Anda di halaman 1dari 53

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gerontik

2.1.1 Pengertian

Gerontologi berasal dari kata Geros= lanjut usia dan Logos= ilmu. Jadi
Gerontologi adalah ilmu yang memepelajari secara khusus mengenai faktor-
faktor lanjut usia.Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadianya tidak bisa
dihindari oleh siapapun. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang
hidup seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak
jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari
waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock,2010).

Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes 2001 yang


dimaksud dengan usia lanjut dengan usia lanjut adalah seseorang laki-laki
atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secarafisik
masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal yang tidak lagi
mampu berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial).

Menurut Surini & dan utomo (2003),lanjut usia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani
semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan.

Jadi lanjut usia adalah sebuah kejadian yang pasti dialami oleh seseorang
baik laki-laki maupun perempuan dengan ditandai dengan perubahan fisik,
biologis, psikososial dan spritual.
2.1.2 Batasan lanjut usia

2.1.2.1 Undang – undang nomor 13 (1998) batasan lanjut usia tidak


potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.2.2 WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia


kronologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle
age) antara 45 smpai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara
60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun.

2.1.2.3 Menurut Koesmanto, lanjut usia dikelompoakan menjadi usia


dewasa muda (elderly adulhood) 18 atau 20-25 tahun, usia dewasa
penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun ,
usia lanjut (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang
dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old) 75-80 tahun (old), lebih
dari 80 (very old).

2.1.2.4 Menurut Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities)
ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun,
keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

2.1.3 Tipe lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,


lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000
dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.

2.1.3.1 Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman,


menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2.1.3.2 Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan
memenuhi undangan.
2.1.3.3 Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
2.1.3.4 Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
2.1.3.5 Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
2.1.3.6 Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
independen (ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan
dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

2.1.4 Proses menua

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena
yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel
dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006). Menurut
Constantinides 19994 dalam buku ajar asuhan keperawatan gerontik, Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi bormalanya sehingga tidak dapat bertahan infeksi
dan memeperbaiki kerusakan yang diderita.

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang


maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya
jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan (Maryam dkk, 2008).

Proses menua sudah mulai berlandung sejak seseorang mencapai usia


dewasa, misalnya misalnya dengan kehilangan jaringan pada otot, susunan
syaraf, dan jaringan lain.

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara


biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, maka
kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009).

2.1.5 Teori proses menua

2.1.5.1 Teori Biologi


Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
fungsi tubuh selama hidup (Zairt, 1980). Teori ini lebih mengacu
pada perubahanperubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh,
termasuk didalamnya adalah agen patologis.

a. Teori genetik clock

Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara


genetik untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai
didalam nuklei ( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis
dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi
menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal
dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan
bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa
species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

b.Teori error

Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi


somatik . sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia
dapat memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapat
memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsi sel tersebut.

c. Teori Autoimun

Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya


penurunan sungsi sistem immun. Perubahan itu lebih tampak
secara myata pada Limfosit–T, disamping perubahan juga terjadi
pada limfosit-B.

d. Teori radika bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya


radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

2.1.5.2 Teori psikologi

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan


keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya
penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka
sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi
pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan
merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi
yang berbeda dari stimulus yang ada.

2.1.5.3 Teori Sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,


yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan
diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori
kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan
(development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification
theory).

a. Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa


lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-
hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan
prestasinya berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial
mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
b. Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan
yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik
diri dari pergaulan di sekitarnya.
c. Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas
tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang
dilakukan.
d. Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah
meskipun ia telah menjadi lansia.
e. Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan
bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan
bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut
yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini
tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan
atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
f. Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah
bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan
dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara
kelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau
dari sudut pandang demografi dan keterkaitannya dengan
kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah teori ini tidak
dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan,
mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta
terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.

2.1.6 Tugas perkembangan lansia

Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi seiring
penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap individu,
namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi
tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan
merupakan perubahan normal. Adanya penyakit terkadang mengubah waktu
timbulnya perubahan atau dampaknya Adapun tugas perkembangan pada
lansia dalam adalah :

2.1.6.1 Beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.


2.1.6.2 Beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan.
2.1.6.3 Beradaptasi terhadap kematian pasangan.

2.1.6.4 Menerima diri sebagai individu yang menua.

2.1.6.5 Mempertahankan kehidupan yang memuaskan.

2.1.6.6 Menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa


2.1.6.7 Menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (potter & perry,
2009).
2.1.7 Perubahan Fisiologis pada lansia

2.1.7.1 Sel

a. Lebih sedikit jumlahnya.

b. Lebih besar ukurannya.

c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan


intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.

f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

g. Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-10%.

2.1.7.2 Sistem pendengaran

a. Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran).

b. Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama


terhadap bunyi suara atau nadanada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur
65 tahun.
c. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .

d.Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena


meningkatnya keratin.
e. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan
2.1.7.3 Sistem pengelihatan

a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.


b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap


kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang,berkurang luas pandangannya.


g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
2.1.7.4 Sistem pernafasan

a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.


b. Menurunnya aktivitas dari silia.

c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,


kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman
bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
2.1.7.5 Sistem gastrointestinal

a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease,kesehatan gigi yang


buruk dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun,hilangnya sensitivitas saraf pengecapm
di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.

d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f. Daya absorbsi melemah.

2.1.7.6 Sistem reproduksi

a. Menciutnya ovari dan uterus

b. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa


meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
c. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal
kondisi kesehatan baik.
d. Selaput lendir vagina menurun.

