Lapsus Dendy
Lapsus Dendy
“PENGANIAYAAN”
Oleh
Dendy Pratama Putra
H1A 014 014
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini.
Laporan kasus yang berjudul “Penganiayaan” ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktik sehari-hari. Terima kasih.
2
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 4
1.2 Tujuan Umum................................................................................... 4
1.3 Tujuan Khusus .................................................................................. 4
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................ 6
2.1 Identitas Korban ............................................................................... 6
2.2 Uraian Singkat Kejadian .................................................................. 6
2.3 Pemeriksaan Fisik............................................................................. 6
2.4 Deskripsi Luka dan Dokumentasi .................................................... 7
2.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 9
2.6 Diagnosis .......................................................................................... 9
2.7 Tatalaksana ...................................................................................... 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
3.1 Definisi Luka .................................................................................... 10
3.2 Derajat Luka ..................................................................................... 10
3.3 Luka Akibat Benda Tumpul ............................................................ 11
3.4 Dasar Hukum pada Kasus Penganiayaan ......................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dengan mudahnya memperoleh senjata tajam dimana-mana, karena senjata tajam ini
banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.5
Pada makalah ini akan dibahas mengenai seorang laki-laki berusia 20 tahun
yang mengalami luka terbuka akibat penganiayaan.
1.2 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui kasus penganiayaan dari perspektif forensik klinis.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Pasien datang ke IGD RSUD Provinsi NTB pada Hari Selasa, 11 Desember
2018 pukul 23.45 WITA dengan keluhan luka dengan perdarahan akrif pada jari tangan
kanan. Berdasarkan anamnesis, luka diakibatkan kekerasan yang dilakukan oleh orang
yang tidak dikenal akibat salah paham. Awalnya pasien sedang minum minuman keras
bersama teman-temannya yang menyebabkan pasien dalam keadaan mabuk kemudian
terjadi perselisihan antara pasien dan pelaku . Pelaku membawa senjata tajam kemudian
mengayunkan kearah pasien dan pasien menangkis serangan tersebut dengan tangan
kanan, akibatnya jari tangan pasien mengalami luka terbuka pada jari kedua, ketiga dan
keempat. Setelah itu perkelahian berhasil dilerai dan pasien dibawa ke IGD untuk
mendapat pertolongan medis.
6
2.4 Pemeriksaan Luka dan Dokumentasi
A. Ditemukan adanya luka pada:
1. Jari 1
a. Regio luka : ibu jari sisi belakang tangan kanan
b. Koordinat luka : sekitar setengah sentimeter dari ujung ibu jari dan sekitar dua
puluh sentimeter dari pergelangan tangan kanan
c. Jenis luka : luka terbuka
d. Ukuran luka : 1 x 0,2 cm
e. Karakteristik luka : tepi luka rata, berbatas tegas, sudut luka tajam, tidak terdapat
jembatan jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol, berwarna kemerahan,
tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.
2. Jari 2
a. Regio luka : jari kedua sisi belakang tangan kanan
b. Koordinat luka : sekitar empat sentimeter dari ujung jari telunjuk dan sekitar lima
belas sentimeter dari pergelangan tangan kanan
c. Jenis luka : luka terbuka
d. Ukuran luka : 3 x 0,2 cm
e. Karakteristik luka : tepi luka rata, berbatas tegas, sudut luka tajam, tidak terdapat
jembatan jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol, berwarna kemerahan,
tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.
3. Jari 3
a. Regio luka : jari ketiga sisi belakang tangan kanan
b. Koordinat luka : sekitar lima sentimeter dari ujung jari tengah dan sekitar lima
belas sentimeter dari pergelangan tangan kanan
c. Jenis luka : luka terbuka
d. Ukuran luka : 4 x 0,2 cm
e. Karakteristik luka : tepi luka rata, berbatas tegas, sudut luka tajam, tidak
terdapat jembatan jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol, berwarna
kemerahan, tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.
7
4. Jari 4
a. Regio luka : jari keempat sisi belakang tangan kanan
b. Koordinat luka : sekitar empat sentimeter dari ujung jari keempat dan sekitar
lima belas sentimeter dari pergelangan tangan kanan
c. Jenis luka : luka terbuka
d. Ukuran luka : 3 x 0,2 cm
e. Karakteristik luka : tepi luka rata, berbatas tegas, sudut luka tajam, tidak
terdapat jembatan jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol, berwarna
kemerahan, tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.
