Anda di halaman 1dari 24

REFLEKSI KASUS

“PENGANIAYAAN”

Oleh
Dendy Pratama Putra
H1A 014 014

Pembimbing: dr. Arfi Syamsun, Sp.KF, M.Si. Med

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUD
PROVINSI NTB
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini.
Laporan kasus yang berjudul “Penganiayaan” ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktik sehari-hari. Terima kasih.

Mataram, 22 Desember 2018

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 4
1.2 Tujuan Umum................................................................................... 4
1.3 Tujuan Khusus .................................................................................. 4
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................ 6
2.1 Identitas Korban ............................................................................... 6
2.2 Uraian Singkat Kejadian .................................................................. 6
2.3 Pemeriksaan Fisik............................................................................. 6
2.4 Deskripsi Luka dan Dokumentasi .................................................... 7
2.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 9
2.6 Diagnosis .......................................................................................... 9
2.7 Tatalaksana ...................................................................................... 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
3.1 Definisi Luka .................................................................................... 10
3.2 Derajat Luka ..................................................................................... 10
3.3 Luka Akibat Benda Tumpul ............................................................ 11
3.4 Dasar Hukum pada Kasus Penganiayaan ......................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejahatan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia di
dunia. Berbagai faktor baik politik, sosial, ekonomi dan budaya dapat menjadi
penyebab tejadi kejahatan. Dewasa ini kejahatan semakin meningkat di kalangan
masyarakat, dimana penganiayaan merupakan salah satu kejahatan yang sering
terjadi.1 Berdasarkan statistik kriminal tahun 2014 menunjukan bahwa kejahatan
terhadap fisik (badan) yang paling dominan adalah penganiayaan ringan (19.195
kasus), diikuti dengan penganiayaan berat (15.958 kasus).2 Hasil dari kekerasan
tersebut dapat menyebabkan cedera fisik atau psikis, hingga kematian, dimana
kekerasan yang menyebabkan kematian ini disebut sebagai pembunuhan. Kekerasan
yang demikian merupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan hukum dan
masuk dalam kategori kejahatan.1
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penganiayaan adalah suatu
perlakuan yang sewenang-wenang.3 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) tidak dijelaskan arti dari penganiayaan namun secara umum kata
penganiayaan mengacu pada tindak pidana terhadap tubuh. Dalam KUHP, tindak
penganiayaan masuk dalam kategori kejahatan Menurut yurisprudensi, maka yang
diartikan dengan “penganiayaan” yaitu sengaja menyebabkan perasaan tidak enak
(penderitaan), rasa sakit, atau luka. Menurut alinea 4 pasal ini, masuk pula dalam
pengertian penganiayaan ialah “sengaja merusak kesehatan orang”.4

Dalam menyelesaikan suatu perkara terutama suatu tindak pidana, tidak


jarang penyidik membutuhkan bantuan para ahli dalam bidang pengetahuan masing-
masing.3 Tidak jarang dokter dihadapkan untuk ikut memeriksa korban yang
menderita luka atas permintaan penyidik. Suatu luka dapat didefinisikan sebagai
rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh suatu trauma.5 Terdapat berbagai
penyebab luka, yaitu yang disebabkan oleh tembakan, aliran listrik, persentuhan
dengan benda tumpul, benda tajam, bahan kimia, dan sebagainya. Tindakan
kriminal yang disertai dengan senjata tajam sering terjadi, hal ini sering berkaitan

4
dengan mudahnya memperoleh senjata tajam dimana-mana, karena senjata tajam ini
banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.5

Pada makalah ini akan dibahas mengenai seorang laki-laki berusia 20 tahun
yang mengalami luka terbuka akibat penganiayaan.
1.2 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui kasus penganiayaan dari perspektif forensik klinis.

1.3 Tujuan Khusus


1. Untuk mendeskripsikan luka-luka yang ada pada kasus penganiayaan.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari kasus penganiayaan.