2.1.7.7 Sistem endokrin

a. Produksi semua hormon menurun.

b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic


Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.

d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron,


estrogen, dan testosteron.
e. Sintesa protein menurun.
2.1.7.8 Sistem integumen

a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.


b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan


vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya.
2.1.7.9 Sistem kardiovaskuler

a. elastisitas dinding aorta menurun.

b. katup-katup jantung mudah fibrosis dan kaku.

c. peningkatan jaringan ikat pada Sa Node.

d. penurunan denyut jantung maksimal pada latihan pada otot


jantung.
e. Penurunan elastis pada diding vena.

f. Respon baro reseptor menurun.

g. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya


resistensi dari pembuluh darah perifer.
2.2 Tinjauan Medis Hipertensi
2.2.1 Anatomi Fisiologi sistem kardiovaskuler

2.2.1.1 Anatomi fisiologi sistem kardiovaskuler.


a. Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler.
Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis
cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri.
Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta
tebal kirakira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai
425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap
harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu
jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter
. Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh –
pembuluh darah, dan terletak di dalam dada. Organ ini
berhubungan dengan :
1) Sebelah atas dengan pembuluh – pembuluh darah besar (aorta
asenden, arteri pulmonal dan vena kava superior).
2) Sebelah bawah dengan diafragma.
3) Pada salah satu sisinya, dengan paru-paru.
4) Sebelah belakang dengan aorta desenden.
b. Jantung terbungkus oleh kantong yang longgar yang tidak elastis
(pericardium) yang terdiri dari dua lapis :
1) Lapisan sebelah dalam (pericardium viseral) dan lapisan luar
(pericardium parietal). Permukaan diantara dua pericardial
pada keadaan normal berisi 10 sampai 20 ml cairan
pericardial yang sedikit dan jernih. Cairan pelumas ini
membasahi permukaan lapisan dan mengurangi gesekan
akibat gerakan memompa jantung.
2) Terdapat 3 lapisan jaringan jantung yaitu epicardium lapisan
luar dari jantung, struktur sama seperti pericardium,
miocardium lapisan tengah dari jantung, terdiri dari otot –
otot berserat, yang bertanggung jawab atas kontraksi jantung.
Endocardium lapisan dalam yang terdiri dari lapisan jaringan
endotel, melapisi sebelah dalam dari bilik – bilik dan katup –
katup jantung.
c. Bilik jantung ada 4 yaitu :
1). Atrium dextra dextra yang tipis dindingnya ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan darah dan sebagai penyalur
darah dari vena – vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel
kanan dan kemudian ke paru- paru. Darah yang berasal dari
pembuluh vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui
vena kava superior, inferior dan sinus koronarius.
2) Ventrikel dextra Pada kontraksi ventrikel, maka tiap ventrikel
harus menghasilkan kekuatan yang cukup besar untuk dapat
menampakkan darah yang diterimanya dari atrium ke
sirkulasi pulmonar ataupun sirkulasi sistemik. Ventrikel
kanan berbentuk bulan sabit yang unik, guna menghasilkan
kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan
darah ke dalam arteri pulmonalis.
3) Atrium sinistra Atrium kiri menerima darah yang sudah
dioksigenasi dari paru-paru melalui ke empat vena
pulmonalis. Antara vena pulmonalis dan atrium kiri tidak ada
katup sejati. Karena itu, perubahan tekanan dalam kiri mudah
sekali membalik retrograd ke dalam pembuluh darah paru –
paru. Atrium kiri berdinding tipis dan bertekanan rendah.
4) Ventrikel sinistra Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan
yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik
dan mempertahankan aliran darah ke jaringan – jaringan
perifer. Ventrikel kiri mempunyai otot – otot yang tebal dan
bentuknya yang menyerupai lingkaran, mempermudah
pembentukan tekanan yang tinggi selama ventrikel
berkontraksi.
d. Katup – katup jantung Keempat katup merupakan struktur cuping
yang berfungsi untuk mempertahankan aliran darah dari arus
darah melalui bilik – bilik jantung. Katup-katup membuka dan
menutup sebagai respon terhadap tekanan dan volume dari
dalam bilik – bilik jantung. Katup-katup jantung dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis. Katup atrioventrikuler (AV)
yang memisahkan atrium dan ventrikel, katup semilunaris
memisahkan arteri pulmonalis dan aorta.
e. Arteri coronaria Arteri coronaria keluar mulai dari permulaan
aorta sebelah kanan dekat katup aorta. Fungsi dari sistem arteri
coronaria adalah untuk menyuplai darah kepada miocardium.
Terdapat dua arteri coronaria utama yang kiri dan yang kanan.
Arteri coronaria kiri mensuplai belahan jantung kiri yang akan
terbagi dua menjadi cabang left anterior descending
(LAD)/cabang anterior yang menurun, dan the circumflex
coronary arteri (RCA)/arteri coronaria kanan mensuplai darah
kepada belahan jantung kanan.
f. Siklus jantung
Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada jantung
berawal dari permulaan sebuah denyut jantung sampai
berakhirnya denyut jantung berikutnya. Siklus ini terjadi dalam
2 fase yaitu fase diastole dan sistole. Relaksasi dan pengisian
kedua bilik jantung terjadi pada saat diastole sedangkan
kontriksi dan pengosongan terjadi pada saat sistole.
g. Curah jantung Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa
oleh ventrikel selama satu satuan waktu. Curah jantung pada
orang dewasa normal sekitar 5 liter/menit. Namun sangat
bervariasi tergantung kebutuhan metabolisme tubuh. Curah
jantung sebanding dengan volume sekuncup kali frekuensi
jantung. Frekuensi jantung istirahat pada orang dewasa rata –
rata 60 sampai 80 denyut/menit dan rata – rata volume sekuncup
sekitar 70 ml/denyut. Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi
akibat kontrol refleks yang dimediasi oleh sistem saraf otonom,
meliputi bagian simpatis dan parasimpatis. Impuls parasimpatis
yang berjalan ke jantung melalui nervus vagus, dapat
memperlambat frekuensi jantung sementara impuls simpatis
meningkatkannya.
h. Sirkulasi sistemik Sifat – sifat struktural dari setiap bagian sistem
sirkulasi darah sistemik menentukan peran fisiologisnya dalam
integrasi fungsi kardiovaskuler. Dinding pembuluh darah terdiri
dari 3 bagian. Lapisan terluar disebut tunika adventisia, bagian
tengah yang berotot disebut tunika media, sedangkan bagian
dalam yaitu lapisan endotelnya disebut tunika intima. Sirkulasi
sistemik dapat dibagi menjadi lima, dipandang dari sudut
anatomi dan fungsi yaitu arteria, arteriola, kapiler, venula dan
vena.
i. Sirkulasi pulmonar Pembuluh pulmonar mempunyai dinding –
dinding yang lebih tipis dan sedikit otot polos, karena itu
sirkulasi pulmonar lebih mudah teregang dan resistensinya
terhadap aliran darah lebih kecil. Besarnya tekanan dalam
sirkulasi pulmonar kira – kira seperlima tekanan dalam sirkulasi
sistemik.
j. Sirkulasi koroner Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari
nutrisi dan oksigenasi otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi
seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke
miokardium melalui cabang-cabang intramiokardia yang kecil –
kecil.

2.2.2 Definisi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan
peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut (Triyanto,2014)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah
140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu
fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali ke jantung
(Anies, 2008).

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmH
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Sumber: (Triyanto,2014)
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagaitekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)Menurut WHO (
1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakansebagai hipertensi.
Klasifikasi hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999
)Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanandiastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi
sistolik terisolasi dimana tekanansistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.Klasifikasi hipertensi
berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu
:Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnyaHipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di
sebabkan oleh penyakit lain.

2.2.3 Etiologi
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan
menjadi dua yaitu:
2.2.3.1 Hipertensi primer atau esensial Hipertensi primer artinya hipertensi
yang belum diketahui penyebab dengan jelas. Berbagai faktor
diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya usia, sters psikologis, pola konsumsi yang tidak
sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi
diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
2.2.3.2 Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di
ketahui, umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang
berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak
berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan terganggunya
keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan
darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan
penyakit jantung.

2.2.4 Patofisiologi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa
rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap
denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk
sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau hormon
didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi
ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika
aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak
cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. 10
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan
didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang
mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal,
ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan
darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan
darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon
angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena
itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju
ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014). pertimbangan
gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan curah jantunng
dan meningkatkan tahanan perifer (Prima,2015).

2.2.5 Patway
Sumber : Serpihan ilmu pengetahuan 2013

2.2.6 Tanda dan Gejala


Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi
umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah
tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung,
perut mual, masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau
merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan
(palpasi), suara 11 berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala,
pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami
oleh para penderita hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur karena
kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan
kranial, edema dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya
tekanan kapiler.
2.2.7 Komplikasi
Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan sebaga
berikut :
2.2.7.1 Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah
sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah
laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau
sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku,
tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak.
2.2.7.2 Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung,
dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
2.2.7.3 Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal,
nefron akan terganggu 12 dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada
hipertensi kronik.
2.2.7.4 Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul
diparu, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam
paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai
menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat.
Neuronneuron disekitarnya kolap dan terjadi koma. Sedangkan
menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi,
apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardovaskular seperti stoke,
serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan
akibat hipertensi antara lain :
1) Otak : Menyebabkan stroke
2) Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan
3) Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk
infark jantung)
4) Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal
terminal

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut (Widjadja,2009) pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi
antara lain:
2.2.7.1 General check up jika seseorang di duga menderita hipertensi,
dilakukan beberapa pemeriksaan, yakni wawancara untuk
mengetahui ada tidaknya riwayat keluarga penderita. Pemeriksaan
fisik, pemeriksan laboratorium, pemeriksaan 13 ECG, jika perlu
pemeriksaan khusus, seperti USG, Echocaediography (USG
jantung), CT Scan, dan lain-lain. Tujuan pengobatan hipertensi
adalah mencegah komplikasi yang ditimbulkan. Langkah
pengobata adalah yang mengendalikan tensi atau tekanan darah
agar tetap normal.
2.2.7.2 Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam
yaitu:
a. Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan
segera setelah didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai
pengobatan.
b. Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau
keberhasilan terapi.

2.2.9 Penatalaksanaan
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
2.2.8.1 Terapi non-farmakologi Penatalaksanaan non farmakologi
merupakan pengobatan tanpa obatobatan yang diterapkan pada
hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah diupayakan
melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti
:
a. Pembatasan asupan garam dan natrium
b. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
c. Olahraga secara teratur
d. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
e. Mengurangi/ tidak merokok
f. menghindari stres
g. menghindari obesitas
2.2.8.2 Terapi farmakologi (terapi dengan obat) selain cara terapi non-
farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama. Obat-
obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan,
antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis
kalsium, dan penghambat konfersi enzim angiotensi.
a. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang
pengeluaran garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik
akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh
darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh
darah.
b. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam
memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa
oleh jantung.
c. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding
pembuluh darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
d. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan
merelaksasikan pembuluh darah.
2.2.8.3 Terapi herbal banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi
dimanfaatkan sebagai obat hipertensi sebai berikut :
a. Daun seledri Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan
tanaman terna tegak dengan ketinggian dari 50 cm. Semua
bagian tanaman seledri memiliki bau yang khas, identik dengan
sayur sub. Bentung batangnya bersegi, bercabang, memiliki
ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna putih, kecil,
menyerupai payung, dan majemuk. Buahnya berwarna hijau
kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya memiliki pertulangan
yang menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun
yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan
daunnya digunakan sebagai penyedap masakan, seperti sayur
sop. Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:
1.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air
2.) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara
kasar, rebus seledri hingga mendidih dan tinggal
setengahnya, minum air rebusannya sehari dua kali setelah
makan. Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat
menurunkan tekanan darah (hipotensis atau anti
hipertensi). Sebuah cobaan perfusi pembuluh darah
menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai 15
vasodilator perifer yang berhubungan dengan efek
hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek
hipotensif herbal seledri berhubungan dengan integritas
sistem saraf simpatik (Mun’im dan hanani, 2011).

