Anda di halaman 1dari 6

BERBAGAI MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

1.Model dasar sistem instruksional

Ada dua konsep pokok yyang harus dipahami terlebih dahulu yaitu ‘’model ‘’b dan
‘’sistem instruksional’’.secara istilah ‘’model’’ diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan.dalam pengertian
lain model dapat juga doatikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda
sesungguhnya,misalnya globe merupakan bentuk tiruan dari bumi.Istilah model juga
digunakan untuk menunjukan pengertian pertama sebagai kerangka proses
pemikiran.sedangkan model dasar dipakai untuk menunjukan model yang ‘’generik’’ yang
berarti umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut dalam
lebih rumit dan dalam artian lebih baru.

Sistem instruksional dibagi dalam dua konsep yaitu ‘’system’’ dan


‘’instruktion’’.Wong dan Raulerson(1973:9) mengartikan sistem sebagai suatu perangkat dari
bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oelh beberapa bentuk yang saling
memepengaruhi.selanjutntya istruktion diterjemahkan menjadi ‘’pembelajaran dan
pengajaran’’dan ‘’bahan instruksi’’dalam arti perintah ,oleh Saylor dan Alexander
(1976diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum(curriculum implemntation)atau dalam
pengertian yang lebih khusus ‘’instruktion’’ merujuk pada ‘’proses belajar mengajar
‘’(teaching-learning process).Bertolak dari konsep-konsep tersebut istilah ‘’sistem
istruksional’’digunakan untuk menunjukan suatu’’proses pembelajaran’’.dibanadingkan
dengan sistem yang lain lebih bersifat alami seperti sistem tatasurya,sistem instruksional
memeiliki ciri khas,yaitu adanya ‘’tujuan’’(purpose,goala,objektif).Hal ini tentu dapat anda
pahami karena seperti yang telah dipelajari dalam modul pertama adanya tujuan merupakan
ciri utama dari proses pendidikan.Disampingkan disampingb itu dua unsur lainya yaitu
komponen dan proses.

Sistem inisekurang-kurangya memiliki 2 dimensi yaitu dimensi rencana (a plan )dan


dimensi proses yang nyata ( a reality).dalam sistem rencana sistem instruksisonal merujuk
pada prosedur atau langkah-langkah yang dilalui dalam mempersiapkan terjadinya proses
belajar-mengajar.dalam dimensi realita sistem instruksisonal merujuk pada interaksi kelas
yang menurut konsep Wong dan Raulerson (1973) kedua dimensi itu secara konseptual
merupakan suatu sistem kurikulum yang dengan sendirinya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari sistem pendidikan.

Walaupun sistem insruksional ini hanya merupakan bagian dari sisitem kurikulum
yang juga merupakan bagian dari sistem pendidikan yang keduduka dan fungsinya sangat
menentukan .Hal tersebut dimungkinkan, karena inti dari tujuna dan proses pendididkan ialah
perubahan perilaku individu dari belum dewasa menjadi dewasa,dari belaum matang
mmenjadi matang.karena itu sistem instruksional merupakan sarana konseptual terdepan
dalam sistem pendidikan formal dimanapun.

Melihat kededudukan dan funsi pengajaran/pembelajaran (instruktion) yang sangat


strategi itu diperlukan adanya kerangka konseptual yang mendasar.dengan demikian
dimanapun proses pendidikan dan pengajaran terjadi,oleh siapa pun proses itu di
organisasikan dan dikelola akan bertolak dari dari kerangka dassr tersebut.

Menurut Tyler (1949) yang pada tahun 1980 dalam Annual Metting American
Association of Teacher Educator di St.Luis Missouri, USA tegaskan kembali ada empat hal
yang harus dijawab dalam mengembangkan suatu kurikulum dan pengajaran:

1. Tujuan pendidikan mana yang akan dicapai ?


2. Tujuna belajar apa yang dapat di berikan untuk mencapai tujuan tersebut ?
3. Bagaimana pengalaman belajar tersebut dapa di orgnisasikan secara efektif ?
4. Bagaimana kita dapat menentuakan bahwa tujuan yang telah digariskan itu dicapai ?