Gambar 1. Luka terbuka pada jari pertama, kedua, ketiga dan keempat tangan kanan
8
L. Yudi Angga Putra
610637
KLL: 19 – 12 -2018
Gambar 2. Luka yang telah dijahit
2.6 Diagnosis
Luka iris pada jari pertama, kedua, ketiga dan keempat tangan kanan yang
disebabkan oleh kekerasan tajam yang diakibatkan oleh penganiayaan
2.7 Tatalaksana
Di IGD RSUD Provinsi NTB
Inj. ATS 1500 IU (im)
Inj. Ketorolac 3% 1 ampul (iv)
Penjahitan luka
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian
c. Kehilangan salah satu panca indera
d. Mendapat cacat berat
e. Menderita sakit lumpuh
f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
g. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
Hukuman dapat dijatuhkan berdasarkan dalam KUHP pasal 351 ayat 2 dan
ayat 3, pasal 353, pasal 354, pasal 355.
11
a. Luka iris
Luka iris adalah luka yang disebabkan karena alat untuk memotong
dengan mata tajam dengan cara menekan atau menggeser pada permukaan kulit.
Tenaga menggeser lebih besar dari pada tenaga menekan.6
Contoh benda tajam: pisau, silet, pecahan kaca dan taji.
Ciri luka iris:
a. Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka.
b. Tepi luka tajam dan rata, pada lipatan kulit tepi luka tajam dan berliku-
liku.
c. Ujung luka runcing.
d. Rambut ikut teriris.
e. Tidak ada jembatan jaringan.
Luka iris tidak begitu berbahaya, kecuali luka iris mengenai pembuluh
darah yang dekat kepermukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan
tangan dan lipat paha. Dari bentuk luka iris tidak dapat diambil kesimpulan
apapun mengenai jenis senjata yang menyebabkannya. Luka iris dapat
menyebabkan emboli udara.5,6
Luka iris pada bunuh diri:
a. Lokasi pada tempat tertentu, antara lain: leher, pergelangan tangan, perut
dan lekuk lutut. Irisan di leher biasanya tidak sampai ke ruas tulang
leher.
b. Terdapat luka iris yang sejajar, pertama dangkal, dinamakan irisan
percobaan, kemudian timbul keberanian untuk mengiris lebih dalam.
c. Pakaian biasanya disingkirkan sebelum melakukan irisan.
d. Tidak ditemukan luka tangkisan.
e. Tempat kejadian perkara rapi, tidak porak-poranda.
12
Gambar: luka iris
b. Luka tusuk
Luka tusuk adalah luka yang disebabkan oleh karena alat dengan ujung
yang runcing dengan mata tajam atau tumpul atau alat dengan ujung yang
runcing dengan penampang bulat, segitiga dengan menusukkan, sehingga masuk
kedalanjaringan tubuh.
Contohnya: pisau, keris, sangkur, pecahan kaca, kikir dengan penampang bulat,
segitiga, lembing, gancu, obeng. Ciri luka tusuk tergantung dari penampang dan
mata.5,7
Benda berujung runcing dan bermata tajam satu menyebabkan:
1. Tepi luka tajam.
2. Satu ujung luka runcing, sedangkan ujung yang lain kurang. Bila arah mata
pisau waktu ditusukkan berlainan arah dengan waktu pisau ditarik keluar,
maka didapatkan luka dengan ujung lebih dari dua.
13
3. Pada sisi mata yang tajam rambut ikut terpotong.
4. Dalamnya luka lebih besar daripada panjangnya luka.
5. Bila luka tegak lurus dengan serat otot, maka luka akan menganga lebar.
Bila luka sejajar dengan serat otot menganga berkurang.
14
Ujung senjata yang patah dan tertinggal dalam tubuh harus dikeluarkan
untuk kepentingan identifikasi senjata. Bentuk luka di atap tengkorak dapat
menolong pada identifikasi senjata, misalnya didapatkan luka segi tiga dengan
sendirinya penampang senjata yang dipakai harus berpenampang segi tiga.
Bentuk luka di kulit karena benda runcing dengan penampang bulat, misalnya
gancu merupakan celah dengan arah sesuai dengan arah jaringan elastik kulit. Di
tempat arah serat elastis menyatu luka menjadi bulat. Alat runcing dengan
penampang segi tiga atau empat meninggalkan luka berbentuk bintang.5,7
Luka tusuk pada bunuh diri, antara lain:
1. Luka tusuk yang menggerombol, pertama dangkal, luka tusuk percobaan,
kemudian lebih dalam.