5
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Korban


Nama : Tn. L.Y.A.P.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 20 Tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Bibelando, Kabupaten Lombok Tengah
No. RM : 610637

2.2 Uraian Singkat Kejadian

Pasien datang ke IGD RSUD Provinsi NTB pada Hari Selasa, 11 Desember
2018 pukul 23.45 WITA dengan keluhan luka dengan perdarahan akrif pada jari tangan
kanan. Berdasarkan anamnesis, luka diakibatkan kekerasan yang dilakukan oleh orang
yang tidak dikenal akibat salah paham. Awalnya pasien sedang minum minuman keras
bersama teman-temannya yang menyebabkan pasien dalam keadaan mabuk kemudian
terjadi perselisihan antara pasien dan pelaku . Pelaku membawa senjata tajam kemudian
mengayunkan kearah pasien dan pasien menangkis serangan tersebut dengan tangan
kanan, akibatnya jari tangan pasien mengalami luka terbuka pada jari kedua, ketiga dan
keempat. Setelah itu perkelahian berhasil dilerai dan pasien dibawa ke IGD untuk
mendapat pertolongan medis.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Kesadaran pasien berdasarkan skala koma glasgow (GCS) adalah lima belas
(E4V5M6), ukuran pupil tiga mm, refleks cahaya positif-positif (+/+), tekanan darah
pasien seratus dua puluh per delapan puluh delapan milimeter air raksa, denyut nadi
seratus tujuh kali per menit, suhu badan pasien tiga puluh tujuh derajat celcius,
pernafasan dua puluh empat kali per menit. Pada pemeriksaan didapatkan luka terbuka
pada jari tangan kanan pasien.

6
2.4 Pemeriksaan Luka dan Dokumentasi
A. Ditemukan adanya luka pada:
1. Jari 1
a. Regio luka : ibu jari sisi belakang tangan kanan
b. Koordinat luka : sekitar setengah sentimeter dari ujung ibu jari dan sekitar dua
puluh sentimeter dari pergelangan tangan kanan
c. Jenis luka : luka terbuka
d. Ukuran luka : 1 x 0,2 cm
e. Karakteristik luka : tepi luka rata, berbatas tegas, sudut luka tajam, tidak terdapat
jembatan jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol, berwarna kemerahan,
tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.

2. Jari 2
a. Regio luka : jari kedua sisi belakang tangan kanan
b. Koordinat luka : sekitar empat sentimeter dari ujung jari telunjuk dan sekitar lima
belas sentimeter dari pergelangan tangan kanan
c. Jenis luka : luka terbuka
d. Ukuran luka : 3 x 0,2 cm
e. Karakteristik luka : tepi luka rata, berbatas tegas, sudut luka tajam, tidak terdapat
jembatan jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol, berwarna kemerahan,
tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.

3. Jari 3
a. Regio luka : jari ketiga sisi belakang tangan kanan
b. Koordinat luka : sekitar lima sentimeter dari ujung jari tengah dan sekitar lima
belas sentimeter dari pergelangan tangan kanan
c. Jenis luka : luka terbuka
d. Ukuran luka : 4 x 0,2 cm
e. Karakteristik luka : tepi luka rata, berbatas tegas, sudut luka tajam, tidak
terdapat jembatan jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol, berwarna
kemerahan, tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.

7
4. Jari 4
a. Regio luka : jari keempat sisi belakang tangan kanan
b. Koordinat luka : sekitar empat sentimeter dari ujung jari keempat dan sekitar
lima belas sentimeter dari pergelangan tangan kanan
c. Jenis luka : luka terbuka
d. Ukuran luka : 3 x 0,2 cm
e. Karakteristik luka : tepi luka rata, berbatas tegas, sudut luka tajam, tidak
terdapat jembatan jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol, berwarna
kemerahan, tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.

L. Yudi Angga Putra


610637
KLL: 19 – 12 -2018

Gambar 1. Luka terbuka pada jari pertama, kedua, ketiga dan keempat tangan kanan

8
L. Yudi Angga Putra
610637
KLL: 19 – 12 -2018
Gambar 2. Luka yang telah dijahit

2.5 Planning Diagnostik


 Cek Laboratorium Darah Lengkap, GDS
 Pemeriksaan fungsi hepar : SGOT, SGPT
 Pemeriksaan PT, APTT
 Pemeriksaan radiologi : foto palmar dextra

2.6 Diagnosis

 Luka iris pada jari pertama, kedua, ketiga dan keempat tangan kanan yang
disebabkan oleh kekerasan tajam yang diakibatkan oleh penganiayaan

2.7 Tatalaksana
Di IGD RSUD Provinsi NTB
 Inj. ATS 1500 IU (im)
 Inj. Ketorolac 3% 1 ampul (iv)
 Penjahitan luka
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Luka