2.Rincian masing-masing komponen sistem instruksional

Komponen pokok sistem instruksional ialah tujuan,penagalaman


belajar,pengorganisasian pengalaman belajar dan evaluasi.Dilihat dari dari tingkatan dan
lingkupnya ada bermacam-macam tujuan.Biasanya tujuan yang linkupnya yang paling luas
rumusannya sangat umum sedangkan yang linkupnya lebih sempit rumusannya lebih
khusus.jadi tujuan selalu merentang dari umum ke yang khusus.

Dalam sisitem pendidikan di Indonesia urutan tujuan tersebut ialah:

1. Tujuan Nendidikan Nasional


2. Tujuan Institusional
3. Tujuan Kurikuler
4. Tujuan Instruksional Umum
5. Tujuan Instruksional Khusus

Masing-masing tujuan mempunyai karakteristik tersendiri yang secara sederhana dapat


dikemukakan sebagai berikut:

1. Tujuan Pendidikan Nasional


a) Dirumuskan dokumen resmi negara dalam hal ini GBHN dan UU Pendidikan
Nasional
b) Bersifat filosofis dan politis
c) Belaku nasional dalam menckup sisitem pendidikan secara keseluruhan .
d) Rumusan bersifat umum
2. Tujuan Institusional atau Kelembagaan Pendidikan
a) Diruskan dalam UU Pndidikan Nasional dan Peratuaran Pemerintah termasuk
kebijaksanaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
b) Bersifat kelembagaan seperti TK,SD,SLTP,SLSTU,Kursus-kusus dan
sebagainya
c) Berlaku nasional untuk masing-masing jenjang pendidikan
d) Rumusan sudah mengkhususkan pada sasaran pendidikan lembaga masing-
masing
3. Tujuan kurikuler
a) Dirumskan dalam buku kurikulum untuk mata pelajaran masing-masing
b) Terbatas untuk mata pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu miasalnya
IPS,SD,MATEMATIKA SMP,IPA,SMA.
c) Berlaku nasional terbatas pada jenjang pendidikan dan mata pelajaran tertentu
d) Rumusan tertuju pada hasil belajar mata pelajaran pada jenjang pendidikan
tertentu
4. Tujuan Instruksional Umum
a) Dirumuskan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) mata pelajaran pada
jenjang pendidikan tertentu
b) Mencerminkan prilaku umum hasil belajar pokok bahasan mata pelajaran
tertentu pada jenjang pendidikan tertentu
c) Berlaku individual-klasikal menurut kajian pengembang kurikulum
d) Rumusan berisi perilaku umum terminal/dapat pertunjukan
5. Tujuan Instruksional Khusus
a) Dirumuskan oleh guru dan dituangkan dalam satu pengajaran
b) Mencerminkan perilaku spesifik yang segera dapat dipertunjukan pada akhir
proses belajar
c) Bersifat individual atas dasarpertimbangan guru
d) Rumusan perilaku dapat diukur (measurable)dan hasil dapat dipertunjukan
atau diamati(observable)

Dalam merumuskan tujuan tersebut,khususnya tujuan instruksional ada dua


pandangan yang dapat dijadikan pegangan.pertama,bahwa suatu tujuan harus
dirumuskan secara perilaku atau behavior dan karena itu tujuan tujuan tersebut
disebut behavior objektif.kedua,bahwa tujuan tidak harus dirumuskan dan diukar
secara parsial tetapi dalam suatu dalam suatu kesatuan,tujuan ini disebut tujuan
expressive objektif.Di Indonesia,yang paling dipakai adalah yang pertama
behavioral objectives.

Menurut Bloom dkk(1952) ada 3 kategori tujuan yakni ranah


kognitif/penalaran atau cognitive domain,ranah afektif/nilai dan sikap atau
‘’affective domain’’dan ranah psikomotor atau psychomotor domain.

Ranah kognitif meliputi enam du yang dimlai dari yang sederhana sampai yang
komlpek seperti dibawah ini:

a. Pengetahuan atau ‘’knowledge’’ atau ingatan


Pengetahuan diartikan sebagai kemampuna untuk mengingat bahan-bahan
yang pernah dipelajari terdahulu.Termasuk didalamnya kemapuan
mengingat kembali berbagaihal mulai dari fakta yang amat khusus sampai
kepada teori-teori yang amat rumit.Semua itu menurut kemampuan
menyalurkan informasi.Hasil belajar pada sub ini merupakan tahap yang
paling rendah dalam ranah kognitif
b. Pemahaman atau ‘’compehesion’’
Didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap pengertian dari suatu
.hal ini dapat dipertunjukan dalm bentuk menerjemahkan sesuatu.hasil
belajar pada sub ini meningkat satu tahap lebih tinggi dari sub
pengetahuan
c. Penerapan atau ‘’pengaplikasian’’
Diartiakn sebagai kemampuan untuk menggunakan bahan-bahan yang
telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.termasuk didalamnya
kemapuan menerapkan aturan,metode,konsep,prinsip,dan teori.
d. Penguraian atau ‘’analysis’’
Didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempersatukan bagian-bagian
yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan yang utuh.termasuk
didalamnya kemampuan mengidentifikasi bagian –bagian,menguraikan
hubungan antar bagian,dan mengenal prinsip-prinsip pengorganisasian
yang ada di dalamnya
e. Penyatuan atau ‘’synthesis’’
Didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempersatukan bagian-bagian
yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan yang utuh.termasuk
didalamnya kemampuan membuat suatu komunikasi yang khas seperti
tema,pidato,rencana kerja dll.
f. Penilaian atau ‘’evaluation’’
Diartikan sebagai kemampuan untuk mengkaji nilai atau harga diri dari
suatu pernyataan,cerita,novel,puisi,dan laporan penelitian untuk suatu
tujuan.

Ranah nilai dan sikap atau affective domain meliputi enam sub yaitu

a. Penerimaan atau ‘’receiving’’


Diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk menghadirkan dirinya pada
suatu atau rangsangan seperti kegiatan kelas,buku,dan musik.Jika dilihat
dari sudut poses mengajar ,hal ini berkenaan dengan
kegiatan,memperoleh,memelihara dan mengarahkan perhatian siswa.
b. Pemberian tanggapan atau ‘’responding’’
Menunjukan pada keturutsertaan keaktifan siswa .pada tahap ini seorang
bukan hanya menghadirkan dirinya pada fenomena akan tetapi ia
memberikan reaksi tertentu.
c. Penghargaan atau ‘’valuating’’
Menunjuk pada kepekaan tanggapan terhadap nilai yang diletakakan oleh
individu pada suatu objek atau fenomena prilaku.Sub ini meliputi proses
penerimaan suatu nilai.hasil belajar dari sub ini meliputi prilaku yang
stabil dan konsisten atau lurus untuk membuat suatu nilai benar-benar
terindentifikasi.
d. Pengorganisasian atau ‘’organization’’
Menunjuk pada prose memadukan atau mengintegrasikan berbagai nilai
atau atau values yang berbeda,memecahkan konflik antara nilai-nilai itu,
dan mulai membangun suatu nilai yang secara inter internal seringkali atau
konsisten.

Ranah psikomotorik atau psychomotor domain meliputi tujuh sub yaitu:

a. Persepsi atau ‘’perception’’


Menunjukan pada pemakaian alat-alat perasa untuk memebimbing
efektifitas bergerak.Sub ini dimulai dari stimulasi perasaan dalam bentuk
kewaspadaan akan rangsangan dengan mulai melalui penanda atau
indikator yang relevan sampai penerjemahan sebagai suatu upaya
menagkap petunjuk dalam bentuk perbuatan yang ditampilkan.
b. Kesiapan atau ‘’set ‘’
Menjuk pada kesediaan untuk menagmbil jenis aksi atau tindakan yang
mencakup kesediaan materil,kesiapan pisik,dan kemauan memberi reaksi
sebagai ahasil dari pemecahan makna yang terkandun dalam penanda yang
ditangkap.
c. Tanggapan terbimbing atau ‘’guide respons’’merupakan tahapan awaal
dari belajar keterampilan lebih komplek.Tahap ini meliputi proses
peniruan gerakan yang dipertunjukan kemudian mencoba-coba denagan
menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.
d. Mekanisme atau ‘’mechanism
Berkenaan dengan gerakan-gerakan penampilan yang melukiskan proses
dimana geryang telah dipelajari kemudian diterima atau diadopsi menjadi
kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh kepercayaan diri dan
dilakukan secara mahir.
e) Respon nyata yang komplek atau ‘’complex over respon’’
Menujuk pada penampilangerkan –gerakan secara mahirdan cermat dalam
bentuk gerakan yang rumit.Unsur kecepatan,kecermatan,dan penggunaan
energi secara minimum meruakan curi utama sub ini.
f) Penyesuain atau ‘’adaptation’’
Berkenaan dengan keterampilan yang telah dkembangkan secara lebih baik
sehingga seseorang tampak sudah dapat mengolah gerakan dan menyesusaikan
dengan tuntunan yang lebih problematis.
g) Penciptaan atau ‘’origination’’
Berkenaan dengan penciptaan sesuatu yang baru yang sesuai dengan situasi
dan masalah tertentu.pada tingkat ini hasil belajr ditandai dengan kreativitas.
3.Hubungan antar komponen dalam sistem instruksional

Hubungan antarkomponen dalam sistem instruksional tamk dalm model-model yang


dikembangkan oleh para pakar pendidikan gagne dan briggs (1974:212-213) mengemukakan
12 langkah dalm pengembangan sistem instruksional sebagai berikut:

1. Analisis dan identifikasi masalah


2. Penetapan tujuan umum dan khusus
3. Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
4. Merancang komponen dari sistem
5. Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b)sumber –yang tersedia (c)kendala-
kendala
6. Kegiatan untuk mengatasi kendala
7. Memilih tau mengembangkan materi pelajaran
8. Merancang prosedur penelitian murid
9. Uji coba lapangan :evaluasi formatif dan pendidikan guru
10. Penyesuaian,revisi dan evalausi lanjut
11. Evaluasi sumatif
12. Pelaksanaan operasional

Modul tersebut merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana
sutu proses pengajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir.kegiatan
seperti ini cocok dilakukan dilakukan untuk suatu program pendidikan yang baru.Di
indonesia keseluruhan prosedur tersebut mencakup mulai dari pengembangan
kurikukulm,GBPP dan satuan pelajaran.dalam prakteknya di sekolah para guru sudah
menerima kurikulum dan GBPPmenurut apa adanya yang dihasilkan pada tingkat
nassional,Yang harsu dikembangkan oleh para guru ialah satuan mata pelajran.Karena
itu model Gagne dan Briggs tidak dapt diterapkan.Selain iti Wong dan Raukerson
(1974) mengembangkkan model yang lebih sederhana dari model Gagne dan Briggs
seperti berikut:

1. Merumuskan tujuan
2. Menganalis tujuan tugas belajar
3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat
4. Memilih metode dan media
5. Mensisitensikan komponen-komponen pembelajaran
6. Melaksanakan rencana,mengevaluasi,dan memberi umpan balik

Sumber :

Harjanto,Perencanaan Pengajaran,PT RINEKA CIPTA,Jakarta,2011

Anda mungkin juga menyukai