2.3 Tinjauan Teoritis Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Pengkajian Pasien
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi
c. Aktivitas Rekreasi
d. Riwayat Keluarga
2.3.1.2 Pola Kebiasaan Sehari-hari (Virginia Handerson)
Menurut teori Virginia Henderson, pengkajian terhadap kebutuhan
pasien dapat dilakukan diantaranya dari segi:
a. Bernafas
Pada saat pengkajian, pada umumnya pasien mengeluh sulit
bernafas.
b. Makan
Pada saat pengkajian pola makan biasanya pasien mengeluh
mual .
c. Minum
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan
gangguan.
d. Eliminasi BAB & BAK
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan
gangguan.
e. Gerak aktivitas
1) Kemampuan ADL :
(a) Kemampuan untuk makan
(b) Kemampuan untuk mandi
(c) Kemampuan untuk toileting
(d) Kemampuan untuk berpakaian
(e) Kemampuan untuk instrumentalia
2) Kemampuan mobilisasi:
Pada saat pengkajian, pasien biasanya mampu mengubah posisi
d itempat tidur, mampu duduk di tempat tidur, namun ketika
pasien berdiri dan berpindah pasien merasakan pusing.
f. Istirahat tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan tidur akibat nyeri dada,
sesak, dan pusing yang dirasakannya.
g. Pengaturan suhu tubuh
Pada saat pengkajian suhu tubuh pasien biasanya berada dalam
rentang normal yaitu 36o C - 37° C.
h. Kebersihan diri
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengalami masalah/
keluhan kebersihan diri.
i. Rasa nyaman
Pada saat pengkajian, biasanya pasien mengatakan sakit pada
bagian kepala, nyeri pada dada, merasa sesak, serta kesemutan
pada ekstremitas.
j. Rasa aman
Pada saat pengkajian pasien biasanya gelisah atau cemas dengan
raut wajah pasien tampak tidak tenang.
k. Sosial
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan komunikasi
atau hubungan social dengan lingkungan sekitarnya.
l. Pengetahuan belajar
Meliputi kemampuan pasien dalam menerima informasi tentang
penyakitnya, serta nasihat – nasihat yang diberikan oleh perawat
atau dokter, berhubungan dengan penyakitnya.
m. Rekreasi
Pada umumnya pasien lebih banyak beristirahat di rumah atau
fasilitas kesehatan, dengan memanfaatkan fasilitas TV sebagai
hiburan atau berkumpul bersama keluarga. Pada pasien
hipertensi ringan biasanya dianjurkan untuk melakukan latihan
fisik seperti lari, jogging, jalan santai atau bersepeda dan
bersenang-senang. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan
teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
n. Spiritual
Pada umumnya, pasien tidak memiliki masalah dalam spiritual.
o. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
Pada umumnya pasien hipertensi mengeluh nyeri kepala dan
kelelahan.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang
tidak terkontrol dan tidak berkesinambungan .Adanya riwayat
penyakit ginjal dan adrenal.
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
b. Keadaan Umum : lemah
Kesadaran (E:M:V)
TTV, BB/TB
c. Integumen
Kulit lansia keriput ( kerena proses penuaan yang terjadi),
kelenturan dan kelembaban kurang.
1) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit
kepala dalam keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun
kutu rambut, wajah simetris, nyeri tekan negatif.
2) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
3) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran
yang berkaitan dengan hipertensi.
4) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
5) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
6) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
7) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
8) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
9) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup
kuat). Lansia biasanya mengeluh dadanya berdebar –
debar. Terkadang terasa nyeri dada.
10) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
11) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
12) Genitourinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
13) Muskuloskeletal
Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut
saat cuaca dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot
berkurang, tulang dada, pipi, klavikula tampak menonjol,
terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah hangat.
14) Sistem saraf pusat
Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat,
tidak ada disorientasi, emisi tenang, siklus tidur memendek.
15) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


2.3.2.1 Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertropi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2.3.2.2 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
2.3.2.3 Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
2.3.2.4 Kelebihan volume cairan
2.3.2.5 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
2.3.2.6 Ketidakefektifan koping
2.3.2.7 Defisiensi pengetahuan
2.3.2.8 Anisetas
2.3.2.9 Resiko cedera
2.3.2.10 Gangguan pola tidur
2.3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Penurunan curah NOC NIC
jantung 1. Cardiac Pump Cardiac Care
Effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri
2. Circulation Status dada
3. Vital Sign Status 2. Monitor status
Kriteria Hasil kardiovaskuler
1. Tanda vital dalam 3. Monitor status
rentang normal pernapasan yang
2. Dapat menandakan gagal
mentoleransi jantung
aktivitas, tidak ada 4. Monitor abdomen
kelelahan sebagai indikator
3. Tidak ada edema penurunan perfusi
paru, perifer, dan 5. Monitor adanya
tidak ada asites perubahan tekanan
4. Tidak ada darah
penurunan 6. Anjurkan untuk
kesadaran menurunkan stres

