A. Konsep Penyakit
1. Anatomi Dan Fisiologi
2. Definisi Penyakit
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak.
(Morton, 2012)
Klasifikasi cedera kepala (Brain Injury Association of Michigan, 2005)
Berdasarkan patologi :
1. Cedera kepala primer
Merupakan akibat cedera awal. Cedera awal menyebabkan gangguan interigritas fisik,
kimia, dan listrikdari sel diarea tersebut, yang menyebabkan kematian sel.
2. Cedera kepala sekunder
Cedera ini merupakan cedara yang menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut yang terjadi
setelah trauma sehingga meningkatkan TIK yang tak terkendali, meliputi respon fisiologis,
cedera otak, termasuk edema serebral, perubahan biokimia, dan perubahan hemidinamik
serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi local atau sistemik.
Menurut Jenis Cedera
1. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi diameter.
Trauma yang menembus tengkorak dan jaringan otak.
2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan pada pasien dengan gegar otak ringan dengan
cedera serebral yang luas.
Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glasgown Coma Scale)
1. Cedera kepala ringan/minor
- GCS 14-15
- Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30 menit
- Tidak ada fraktur tengkorak
- Tidak ada kontusia serebral, hemotoma
2. Cedera kepala sedang
- GCS 9-13
- Kehilangan kesadaran dan asam anamnesa lebih dari 30 m tetapi kurang dari 24 jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
- Diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intracranial
3. Cedera kepala berat
- GCS 3-8
- Kehilangan kesadaran dan atau terjadi anamnesia lebih dari 24 jam
- Juga meliputi kontusia serebral, laserasi atau hematoma intra kranial.
Skala Koma Glasgow :
Indikasi rawat inap pada penderita dengan cedera kepala ringan adalah:
1. Amnesia antegrade/pascatrumatik.
2. Adanya keluhan nyeri kepala mulai dari derajat yang moderat sampai berat.
3. Adanya riwayat penurunan kesadaran/pingsan.
4. Intoksikasi alcohol atau obat-obatan.
5. Adanya fraktur tulang tengkorak.
6. Adanya kebocoran likuor serebro-spinalis (ottore/rinorre).
7. Cedera berat bagian tubuh lain.
8. Indikasi social (tidak ada keluarga /pedamping dirumah)
(Satyanegara,2010)
Dari cedera kepala ringan dapat berlanjut menjadi sedang/berat dengan catatan bila
ada gejala-gejala seperti ini:
1. Lesi masa intra atau ekstra-aksial yang menyebabkan pergeseran garis tengah (pembuluh
darah serebral anterior) yang melebihi 5 mm.
2. Lesi masa ekstra-aksial yang tebalnya melebihi 5 mm dari tabula interna tengkorak dan
berkaitan dengan pergeseran arteri serebri anterior atau media .
3. Lesi massa ekstra-aksial bilateral dengan tebal 5 mm dari tabula eksternal (kecuali bila
ada atrofi otak).
4. Lesi massa intra-aksial lobus temporalis yang menyebabkan elevasi hebat dari arteri
serebri media atau menyebabkan pergeseran garis tengah.
B. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan
sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya
komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan
penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala,
wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran
napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem
persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit
keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data
subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.
b. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15, disorientasi
orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-
tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena
udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
c. Pemeriksaan Penujang
CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui
adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan
jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial
Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrkranial
Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis kontraktur (terputusnya jaringan tulang).
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan persepsi/kognitip, terapi
pembatasan/kewaspadaan keamanan, mis tirah baring, immobilisasi.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas, ditandai dengam
dyspnea
4. Resiko kekurangan volume cairan
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6. Resiko infeksi
7. Ansietes
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Nyeri akut b.d agen cidera biologis kontraktur (terputusnya jaringan tulang).
