Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat beberapa teori mengenai tahapan usia lansia, menurut WHO


seseorang dikatakan lanjut usia apabila telah berusia 60-74 tahun sedangkan
di Indonesia sesuai dengan UU No. 13 tahun 1998 lanjut usia adalah
seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas (UU No. 13 tahun 1998).

Penduduk lanjut usia (60+ Tahun) di indonesia dan dunia pada tahun 2013
(8,9 % di Indonesia dan `13,4 % di dunia) hingga tahun 2050 (21,4 % di
Indonesia dan 25.3 % di dunia) dan tahun 2100 (41 % di Indonesia dan 35,1
% di dunia) sebaliknya untuk kelompok usia 0 – 14 tahun dan 15 – 59 tahun,
presentasinya cenderung mengalami penurunan pada tahun 2050 dan
2100.Terjadinya peningkatan populasi lansia di Indonesia berkaitan dengan
semakin tingginya ratarata Usia Harapan Hidup ( UHH ) dimana tingginya
UHH sendiri merupakan indikator keberhasilan pembangunan nasional
terutama di bidang kesehatan (Kemenkes RI, 2018).

Dengan bertambahnya usia fungsi fisiologis akan mengalami penurunan, hal


ini diakibatkan oleh proses penuaan sehingga penyakit tidak menular (PTM)
banyak dialami oleh lanjut usia. Hipertensi menduduki posisi pertama dalam
10 masalah kesehatan pada lanjut usia dengan rentang umur 55-64 tahun
sebesar 45,9 % , pada usia 75 tahun ke atas sebesar 63,8 % penderita
(Kemenkes RI, 2018).

Hipertensi adalah situasi dimana terjadi peningkatan nilai tekanan darah


sistolik sedikitnya 140 mmHg dan tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Kondisi ini dapat dipicu oleh jantung yang bekerja ekstra memompa darah
guna memenuhi kebutuhan nutrisi serta oksigen di seluruh tubuh. Jika
diabaikan hipertensi dapat mempengaruhi kinerja organ-organ lain di dalam
tubuh sebab hipertensi bukan hanya berpengaruh pada gangguan sistem
kardiovaskular tetapi juga dapat memicu penyakit lain seperti penyakit saraf,
dan penyakit ginjal. Semakin tinggi tekanan darah seseorang maka akan
menimbulkan risiko yang lebih besar. Masalah dalam sistem kardiovaskuler
ini patut diwaspadai sebab kebanyakan penderitanya justru tidak merasakan
suatu gejala. Gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita hipertensi
adalah sakit kepala / pusing serta rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
(Aspiani, 2014)

Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi.


Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia.
Di tahun 2020 sekitar1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi.
Hipertensi membunuh hampir 8 miliar orang setiap tahunnyadi kawasan Asia
Timur – selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur – selatan.
Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur – selatan menderita
hipertensi (WHO,2015)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada tahun 2013


prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 25,8% dan meningkat menjadi
32,4% pada tahun 2016. Pada tahun 2018 prevalensi hipertensi meningkat
lagi menjadi 34,1%. Prevalensi hipertensi di Kalimantan Selatan menempati
prevalensi hipertensi tertinggi yaitu sebesar (44,1%) dan yang terendah Papua
(22,2 %) (Kemenkes, 2018)

Masalah hipertensi pada lansia di indonesia umur 55-56 tahun 45,9 %, umur
65-74 tahun 57,6, dan umur 74+ tahun 63,8 % dengan bertambahnya umur
fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga
penyakit tidak menular banyak mucul pada lanjut usia (Riskesdas 2013,
kementrian kesehatan)

Tahun 2018 di Banjarmasin Hipertensi Menempati peringkat Pertama dari 10


penyakit terbanyak rawat jalan dan rawat inap yaitu sebanyak 75556 kasus (
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, 2018 )
Data Puskesmas 9 November tahun 2018 Hipertensi menempati peringkat
kedua setelah Ispa dari 10 kunjungan penyakit terbanyak dengan jumlah
sebanyak 2890 kasus ( Puskesmas 9 November, 2018 )

Umumnya komplikasi yang terjadi setelah hipertensi adalah gagal jantung,


gagal ginjal, dan stroke. Berdasarkan data kohor Kementerian Kesehatan
pada tahun 2017, pengidap hipertensi punya peluang 2,8 kali lebih besar
terkena stroke. Hipertensi juga meningkatkan potensi terserang diabetes
mellitus hingga 1,9 kali lipat.(Kemenkes, 2017)

Definisi proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk


mengkaji respon manusia terhadap masalah - masalah kesehatan dan
membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
masalah tersebut.

