Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOLOGI SEL

PERKEMBANGAN SEL DALAM KEMAJUAN IPTEK, EVOLUSI SEL


DAN PERBEDAAN SEL PROKARIOTIK DAN SEL EUKARIOTIK

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Biologi Sel

Dibimbing oleh

Siti Imroatul Maslikah S.Pd, M.Si

Rifka Fachrunnisa

Oleh:

Offering B 2019 / Kelompok 1:

Alivia Salsabila Agustin (180341617583)

Farah Fatimatuzzahro’ (180341617530)

Moh Faisal Anwar (180341617554)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Allah yang telah memberikan kesehatan kepada


penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah biologi sel. Shalawat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi kita Muhammad SAW
ang telah membawa kita menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti sekarang.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Siti Imroatul Maslikah S.Si, M.Si
yang telah sudi membimbing dalam menyelesaikan makalah serta ucapan terima
kasih kepada seluruh kerabat yang telah membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini.

Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
yang harus diperbaiki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
seluruh pembaca sehingga penulis dapat menghasilkan karya yang lebih baik
kedepannya

Malang, 28 Januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Sejarah Penemuan Sel ......................................................................................... 3
2.2 Perkembangan Sel dalam Kemajuan IPTEK ....................................................... 5
2.2.1 Mikroskop ..................................................................................................... 6
2.2.2 DNA .............................................................................................................. 7
2.3 Teori Evolusi Sel ................................................................................................. 8
2.3.1 Proses Pembentukan Sel dari Molekul ......................................................... 9
2.3.2 Perkembangan Prokariot menjadi Eukariot ................................................ 12
2.3.3 Perkembangan Organisme Uniseluler menjadi Multiseluler ...................... 13
2.4 Perbedaan antara sel prokariotik dan sel eukariotik .......................................... 16
BAB III ....................................................................................................................... 20
PENUTUP .................................................................................................................. 20
3.1 Simpulan ....................................................................................................... 20
3.2 Saran ............................................................................................................. 20
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................... 21

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel merupakan unit terkecil dari suatu bentuk kehidupan. Untuk


ukuran sekecil itu sel tergolong sangat luar biasa. Sel seperti sebuah pabrik
yang senantiasa bekerja agar proses kehidupan terus berlangsung. Sel
mempunyai bagian untuk menunjang fungsi tersebut. Ada bagian sel yang
berfungsi untuk mcnghasilkan energi, ada yang bertunggung jawab
terhadap perbanyakan sel dan ada bagian yang menyeleksi lalu lintas zat
masuk dan keluar sel.
Biologi sel adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang sel.
Sedangkan sel sendiri adalah kesatuan struktural dan fungsional makhluk
hidup. Dengan adanya kesatuan struktural dan fungsional sel ini, beberapa
ahli biologi banyak memberikan teori yang berhubungan dengan sel yang
didalamnya memberikan pengamatan dan penelitian.
Sel memiliki berbagai kesamaan tetapi tidak semua sel sama dan
serupa, bahkan sel yang terdapat pada organisme yang sama menunjukkan
perbedaan dalam hal bentuk, ukuran dan struktur penyusunnya. Perbedaan
struktur sel berkaitan erat dengan fungsinya. Sel secara individu dapat
melakukan berbagai aktivitas seperti tumbuh, perkembangbiakan,
merespon stimulus dan melakukan suatu reaksi kimia secara langsung
(Lodish, dkk. 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah penemuan sel?
2. Bagaimana perkembangan sel dalam kemajuan IPTEK?
3. Bagaimana dan apa saja teori tentang evolusi sel?
4. Bagaimana perbedaan antara sel prokariotik dan sel eukariotik?
2

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah penemuan sel.
2. Untuk mengetahui perkembangan sel dalam kemajuan IPTEK.
3. Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja teori tentang evolusi sel.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara sel prokariotik dan sel eukariotik.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penemuan Sel

Biologi sel sering dikenal dengan sitologi yang merupakan cabang


ilmubiologi yang memusatkan pehatiannya kepada gejala kehidupan pada tingkat
sel. Pembelajaran sel sangat membantu dalam memahami masalah kehidupan
pada umumnya. Kemajuan dalam bidang pengetahuan biologi sel sejalan dengan
kemajuan di bidang ilmu fisika dan kimia. Dengan menggunakan mikroskop
elektron struktursel dapat dipelajari sampai ukuran milimikron. Sedangkan
kemajuan dalam bidang kimia dapat digunakan untuk membantu menganalisis
struktur molekul sel. Sejak dahulu ahli filsafat kuno terutama Aritoteles pada
zaman kuno dan Paracelsus pada zaman pembaharuan telah mengemukakan
bahwa “hewan dan tumbuhan walaupun nampaknya sangat rumit terdiri atas
beberapa unsure yang selalu terulang pada tiap tubuh makhluk hidup”. Pendapat
mengenai sel ini kemudian berkembang dengan ditemukannya mikroskop yang
mendukung perkembangan penelitian tentang sel (Suryani, 2004).

Penemuan mikroskop diawali oleh Ecluid (590 SM) yang mengemukakan


adanya sifat-sifat reflektif pada permukaan cembung. Seneca (65) yang
mengemukakan bahwa bola gelas yang diisi air dapat membantu melihat benda
yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Penemuan Ecluid dibuktikan oleh
Ptolomeus (127-151), yang melakukan percobaan memperbesar pandangan benda
berpermukaan cembung. Pada tahun 1485 Da Vinci menekankan pentingnya
pengguanaan lensa untuk mengamati benda-benda yang kecil. Desain mikroskop
dimulai oleh Jans dan Z. Jansen (1590) dengan memadukan dua lensa konveks
pada suatu tabung sebagai alat pembesar. Pengalaman ini digunakan Anton Van
Loewenhook (1676) berhasil menyusun model mikroskop dengan focus pendek
dan akhirnya ia dapat menemukan berbagai kehidupan suatu sel antara lain
protozoa, bakterizoa, rotifer dan spermatozoa. Mikroskop ini kemudian terus
berkembang, misalnya mikroskop fase kontras dikembangkan Zornike (1955),
4

mikroskop electron oleh Knoll dan Rusks (1932), Marton, Prebus dan Millier
(1934).
Pada tahun 1665, Robert Hooke menciptakan mikroskop. Spesimen yang
diamatinya di bawah mikroskop ialah gabus. Beliau kagum melihat ‘gabus’ yang
ternyata bukanlah satu ‘benda’ saja, sebaliknya terdiri daripada puluhan ‘kotak-
kotak’ kecil yang mengingatkannya kepada bilik tidur yang sempit di biara, atau
‘cells’ dalam Bahasa Inggris. Dari itu, tercetuslah sebutan ‘sel’ untuk unit paling
kecil dari suatu organisme. Kemudian beliau mengamati tumbuhan hidup pula,
beliau mendapati sel-sel tumbuhan ‘berisi cairan’; tetapi tidak ada penjelasan
lanjut mengenai hal ini. Pada era yang sama, Van Leuwenhoek menggunakan
sampel air untuk pengamatannya di bawah mikroskop. Beliau menyatakan bahwa
tedapat sesuatu yang hidup dan bergerak (“animalcules”) di mana setengah
organisme ini adalah sel tunggal ataupun unisel. Sel-sel ini bukanlah statik, malah
menjalani aktivitas hidupan dengan sempurna. Untuk pertama kalinya manusia
menyadari tentang wujud makhluk hidup yang sebelumnya tidak pernah dilihat
oleh mata kasar.

Usaha untuk mempelajari satuan struktur fungsi kehidupan telah dimulai


sejak zaman sejarah kuno, meskipun keterangan yang diberikan
masihberdasarkan pandangan belum didasarkan pada hasil eksperimen. Dikemuka
kan oleh Aristotlesdan Parhcelcus bahwa semua hewan dan tumbuhan disusun
oleh beberapa elemen yang berulang. Saat itu belum dikenal bahwa elemen
tersebut mempunyai kesamaan sifat dasar yang sekarang dikenal sebagai sel
(Suryani, 2004).

Adanya rasa keingintahuan yang besar mendorong para ahli untuk


mengembangkan ide penggunaan lensa cembung untuk pengamatan obyek
biologiyang tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Ide ini telah dimulai sejak
600 tahun sebelum masehi yang dilakukan oleh Euclid yang mempelajari sifat
refleksi dari benda dengan permukaan yang cembung (Suryani,2004).

Kemudian penelitian terus dikembangkan hingga adanya penemuan


susunan sel yang dilakukan oleh Robert Hooks (1665) yang menggunakan lensa
pembesar sebagai alat bantu untuk mengamati jaringan gabus. Menurut
5

pengamatannya gabus tersusun oleh lubang-lubang kecil seperti sarang lebah yang
disebut sel yang masing-masing dipisahkan oleh “diafragma”. Nama sel diambil
dari bahasa Yunani “Kytos” yang berarti ruang kosong, sedang bahasa latin dari
ruang kosong juga “cella”(Subowo,1995:11).
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Grew dan Malpighi
terhadaptanaman lain dan mereka menemukan struktur yang juga terdiri dari
ruangan-ruangankecil di tengah-tengah masa homogen dan oleh mereka
dinamakan “utricles” (Subowo,1995:11).
Demi perkembangan ilmu biologi sel, pada tahun 1674
Leeuwenhockmenyusun mikroskop berdasarkan pengalaman Jans dan Ischarias
Jenssen (1590)yang telah menyusun dua lensa cembung dalam satu tabung.
Kemudian perkembangan mikroskop sampai pada mikroskop elektron yang
dirancang oleh Knolldan Ruska dari Jerman pada tahun 1932, Marton dari Belgia
pada tahun 1934, dan Prebus Millier dari Kanada pada tahun 1934 (Suryani,
2004:2).

Dengan adanya mikroskop yang telah canggih maka dapat


ditemukankehidupan organisme satu sel antara lain protozoa, bakteria, rotifera,
dan lain-lain. Mikroskop juga telah banyak dimodifikasi untuk keperluan ilmu
pengetahuanse hingga sekarang telah dikenal mikroskop binokular, fase kontras,
ultraviolet, fluoresen dan lain-lain yang tidak hanya digunakan untuk penelitian
tingkat sel tetapi juga untuk meneliti komponen dalam sel (Suryani, 2004:2).

2.2 Perkembangan Sel dalam Kemajuan IPTEK


Pada tahun 1665, Robert Hooke mengamati sayatan gabus dari batang
Quercus suber menggunakan mikroskop. Ia menemukan adanya ruang kosong
yang dibatasi dinding tebal dalam pengamatannya. Robert Hooke menyebut
penemuan ruang kosong tersebut dengan istilah cellulae artinya sel. Sel penemuan
Robert Hooke merupakan sel-sel gabus yang telah mati. Sejak penemuan awal
sejarah sel itu, beberapa ilmuwan berlomba untuk mengetahui lebih banyak
tentang sel (Campbell, dkk., 2002).

Bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK),


seperti pada halnya contoh sebelumnya, sel yang mulanya hanya diketahui adanya
6

inti sel, dengan adanya perkembangan IPTEK, dapat diungkapkan bahwa didalam
inti sel tersebut terdapat suatu organel penting lainnnya yaitu DNA. DNA atau
Deoxyribo Nucleic Acid merupakan asam nukleat yang menyimpan semua
informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna
kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia.

Seiring perkembangannya, saat ini tidak lagi terbatas untuk keperluan


dibidang biologi semata, akan tetapi telah dimanfaatkan oleh keilmuan lain seperti
perindustrian, farmasi, ilmu forensik dan bidang keilmuan lainnya. Suatu
kemajuan ilmiah yang sangat penting terjadi pada tahun 1869, ketika Friederich
Miescher, seorang ahli kimia berkebangsaan Swiss dapat mengisolir molekul
DNA dari sel spermatoza dan dari nucleus sel-sel darah merah burung. Ia
mengemukakan bahwa nucleus sel tidak terdiri dari karbohidrat, protein ataupun
lemak, melainkan juga terdiri dari zat yang mempunyai kandungan fosfor yang
sangat tinggi. Ditemukannya statement diatas juga disebabkan oleh adanya
kemajuan IPTEK, yaitu kemajuannya alat-alat yang digunakan dalam bidang
penelitian, contohnya saja seperti mikroskop.

2.2.1 Mikroskop

Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan mikroskop adalah Antonie


Van Leeuwenhoek (1632-1723). Tahun 1675 Antonie membuat mikroskop
dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak lensa
sehingga ia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang
menggenang dan air jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan pengorekan
gigi.Untuk mencapai kepuasan ilmiah, berbagai modifikasi mikroskop telah
banyak dibuat orang sehingga sekarang dikenal berbagai mikriskop misalnya,
mikroskop binokular, fase kontras, UV, flouresen dan lain-lain. Dengan
mikroskop dapat menemukan berbagai kehidupan satu sel antara lain:infusoria
(protozoa), bakterian, rotifera dan lain-lain.
7

Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke pada tahun 1665 yang
mengamati jaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan fungsional
makhluk hidup. Semua fungsi di atur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah
sel dapat berfungsi secara autimon asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Sel merupakan struktural terkecil dari suatu organisme hidup, karena
ukurannya sangat kecil maka sel tidak bisa dilihat langsung dengan mata telanjang
akan tetapi bisa di lihat dengan bantuan mikroskop (A1 Mubin, 2012).

2.2.2 DNA

Pada tahun 1665, Robert Hooke mengamati sayatan gabus


dari batang Quercus suber menggunakan mikroskop. Ia
menemukan adanya ruang-ruang kosong yang dibatasi dinding
tebal dalam pengamatannya. Robert Hooke menyebut penemuan
ruang-ruang kosong tersebut dengan istilah cellulae artinya sel. Sel
penemuan Robert Hooke merupakan sel-sel gabus yang telah mati.
Perhatikan gambar sel dan mikroskop yang digunakan dalam
meneliti sel disamping. Sejak penemuan awal sejarah sel itu,
beberapa ilmuwan berlomba untuk mengetahui lebih banyak
tentang sel (Campbell, dkk. 2002).

Bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK),


seperti pada halnya contoh sebelumnya, sel yang mulanya hanya diketahui adanya
inti sel, dengan adanya perkembangan IPTEK, dapat diungkapkan bahwa didalam
inti sel tersebut terdapat suatu organel penting lainnnya yaitu DNA. DNA atau
Deoxyribo Nucleic Acid merupakan asam nukleat yang menyimpan semua
informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna
kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia.

Seiring perkembangannya, saat ini tidak lagi terbatas untuk keperluan


dibidang biologi semata, akan tetapi telah dimanfaatkan oleh keilmuan lain seperti
perindustrian, farmasi, ilmu forensik dan bidang keilmuan lainnya. Suatu
kemajuan ilmiah yang sangat penting terjadi pada tahun 1869, ketika Friederich
8

Miescher, seorang ahli kimia berkebangsaan Swiss dapat mengisolir molekul


DNA dari sel spermatoza dan dari nucleus sel-sel darah merah burung. Ia
mengemukakan bahwa nucleus sel tidak terdiri dari karbohidrat, protein ataupun
lemak, melainkan juga terdiri dari zat yang mempunyai kandungan fosfor yang
sangat tinggi. Ditemukannya statement diatas juga disebabkan oleh adanya
kemajuan IPTEK, yaitu kemajuannya alat-alat yang digunakan dalam bidang
penelitian, contohnya saja seperti mikroskop.

2.3 Teori Evolusi Sel

Semua makhluk hidup tersusun atas sel. Bentuk makhluk hidup paling
sederhana adalah sel-sel soliter yang memperbanyak diri dengan pembelahan
biner. Organisme yang lebih tinggi seperti manusia, tampak seperti kota sel yang
setiap kelompok kecil mempunyai fungsi dan spesialisasi masing-masing dan
dihubungkan dengan sistem komunikasi yang rumit. Sel menempati setengah
skala kompleksitas makhluk biologis. Tujuan mempelajari sel yaitu untuk belajar
bagaimana membuat sesuatu dari molekul-molekul dan bagaimana mereka
bekerja membentuk organisme yang kompleks seperti manusia.

Terdapat dua proses penting dalam evolusi sel yaitu; (I) peristiwa variasi
acak dalam informasi genetik terjadi pada individu dan keturunannya, dan (2)
seleksi dari berbagai informasi genetik yang membantu pemiliknya untuk
bertahan hidup dan berkembangbiak. Evolusi adalah sebuah prinsip dasar dalam
biologi, evolusi membantu kita untuk mengerti beberapa hal yang
membingungkan di dunia.