NOC
Pain level
Pain control
Comport level
Tujuan dan Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi Rasional
NIC NIC
Pain Management Pain Management
Kaji secara komprehensip terhadap Untuk mengetahui tingkat nyeri
nyeri termasuk lokasi, karakteristik, pasien
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas Untuk mengetahui tingkat
nyeri dan faktor presipitasi ketidaknyamanan dirasakan oleh
Observasi reaksi ketidaknyaman pasien
secara nonverbal Untuk mengalihkan perhatian pasien
Gunakan strategi komunikasi dari rasa nyeri
terapeutik untuk mengungkapkan Untuk mengetahui apakah nyeri yang
pengalaman nyeri dan penerimaan dirasakan klien berpengaruh
klien terhadap respon nyeri terhadap yang lainnya
Tentukan pengaruh pengalaman Untuk mengurangi factor yang dapat
nyeri terhadap kualitas hidup( napsu memperburuk nyeri yang dirasakan
makan, tidur, aktivitas,mood, klien
hubungan sosial) untuk mengetahui apakah terjadi
Tentukan faktor yang dapat pengurangan rasa nyeri atau nyeri
memperburuk nyeriLakukan evaluasi yang dirasakan klien bertambah.
dengan klien dan tim kesehatan lain Pemberian “health education” dapat
tentang ukuran pengontrolan nyeri mengurangi tingkat kecemasan dan
yang telah dilakukan membantu klien dalam membentuk
Berikan informasi tentang nyeri mekanisme koping terhadap rasa
termasuk penyebab nyeri, berapa nyeri
lama nyeri akan hilang, antisipasi
terhadap ketidaknyamanan dari Untuk mengurangi tingkat
prosedur ketidaknyamanan yang dirasakan
Control lingkungan yang dapat klien.
mempengaruhi respon Agar nyeri yang dirasakan klien tidak
ketidaknyamanan klien( suhu bertambah.
ruangan, cahaya dan suara) Agar klien mampu menggunakan
Hilangkan faktor presipitasi yang teknik nonfarmakologi dalam
dapat meningkatkan pengalaman memanagement nyeri yang
nyeri klien( ketakutan, kurang dirasakan.
pengetahuan) Pemberian analgetik dapat
Ajarkan cara penggunaan terapi non mengurangi rasa nyeri pasien
farmakologi (distraksi, guide
imagery,relaksasi)
Kolaborasi pemberian analgesic
NOC
Tissue integrity : skin and
Mucous membranes
Hemodyalis akses
Tujuan dan Kriteria Hasil
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
4. Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
Intervensi Rasional
NIC NIC
Membantu pasien untuk latihan otot
yang bisa atau bila diizinkan keluar
dari tempat tidur; Lakukan latihan Menambahkan untuk meningkatkan
pengetatan perut dan tekukan lutut; keseimbangan dan memperkuat
melompat dengan berjalan kaki; bagian tubuh kompensasi.
berdiri di atas jari kaki. Langkah-langkah ini
Hadirkan lingkungan yang aman: rel mempromosikan lingkungan yang
tempat tidur, tempat tidur di posisi aman dan aman dan dapat
bawah, barang penting yang dekat. mengurangi risiko terjatuh
Tetapkan tindakan untuk mencegah Hal ini untuk mencegah kerusakan
kerusakan kulit dan tromboflebitis kulit, dan perangkat kompresi
dari imobilitas berkepanjangan: meningkatkan peningkatan vena
Bersihkan, keringkan, dan kembali untuk mencegah stasis vena
pelembabkan kulit secukupnya. dan kemungkinan tromboflebitis di
Gunakan stocking anti embolic atau kaki.
perangkat kompresi berurutan jika Olahraga meningkatkan peningkatan
sesuai. vena kembali, mencegah kekakuan,
Gunakan alat pereda tekanan seperti dan mempertahankan kekuatan otot
yang ditunjukkan (kasur gel). dan stamina. Ini juga menghindari
Jalankan latihan ROM pasif atau deformasi kontraktur, yang bisa
aktif ke semua ekstremitas. terbentuk dengan cepat dan bisa
Berikan kasur busa atau flotasi, kasur menghambat penggunaan prostesis.
air atau udara atau tempat tidur terapi Peralatan ini mengurangi tekanan
kinetik, jika perlu. pada kulit atau jaringan yang dapat
Promosikan dan fasilitasi ambulasi merusak sirkulasi, meningkatkan
dini bila memungkinkan. Bantuan risiko terjadinya iskemia jaringan
dengan setiap perubahan awal: kaki atau kerusakan dan pembentukan
menjuntai, duduk di kursi, ambulasi. dekubitus.