Asuhan keperawatan lansia pada hipertensi meliputi pengkajian dalam


pengkajian itu ada pengumpulan data seperti : identitas didalam identitas diisi
klien yang biasa dikaji pada klien di usia 60 tahun, Keluhan utama yang sering
kita temui pada klien hipertensi adalah mengeluh sakit kepala, disertai pusing,
lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, kesadaran menurun.
Riwayat penyakit sekarang berupa uraian mengenai penyakit hipertensi mulai
timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa kerumah sakit, dan
apakah pernah memeriksa diri ketempat pengobatan dan adakah perubahan
didapatkan saat pengkajian. Riwayat penyakit dahulu dengan riwayat
konsumsi makanan yang merangsang atau asin, penggunaan obat-obat.
Riwayat penyakit keluarga yang perlu dikaji adalah apakah keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama karena factor genetic/keturunan. Pola
kebiasaan sehari-hari adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya sakit kepala, disertai pusing, lemas, kelelahan,
sesak nafas, gelisah, mual, muntah, kesadaran menurun. Pemeriksaan fisik
didalam pemeriksaan fisik meliputi: keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda
vital, pemeriksaan review of system (ROS) seperti breathing, blededing,
brain, bleder, bowel, dan bon. Pola fungsional meliputi: pola persepsi dan tata
laksana hidup sehat, pola nutrisi, pola eliminasi, pola tidur dan istirahat, pola
aktivitas dan istirahat, pola hubungan dengan peran, pola sensori dan kognitif,
pola persepsi dan konsef diri, pola seksual dan repruduksi, pola mekanisme/
penangulan stres dan koping, pola tata nilai dan kepercayaan. Diagnose
keperawatan ada 4 yaitu, Nyeri akut b/d Faktor biologis, Intoleran aktivitas
b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, Gangguan pola
tidur b/d faktor biologis, Difisiensi pengetahuan b/d kurang informasi.

Rencana tindakan keperawatan diagnosis Nyeri akut b/d Faktor biologis


lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas dari faktor presipitasi, monitor vital
sign, kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan, ajarkan tentang teknik relaksasi,
tingkatkan istirahat, tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal. Intoleran aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu
dilakukan, bantu untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas,
bantu pasien untuk mengembankan motivasi diri dan penguatan, monitor
respon fisik, emosi, sosial dan spiritual. Gangguan pola tidur b/d fakt or
biologis·jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, fasilitas untuk
mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca), ciptakan lingkungan
yang nyaman, diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur
pasien. Difisiensi pengetahuan b/d kurang informasi berikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik,
gambarkan tanda dan gejala yang biasa pada penyakit, dengan tanda yang
tepat, identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat, diskusikan
perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit, diskusikan pilihan
terapi atau penanganan. Evaluasi keperawatan diagnosis 1 klien menunjukkan
kemampuan menggunakan teknik non farmakologi, klien mampu mengenal
tanda – tanda pencetus nyeri untuk mencari pertolongan, klien malaporkan
nyeri berkurang, klien mengungkapkan kenyamanan setelah nyeri berkurang
, klien menunjukkan tanda vital dalam batas normal kecuali tekanan darah,
klien menunjukkan ekpresi wajah tenang. Diagnosis 2 klien menunjukkan
adanya peningkatan saat beraktivitas, klien dapat mengikuti program untuk
mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan dan mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas, klien masih mampu melakukan pekerjaan
seperti bersih – bersih rumah, memasak, mencuci pakaian tetapi tidak banyak,
klien mudah lelah jika melakukan pekerjaan lebih 1 jam seperti mencuci
pakain jika pada saat cuciannya banyak. Diagnosis 3 klien menunjukkan klien
dapat mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca), dari Tidur malam
3 – 4 jam menjadi ± 5 jam . klien menunjukkan mau melakukan yang
diajarkan perawat. Diagnosis 4 klien dapat mengikuti program penkes, dari
yang tidak tahu tentang penyebab dan penanganan hipertensi menjadi tahu
tentang penyebab dan penanganan hipertensi yang dijelaskan oleh
perawat.Klien menunjukkan mau mendengarkan yang dijelakan perawat.