Vital Sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas dari
nadi
4. Monitor frekuaensi
dan irama pernapasan
5. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
2. Intoleransi NOC Activity Therapy:
aktivitas 1. Energy 1. Kolaborasikan dengan
Conservation Tenaga Rehabilitas
2. Activity Tolerance Medik dalam
3. Self Care : ADLs merencanakan
program terapi yang
Kriteria Hasil : tepat
1. Berpartisipasi 2. Bantu klien untuk
dalam aktivitas mengidentifikasi
fisik tanpa disertai aktifitas yang mampu
peningkatan dilakukan
tekanan darah, nadi 3. Bantu untuk
dan RR mengidentifikasi dan
2. Mampu melakukan mendapatkan sumber
aktivitas sehari-hari yang diperlukan untuk
(ADLs) secara aktivitas yang
mandiri diinginkan
3. Tanda-tanda vital 4. Bantu untuk mendapat
normal alat bantu aktivitas
4. Mampu berpindah : seperti kursi roda, krek
dengan atau tanpa 5. Bantu untuk
bantuan alat mengidentifikasi
5. Status kekurangan dalam
kardiopulmunari beraktivitas
adekuat 6. Bantu pasien untuk
6. Sirkulasi status baik mengembankan
7. Status respirasi: motivasi diri dan
pertukaran gas dan penguatan
ventilasi adekuat 7. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
3. Nyeri NOC Pain Management
1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian
2. Pain Control nyeri secara
3. Comfort Level komprehensif termasuk
lokasi, karakterisitik,
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi,
1. Mampu mengontrol kualitas dari faktor
nyeri (tahu presipitasi
penyebab nyeri, 2. Kontrol lingkungan
mampu yang dapat
menggunakan mempengaruhi nyeri
teknik seperti suhu ruangan,
nonfarmakologi pencahayaan dan
untuk mengurangi kebisingan
nyeri, mencari 3. Kurangi faktor
bantuan) presipitasi nyeri
2. Melaporkan bahwa 4. Pilih dan lakukan
nyeri berkurang penanganan nyeri
dengan (farmakologi,
menggunakan nonfarmakologi, dan
manajemen nyeri interpersonal)
3. Mampu mengenali 5. Ajarkan tentang teknik
nyeri (skala, nonfarmakologi
intensitas, 6. Tingkatkan istirahat
frekuensi, dan tanda 7. Monitor penerimaan
nyeri) pasien tentang
4. Menyatakan rasa manajemen nyeri
nyaman setelah
nyeri berkurang Analagesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat.
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi.
3. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
4. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal.
5. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
4. Kelebihan volume NOC NIC
cairan 1. Electrolite and acid Fluid Management
base balance 1. Pertahankan catatan
2. Fluid balance intake dan output yang
3. Hydration akurat
Kriteria Hasil 2. Monitor vital sign
1. Terbebas dari 3. Monitor indikasi
edema retensi/kelebihan
2. Memelihara cairan
tekanan vena 4. Kaji lokasi dan luas
sentral, tekanan edema
kapiler paru, output 5. Monitor masukan
jantung, dan vital makanan/cairan dan
sign dalam batas hitung intake cairan
normal kalori
3. Terbebas dari
kelelahan, Fluid Monitoring
kecemasan atau 1. Tentukan riwayat
kebingungan jumlah dan tipe intake
4. Menjelaskan cairan dan eliminasi
indikator kelebihan 2. Catat secara akurat
cairan intake dan output
3. Monitor tanda dan
gejala dari oedema
5. Resiko NOC NIC
ketidakefektifan 1. Circulation status Peripheral Sensation
perfusi jaringan 2. Tissue Prefusion : Management
otak cerebral 1. Monitor adanya
Kriteria Hasil daerah tertentu yang
1. Tekanan sistole dan hanya peka terhadap
diastole dalam panas/dingin/tajam/t
rentang normal umpul
2. Tidak ada 2. Monitor adanya
ortostatikhipertensi paretese
3. Tidak ada tanda- 3. Instruksikan
tanda peningkatan keluarga untuk
tekanan intrakranial megobservasi kulit
(tidak lebih dari 15 jika ada lesi/laserasi
mmHg) 4. Gunakan sarung
4. Berkomunikasi tangan untuk
dengan jelas dan proteksi
sesuai kemampuan 5. Batasi gerakan pada
5. Menunjukkan kepala, leher, dan
perhatian, punggung
konsentrasi, dan 6. Monitor
orientasi kemampuan BAB
6. Membuat 7. Kolaborasi
kepeutusan dengan pemberian analgetik
benar 8. Monitor adanya
7. Menunjukkan tromboplebitis
fungsi sensori 9. Diskusikan
motori cranial yang mengenai penyebab
utuh : tingkat perubahan sensasi
kesadaran
membaik, tidak ada
gerakan-gerakan
involunter
6. Ketidakefektifan NOC NIC
koping 1) Decision making Decision making
2) Role inhasmet 1) Menginformasikan klien
3) Sosial suport alternatif atau solusi lain
Kriteria hasil penanganan
1) Mengidentifikasi 2) Memfasilitasi klien untuk
pola koping yang membuat keputusan
efektif 3) Bantu klien untuk
2) Mengungkapkan mengidentifikasi
secara verbal keuntungan, kerugian dari
tentang koping keadaan
yang efektif Role inhancement
3) Mengatakan 1) Bantu klien untuk
penurunan stres mengidentifikasi macam-
4) Klien mengatakan macam nilai kehidupan
telah menerima 2) Bantu klien identifikasi
tentang keadaanya strategi positif untuk
5) Mampu mengatur pola nilai yang
mengidentifikasi dimiliki
strategi tentang
koping Coping enhancement
1) Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi
gambaran perubahan
peran yang realistis
2) Gunakan pendekatan
tenang dan meyakinkan
3) Hindari pengambilan
keputusan pada saat klien
berada dalam stres berat
4) Berikan informasi actual
yang terkait dengan
diagnosis, terapi dan
prognosis
7. Defisiensi NOC NIC
pengetahuan 1. Knowledge : Teaching : disease proces
Definisi: ketiadaan disease proces 1. Berikan penilaian
atau defisiensi 2. Knowledge : tentang tingkat
informasi kognitif health behavior pengetahuan pasien
yang berkaitan Kriteria hasil tentang proses
dengan topic 1. Pasien dan penyakit yang spesifik
tertentu. keluarga 2. Gambarkan tanda dan
Batasan menyatakan gejala yang biasa pada
Karakteristik: tentang penyakit, penyakit, dengan tanda
 Perilaku kondisi, prognosis yang tepat
hiperbola dan program 3. Identifikasi
 Ketidakakurat pengobatan kemungkinan
an mengikuti 2. Pasien dan penyebab, dengan cara
perintah keluarga mampu yang tepat
 Ketidakakurat melaksanakan 4. Diskusikan perubahan
an melakukan prosedur yang gaya hidup yang
tes dijelaskan secara mungkin diperlukan

 Perilaku tidak benar. untuk mencegah

tepat (mis., 3. Pasien dan komplikasi yang akan

hysteria, keluarga mampu datang dan atau proses

bermusuhan, menjelaskan pengontrolan penyakit.

agitasi, apatis) kembali apa yang 5. Diskusikan pilihan

 Pengungkapa dijelaskan terapi atau

n masalah perawat/tim penanganan.

Faktor yang kesehatan lainnya. 6. Dukung pasien untuk

berhubungan: mengeksplorasi atau

 Keterbatasan mendapatkan second

kognitif informasi atau opinion

 Salah 7. Instruksikan pasien


mengenai tanda dan
interpretasi
gejala untuk
informasi
melaporkan pada
 Kurang
pemberi perawatan
pajanan
 Kurang minat kesehatan, dengan cara
dalam belajar yang tepat.
 Kurang dapat
menginat
Tidak familier
dengan sumber
informasi
8. Ansietas NOC Anxiety Reduction
Definisi : Perasaan 1. Anxiety Self- (penurunan kecemasan)
tidak nyaman atau control 1. Gunakan pendekatan
kekawatiran yang 2. Anxiety Level yang menenangkan.
samar disertai 3. Coping 2. Pahami perspektif
respon autonom ; Kriteria Hasil : pasien terhadap situasi
perasaan takut yang 1. Klien mampu stres.
disebabkan oleh mengidentifikasi 3. Temani pasien untuk
antisipasi terhadap dan memberikan
bahaya. Hal ini mengungkapkan keamanan dan
merupakan isyarat gejala cemas. mengurangi takut.
kewaspadaan yang 2. Mengidentifikasi, 4. Identifikasi tingkat
memperingatkan mengungkapkan, kecemasan.
individu akan akan dan menunjukkan 5. Dorong pasien untuk
adanya bahaya dan teknik untuk mengungkapkan
kemampuan mengontrol cemas. perasaan, ketakutan,
individu untuk 3. Vital sign normal. persepsi.
bertindak 4. Postur tubuh, 6. Instruksikan psien
menghadapi ekspresi wajah, menggunakan teknik
ancaman bahasa tubuh dan relaksasi.
tingkat aktivitas 7. Berikan obat untuk
menunjukkan mengurangi
berkurangnya kecemasan.
kecemasan.
9. Risiko cedera NOC NIC
Risk Control Environment Management
(Manajemen Lingkungan)
Setelah 3x24 jam 1.Sediakan lingkungan
interaksi diharapkan: yang aman untuk pasien
Kriteria Hasil 2.Identifikasi kebutuhan
1. Klien terbebas dari keamanaan pasie, sesuai
cedera dengan kndisi fisik dan
2. Klien mampu fungsi kognitif pasien dan
menjelaskan riwayat penyakit
cara/metode untk terdahulu pasien
mencegah 2. Hindari lingkungan yang
injuri/cedera berbahaya (misalnya
3. Klien mampu memindahkan perabotan)
menjelaskan factor 3. Pasang side rall tempat
resiko dari tidur
lingkungan atau 4. Sediakan tempat tidur
perilaku personal yang nyaman dan bersih
4. Mampu memodifikai 5. Tempatkan saklar lampu
gaya hidup untuk di tempat yang mudah
mencegah injuri dijangkau pasien
5. Menggunakan 6. Batasi pengunjung
fasilitas kesehatan 7. Anjurkan keluarga untuk
yang ada menemani pasien
6. Mampu mengenali 8. Kontrol lingkungan dari
perubahan status kebisingan
kesehatan 9. Pindahkan barang-barang
yang dapat
membahayakan
10. Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
10. Gangguan Pola NOC NIC
tidur  Anxiety reduction Sleep Enhancement
 Comfort level 1. Determinasi efek-efek
 Pain level medikasi terhadap pola

 Rest : Extent and tidur

Pattern 2. Jelaskan pentingnya tidur

 Sleep : Extent an yang adekuat

Pattern 3. Fasilitas untuk

Kriteria Hasil : mempertahankan aktivitas

a.Jumlah jam tidur dalam sebelum tidur (membaca)

batas normal 6-8 4. Ciptakan lingkungan yang

jam/hari nyaman

b.Pola tidur, kualitas 5. Kolaborasikan pemberian

dalam batas normal obat tidur

c.Perasaan segar sesudah 6. Diskusikan dengan pasien

tidur atau istirahat dan keluarga tentang teknik

d. Mampu tidur pasien

mengidentifikasikan 7. Instruksikan untuk

hal-hal yang memonitor tidur pasien

meningkatkan tidur 8. Monitor waktu makan dan


minum dengan waktu tidur
9. Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari dan
jam