Dalam mempelajari evolusi sel, hal yang harus dipahami adalah pengertian
sel. Sel merupakan unit yang menyusun bagian terkecil kemudian membangun
yang lebih kompleks untuk struktur yang lebih besar. Dimulai dengan asal mula
sel di bumi. Kami mcnganggap bagaimana sifat-sifat tipe molekul yang
memberikan informasi hereditas yang dapat mengirimkan dan menyampaikan
sehingga terjadi evolusi. Di dalam membran, molekul menyediakan bahan yang
esensial untuk replikasi sel sendiri. Mengikuti hal ini dapat dideskripsikan transisi
penting yang terjadi dalam evolusi ini. Dari sel kecil seperti bakteri sampai sel
9

yang lebih besar dan kompleks seperti yang ditemukan pada tumbuhan dan hewan
akhirnya dapat disimpulkan bahwa satu sel mungkin berkembang menjadi
organisme multiseluler kemudian menjadi terspesialisasi dan bekerja sama dalam
suatu formasi organ yang rumit seperti otak.

Kejadian masa lalu meninggalkan banyak tanda untuk dapat kita analisis.
Nenek moyang tumbuhan, hewan dan bakteri terawetkan sebagai fosil. Meskipun
hal yang lebih penting adalah bahwa setiap organisme modern memberikan
karakter yang jelas pada organisme hidup sebelumnya. Saat ini yang penting
adalah dalam biomolekul adalah banyaknya sumber informasi tentang evolusi.
Membuka pemikiran dasar antara perbedaan organisme yang hidup dan
memberikan perencanaan diantara mereka dalam skala objektif yang universal.
Evolusi sel pertama di bumi dimulai dari penggabungan beberapa molekul. Sel
tersebut kemudian berkembang menjadi organisme eukariotik, selanjutnya dari
organisme bersel tunggal (uniseluler) akan berkembang menjadi organisme bersel
banyak (multiseluler).

2.3.1 Proses Pembentukan Sel dari Molekul


Membahas evolusi sel berarti membayangkan atau merekonstruksi
mengenai keadaan bumi pada miliaran tahun yang lampau. Walaupun kondisi
bumi pada awal terbentuknya hingga kini masih menjadi bahan perdebatan, akan
tetapi para ilmuwan setuju bahwa bumi pada masa itu merupakan suatu tempat
yang ganas dengan letusan vulkanik, kilat dan hujan badai. Oksigen bebas hanya
sedikit dan tidak ada lapisan ozon yang menyerap radiasi ultraviolet dari matahari.

Alexander Ivanovich Oparin mengajukan hipotesis bahwa pada atmosfer


purba bumi waktu itu terdapat senyawa air, hidrogen, amonia dan metana
kemudian dengan bantuan energi yang ada pada saat itu yakni energi panas bumi.
sinar matahari, sinar ultra violet, sinar kosmis, maupun loncatan petir.
menyebabkan bahan-bahan tersebut terurai dan terbentuklah molekul-molckul
organik. Molekul organik yang terbentuk, terkumpul pada permukaan perairan
baik laut, danau, sungai, maupun kolam. Kumpulan bahan organik yang terdapat
di perairan tersebut dinamakan sub purba atau sub primordial.
10

Selain itu, Miller melakukan percobaan yang membuktikan bahwa apabila


gas C02, CH4, NH3 dan H2 dicampur kemudian dipanaskan dan diberi energi
melalui lecutan listrik (electrical discharge) atau radiasi ultraviolet, gas-gas
tersebut akan bereaksi membentuk molekul-molekul organik kecil. Meskipun
macam molekul yang terbentuk tidak beragam tetapi masing-masing molekul
terbentuk dalam jumlah besar. Bila molekul-molekul tersebut berada di air akan
mengalami reaksi-reasi lebih lanjut membentuk beberapa macam molekul.
Diantaranya adalah empat kelompok besar molekul-molekul organik kecil yang
dijumpai dalam sel (Alberts. 1989). Berdasarkan eksperimen di laboratorium
terbukti bahwa pada kondisi seperti itu telah terbentuk molekul-molekul organik
sederhana yaitu molekul-molekul yang mengandung karbon. Molekul organik
penyusun sel tersusun atas senyawa karbon dengan berat molekul antara 100-1000
dan tersusun atas 30 atau lebih atom karbon.

Pada awalnya senyawa yang kompleks berawal dari sel yang sederhana
yang tersusun dari beberapa molekul. Molekul organik sederhana seperti asam
amino dan nukleotida dapat berasosiasi membentuk polimer. Asam amino saling
berikatan dengan ikatan peptida sehingga membentuk polipeptida (protein) dan 2
nukelolida dapat berikatan dengan ikatan fosfodiester membentuk polinukleotida
dapat berupa RNA dan DNA.

Dari sini kemudian melewati bagian yang sempit dan bertemu dengan
pilihan substansi. Molekul RNA yang tidak mampu mengikat substansi kemudian
disingkirkan. Setelah itu akan beregenerasi pada rantai nukleotida. Setelah seleksi
dan reproduksi selesai. RNA mempunyai banyak kopian yang jumlah ikatannya
relatif kecil dan tidak mampu mengikat substansi. Molekul RNA memiliki dua
karakteristik khusus. RNA membawa informasi dan RNA yang memiliki struktur
lipalan spesifik RNA. Dengan demikian menunjukkan terjadinya evolusi.

Folimer terdahulu terbentuk melalui berbagai cara misalnya melalui


pemanasan senyawa organik atau melalui aktivitas katalis senyawa anorganik
polifosfat konsentrasi tinggi. Ketika satu polimer telah terbentuk maka polimer
tcrsebut akan mampu berperan sebagai katalis reaksi kimia lainnya. Pada masa
awal mula kehidupan. Kemampuan katalis sangat diperlukan untuk menghasilkan
11

lebih banyak molekul. Sistem autokatalis akan mendorong perkembangan


bertahap dari sistem kimia monomer organik dan polimer yang semakin kompleks
untuk menghasilkan lebih banyak molekul dengan jenis yang sama, didorong oleh
pasokan bahan baku sederhana di lingkungan. Akibat adanya sistem tersebut maka
akan memunculkan “seleksi alam” dan kompetisi bagi masing-masing sistem
molekul karena adanya kebutuhan bahan baku yang sama (Alberts, 2003).

Polipeptida merupakan salah satu molekul yang mampu berperan sebagai


katalis. meskipun demikian belum diketahui reproduksi polipeptida secara
langsung. Hal ini berkebalikan dengan sifat polinukleotida yang memiliki
kemampuan terbatas sebagai katalis. namun sudah diketahui mekanisme
reproduksinya secara langsung. Mekanisme reproduksi polinukleotida dilakukan
dengan menyediakan template/cetakan basa nitrogen bagi komplementernya.
Melalui mekanisme tersebut, informasi genetik yang terkandung dalam setiap sel
dikodekan dalam urutan nukleotida, dan informasi ini diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Meskipun demikian, mekanisme “templating"
masih membutuhkan katalis agar lebih cepat dan efisien. Pada masa sekarang
molekul yang dijadikan katalis adalah enzim. akan tetapi pada masa awal mula
kehidupan enzim belum ditemukan dalam sup prebiotik, sehingga peran ini
diambil alih oleh molekul RNA tertentu. Pada pembentukan RNA, mekanisme
katalis dilakukan oleh dirinya sendiri, salah satu molekul dengan sekuen tertentu
akan berperan sebagai katalis dan membantu replikasi molekul lain pada dirinya
(Alberts, 2003).

Polinukleotida memiliki bentuk tiga dimensi yang mana berpengaruh pada


stabilitasnya, kelakuan pada molekul lain dan kemampuan untuk replikasi, jadi
tidak semua nukleotida dapat berhasil pada proses replikasi. Terlebih lagi,
kesalahan tidak dapat terhindarkan dan terjadi pada beberapa proses penyalinan
dan gagal menyalin dari yang asli. Dengan replikasi ulang, maka rantai baru dari
nukleotida akan terus berlanjut memperbanyak diri. Setelah beberapa siklus
seleksi dan reproduksi seperti itu. RNA akan terdiri dari beberapa salinan sekuen
yang relatif kecil yang masing-masing mengikat zat uji secant spesifik (Alberts,
2003).
12

Perkembangan mekanisme autokalalitik dimulai dari molekul RNA yang


dapat mengkatalisis replikasi mereka sendiri. Pada perkembangan lebih lanjut
RNA mampu melakukan sintesis polipeplida. Akhirnya karena akumulasi protein
katalis memungkinkan evolusi sel yang lebih efisien dan kompleks. kemudian
terbentuk struktur heliks ganda (DNA) menggantikan RNA sebagai molekul yang
lebih stabil untuk menyimpan informasi genetik yang dibutuhkan oleh sel
tersebut. Awal mula proses evolusi organisme terjadi ketika sistem autoreplikasi
RNA bercampur dengan senyawa organik lain dalam sub primordial. Protein dan
lipid diperkirakan terkumpul di sekeliling RNA dan DNA primitif, sehingga
membentuk suatu kantung yang membentuk struktur membran sel primitif
(Alberts, 2003).

2.3.2 Perkembangan Prokariot menjadi Eukariot

Pada dasamya sel dibedakan menjadi sel prokariotik dan eukariotik. Sel
prokariotik memiliki struktur yang lebih sederhana, indikator yang jelas bahwa
tidak adanya membran inti seperti pada eukariotik. Perbedaan kedua antara
prokariotik dan eukariotik adalah jumlah DNA pada eukariotik yang lebih banyak.
Sel eukariotik memiliki protein filamen sitoskeleton yang membantu mengatur
sitoplasma dan membantu pergerakan (Alberts, 2003).

Kejadian yang paling menonjol dalam sejarah evolusi organisme adalah


transisi dari prokariot (sel tanpa inti) menjadi eukariot (sel dengan inti). Tahun
1920-an, Ivan Wallin telah menduga bahwa sel eukariot berasal dari koloni
bakteri. Baru kemudian tahun 1981 Margulis mengajukan Teori Endosimbiosis
Serial (TES) yaitu evolusi sel eukariot melibatkan simbiosis dari beberapa sel
nenek moyang yang saling bebas dalam urutan yang spesifik. Para nenek moyang
ini terdiri atas sel inang (arkea metanogen serupa Thermoplasma), nenek moyang
mitokondria (serupa Daptobacter dan Bdellovibrio), nenek moyang kloroplas
(serupa Cyanobacter) dan nenek moyang struktur pergerakan selular (serupa
Spirochete). Para nenek moyang simbion masuk ke sel inang sebagai makanan
yang tidak dicerna atau sebagai parasit internal yang kemudian antar mereka
sating bekerjasama yang disebut endosimbiosis.
13

Sesuai dengan teori endosimbiotik ada organisme prokariot yang relatif


besar yang menelan organisme prokariot yang berukuran lebih kecil (Marin.
2017). Namun karena tidak dapat dicerna oleh sitoplasma prokariot yang lebih
besar, sel prokariot yang lebih kecil tersebut tinggal menetap dan membentuk
endosimbion di dalam tubuh sel inangnya. Saat sel inang bereproduksi,
endosimbion juga bereproduksi. Setelah beberapa generasi endosimbion
kehilangan sifat-sifat yang tidak dibutuhkannya lagi dan berevolusi menjadi
organel milokondria yang kita kenal sekarang ini. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa asal usul eukariota adalah hasil proses integrasi alami dalam
biota prokariotik (Markov, 2005).