Tunjukkan penggunaan perangkat Gerakan ini membuat pasien
mobilitas, seperti berikut ini: trapeze, berfungsi seefektif mungkin.
kruk, atau alat bantu jalan. Mobilitas awal meningkatkan harga
Bantu dengan metode transfer diri tentang reaglukan kemerdekaan
dengan menggunakan bantuan pas
orang atau perangkat saat dan mengurangi kemungkinan
mentransfer pasien ke tempat tidur, debilitasi akan terjadi.
kursi, atau tandu. Perangkat ini dapat mengkompensasi
Biarkan pasien menyelesaikan tugas gangguan fungsi dan meningkatkan
dengan kecepatannya sendiri. Jangan tingkat aktivitas. Tujuan penggunaan
terburu-buru pasien. Mendorong alat bantu tersebut adalah untuk
aktivitas mandiri semaksimal mempromosikan keselamatan,
mungkin dan aman. meningkatkan mobilitas,
Berikan penguatan positif saat menghindari jatuh, dan menghemat
beraktivitas. Pasien mungkin tidak energi.
mau bergerak atau memulai aktivitas Mempelajari cara transfer yang tepat
baru karena takut terjatuh. diperlukan untuk menjaga mobilitas
Berikan pasien waktu istirahat di sela dan keselamatan pasien yang
kegiatan. Pertimbangkan teknik optimal.
hemat energi. Penyedia layanan kesehatan dan
Berikan obat yang sesuai. orang-orang penting lainnya sering
Bantu pasien dalam menerima terburu-buru dan berbuat lebih
keterbatasan. banyak untuk pasien daripada yang
Dorong latihan latihan resistensi dibutuhkan. Dengan demikian
dengan menggunakan bobot ringan memperlambat pemulihan pasien dan
bila sesuai. mengurangi kepercayaan dirinya.
Hal ini untuk meningkatkan
kesempatan pasien untuk pulih dan
untuk meningkatkan harga dirinya.
Masa istirahat sangat penting untuk
menghemat energi. Pasien harus
belajar dan menerima
keterbatasannya.
Latihan kekuatan dan bentuk latihan
lainnya diyakini efektif dalam
mempertahankan status hidup
mandiri dan mengurangi risiko jatuh
pada orang dewasa yang leb
Obat antispasmodik dapat
mengurangi kejang otot atau
spastisitas yang mengganggu
mobilitas; Analgesik dapat
mengurangi rasa sakit yang
menghambat gerakan.
Biarkan pasien mengerti dan
menerima keterbatasan dan
kemampuannya. Bantuan, di sisi lain,
perlu diimbangi untuk mencegah
agar pasien tidak perlu bergantung.
