan tidak optimal.


85

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 9,512> X2tabel = 3,841 yang berarti Ho

ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna. Hasil uji

koefisien phi = 0,377 yang berarti keeratan hubungannya berada pada kriteria

lemah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Koesmiati tahun 2016, terdapat hubungan dengan berdasarkan h asil analisis

bivariat menunjukan p value = 1,943 > 0,05 maka Ha ditolak, artinya ada

hubungan timbang terima dengan pelayanan di ruang Rawat Inap RS Panti

Waluya Sawahan Malang.

Adapun upaya yang harus dilakukan meningkatkan kemampuan

komunikasi antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung

jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien

dilaksanakan secara berkesinambungan. Bila timbang terima tidak dilakukan

dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang

diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar

pemberian tindakan keperawatan maka akan menurunkan kualitas pelayanan

keperawatan.
86

BAB VI

HASIL PENELITIAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan Antara MAKP (Tanggung Jawab) dengan Kualitas

Pelayanan Keperawatan berdasarkan hasil uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 5,673 dan Hasil uji koefisien phi = 0,291

yang berarti keeratan hubungannya berada pada kriteria lemah.

2. Terdapat hubungan Antara MAKP (Supervisi) dengan Kualitas Pelayanan

Keperawatan dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi Square

menunjukkan bahwa nilai X2hit = 6,661 dan hasil uji koefisien phi = 0,315

yang berarti keeratan hubungannya berada pada kriteria lemah.

3. Terdapat hubungan Antara MAKP (Dokumentasi Askep) dengan Kualitas

Pelayanan Keperawatan hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik Chi

Square menunjukkan bahwa nilai X2hit = 7,068 dan hasil uji koefisien phi =

0,337 yang berarti keeratan hubungannya berada pada kriteria lemah.

4. Terdapat hubungan Antara MAKP (Timbang Terima) dengan Kualitas

Pelayanan Keperawatan dari hasil analisis diperoleh pula nilai uji statistik

Chi Square menunjukkan bahwa nilai X2hit = 9,512 dan hasil uji koefisien phi

= 0,377 yang berarti keeratan hubungannya berada pada kriteria lemah.


87

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai berikut :

1. Terkait pemerintah Rumah Sakit Umum agar lebih di pantau Pelayanan

apakah sudah sesuai dengan proses keperawatan dengan Prosedur yang ada di

Rumah Sakit Umum Bahteramas Kota Kendari.

2. Bagi Kepala Ruang. disarankan untuk memberikan couching and counseling

kepada perawatnya minimal dua orang selama satu minggu sekali, dimana

pelaksanaanya disesuaikan dengan pembagian shift kerja mereka. Melalui

couching, kepala ruangan membantu memberikan pengarahan kepada kinerja

perawat yang tidak sesuai dengan standar asuhan keperawatan guna mencegah

terjadinya kegagalan dalam memberikan tindakan keperawatan.

3. Kepala ruangan sebaiknya meningkatkan iklim motivasi di ruangan dengan

cara memberikan penghargaan dan pelatihan kepada perawat sehingga

kualitas pelayanan keperawatan dapat berjalan baik dan benar.

4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini mungkin masih kurang

sempurna jadi pelu adanya penelitian lanjut tentang kualitas pelayanan

keperawatan dengan menggunakan metode lain dan pendekatan yang

berbeda.

5. Diharapkan mampu mencari faktor-faktor lain dari kulitas pelayanan

keperawatan dengan menambah jumlah responden sehingga hasil penelitian

benar-benar dapat digeneralisasikan.

Anda mungkin juga menyukai