Dari study kasus yang penulis lakukan di puskesmas 9 November


Banjarmasin terhadap Ny.R didapatkan data Ny.R mengeluh nyeri pada
bagian kepala, rasanya seperti berdenyut – denyut, rasa nyeri tidak menjalar
ketubuh yang lain, skala nyeri 5 (0-10), hilang timbul. , merasa lemah saat
beraktivitas, sering terbangun pada malam hari dan sulit untuk tidur kembali,
serta klien merasa tidak puas dengan tidurnya, dan jugatidak tahu penyebab
dan penangan tentang penyakitnya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah
dengan judul “ Gambaran Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny.R dengan
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas 9 November Banjarmasin”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada klien Hipertensi ?


1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini untuk melakukan


asuhan keperawatan terhadap Ny.R dengan diagnosa medis Hipertensi
dalam praktek nyata di lapangan dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian hingga pendokumentasian.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus melaksanakan asuhan keperawatan adalah sebagai


berikut:

1.3.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.R dengan


Hipertensi diPuskesmas 9 November Banjarmasin.

1.3.2 Menentukan diagnosis keperawatan yang muncul pada Ny.R


dengan Hipertensi diPuskesmas 9 November Banjarmasin.

1.3.3 Menentukan perencanaan keperawatan pada Ny.R dengan


Hipertensi diPuskesmas 9 November Banjarmasin.

1.3.4 Memberikan implementasi keperawatan yang sesuai dengan


rencana pada Ny.R dengan Hipertensi diPuskesmas 9
November Banjarmasin.

1.3.5 Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Ny.R dengan


Hipertensi diPuskesmas 9 November Banjarmasin.

1.3.6 Membuat catatan perkembangan asuhan keperawatan pada


Ny.R dengan Hipertensi diPuskesmas 9 November
Banjarmasin.

1.3.7 Membuat dokumentasi hasil asuhan keperawatan pada Ny.R


dengan Hipertensi diPuskesmas 9 November Banjarmasin.
1.4 Manfaat

1.4.1 Secara teoritis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam


memberikan asuhan keperawatan pada Ny.R dengan hipertensi.

1.4.2 Secara praktis

1.4.2.1 Ny.R

Terpenuhinya kebutuhan biopsikososial, spiritual, serta


memberi pengetahuan kepada Ny.R dengan kasus hipertensi
dan dapat tercapainya kemandirian secara optimal.

1.4.2.2 Perawat

Sebagai acuan dalam penerapan asuhan keperawatan secara


komperhensif agar dapat digunakan menjadi acuan bagi
perawat lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada
Ny.R dengan kasus hipertensi.

1.4.2.3 Keluarga

Keluarga dapat ikut serta dan memberikan dukungan penuh


dalam pemulihan dan kebutuhan biopsikososial dan spritual
pada Ny.R dengan kasus hipertensi. .

1.4.2.4 Instalansi Pendidikan

Untuk tambahan referensi bagi institusi pendidikan dalam


asuhan keperawatan dengan kasus hipertensi untuk
pembelajaran di masa akan datang.
Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. (R.
KR, Ed.). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Aspiani, R. Y. (2014a). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik


Aplikasi Nanda, NIC, dan NOC. (T. A. Maftuhin, Ed.). Jakarta: TIM.

Aspiani, R. Y. (2014b). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien


Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

B, S. (2017). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap


Skala Nyeri Kepala Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia
Karang Werdha Rambutan, 5(1), 1–7.
Kemenkes RI. (2016a). Profil Kesehatan Indonesia. (R. Kurniawan,
Yudianto, B. Hardhana, & T. A. Soenardi, Eds.). Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2016b). Situasi Lanjut Usia di Indonesia. Report, 8.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. (D.
Widiarti & N. Budhi Subekti, Eds.) (7th ed.). Jakarta: EGC.

Mardhiah, A., & Abdullah, A. (2013). Pendidikan Kesehatan Dalam


Peningkatan Pengetahuan , Sikap Dan Keterampilan Keluarga
Dengan Hipertensi - Pilot Study Health Education in the
Improvement of Knowledge , Attitude and Practice in the Family
with Hypertension – a Pilot Study.

Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar


Manusia Teori & Aplikasi dalam Praktik. (E. A. Mardella, Ed.).
Jakarta: EGC.

Notoadmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.


(S.Notoadmodjo, Ed.) (Edisi Revi). Jakarta: Rineka Cipta.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Riset Keperawatan (2nd ed.).


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai