Anda di halaman 1dari 5

PSIKOLOGI KESEHATAN

PENERIMAAN DIRI PADA PENDERITA HIV

Dosen Pengampu :
Nurul Mahmudah, S. ST., M. Keb

Disusun oleh :

NI wayan sunariasih

1810104318

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
latar belakang

Dunia kerja merupakan tempat sekumpulan individu yang melakukan suatu aktivitas kerja,
baik dalam perusahaan maupun organisasi. Didunia kerja produktivitas dari suatu perusahaan
sangat dituntut untuk terus berjalan dengan baik. Berkembangnya produktivitas disuatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerjakaryawan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia karyawan adalah orang yangbekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dan
sebagainya) dengan mendapat upah .

Setiap perusahaan menginginkan karyawannya memiliki kinerja yang baik, karena karyawan
atau sumber daya manusia (SDM) adalah aset yang sangat berharga bagi kemajuan
perusahaan, karena tanpa karyawan yang bagus dan berkualitas tidak akan pernah terjadi
perusahaan yang besar dan luar biasa. Karyawan yang baik mampu mengatasi kesulitan dan
masalah yang ada dalam perusahaan dan mampu menyelesaikan tugas atau pekerjaannya
dengan baik. Maka dari itu perusahaan harus memperlakukan karyawan dengan baik, seperti
memenuhi kebutuhan dan fasilitas karyawan dan tidak memberi tekanan terhadap karyawan
yang membuat karyawan tidak mampu memenuhi tuntutantuntutan yang ada dalam pekerjaan.
Karena jika karyawan merasakan adanya tekanan maka tugas-tugas yang diberikan tidak dapat
terselesaikan.

Hal semacam itu baru beberapa dari situasi dan kondisi yang dapat menimbulkan stres pada
karyawan diperusahaan tempat karyawan tersebut bekerja serta masih banyak hal-hal lainnya
yang dapat memicu emosi karyawan dan akhirnya mengakibatkan stres dalam bekerja. Stres
yang dialami karyawan pada saat bekerja dapat dikategorikan dalam stres kerja. karena
menurut Riggio stres kerja sebagai reaksi fisiologis atau psikologis terhadap suatu kejadian
yang dipersepsi individu sebagai ancaman [20]. Stres kerja sangat menurunkan produktivitas
karyawan. Akibatnya karyawan akan menjadi mudah marah dan tidak dapat mengontrol
emosinya dengan baik yang berakibat produktivitas perusahaan menjadi rendah. Individu
yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan individu yang tidak dalam kondisi stres.

Pada tingkatstres berat individu bisa menjadi kehilangan rasa percaya diri dan harga diri.
Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, lebih suka menyendiri, mudah
tersinggung, mudah marah, dan emosi . Stres kerja muncul disebabkan adanya beberapa faktor
yang mempengaruhi, seperti yang dikemukakakan oleh Munandar seperti faktor-faktor
intrinsik dalam pekerjaan, peran individu dalam organisasi, struktur dan iklim organisasi,
tuntutan dari luar organisasi dan ciri kepribadian individu . Lee juga menemukan bahwa stres
kerja individu dipengaruhi oleh interaksi antara kepribadian dan lingkungan kerja dalam
iklim organisasi yang kondusif
Pembahasan

Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan . Terkait
mengenai kepribadian, salah kepribadian yang berkaitan dengan emosi dan suasana hati
adalah kepribadian afek. Kepribadian afek terbagi menjadi 2, yaitu afek positif dan afek
negatif. Afek positif yaitu yang terkait dengan hal positif yang meliputi antusiasme,
kewaspadaan, tahan banting dari peristiwa yang berpotensi stres, sedangkan afek negatif
terkait dengan langkah-langkah emosionalitas negatif yang ditandai dengan gejala stres.
Terdapat 4 tipe kepribadian afek menurut Norlander, Bood dan Archer yaitu, self fulfilling,
yaitu afek yang didasarkan pada aktualisasi diri,dimana afek positifnya tinggi, namun afek
negatifnya rendah . High affective yaitu afek dikatakan tinggi apabila afek positif dan afek
negatif ada dalam posisi tinggi. Low affective yaitu apabila afek positif dan afek negatif
berada dalam posisi rendah dan self destructive yaitu afek dapat dikatakan merusak diri jika
afek positifnya rendah, namun afek negatifnya tinggi. Berdasarkan penelitian Relia Star
Financial Corporation Losyk menyatakan mengenai dampak stres ditempat kerja
Northwestern National Of Insurance bahwa, Sejumlah satu juta kasus absensi ditempat kerja
berkaitan dengan masalah stres, diantaranya27 % mengatakan bahwa aspek pekerjaan
menimbulkan stres paling tinggi dalam hidup mereka . 46% menganggap tingkat stres kerja
menganggap tingkat stres yang sangat atau luar biasa tinggi. Satu pertiga pekerja berniat
untuk langsung mengundurkan diri karena stres dalam pekerjaan mereka. Dan70% berkata
stres kerja telah merusak kesehatan fisik dan mental mereka. Seperti disebutkan dalam
penelitian Relia Star Financial Corporation, angka terbanyak mengenai dampak stres ditempat
kerja adalah stres kerja telah merusak kesehatan fisik dan mental pada diri mereka. Jika
karyawan memiliki tipe kepribadian afek self destructive dimana afek positifnya rendah
namun afek negatifnya tinggi maka dapat merusak diri individu yang sedang mengalami stres
kerja. Stres kerja merupakan suatu tekanan yang dirasakan oleh seseorang yang
mempengaruhi emosi,prosespikiran dan kondisi fisik. Tekanan ini disebab-kan oleh
lingkungan pekerjaan individu tersebut berada, Dale dan Staudohar . Seperti yang dijelaskan
dalam definisi stres kerja, emosi berkaitan langsung dengan stres. Ketidakstabilan emosi kerap
kali muncul pada saat stres kerja timbul, emosi yang berubah-ubah dan tidak stabil seperti
mudah marah kerap kali dirasakan oleh seseorang yang memiliki banyak tuntutan hidup,
seperti dalam dunia kerja, sehingga banyak para karyawan yang mengalami stres dalam
bekerja. Ketidakstabilan tersebut tidak akan terjadi jika karyawan memiliki kecerdasan
emosional yang baik . Kecerdasan emosional terkait dengan kemampuan mengelola emosi.
Salovey mengungkapkan salah satu aspek dari kecerdasan emosional yaitu mengelola emosi .
Kesimpulan

Davis dan Newstrom salah satu gejala yang timbul pada saat terjadinya streskerja adalah
ketidakstabilan emosi [6]. Dimana emosi kerap kali dirasakan oleh seseorang yang
mengalami tuntutan dalam hidupnya. Adapun menurut Dale dan Staudohar stres kerja
merupakan suatu tekanan yang dirasakan oleh seseorang yang mempengaruhi emosi, proses
pikiran dan kondisi fisik [5]. Tekanan ini disebabkan oleh lingkungan pekerjaan individu
tersebut berada. Namun hal tersebut tidak akan terjadi dan tidak akan berpengaruh
terhadap karya wan yang berhasil mengelola emosinya dengan baik. Seperti menurut
Golemanseseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emo-
tional life with intelligence) [9], menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesa-daran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial, hal tersebut disebut dengan
kecerdasan emo-sional. Terkait dengan adanya pekerjaan yang mempengaruhi emosi, maka
tipe kepribadian karyawan juga bisa mempengaruhi kondisi atau suasana hati karyawan
tersebut, adapun kepribadian afek menurut Robbins dan Judge adalah sebuah istilah umum
yang mencakup beragam perasaanyang dialami orang.Terkaitdengan adanya pekerjaan yang
mempengaruhi emosi, maka tipe kepribadian karyawan jugabisa mempengaruhi kondisi atau
suasana hati karyawan tersebut,adapun kepribadianafek menurut Robbins dan Judge
adalah sebuah istilahumum yangmencakup bera-gam perasaan yang dialami orang. Salah
satu tipe kepribadian adalah kepribadian afektif [23]. Dimana afek adalah sebuah konsep
yang meliputisuasana hati. Menurut Wahjono terdapat salah satu point yang
dapatmembedakan kemampuan individu dalam menghadapi stres yaitu kepribadia,
kepribadian sangat berpengaruh dan menentukan dalam dunia bekerja.
Daftar pustaka

Ahmad, S., Bangash, H., & Khan,S.A. (2009). Emotional intelligence and gender differences.
Sarhad J. Agric, 25 , 127-130.

Allport, G. (1961). Personality. New York: Holt, Rinehart & Winston.

[3] Archer, T., Lindahl, M. (2013).Depressive expression and anti-depressive protection


in adolescence: Stress, positive affect, motivation and self-efficacy. Scientific Research.

[4] Ciarrochi, J., Deane, F.P,.& Anderson, S. (2002). Emotional intellegence moderates the
relationship between stress and mental health. Personality and Individual, 32, 197-209.

[5] Cooper, R. K. & Sawaf, A. (2000).Executive eq: Kecerdasan emo-sional dalam


kepemimpinan orga-nisasi. Jakarta: PT Gramedia Pus-taka Utama.

[10] Goleman, D. (2006). Emotional intelligence: Kecerdasan emosional, mengapa ei


lebihpenting daripada iq. Jakarta:PT. Gramedia PustakaUtama.

[11] Goleman, D. (2007). Kecerdasan emosional: Mengapa ei lebih penting daripada iq.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai