Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ima Rahmawati

NIM : 1810104298

Tugas Refleksi Kasus

Kasus

Ny S ibu rumah tangga usia 25 tahun dengan P1 A0 Ah 1 post partum hari ke 1

dengan luka perineum di bangsal nusa indah 2 RSUD Sleman. Pada pukul 09.00

Ny. S di panggil keruang perawatan untuk dilalukan vulva hygiene dan perawatan

luka perineum. Pada saat melakukan vulva hygiene dan perawatan luka perineum

bidan menggunakan handscoon bersih, kapas, air dtt, kassa dan betadine.

Yang menarik dari kasus ini adalah pasien mengalami luka perineum grade II dan

bidan melakukan penanganan vulva hygiene serta perawatan luka perineum

menggunakan handscoon bersih dan air dtt.

1. Deskripsi

Seorang ibu nifas post partum hari ke 1. Dipanggil ke ruang perawatan atau

tindakan untuk dilakukan vulva hygiene dan perawatan luka perineum, pada saat

melakukan vulva hygiene dan perawatan luka perineum bidan menggunakan

handscoon bersih, kapas, air dtt, kassa, dan betadine.

2. Emosi

 Perasaan yang menyenang kan : merasa sangat senang dapat melihat dan

membantu melakukan vulva hygiene dan perawatan luka perineum pada ibu

nifas tersebut.

 Perasaan yang tidak menyenangkan : merasa aneh karena bidan melakukan

perawatan luka perineum menggunakan handscoon bersih bukan steril. Dan


vulva hygiene menggunakan air DTT. Hal tersebut Tidak sesuai dengan yang

di dapatkan di teori.

3. Evaluasi : Pengalaman Ini Baik atau Buruk

 Pengalaman baik : dapat membantu melakukan vulva hygiene dan perawatan

luka perineum pada ibu nifas.

 Pengalaman buruk : bidan menggunakan penatalaksanaan dengan handscoon

bersih dan air DTT, ketika ditanya bidan menjawab prinsip perawatan luka

perineum menggunakan handscoon bersih dan air dtt saja, berbeda dengan ganti

balutan SC harus prinsip steril yaitu menggunakan handscoon steril dan air

NaCl 0,9 %.

4. Analisis Yang Dipelajari Dari kasus Ini

Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan rahim

maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum terjadi

secara spontan maupun robekan melalui tindakan episiotomi. Robekan perineum

terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada

persalinan berikutnya. Dengan berjalannya waktu perineum akan melakukan

penyembuhan luka dan mengalami beberapa tahapan penyembuhan luka. Tujuan

perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan

penyembuhan jaringan. Dengan dilakukan perawatan luka perineum di rumah sakit

harapannya penyembuhan luka juga akan semakin membaik.

Dalam kasus ini penggunaan handscoon bersih dapat memicu terjadinya

infeksi pda luka hal tersebut tidak sesuai dengan SOP dimana perawatan luka

perineum prinsipnya steril. Sesuai dengan teori Rahmawati (2015) dimana

penggunaan sarung tangan medis digunakan oleh pekerja layanan kesehatan


utamanya oleh karena dua alasan yaitu 1) untuk mengurangi resiko kontaminasi

tangan pekerja layanan kesehatan terhadap darah atau cairan tubuh lain dan 2) untuk

mengurangi resiko penyebaran kuman ke lingkungan serta transmisi dari penyedia

layanan kesehatan ke pasien dan sebaliknya, juga dari satu pasien ke pasien lain.

Sarung tangan medis sekali pakai, baik steril maupun non-steril biasanya terbuat

dari senyawa alam karet lateks atau senyawa sintetik non-lateks seperti vinil, nitril

atau neoprene.

Sarung tangan steril dibutuhkan untuk tindakan intervensional, namun

beberapa tindakan non-intervensional juga membutuhkan pemakaian sarung tangan

steril. Cara penggunaan sarung tangan yang benar harus diperhatikan oleh semua

pekerja layanan kesehatan, karena peningkatan resiko transmisi patogen dan infeksi

sangat berkaitan dengan metode penggunaan sarung tangan medis yang tidak tepat.