Luka adalah hilang atau rusaknya kontuinitas atau hilangnya hubungan
antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan
otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang.5
Luka dapat ditimbulkan oleh beberapa hal diantaranya :
a. Mekanik dapat disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam.
b. Kimia dapat disebabkan oleh asam dan basa.
c. Suhu dapat disebabkan oleh dingin dan panas.
d. Penyebab lain, seperti cahaya, listrik dan zat-zat radioaktif.
Luka yang timbul secara mekanik dapat ditimbulkan oleh benda tumpul, benda
tajam dan sejata api.
a. Luka oleh benda tajam dapat berupa luka fraktur/dislokasi, luka iris, luka tusuk,
luka bacok,
b. Luka oleh benda tumpul berupa luka fraktur/dislokasi, abrasi, kontusio, laserasi
c. Senjata api: luka masuk dan luka keluar.

3.2 Derajat luka


Menurut KUHP berat ringannya luka atau kualifikasi luka tersebut adalah
sebagai berikut5:
1. Luka ringan
Adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencariannya.
2. Luka sedang
Adalah luka yang menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencariannya untuk sementara waktu.
3. Luka berat
Adalah sebagaimana tercantum di dalam pasal 90 KUHP, yaitu :

10
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian
c. Kehilangan salah satu panca indera
d. Mendapat cacat berat
e. Menderita sakit lumpuh
f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
g. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
Hukuman dapat dijatuhkan berdasarkan dalam KUHP pasal 351 ayat 2 dan
ayat 3, pasal 353, pasal 354, pasal 355.

3.3 Klasifikasi Luka


Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut
penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam, luka tembak,
jenisluka akibat suhu atau temperature, dan luka akibat trauma listrik.5,6
Pembagian jenis luka dibagi berdasarkan jenis benda yang menyebab kankekerasan
A. Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury), yaitu=
a. Luka lecet (abrassion)= tekan, geser, dan regang
b. Luka memar (contusion)
c. Luka robek (laceration)
B. Jenis luka akibat benda tajam, yaitu
a. Luka iris atau luka sayat (incised wound)
b. Luka tusuk (stab wound)
c. Luka bacok (chop wound).

3.4 Luka akibat trauma benda tajam


Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tajam.5
Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka
sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) atau luka bacok (vulnus
caesum). Luka akibat trauma benda tajam dibagi menurut beberapa kategori5.

11
a. Luka iris
Luka iris adalah luka yang disebabkan karena alat untuk memotong
dengan mata tajam dengan cara menekan atau menggeser pada permukaan kulit.
Tenaga menggeser lebih besar dari pada tenaga menekan.6
Contoh benda tajam: pisau, silet, pecahan kaca dan taji.
Ciri luka iris:
a. Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka.
b. Tepi luka tajam dan rata, pada lipatan kulit tepi luka tajam dan berliku-
liku.
c. Ujung luka runcing.
d. Rambut ikut teriris.
e. Tidak ada jembatan jaringan.
Luka iris tidak begitu berbahaya, kecuali luka iris mengenai pembuluh
darah yang dekat kepermukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan
tangan dan lipat paha. Dari bentuk luka iris tidak dapat diambil kesimpulan
apapun mengenai jenis senjata yang menyebabkannya. Luka iris dapat
menyebabkan emboli udara.5,6
Luka iris pada bunuh diri:
a. Lokasi pada tempat tertentu, antara lain: leher, pergelangan tangan, perut
dan lekuk lutut. Irisan di leher biasanya tidak sampai ke ruas tulang
leher.
b. Terdapat luka iris yang sejajar, pertama dangkal, dinamakan irisan
percobaan, kemudian timbul keberanian untuk mengiris lebih dalam.
c. Pakaian biasanya disingkirkan sebelum melakukan irisan.
d. Tidak ditemukan luka tangkisan.
e. Tempat kejadian perkara rapi, tidak porak-poranda.

12
Gambar: luka iris

Perbedaan Luka Iris dan Luka Robek


Ciri –ciri Luka robek Luka iris
Memar dan lecet + -
Rambut Utuh Terpotong
Jembatan jaringan + -
Sudut/tepi luka Tumpul Tajam
Tabel 1. Perbedaan luka robek dan luka iris8

b. Luka tusuk
Luka tusuk adalah luka yang disebabkan oleh karena alat dengan ujung
yang runcing dengan mata tajam atau tumpul atau alat dengan ujung yang
runcing dengan penampang bulat, segitiga dengan menusukkan, sehingga masuk
kedalanjaringan tubuh.
Contohnya: pisau, keris, sangkur, pecahan kaca, kikir dengan penampang bulat,
segitiga, lembing, gancu, obeng. Ciri luka tusuk tergantung dari penampang dan
mata.5,7
Benda berujung runcing dan bermata tajam satu menyebabkan:
1. Tepi luka tajam.
2. Satu ujung luka runcing, sedangkan ujung yang lain kurang. Bila arah mata
pisau waktu ditusukkan berlainan arah dengan waktu pisau ditarik keluar,
maka didapatkan luka dengan ujung lebih dari dua.

13
3. Pada sisi mata yang tajam rambut ikut terpotong.
4. Dalamnya luka lebih besar daripada panjangnya luka.
5. Bila luka tegak lurus dengan serat otot, maka luka akan menganga lebar.
Bila luka sejajar dengan serat otot menganga berkurang.

Gambar: luka tusuk

Mengukur panjang luka harus dikerjakan dengan lebih dahulu


menautkan tepi luka. Dari panjang dan dalamnya luka dapat diambil
kesimpulan:
1. Panjang luka adalah ukuran maksimal lebar senjata.
2. Dalam luka adalah ukuran minimal panjang senjata dan ini tergantung dari
lokalisasi, misalnya dinding perut dapat mengempis, sehingga pisau yang
pendek dapat mencapai ruas tulang punggung.

Gambar: pengukuran luka tusuk.

14
Ujung senjata yang patah dan tertinggal dalam tubuh harus dikeluarkan
untuk kepentingan identifikasi senjata. Bentuk luka di atap tengkorak dapat
menolong pada identifikasi senjata, misalnya didapatkan luka segi tiga dengan
sendirinya penampang senjata yang dipakai harus berpenampang segi tiga.
Bentuk luka di kulit karena benda runcing dengan penampang bulat, misalnya
gancu merupakan celah dengan arah sesuai dengan arah jaringan elastik kulit. Di
tempat arah serat elastis menyatu luka menjadi bulat. Alat runcing dengan
penampang segi tiga atau empat meninggalkan luka berbentuk bintang.5,7
Luka tusuk pada bunuh diri, antara lain:
1. Luka tusuk yang menggerombol, pertama dangkal, luka tusuk percobaan,
kemudian lebih dalam.
2. Lokalisasi tertentu adalah daerah perut, daerah jantung, adakalanya hanya
satu tusukan.
3. Pakaian biasanya disingkirkan sebelum menusuk.
4. Tidak ada luka tangkis.
5. Tempat kejadian perkara rapi, tidak poran-poranda.

Luka tusuk karena kecelakan: seorang merosot dari atap kemudian


tercocok pada ruji pagar yang runcing. Petunjuk dari luka tusuk sering dianggap
sebagai suatu masalah pembunuhan terutama sebagai persidangan, yang
mengarah pada saat rekontruksi kejadian. Kejadian-kejadian penusukan sering
bergerak dan dinamis sehingga korban jarang dalam keadaan statis. Penjelasan
mengenai petunjuk berdasarkan gambaran luka dan jejak benda. Saat pisau
dengan mata pisau kurang cukup besar, maka luka sering tampak terpotong
bagian bawahnya mengenai jaringan subkutan. Pada autopsy, menjelaskan
seperti pada luka tusuk didada, kadang saat di autopsy luka terletak dibawah
puting. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa mengungkapkan bahwa
kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa . Informasi ini menjadi petunjuk
luka, mengambarkan jejak luka. 5,8

15
c. Luka bacok
Luka bacok disebabkan karena persentuhan dengan senjata yang berat
yang diayunkan dengan mata tajam atau tumpul. Contohnya: pedang, arit,
kapak, golok, baling-baling kipas angin, baling kapal laut dan kapal udara.
Biasanya korban dengan luka bacok disebabkan karena pembunuhan dan
hampir selalu ditemukan kerusakan pada tulang. Luka terlihat terbuka lebar atau
ternganga. Perdarahan sangat banyak dan sering mematikan. Arit (celurit, sabit)
merupakan senjata yang dapat menimbulkan luka iris, luka tusuk, dan luka
bacok.5,7

Gambar: luka bacok

Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah
perdarahan. Disfungsi karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat.
Luka tusuk yang dalam dapat mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat
kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat menyebabkan luka kecil yang
dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup setelah intrumen
dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan
hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis tersebut.8
.
3.4 Dasar Hukum Kasus Penganiayaan9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan penganiayaan adalah
perlakuan sewenang-wenang (penyiksaan, penindasan, dan sebagainya). Dengan
kata lain untuk menyebut seseorang telah melakukan penganiayaan, maka orang
tersebut harus memiliki kesengajaan dalam melakukan suatu perbuatan untuk
membuat rasa sakit pada orang lain atau luka pada tubuh orang lain atau pun orang
16
itu dalam perbuatannya merugikan kesehatan orang lain. Di dalam KUHP yang
disebut dengan tindak pidana terhadap tubuh disebut dengan penganiayaan,
mengenai arti dan makna kata penganiayaan tersebut banyak perbedaan diantara
para ahli hukum dalam memahaminya. Penganiayaan diartikan sebagai “perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atas luka pada tubuh
orang lain”.
Tindak pidana penganiayaan adalah kejahatan yang dilakukan terhadap
tubuh dalam segala perbuatan-perbuatannya sehingga menjadikan luka atau rasa
sakit pada tubuh bahkan sampai menimbulkan kematian. Penganiayaaan dimuat
dalam BAB XX II, Pasal 351s/d Pasal 355 adalah sebagai berikut :
a) Penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHP)
b) Penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP)
c) Panganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP)
d) Penganiayaan berat (Pasal 354 KUHP)
e) Penganiayaan berat berencana (Pasal 355 KUHP)

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap tindak pidana


tersebut, dibawah ini akan diuraikan satu persatu jenis tindak pidana tersebut
sebagai berikut:
a. Penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHP)
Tindak pidana penganiayaan biasa ini diatur dalam ketentuan Pasal 351 KUHP.
Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut jenis tindak pidana ini
adalah tindak pidana penganiayaan dalam bentuk pokok. Pasal 351 KUHP
yang menegaskan sebagai berikut:
1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
2) Bila perbuatan itu mengakibatkan luka berat, maka yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

17
4) Dengan sengaja merusak kesehatan orang disamakan dengan
penganiayaan.
5) Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dihukum.
Perumusan Pasal 351 ayat (1) hanya menyebut kualifikasinya saja,
yaitu penganiayaan didasarkan atas pertimbangan, bahwa semua orang
dianggap sudah mengerti apa yang dimaksud dengan penganiayaan.
Adapun unsur-unsur dari penganiayaaan sebagaimana diatur dalam Pasal
351 ayat (1) KUHP adalah sama dengan unsur-unsur penganiayaan pada
umumnya yaitu:
1. Unsur kesengajaan
2. Unsur perbuatan
3. Unsur akibat perbuatan berupa rasa sakit, tidak enak pada tubuh, dan
luka tubuh, namun dalam pasal 351 ayat (1) KUHP tidak
mempersyaratkan adanya perubahan rupa atau tubuh pada akibat
yang ditimbulkan oleh tindak pidana penganiayaan tersebut.
4. Akibat mana yang menjadi tujuan satu-satunya.
Pasal 351 ayat (2) mengatur tentang penganiayaan yang
mengakibatkan luka berat. Merujuk pada pengertian penganiayaan
diatas, maka apabila dirinci maka unsur penganiayaan dalam Pasal 351
ayat (2) adalah :
1. Unsur kesengajaan
2. Unsur perbuatan
3. Unsur akibat, yang berupa rasa sakit atau luka berat
b. Penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP)
Penganiayaan ringan diatur pada Pasal 352 KHUP. Disebut
penganiayaan ringan karena penganiayaan ini tidak menyebabkan luka atau
penyakit dan tidak menyebabkan si korban tidak bisa menjalankan aktivitas
sehari-harinya. Pasal 352 KHUP yang menentukan sebagai berikut:
1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau
pekerjaan, diancam karena penganiayaan ringan,dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
18
ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Melihat Pasal 352
KUHP ayat (2) bahwa “percobaan melakukan kejahatan itu (penganiyaan
ringan) tidak dapat di pidana” meskipun dalam pengertiannya menurut para
ahli hukum, percobaan adalah menuju kesuatu hal,tetapi tidak sampai pada
sesuatu hal yang di tuju, atau hendak berbuat sesuatu dan sudah dimulai
akan tetapi tidak sampai selesai. Disini yang dimaksud adalah percobaan
untuk melakukan kejahatan yang bisa membahayakan orang lain dan yang
telah diatur dalam Pasal 53 ayat (1). Sedangkan percobaan yang ada dalam
penganiyaan ini tidak akan membahayakan orang lain.

c. Panganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP)


Penganiyaan berencana diatur pada Pasal 353 KUHP yang merumuskan
sebagai berikut:
1) Penganiayaan dengan direncanakan terlebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
2) Bila perbuatan itu mengakibatkan luka berat, maka yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. (KUHP 90.)
3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Menurut Mr.M.H. Tiirtamidjaja arti di rencanakan lebih dahulu adalah
“bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk
mempertimbangkan, untuk berfikir dengan tenang”. Apabila kita fahami tentang
arti dari di rencanakan diatas, bermaksud sebelum melakukan penganiayaan
tersebut telah di rencanakan terlebih dahulu, oleh sebab terdapatnya unsur
direncanakan lebih dulu (meet voor bedachte rade) sebelum perbuatan
dilakukan, direncanakan lebih dulu (disingkat berencana), adalah berbentuk
khusus dari kesengajaan (opzettielijk) dan merupakan alasan pemberat pidana
pada penganiayaan yang bersifat subjektif, dan juga terdapat pada pembunuhan
berencana (Pasal 340 KUHP).
19
Penganiayaan berencana diatur dalam Pasal 353 KUHP apabila
mengakibatkan luka berat dan kematian adalah berupa faktor atau alasan
pembuat pidana yang bersifat objektif, penganiayaan berencana apabila
menimbulkan luka berat yang di kehendaki sesuai dengan (ayat 2) bukan disebut
lagi penganiayaan berencana tetapi penganiayaan berat berencana (Pasal 355
KUHP), apabila kejahatan tersebut bermaksud dan ditujukan pada kematian
(ayat 3) bukan disebut lagi penganiayaan berencana tetapi pembunuhan
berencana (Pasal 340 KUHP).
d. Penganiayaan berat (Pasal 354 KUHP)
Penganiayaan berat diatur pada Pasal 354 KUHP. Penganiayaan berat
yang dirumuskan dalam Pasal 354 sebgai berikut:
1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun.
2) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun.
Penganiayan berat (zwar lichamelijk letsel toebrengt) atau dapat disebut
juga menjadikan berat pada tubuh orang lain haruslah dilakukan dengan sengaja.
Kesengajaan itu harus mengenai ketiga unsur dari tindak pidana yaitu, pebuatan
yang dilarang, akibat yang menjadi pokok alasan diadakan larang itu dan bahwa
perbuatan itu melanggar hukum. Apabila dihubungkan dengan unsur
kesengajaan maka kesengajaan ini harus sekaligus ditujukan baik tehadap
perbuatannya, (misalnya menusuk dengan pisau), maupun terhadap akibatnya,
yakni luka berat. Mengenai luka berat disini bersifat abstrak, bagaimana
bentuknya luka berat, hanya dapat dirumuskan luka berat yang telah di jelaskan
pada Pasal 90 KUHP sebagai berikut:
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh
secara sempuma, atau yang menimbulkan bahaya maut;
b. Untuk selamanya tidak mampu menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan yang merupakan mata pencaharian;
c. Kehilangan salah satu pancaindera;
d. Mendapat cacat berat;
20
e. Menderita sakit lumpuh;
f. Terganggunya daya pikir selama lebih dari empat minggu;
g. Gugumya atau terbunuhnya kandungan seorang perempuan.

e. Penganiayaan berat berencana Pasal 355 KUHP.


Penganiyaan berat berencana, dimuat dalam Pasal 355 KUHP yang
rumusannya adalah sebagai berikut :
1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu menimbulkan kematian yang bersalah di pidana dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.

21
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data diatas, seorang laki-laki berusia dua puluh tahun mengalami
luka terbuka yang diakibatkan oleh penganiayaan yang dilakukan oleh orang yang tidak
dikenalnya. Ditemukan luka terbuka mengenai daerah jari tangan yakni jari pertama,
kedua, ketiga dan keempat tangan kanan. Luka tersebut tergolong dalam luka akibat
kekerasan dengan benda tajam yang dapat diakibatkan oleh penganiayaan. Benda tajam
yang dimaksud adalah benda yang bermata tajam dan berujung runcing (dapat untuk
mengiris, membacok atau menusuk),contohnya pisau, silet, keris, bayonet, belati, kikir,
kapak dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan hasil anamnesis pasien, dimana pasien
diserang dengan benda tajam berupa pisau.