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi :
2.3.4.1 Monitor tanda-tanda vital
2.3.4.2 Monitor adanya perubahan tekanan darah
2.3.4.3 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
2.3.4.4 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2.3.4.5 Memantau asupan nutrisi
2.3.4.6 Memantau intake dan output cairan
2.3.4.7 Membantu meningkatkan koping
2.3.4.8 Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini
kita melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan
dengan kriteria hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu :
2.3.5.1 Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital
sign dalam batas normal
2.3.5.2 Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal
2.3.5.3 Tidak ada ortostatik hipertensi
2.3.5.4 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
2.3.5.5 Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
2.3 Pengkajian Nyeri
Akronim PQRST ini digunakan untuk mengkaji keluhan nyeri pada pasien yang
meliputi :
Provokes/palliates : apa yang menyebabkan nyeri? Apa yang membuat nyerinya
lebih baik? apa yang menyebabkan nyerinya lebih buruk? apa
yang anda lakukan saat nyeri? apakah rasa nyeri itu membuat
anda terbangun saat tidur?
Quality : bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya?apakah seperti
diiris, tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram,
kolik, diremas? (biarkan pasien mengatakan dengan kata-
katanya sendiri.
Radiates : apakah nyerinya menyebar? Menyebar kemana? Apakah nyeri
terlokalisasi di satu titik atau bergerak?
Severity : seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan 0
tidak ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat
Time : kapan nyeri itu timbul?, apakah onsetnya cepat atau lambat?
Berapa lama nyeri itu timbul? Apakah terus menerus atau
hilang timbul?apakah pernah merasakan nyeri ini
sebelumnya?apakah nyerinya sama dengan nyeri sebelumnya
atau berbeda?

2.4 Teknik Relaksasi


2.4.1 Pengertian Tehnik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.1
Menurut Brunner dan Suddart (2009), relaksasi nafas adalah pernapasan
abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman
yang dilakukan dengan memejamkan mata.
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
yang mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi
menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan
ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot.1
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa relaksasi
merupakan metode efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dengan
mekanismenya yang menghentikan siklus nyeri.

2.4.2 Jenis-jenis teknik relaksasi 1,2


Relaksasi ada beberapa macam. Miltenberg (2004) mengemukakan 4 macam
relaksasi, yaitu relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan
(diafragmatic breathing), mediatasi (attention-focusing exercises), dan
relaksasi perilaku (behavioral relaxation training).
2.4.2.1 Autogenic relaxation
Merupakan jenis relaksasi yang diciptakan sendiri oleh individu
bersangkutan. Cara seperti dilakukan dengan menggabungkan
imajinasi visual dan kewaspadaan tubuh dalam menghadapi setres.
Tehnik ini dapat dlakukan dengan cara :

a. Memberikan sugesti sendiri dengan kata-kata tertentu yang dapat


memberikan ketenangan.
b. Mengatur pernafasan dan rileks (memberikan rasa nyaman) pada
tubuh.
c. Membayangkan sesuatu atau tempat-tempat yang indah dan
tenang secara fokus dan terkontrol sambil merasakan sensasi
berbeda yang muncul dalam pikiran.
d. Tangan saling melipat pada masing lengan yang berlawanan.
e. Muscle relaxation
Teknik ini bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada otot-
otot. Ketika terjadi stress otot-otot pada beberapa bagian tubuh
akan menjadi menegang seperti otot leher, punggung, lengan.
Teknik dilakukan dengan cara merasakan perubahan dan sensasi
pada otot bagian tubuh tersebut. Teknik dapat dilakukan dengan
meletakkan kepala diantara kedua lutut (kira-kira selama 5 detik)
dan merebahkan badan kebelakang selama perlahan selama 30
detik, sikap ini dilakukan terus secara berulang sambil merasakan
perubahan pada otot-otot tubuh.

2.4.2.2 Visualisasi
Teknik ini merupakan bentuk kemampuan mental untuk
berimajinasi seperti melakukan perjalanan ke suatu tempat yang
damai, atau situasi yang tenang. Teknik visualisasi seolah-olah
menggunakan beberapa indera secara bersamaan. Beberapa teknik
relaksasi lainnya yang familiar dapat dilakukan seperti : Yoga, Tai
chi, meditasi, mendengar musik, pijit (spa), zikir, dan sebagainya

2.4.3 Mamfaat teknik napas dalam

Melakukan relaksasi dapat memberikan keuntungan secara emosional dan


psikologis ketika stress terjadi;
2.4.3.1 Keuntungan emosional
a. Memberikan pengalaman positif tentang melahirkan pada ibu
b. Mengurangi ketegangan dan ketakutan ibu pada saat persalinan
c. Berpartisipasi nyata dalam melahirkan anaknya
d. Membantu tumbuhnya hubungan antara orang tua dan anak
e. Membantu tumbuhnya hubungan antara ibu dan bapak

2.4.3.2 Keuntungan fisiologis


a. Dapat mengurangi rasa sakit tanpa menggunakan obat-obatan dan
dapat mengurangi risiko terrhadap bayi
b. Mencegah terjadinya komplikasi seperti nyeri sampai dengan
menurunnya oksigen
c. Ibu dapat bekerjasama pada saat pemeriksaan
d. Ibu tidak merasa lelah pada saat dan sesudah melahirkan

2.4.4 Prosedur teknik relaksasi nafas dalam 4

2.4.4.1 Teknik relaksasi secara umum


a. Duduk dengan tenang dalam posisi nyaman
b. Tutup mata
c. Ciptakan rasa relaks pada smua otot-otot anda
d. Kosongkan pikiran anda
e. Atur pernafasan dengan cara bernafas dengan hidung dan
mengeluarkannya dengan mulut, lalu hitunglah dengan mulut,
lakukan secara berulang-ulang.
f. Saat menarik dan melepaskan nafas lewat mulut rasakan
perubahan dan sensasi pada dada dan anggota tubuh yang lain.
g. Lakukan secara berulang-ulang selama 10 menit.