Penggunaan sarung tangan tidak mengubah indikasi sanitasi tangan atau

menggantikan pentingnya sanitasi tangan baik dengan mencuci tangan maupun

penggunaan cairan antiseptik.

Selain itu keputusan baru bahwa air DTT sudah tidak di anjurkan untuk

perawatan luka perineum tapi menggunakan larutan NaCl 0,9 %. Hal tersebut

sesuai dengan penetilian yang dilakukan oleh Baiq (2017) dengan hasil responden

yang menggunakan NaCl 0,9% lebih cepat mengalami penyembuhan luka

perineum. Hal tersebut dapat disebabkan karena NaCl 0,9% merupakan bahan yang

lebih sering digunakan untuk mengatasi iritasi luka. Menurut Anik (2014) NaCl

0,9% merupakan cairan pencuci luka yang fisiologis dengan cairan tubuh karena

normal saline yang mengandung natrium klorida atas Na dan Cl yang memiliki

komposisi sama seperti plasma darah, dengan demikian aman bagi tubuh.
Merupakan satu-satunya cairan pencuci luka yang dianggap paling aman dan cairan

pilihan untuk digunakan pada hampir semua luka.

Pada responden yang diberikan kompres NaCl 0,9% semuanya mengalami

waktu penyembuhan yang cepat dengan kategori 100% dan tidak ada yang

mengalami waktu penyembuhan yang lama. Sedangkan pada responden yang

diberikan perlakukan Air DTT sebagain besar mengalami waktu penyembuhan yang

lama yaitu sebanyak 4 orang (80%) sedangkan paling sedikit mengalami waktu

penyembuhan yang cepat yaitu sebanyak 1 orang (20%). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa secara umum pemberian kompres Air DTT menyembuhkan

luka perineum lama tidak sesuai dengan standar penyembuhan luka yaitu pada hari

ke-5 dimana pada hari ke-5 ini disebut dengan fase maturasi atau fase pematangan

yang ditandai dengan timbulnya jaringan-jaringan baru.

Sumber : Prawiroharjo 2009, Winkjosastro 2010, Suparyanto 2009,

Rahmawati 2015, Baiq 2017.

5. EBM

Bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan atau

membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan tersebut harus

melakukannya dengan cara yang bersifat sayang ibu meliputi:

a. Aman sesuai evidence based, dan memberi sumbangan pada keselamatan jiwa

ibu.

b. Memungkinkan ibu merasa aman dan nyaman secara emosional serta merasa

didukung dan didengarkan.

c. Menghormati kebudayaan,keyakinan,agama dan ibu keluarganya sebagai

pengambil keputusan.
d. Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai teknologi

canggih

e. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami oleh

ibu

6. Kesimpulan

Terjadi GAP antara Teori kebidanan dengan kasus yang terjadi di lahan tersebut.

dalam teori seharusnya bidan melakukan perawatan luka perineum menggunakan

handscoon steril dan larutan NaCl 0.9 %. Tindakan bidan tidak sesuai dengan teori

yang diajarkan. Luka perineum akan lebih mudah terkena infeksi apabila cara

perawatan yang dilakukan tidak steril. Dan berdasarkan penelitian-penelitian luka

perineum akan lebih lama sembuhnya jika perawatannya menggunakan air DTT

dibandingkan dengan larutan NaCl 0,9 %

7. Tindak Lanjut

Asuhan kebidanan yang berikan harus menggunakan pendekatan dan sesuai

dengan kompetensi bidan serta ilmu terbaru, dan kebijakan pemerintah juga

penting di lakukan. Sehingga tidak ada tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan

teori dan ketentuan terbaru. Jika menjumpai kasus berikutnya hendaknya bidan

melakukan perawatan luka perineum dengan prinsip steril sehinggan menggunakan

handscoon steril dan air NaCl 0,9 %.

Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan yang lebih dekat dengan wanita agar

meningkatkan mutu pelayanan dalam menangani pasien dan perawatan perinaum

yang benar sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Dapat

menambah pengetahuan bagi pasien dalam menggunakan bahan untuk perawatan

luka perineum.

Anda mungkin juga menyukai