2. Lokalisasi tertentu adalah daerah perut, daerah jantung, adakalanya hanya
satu tusukan.
3. Pakaian biasanya disingkirkan sebelum menusuk.
4. Tidak ada luka tangkis.
5. Tempat kejadian perkara rapi, tidak poran-poranda.
15
c. Luka bacok
Luka bacok disebabkan karena persentuhan dengan senjata yang berat
yang diayunkan dengan mata tajam atau tumpul. Contohnya: pedang, arit,
kapak, golok, baling-baling kipas angin, baling kapal laut dan kapal udara.
Biasanya korban dengan luka bacok disebabkan karena pembunuhan dan
hampir selalu ditemukan kerusakan pada tulang. Luka terlihat terbuka lebar atau
ternganga. Perdarahan sangat banyak dan sering mematikan. Arit (celurit, sabit)
merupakan senjata yang dapat menimbulkan luka iris, luka tusuk, dan luka
bacok.5,7
Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah
perdarahan. Disfungsi karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat.
Luka tusuk yang dalam dapat mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat
kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat menyebabkan luka kecil yang
dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup setelah intrumen
dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan
hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis tersebut.8
.
3.4 Dasar Hukum Kasus Penganiayaan9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan penganiayaan adalah
perlakuan sewenang-wenang (penyiksaan, penindasan, dan sebagainya). Dengan
kata lain untuk menyebut seseorang telah melakukan penganiayaan, maka orang
tersebut harus memiliki kesengajaan dalam melakukan suatu perbuatan untuk
membuat rasa sakit pada orang lain atau luka pada tubuh orang lain atau pun orang
16
itu dalam perbuatannya merugikan kesehatan orang lain. Di dalam KUHP yang
disebut dengan tindak pidana terhadap tubuh disebut dengan penganiayaan,
mengenai arti dan makna kata penganiayaan tersebut banyak perbedaan diantara
para ahli hukum dalam memahaminya. Penganiayaan diartikan sebagai “perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atas luka pada tubuh
orang lain”.
Tindak pidana penganiayaan adalah kejahatan yang dilakukan terhadap
tubuh dalam segala perbuatan-perbuatannya sehingga menjadikan luka atau rasa
sakit pada tubuh bahkan sampai menimbulkan kematian. Penganiayaaan dimuat
dalam BAB XX II, Pasal 351s/d Pasal 355 adalah sebagai berikut :
a) Penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHP)
b) Penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP)
c) Panganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP)
d) Penganiayaan berat (Pasal 354 KUHP)
e) Penganiayaan berat berencana (Pasal 355 KUHP)
17
4) Dengan sengaja merusak kesehatan orang disamakan dengan
penganiayaan.
5) Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dihukum.
Perumusan Pasal 351 ayat (1) hanya menyebut kualifikasinya saja,
yaitu penganiayaan didasarkan atas pertimbangan, bahwa semua orang
dianggap sudah mengerti apa yang dimaksud dengan penganiayaan.
Adapun unsur-unsur dari penganiayaaan sebagaimana diatur dalam Pasal
351 ayat (1) KUHP adalah sama dengan unsur-unsur penganiayaan pada
umumnya yaitu:
1. Unsur kesengajaan
2. Unsur perbuatan
3. Unsur akibat perbuatan berupa rasa sakit, tidak enak pada tubuh, dan
luka tubuh, namun dalam pasal 351 ayat (1) KUHP tidak
mempersyaratkan adanya perubahan rupa atau tubuh pada akibat
yang ditimbulkan oleh tindak pidana penganiayaan tersebut.