Diagnosa 3 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas, ditandai dengam
dyspnea
NOC
NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional status : food and
Fluid intake
Tujuan dan Kriteria hasil :
Fluid Balance
Vital sign
1. Vital signs klien dalam rentang normal (BP : 120/80 mmHg, RR : 15-20 x/menit, HR :
60-100 x/menit, suhu klien 36,5-37,5
Intervensi Rasional
NIC NIC
Electrolyte Monitoring
mengetahui penyebab untuk
Identifikasi kemungkinan penyebab
menentukan intervensi penyelesaian
ketidakseimbangan elektrolit
mengetahui keadaan umum pasien
Monitor adanya kehilangan cairan
mengurangi risiko kekurangan
dan elektrolit
voume
Monitor adanya mual,muntah dan
cairan semakin bertambah
diare
mengetahui perkembangan rehidrasi
evaluasi intervensi
mengetahui keadaan umum pasien
Fluid Management rehidrasi optimal
Monitor status hidrasi (membran
mukus, tekanan ortostatik,
keadekuatan denyut nadi )
Monitor keakuratan intake dan output
cairan
Monitor vital signs
Monitor pemberian terapi IV
Vital Signs Monitoring
Monitor vital sign klien
Diagnosa 5 : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
NOC
Circulation status
Tissue prefusion : cerebral
NIC NIC
Tentukan faktor-faktor yang
Menentukan pilihan intervensi
berhubungan dengan keadaan
Mengkaji adanya kecenderungan
tertentu atau yang menyebabkan
pada tingkat kesadaran dan potensi
peningkatan TIK dan bermanfaat
koma/penurunan perfusi jaringan dalam menentukan lokasi, perluasan
otak dan potensial peningkatan TIK. dan perkembangan kerusakan SSP
Pantau/catat status neurologis secara Petunjuk untuk mengetahui
teratur dan dibandingkan dengan kesadaran pasien yang matanya
nilai standar.. tertutup sebagai akibat dari trauma
Kaji respon motorik terhadap atau pasien yang afasia.
perintah yang sederhana. reaksi pupil diatur oleh saraf cranial
Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, okulomotor (111) dan berguna untuk
ketajaman, kesamaan antara kiri dan menentukan apakah batang otak
kanan, dan reaksi terhadap cahaya. masih baik
Kolaborasi pembatasn pemberian Pembatasan cairan mungkin
cairan sesuai indikasi, berikan cairan diperlukan untuk menurunkan edema
melalui IV dengan alat kontral. serebral, meminimalkan fluktuasi
Kolaborasi pemberian obat sesuai aliran vaskular, tekanan darah (TD)
indikasi (diuretik, steroid, dan TIK
antikonvulsan, anagetik). Diuretik dapat digunakan fase akut
untuk menurunkan air dari sel otak,
menurunkan edema otak dan TIK.
Steroid menurunkan inflamasi.
Antikonvulsan adalah obat pilihan
untuk mengatasi dan mencegah
terjadinya kejang. Analgetik dapat di
indikasikan untuk menghilangkan
nyeri.
Diagnosa 6 : Resiko infeksi
NOC
Immune status
Knowledge : infection control
Risk control
Tujuan dan Kriteria hasil
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera
berulang
3. menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi Rasional
NIC NIC
NIC NIC
Anxiety Reduction Anxiety Reduction
Mendengarkan penyebab kecemasan Klien dapat mengungkapkan
klien dengan penuh perhatian penyebab kecemasannya sehingga
Observasi tanda verbal dan non perawat dapat menentukan tingkat
verbal dari kecemasan klien kecemasan klien dan menentukan
Calming Technique intervensi untuk klien selanjutnya.
Menganjurkan keluarga untuk tetap mengobservasi tanda verbal dan non
mendampingi klien verbal dari kecemasan klien dapat
Mengurangi atau menghilangkan mengetahui tingkat kecemasan yang
rangsangan yang menyebabkan klien alami.
kecemasan pada klien Calming Technique
Coping enhancement Dukungan keluarga dapat
Meningkatkan pengetahuan klien memperkuat mekanisme koping
mengenai glaucoma. klien sehingga tingkat ansietasnya
Menginstruksikan klien untuk berkurang
menggunakan tekhnik relaksasi Pengurangan atau penghilangan
rangsang penyebab kecemasan dapat
meningkatkan ketenangan pada klien
dan mengurangi tingkat
kecemasannya
Coping enhancement
Peningkatan pengetahuan tentang
penyakit yang dialami klien dapat
membangun mekanisme koping
klien terhadap kecemasan yang
dialaminya
tekhnik relaksasi yang diberikan
pada klien dapat mengurangi ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan sistem persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Batticaca Fransisca B, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta
: Salemba Medika.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor, T.
Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa
Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition. Missouri:
Mosby Elsevier