Pendapat lain juga menyebutkan bahwa evolusi eukariotik dipengaruhi


oleh integrasi dan redistribusi hiperstruktur koloni prokariotik. Pcmbagian gen
dan hyperstruktur lainnya dimediasi sebagian oleh virus dan bakteriofag yang
terinfeksi dan menjadi sinergis dengan koloni. Mutualisme berevolusi menjadi
simbiosis seiring semakin banyak integrasi teijadi dan interaksi menjadi semakin
efisien. Akhimya menyebabkan munculnya sel-sel meta yang tidak hanya
membentuk proto-kloroplas dan proto-mitokondria. namun juga merupakan
kombinasi unsur prokariotik yang jauh lebih beragam (Norris, 2009).

Mitokondria dan kloroplas yang ditemukan dalam sel-sel eukariot modern


ternyata mempunyai genom tersendiri yang berbentuk sirkular sebagaimana
halnya pada prokariot dan juga mempunyai mesin sintesis protein yang terpisah
dari inti. Yang sulit dibuktikan sampai sekarang adalah asal-usul struktur
pergerakan eukariot atau undulipodia. Ultrastruktur undulipodia jauh lebih besar
dan kompleks dibanding prokariot membuktikan berasal dari simbiosis (hipotesis
eksogen) atau undulipodia berkembang secara internal sebagai perpanjangan dari
tubulus mikro yang dikenal sebagai filiasi langsung dan kejadian mutasi
(Farajallah, 2011).

2.3.3 Perkembangan Organisme Uniseluler menjadi Multiseluler

Organisme sel tunggal seperti bakteri dan protozoa telah berhasil


beradaptasi untuk sebuah jenis dari lingkungan berbeda apabila mereku terdiri
14

dari lebih setengah total biomasa bumi. Organisme uniseluler menyerap nutrisi
sederhana dalam jumlah sediikit dan memiliki kemampuan reproduksi yang cukup
tinggi. Proses evolusi menunjukkan babwa kemunculan organisme muliseluler
berawal dari perkembangan uniseluler. Pada individu uniseluler sel yang sama
harus berkontribusi pada dua atau lebih komponen yang berbeda pada waktu yang
terpisah. Sedangkan pada kelompok multiselular sel dapat mengkhususkan diri
selama pada satu komponen yang mengarah ke diferensiasi dan spesialisasi fungsi
reproduksi sehingga meningkatkan kelangsungan hidup (Michod, 2005).

Organisme uniseluler memiliki kecenderungan untuk mengelompok satu


sama lain membentuk sebuah koloni. Pembentukan koloni betujuan untuk
memudahkan mendapatkan nutrisi dan pertahanan. Enzim pencemaan
disekresikan oleh sel individu dikumpulkan dalam koloni, sehingga meningkatkan
efisiensi untuk mendapatkan nutrisi. Ketika persediaan makanan habis uniseluler
akan bergabung satu sama lain dengan erat dan membentuk tubuh buah, kemudian
berdiferensiasi menjadi spora yang dapat bertahan bahkan dalam kondisi yang
buruk apabila kondisi sudah lebih menguntungkan spora dalam tubuh buah dapat
berkecambah untuk menghasilkan kawanan baru (Alberts. 2003).

Pada tahap selanjutnya koloni uniseluler akan berkembang setiap sel akan
terspesialisasi dan saling bekerja sama satu dengan yang lain menjadi satu
kesatuan fungsi. Spesialisasi dan kerjasama menunjang sel untuk bergabung
membentuk organisme tunggal terkoordinasi. Pola spesialisasi dan koordinasi ini
juga teijadi pada golongan prokariotik misalnya banyak jenis Cyanobacteria tetap
bersama setelah pembelahan sel. membentuk rantai filamen yang panjangnya bisa
kira-kira satu meter dan tiap sel memiliki peranan tertentu. Apabila dibandingkan
organisasi pembagian kerja pada eukariot masih lebih baik daripada prokariotik.

Selain itu, Pembentukan susunan multiseluler dapat dilakukan dengan


mengikatkan satu bagian sel ke bagian sel yang lain menggunakan berbagai cara,
misalnya pada Volvox, sel-sel saling berikatan dengan dihubungkan oleh
jembatan sitoplasma. Pada organisme multiseluler sel-sel diikatkan dengan
plasmodesmata dan dinding sol (pada lumbuhan), sedangkan pada hewan
menggunakan matriks ekstraseluler. Karakter organisme multiseluler adalah
15

adanya komunikasi antar sel. Susunan sel-sel yang terspesiliasi memiliki perannya
masing-masing dan tentunya perlu koordinasi agar mencapai fungsi tertentu
(Alberts, 2003).

Sel akan mengalami pcmbelahan dan hasil pcmbelahannya akan terus


berproliferasi dan masing-masing sel mengalami perkembangan struktur yang
berbeda kondisi kimiawi yang berbeda dan fungsi yang berbeda serta menanggapi
respon dari stimulus yang berbeda. Perkembangan dialami secara bertahap seiring
bertambahnya usia sehingga sel akan matang pada spesifikasi tertentu dan
semakin kompleks menunjang fungsinya (Alberts, 2003).

Untuk membentuk organisme multiseluler sel harus berbatasan bersama


dan eukariotic telah dikembangkan cara lain untuk mecukupi kebutuhannya. Sel
pada kebanyakan dari hewan tidak memiliki dinding rigid dan jembatan
sitoplasma khusus ganti sel dibatasi bersama oleh suatu relative loose meshwork
dari molekul organic ekstra seluler (disebut matrik ekstra seluler) dan oleh adisi
antara membran plasma. Lebih sering dari sisi ke sisi hubungan antar sel
menahannya secara bersama-sama membentuk helaian multiseluler atau
epithelium.

Hewan-hewan tingkat tinggi berkembang dari nenek moyang yang lebih


sederhana menyempai coelenterata dan hewan-hewan tingkat tinggi ini
memperlihatkan kerumitan mereka kepada eksploitasi yang lebih maju dari
prinsip dasar yang sama dari kerjasama sel yang mendasari susunan tubuh Hydra.
Lembaran epitel membatasi semua permukaan ekstemal dan internal di dalam
tubuh menciptakan bagian tersembunyi dan mengontrol lingkungan internal yang
memiliki fungsi khusus dan dibentuk dari sel-sel terdifferensiasi. Sel-sel khusus
berinteraksi dan bcrkomunikasi dengan sel lain membentuk signal untuk
memerintahkan karakter setiap sel menumt tempatnya di dulam struktur tubuh
keseluruhan. Sel-sel dari sebagian besar organisme multiseluler dihasilkan oleh
pembelahan berulang-ulang dari sel prekursor tunggal yang merupakan sebuah
clone Karena perkembangbiakan berlanjut dan clone tumbuh beberapa sel seperti
yang kita tahu menjadi berdifferensiasi dari yang lain mengambil struktur yang
berbeda kimia yang berbeda dan fungsi yang berbeda biasanya reaksi terhadap
16

isyarat dari tetangga mereka. Jadi karena tubuh tumbuh dan mengalami
pendewasaan detail yang semakin maju dari struktur tubuh dewasa mcnjadi
spesifik membentuk suatu organisme yang berangsur-angsur semakin rumit yang
memiliki bentuk pokok sebagai ekspresi dari sejarah perkembangan yang panjang.

2.4 Perbedaan antara sel prokariotik dan sel eukariotik

Kehidupan kita dimulai dari yang terkecil. Begitu juga makhluk hidup.
setiap makhluk hidup terdiri dari susunan yang memiliki ukuran yang terkecil,
yang kemudian akan membentuk suatu koloni atau kumpulan yang saling
berkaitan dan bekerja sama. Sehingga suatu organisme atau mahluk hidup yang
kompleks memiliki suatu organisasi kehidupan.

Bagian terkecil dari mahluk hidup berupa sel. Sel merupakan unit terkecil
yang menyusun tubuh mahluk hidup dan merupakan tempat terselenggaranya
fungsi kehidupan. Atau dengan kata lain sel merupakan unit struktural dan
fungsional terkecil dari mahluk hidup. Setiap sel tersusun dari berbagai bagian,
yaitu inti sel (nukleus), sitoplasma dan organel sel. Sel sebagai unit fungsional
bermakna bahwa sel-sel penyusun tubuh mahluk hidup melakukan suatu fungsi
atau kegiatan proses hidup. Fungsi yang dilakukan oleh sel adalah respirasi,
ekskresi, transportasi, sintesis, reproduksi dan respon (tanggapan) terhadap
rangsangan. Sel juga sebagai unit hereditas atau pewaris yang menurunkan sifat
genetis dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sebagian besar sel memiliki ukuran yang sangat kecil. Umumnya sel
berdiameter 1-100µm. Dengan ukuran yang sangat kecil tersebut, sel tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Maka perlu digunakan alat bantu yaitu mikroskop.
Seiring dengan perkembangan dari mikroskop, di temukan 2 tipe strukur sel, yaitu
sel prokariotik dan prokariotik.

Eukariotik merupakan kelompok yang memiliki sel kompartemen yang di


kelilingi membrane termasuk nukleus, organel- organel seperti mitokondria,
kloroplas dan lain-lain. Sedangkan prokariot merupakan kelompok yang selnya
tidak memiliki kompartemen internal (Solomon, dkk. 2002).
17

Berikut tabel perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik:

Perbedaan Prokaryot Eukaryot


Organisme Bakteri, sianobakteri Fungi, tumbuhan, alga,
hewan, protozoa
Ukuran Diameter sel prokaryot 1 Diameter sel eukaryot 10
– 10 mikrometer – 100 mikrometer
Metabolisme Anaerob dan aerob Aerob
Inti sel Tidak memiliki membran Inti sel nyata,memiliki
inti, intisel (nukleus) membran inti dan anak
tidak nyata/tidak nampak inti swl (nukleolus)
dan tersebar dalam
sitoplasma; tidak anak
inti sel (nukleolus)
Organel terbungkus Sedikit atau tidak ada Ada, semua organel
membran organel yang terbungkus terbungkus membran
membran seperti nukleus,
mitokondria, kloroplas,
retikulum endoplasma
(RE), lisosom dan organel
sel lainnya
DNA Molekul tunggal, Berbentuk linier, terdapat
berbentuk sirkuler dan kromosom, biasanya
terletak dalam sitoplasma dilengkapi histon dan
terletak dalam inti
RNA dan Protein Disintesis di ruang yang RNA disintesis dalam inti
sama atau pada beberapa (nukleus), protein
kompartemen disintesis dalam
sitoplasma
Sitoplasma Tidak ada sitoskeleton Sitoskeleton tersusun atas
filamen protein
18

Pembelahan sel Pembelahan biner Mitosis (kromosom


(kromosom memisahkan memisah melalui
diri oleh adanya gelendong pembelahan,
pemisahan membran kromosom ditarik oleh
plasma, kromosom aparatus mitosis)
ditarik dengan cara
melekat pada membran)
Organisasi seluler Umumnya uniseluler Umumnya multiseluler
Flagela Mengandung dua protein Tersusun atas banyak
penyusun (protein mikrotubula
building blocks) hanya
berupa satu untaian
Glikokaliks (Glycocalyx) Dalam bentuk kapsul Terdapat pada sel yang
atau lapisan lendir tidak memiliki dinding sel
Dinding sel Memiliki dinding sel Ada dinding sel pada
cukup kompleks dan tanaman, funfi, umumnya
mengandung oligosakarida; tidak ada
peptidoglikan (bakteri), pada hewan dan protozoa
polosakarida lainnya,
glikoprotein (Archaea)
Reproduksi seksual Proses fragmentasi tanpa Proses reguler miosis
mitosis umum
Intron di dalam gen Jarang Umum
Membran sitoplasma Umumnya tidak ada Terdapat sterol, tidak ada
sterol terdapat hopanoid hopanoid
Membran internal Simple, terbatas pada Kompleks: RE dan badan
grup tertentu golgi
Sistem respirasi Bagian dari sitoplasma Didalam mitokondria
terdapat hidrogenosom
pada beberapa spesies
Pigmen fotosintetik Di dalam membran Di dalam kloroplas
internal atau klorosom
19

tidak ada kloroplas


Endospora Ada, sangat ressiten Tidak ada, eksospora
panas, sebagai sebagai alat reproduksi
pertahanan sel pada
lingkungan yang buruk
Magnetosom Ada pada beberapa Sangat jarang
spesies
Bentuk motilitas: Ada: flagella rotasi, Flagel atau silia: tidak
pergerakan dengan flagel tersusun atas satu tipe berotasi
protein dalam bentuk
fiber dan terbenam dalam
dinding sel dan membran
sel: pada Archaea bebrap
ada protein flagellin
Pergerakan non flagel Meluncur (Gliding Aliran sitoplasma dan
bacteria) pergerakan amobosit;
meluncur
Sitoskeleton Tidak ada sitoskeleton Ada, di dalam flagell,
mengandung mikrotubula silia, basal bodi, spindle
mitotic, sentriol
20

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Penemuan sel dilakukan oleh Robert Hooks (1665) dengan
menggunakan lensa pembesar sebagai alat bantu untuk mengamati
jaringan gabus dan hasil pengamatan berupa gabus tersusun oleh
lubang-lubang kecil seperti sarang lebah yang masing-masing
dipisahkan oleh diafragma.

Seiring dengan adanya perkembangan IPTEK, dapat diungkapkan


bahwa didalam inti sel tersebut terdapat suatu organel penting lainnnya
yaitu DNA. Ditemukannya statement tersebut juga disebabkan oleh
kemajuan alat-alat yang digunakan dalam bidang penelitian seperti
mikroskop.

Evolusi sel pertama dibumi dimulai dari penggebungan beberapa


molekul. Sel tersebut kemudian berkembang menjadi organisme
eukariotik, selanjutnya dari organisme bersel tunggal (uniseluler) akan
berkembang menjadi organisme bersel banyak (multiseluler).

Eukariotik merupakan kelompok yang memiliki sel kompartemen


yang di kelilingi membrane termasuk nukleus, organel- organel seperti
mitokondria, kloroplas dan lain-lain. Sedangkan prokariot merupakan
kelompok yang selnya tidak memiliki kompartemen internal.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar seluruh pembaca


dapat mengambil mamfaat dalam proses pembelajarannya. Penulis
sadar bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari
seluruh pembaca agar penulis dapat mengevaluasi kesalahan yang
terjadi sehingga diharapkan kedepannya akan lebih baik.
21

DAFTAR RUJUKAN

Al Mubin. 2012. Laporan Praktikum Biologi Sel Tumbuhan. Bengkulu :Jurusan


Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Alberts, B, dkk. 2003. Biologi Molekuler Sel Edisi Kedua 1:Mengenal Sel.
Jakarta: Gramedia
Campbell, Neil A, dkk. 2002. Biologi Edisi kelima Jilid I . Jakarta: Erlangga
Djohar. 1985. Biologi Sel 1. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Farajallah, Achmad. 2011. Teori Endosimbiosis Serial dalam Evolusi Eukariota.
Copiright Achmad Farajallah
http://achamad.staff.ipb.ac.id/2011/11/23/teori-endosimbiosis-serial-
dalam-evolusi-eukariota.
Lodish, Berk, Matsudaira, Kaiser, Krieger, Scott et al., 2003. Molecular cell
biology. 5th edition. New York: W H Freeman & Co. p 1-29.
Markov, A.V. 2005. On the Origin of the Eukaryotic Cell. Paleontological
Journal. Vol.39, No.2, 2005, pp. 109-66
Michod, Richard E., Viossat, Y., Solari, C. A., Hurand, M., Nedelcu, A.M. 2005.
Life-history evolution and the origin of multicellularity. Journal of
Theoretical Biology,. Diakses tanggal 28 Agustus 2017
Solomon B. 2008. Biology Eight Edition. USA: Thomson Brooks or Cole
Subowo. 1995. Biologi Sel. Bandung: Angkasa
Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler.Yogyakarta: JICA

Anda mungkin juga menyukai