4. Akibat mana yang menjadi tujuan satu-satunya.
Pasal 351 ayat (2) mengatur tentang penganiayaan yang
mengakibatkan luka berat. Merujuk pada pengertian penganiayaan
diatas, maka apabila dirinci maka unsur penganiayaan dalam Pasal 351
ayat (2) adalah :
1. Unsur kesengajaan
2. Unsur perbuatan
3. Unsur akibat, yang berupa rasa sakit atau luka berat
b. Penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP)
Penganiayaan ringan diatur pada Pasal 352 KHUP. Disebut
penganiayaan ringan karena penganiayaan ini tidak menyebabkan luka atau
penyakit dan tidak menyebabkan si korban tidak bisa menjalankan aktivitas
sehari-harinya. Pasal 352 KHUP yang menentukan sebagai berikut:
1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau
pekerjaan, diancam karena penganiayaan ringan,dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
18
ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Melihat Pasal 352
KUHP ayat (2) bahwa “percobaan melakukan kejahatan itu (penganiyaan
ringan) tidak dapat di pidana” meskipun dalam pengertiannya menurut para
ahli hukum, percobaan adalah menuju kesuatu hal,tetapi tidak sampai pada
sesuatu hal yang di tuju, atau hendak berbuat sesuatu dan sudah dimulai
akan tetapi tidak sampai selesai. Disini yang dimaksud adalah percobaan
untuk melakukan kejahatan yang bisa membahayakan orang lain dan yang
telah diatur dalam Pasal 53 ayat (1). Sedangkan percobaan yang ada dalam
penganiyaan ini tidak akan membahayakan orang lain.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan data diatas, seorang laki-laki berusia dua puluh tahun mengalami
luka terbuka yang diakibatkan oleh penganiayaan yang dilakukan oleh orang yang tidak
dikenalnya. Ditemukan luka terbuka mengenai daerah jari tangan yakni jari pertama,
kedua, ketiga dan keempat tangan kanan. Luka tersebut tergolong dalam luka akibat
kekerasan dengan benda tajam yang dapat diakibatkan oleh penganiayaan. Benda tajam
yang dimaksud adalah benda yang bermata tajam dan berujung runcing (dapat untuk
mengiris, membacok atau menusuk),contohnya pisau, silet, keris, bayonet, belati, kikir,
kapak dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan hasil anamnesis pasien, dimana pasien
diserang dengan benda tajam berupa pisau.
Pada saat pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD Provinsi NTB kondisi
pasien dalam keadaan sadar dengan GCS lima belas disertai keluhan nyeri pada luka
dan tampak darah keluar. Untuk ciri-ciri luka pada pasien tersebut sesuai dengan ciri
luka yang disebabkan oleh benda tajam, yaitu tepi luka rata, sudut luka tajam, tidak
terdapat jembatan jaringan dan tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.
Berdasarkan cirri-ciri luka lebih lanjut, luka tersebut merupakan luka iris dimana luka
iris memiliki ukuran panjang luka lebih besar dari pada dalam luka. Pasien sudah
ditatalaksanai sesuai dengan standar pelayanan medis dan perawatan luka di RSUD
Provinsi NTB.
Pasien mengalami luka iris pada jari tangan yakni jari pertama, kedua, ketiga dan
keempat tangan kanan yang disebabkan oleh kekerasan dengan benda tajam yang
diakibatkan oleh penganiayaan. Kejahatan terhadap tubuh manusia atau penganiayaan
adalah tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum berupa tubuh manusia. Di
dalam KUHP terdapat ketentuan yang mengatur berbagai perbuatan yang menyerang
kepentingan hukum yang berupa tubuh manusia. Jenis-jenis kejahatan terhadap tubuh
manusia atau penganiayaan berdasarkan KUHP dimuat dalam BAB XX II, Pasal 351
s/d Pasal 355 yaitu : penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHP), penganiayaan ringan
(Pasal 352 KUHP), penganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP), penganiayaan berat
(Pasal 354 KUHP), Penganiayaan berat berencana (Pasal 355 KUHP).
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari fakta-fakta yang didapatkan pada saat pemeriksaan pasien di
RSUD Provinsi NTB bahwa telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia dua puluh
tahun, berat badan enam puluh kilogram, tinggi badan seratus enam puluh lima
sentimeter, dengan status gizi cukup. Dari pemeriksaan pasien, maka dapat saya
simpulkan bahwa :
1. a) Terdapat empat luka iris pada jari tangan pertama, kedua, ketiga dan keempat
tangan kanan
Luka tersebut disebabkan oleh kekerasan tajam yang diakibatkan oleh penganiayaan
2. Telah mendapatkan pelayanan medis dan perawatan luka sesuai dengan standar
pelayanan di RSUD Provinsi NTB
3. Luka tersebut tidak menyebabkan hambatan bagi pasien untuk dapat melakukan
aktivitas sehari-hari dan bekerja.
23
DAFTAR PUSTAKA
24