2.4.4.2 Teknik relaksasi nafas dalam


a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan
g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
h. Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam
i. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri
j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
k. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5
kali
l. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara
dangkal dan cepat
2.5 Pendidikan kesehatan
2.5.1 Satuan acara penyeluhan

Nama Mahasiswa : Zulfan Noorhalidi

NPM : 1614401110043

Judul penyuluhan : Hipertensi

Sub Judul Penyuluhan : Pengertian Hipertensi, Penyebab Hipertensi


,Tanda dan Gejala Hipertensi, Diet
Hipertensi, Pencegahan Hipertensi
TIU : Setelah diberikan penyuluhan 25 menit,
diharapkan Ny. R mampu memahami
dan mengerti tentang hipertensi

TIK : Setelah mengikuti penyuluhan selama 25


menit tentang PHBS, diharapkan Ny. R
dapat: Menjelaskan tentang hipertensi,
Menyebutkan penyebab hipertensi,
Menyebutkan tanda dan gejala
hipertensi, Menjelaskan tentang diet
hipertensi, Menjelaskan tentang
pencegahan hipertensi

Metode : 1. Ceramah
2. Tanya Jawab

Alat : Leaflet

Materi : Hipertensi

2.5.2 Pengertian

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
hipertensi.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1990) Hipertensi didefinisikan


sebagai suatu peninggian yang menetap daripada tekanan darah sistolik di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Peninggian tekanan
darah yang terus menerus yang merupakan gejala klinis karena hal tersebut
dapat menunjukkan keadaan seperti hypertensi heart disease arteriole
nefrosclerosis.

Jadi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang lebih
dari 140/90 mmHg.

2.5.3 Penyebab Hipertensi

Asupan garam yang tinggi, strees psikologis, faktor genetik (keturunan),


kurang olahraga, kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan
alkohol, penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi,
peningkatan usia, kegemukan.

2.5.4 Tanda dan Gejala Hipertensi

Adapun tanda-tanda gejala pada hipertensi antara lain : Kepala pusing,


gemetar, Sering marah – marah, Jantung berdebar-debar, tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg, keringat berlebihan, gangguan penglihatan, rasa
berat ditekuk, sukar tidur

2.5.5 Diet Hipertensi

2.5.5.1 makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi :

a. Sumber karbohidrat seperti biscuit, singkong, roti, tepung, mie,


tapioca, nasi

b. Sumber protein nabati seperti tahu, temped an kacang-kacangan


c. Sumber vitamin (buah dan sayuran) seperti buah jeruk, pisang,
melon, tomat, dll

2.5.5.2 Makanan yang dibatasi

a. Garam dapur

b. Makanan yang diawetkan dengan garam seperti ikan asin, asinan

c. Makanan yang tinggi lemak dan kolesterol

2.5.6 Pencegahan Hipertensi

Periksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan


terdekat,Diet hipertensi, Menjaga keseimbangan berat badan, Hindari
minum-minuman keras (alkohol) dan kurangi/hentikan merokok, Istirahat
yang cukup, Hindari strees, Olahraga yang teratur

2.5.7 Daftar pustaka

hafifahparwaningtyas.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada lansia
dengan hipertensi. html/m=1

http://www.antaranews.com/print/1188369274/hipertensi/7769001,id.html
2.5.8 PBM : Kegiatan Penyuluhan

N Tahap Wakt Kegiatan Sasaran Media


o Kegiat u Penyuluhan
an

1. Pembu 5 a. Mengucapka Menjawab Kata-kata/


kaan menit n salam salam kalimat

b. Memperken Mendengarkan
alkan diri dan menyimak

c. Menyampai Bertanya
kan tentang mengenai
tujuan pokok perkenalan
materi dan tujuan jika
ada yang
d. Meyampakai
kurang jelas
kan pokok
pembahasan

e. Kontrak
waktu

2. Pelaksa 15 a. Penyampaia Mendengarkan Leaflet


naan menit n Materi dan menyimak

b. Menjelaskan Bertanya
tentang mengenai hal-
pengertian hal yang
hipertensi belum jelas
dan dimengerti
c. Menjelaskan
penyebab
hipertensi

d. Menjelaskan
tanda dan
gejala
hipertensi

e. Menjelaskan
tentang diet
hipertensi

f. Menjelaskan
pencegahan
hipertensi

g. Tanya Jawab

h. Memberikan
kesempatan
pada peserta
untuk
bertanya

3. Penutu 5 a. Melakukan Sasaran dapat Kata-kata/


p menit evaluasi menjawab kalimat
tentang
b. Menyampai
pertanyaan
kan
yang diajukan
kesimpulan
materi Mendengar
c. Mengakhiri Memperhatika
pertemuan n
dan
Menjawab
menjawab
salam
salam

2.5.9 Evaluasi

Diharapkan Ny. R mampu :


2.5.9.1 Menjelaskan tentang pengertian hipertensi
2.5.9.2 Menjelaskan tentang penyebab hipertensi
2.5.9.3 Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
2.5.9.4 Menjelaskan tentang diet hipertensi
2.5.9.5 Menjelaskan tentang pencegahan hipertensi

Anda mungkin juga menyukai