Pada saat pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD Provinsi NTB kondisi
pasien dalam keadaan sadar dengan GCS lima belas disertai keluhan nyeri pada luka
dan tampak darah keluar. Untuk ciri-ciri luka pada pasien tersebut sesuai dengan ciri
luka yang disebabkan oleh benda tajam, yaitu tepi luka rata, sudut luka tajam, tidak
terdapat jembatan jaringan dan tidak terdapat memar atau lecet di sekitarnya.
Berdasarkan cirri-ciri luka lebih lanjut, luka tersebut merupakan luka iris dimana luka
iris memiliki ukuran panjang luka lebih besar dari pada dalam luka. Pasien sudah
ditatalaksanai sesuai dengan standar pelayanan medis dan perawatan luka di RSUD
Provinsi NTB.

Pasien mengalami luka iris pada jari tangan yakni jari pertama, kedua, ketiga dan
keempat tangan kanan yang disebabkan oleh kekerasan dengan benda tajam yang
diakibatkan oleh penganiayaan. Kejahatan terhadap tubuh manusia atau penganiayaan
adalah tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum berupa tubuh manusia. Di
dalam KUHP terdapat ketentuan yang mengatur berbagai perbuatan yang menyerang
kepentingan hukum yang berupa tubuh manusia. Jenis-jenis kejahatan terhadap tubuh
manusia atau penganiayaan berdasarkan KUHP dimuat dalam BAB XX II, Pasal 351
s/d Pasal 355 yaitu : penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHP), penganiayaan ringan
(Pasal 352 KUHP), penganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP), penganiayaan berat
(Pasal 354 KUHP), Penganiayaan berat berencana (Pasal 355 KUHP).
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari fakta-fakta yang didapatkan pada saat pemeriksaan pasien di
RSUD Provinsi NTB bahwa telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia dua puluh
tahun, berat badan enam puluh kilogram, tinggi badan seratus enam puluh lima
sentimeter, dengan status gizi cukup. Dari pemeriksaan pasien, maka dapat saya
simpulkan bahwa :

1. a) Terdapat empat luka iris pada jari tangan pertama, kedua, ketiga dan keempat
tangan kanan
Luka tersebut disebabkan oleh kekerasan tajam yang diakibatkan oleh penganiayaan
2. Telah mendapatkan pelayanan medis dan perawatan luka sesuai dengan standar
pelayanan di RSUD Provinsi NTB
3. Luka tersebut tidak menyebabkan hambatan bagi pasien untuk dapat melakukan
aktivitas sehari-hari dan bekerja.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Gosita. Masalah Korban Kejahatan. Jakarta: C.V Akademika Pressindo,


hal.3. 1983.
2. Badan Pusat Statistik. Statistik Kriminal 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Diakses melalui
https://www.bappenas.go.id/files/data/Politik_Hukum_Pertahanan_dan_Keamana
n/Statistik%20Kriminal%202014.pdf pada tanggal 16 Desember 2018.
3. Syamsuddin. Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan. Diakses melalui
http://www. Art-Kul (Artikel Kuliah) pengertian-tindak-pidana-penganiayaan
pada tanggal 23 November 2018.
4. Prodjodikoro, Wirjono. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Bandung:
RefikaAditama. 2003.
5. Apuranto, H., Hoediyanto. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Edisi 2.
Bagian Ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, Surabaya. 2006.
6. Zainab, C., Relawati, R. Luka Bacok atau Luka Iris pada Jari Tangan Kanan.
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia. Prosiding Peremuan Ilmiah Tahunan
2017.
7. Syamsun A. Panduan Penulisan Visum et Repertum. Mataram: Penerbit Arga Puji
Press; 2014.
8. Satyo, A. C. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Nusantara
vol 39, no 4. 2007.
9. Mudhofar. 2011. Tindak Pidana Penganiayaan. Diakses melalui
http://ofanklahut.blogspot.com/2011/04/tindak-pidana-penganiayaan.html pada
tanggal 23 November 2018.

24

Anda mungkin juga menyukai