POLIEMBRIONI
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Poliembrioni merupakan proses terbentuknya lebih dari satu embrio
dalam satu biji. Poliembrioni dapat terjadi apabila apomiksis dan amfimiksis
dapat terjadi bersamaan. Apomiksis yaitu proses terbentuknya biji atau benih
tidak melalui peleburan sperma-ovum. Amfimiksis merupakan suatu bentuk
reproduksi non-seksual pada tumbuahn melalui biji. Sifat tanaman yang
terbentuk dari perkecambahan biji poliembrioni ini adalah hanya ada satu
yang berbeda dari induknya, tanaman inilah yang sebenarnya berasal dari
peleburan gamet jantan dan betina sehingga tanaman ini memiliki gen dari
kedua induknya, sedangkan tanaman lain yang terbentuk merupakan
tanaman yang tumbuh dari pembiakan vegetatif tanaman tersebut, sehingga
tanaman ini memiliki sifat yang sama dengan induknya, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman.
Benih yang bersifat poliembrioni jika dikecambahkan akan tumbuh
lebih dari satu tanaman karena embrio yang terbentuk juga lebih dari satu.
Embrio yang merupakan hasil peleburan gamet jantan dan betina akan
tumbuh tanaman yang mewarisi sifat dari kedua induknya. Sedangkan
embrio yang terbentuk bukan karena adanya peleburan gamet jantan dan
betina (vegetatif) akan memiliki sifat yang sama dengan induknya atau
tetuanya. Karakter-karakter yang banyak dipergunakan dalam mempelajari
morfologi perkecambahan atau membandingkan semai pada jenis- jenis
tumbuhan berkayu adalah kemunculan, letak dan perkembangan
kotiledonnya. Kotiledon dapat berfungsi untuk asimilasi, bentuknya
seringkali menyerupai daun dewasa yang berwarna hijau.
Pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan mengenai
poliembrioni benih. Benih yang diamati adalah benih jeruk dikarenakan
jeruk merupakan salah satu tanaman yang memiliki sifat poliembrioni. Selain
pada tanaman jeruk. tanaman lain yang bersifat poliembrioni banyak
ditemukan pada ace, nangka, mangga dan duku. Diharapkan melalui
praktikum ini, dengan mengetahui banyaknya embrio yang tumbuh dari
poliembrioni dan dapat membedakan benih yang berkecambah dengan baik
pada biji tersebut kita dapat mengetahui biji yang baik untuk ditanam.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara VI yaitu Poliembrioni ini adalah untuk
mengetahui poliembrioni pada benih.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Poliembrioni merupakan pembentukan embrio dalam bakal biji yang
jumlahnya lebih dari satu embrio yang terbentuk. Dalam hal ini ketika suatu biji
dikecambahkan maka akan terdapat lebih dari satu tanaman yang akan tumbuh
dari satu biji tanaman tersebut. Poliembrioni dimanfaatkan untuk mencari bibit
tanaman yang akan ditanam yang merupakan perpaduan dari peleburan sel gamet
jantan dan betina. Poliembrioni sangat bermanfaat bagi petani yang
memperbanyak embrio pada jeruk yang langkahnya mudah dan praktis. Sebelum
biji jeruk dikecambahkan harus diyakini dulu tentang kebenaran varietasnya. Biji
diambil dari buah-buah yang baik, tidak cacat, sudah tua/masak di pohon. Buah
yang sudah jatuh sebaiknya tidak digunakan sebagai sumber benih batang bawah
karena biasanya telah tertular oleh penyakit tular tanah atau buah tersebut kurang
sehat. Secara umum dapat dinyatakan bahwa buah yang keadaan baik dan belum
jatuh dari pohon, kemungkinan adanya virus yang ditularkan melalui biji hanya
1%-3% (Soelarso, 2006).
Air dibutuhkan untuk perkecambahan. Benih yang masak sering
kekeringan dan membutuhkan jumlah air tertentu, berhubungan dengan berat
kering biji, sebelum metabolisme dan pertumbuhan dapat berlanjut. Kebanyakan
benih membutuhkan cukup air untuk melembabkan benih tapi tidak sampai
menggenangi mereka. Saat biji mengimbibisi air, enzim hidrolitik diaktifkan
yang akan menghancurkan sumber cadangan makanan menjadi bahan-bahan
kimia yang berguna dalam proses metabolisme
(Raven et al., 2005).
Poliembrioni adalah dalam satu biji terdapat lebih dari satu endosperm
(2-3 endosperm). Salah satunya poliembrioni pada jeruk (Citrus sp.) dimana
masing-masing endosperm tidak mempunyai endocarp (kulit tanduk) sendiri-
sendiri. Gamet betina dibentuk di dalam bakal biji (ovule) atau kantung lembaga.
Pada bagian ini terdapat sel induk megaspora (sel induk kantug lembaga) yang
diploid. Sel ini akan membelah secara meiosis dan dari satu sel induk kantung
lembaga membentuk 4 sel yang haploid. Tiga sel akanmereduksi dan lenyap
tinggal satu yang berkembang. Selanjutnya, sel ini membelah secara mitosis 3
kali dan terbentuklah 8 sel. Dari sel yang berjumlah 8 ini, 3 sel akan bergerak
menuju arah yang berlawanan dengan mikropil, 2 sel lainnya menjadi kandung
tembaga sekunder, dan 3 sel terakhir menuju ke dekat mikropil. Dari 3 sel (yang
menuju dekat mikropil) yang terakhir ini dua menjadi sinergid dan satu sel lagi
menjadi sel telur. Dalam keadaan seperti ini kandung lembaga sudah masak dan
siap untuk dibuahi. Putik yang sudah masak biasanya mengeluarkan cairan
lengket pada ujungnya yang berfungsi sebagai tempat melekatnya serbuk sari
(Pichot et al, 2000).
Poliembrioni pada jeruk (Citrus sp.) sering terjadi dalam satu biji dimana
terdapat embrio zigotik (muncul dari penyatuan satu sel telur dan satu sel gamet
jantan) dan sejumlah embrio yang dibentuk secara vegetatif (sehingga dikatakan
embrio adventif). Embrio adventif ini beregenerasi dari sel-sel dalam jaringan
nusellus dan integumen. Sel-sel somatik tersebut mengalami pembelahan
danmembentuk embrio tambahan. Embrio tambahan tersebut akan
menghasilkananakan secara genetik identik dengan tanaman induknya
(Wiladsen, 2010).
Embrio pada tumbuhan berbiji tertentu dapat terbentuk karena beberapa
sebab yaitu melalui peleburan sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui
peleburan sperma dan ovum (apomiksis). Apomiksis dan amfimiksis dapat
terjadi bersamaan, maka akan terbentuk lebih dari satu embrio dalam satu biji,
disebut poliembrioni. Peristiwa ini sering dijumpai pada nangka, jeruk dan
mangga (Hidayati, 2009).
C. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Poliembrioni dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10
Mei 2012 pukul 15.00 WIB, bertempat di Laboratorium Ekologi Manajemen
dan Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Petridish
2) Pinset
3) Kertas buram
b. Bahan
1) Benih rekalsitran jeruk (Citrus sp.)
2) Aquadest
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan benih rekalsitran jeruk.
b. Merendam benih di dalam aquades selama 2 jam atau lebih.
c. Menghilangkan selaput pada biji dengan pinset.
d. Mengkecambahkan benih pada petridish dengan media kertas buram
yang telah dibasahi baik bibit yang utuh maupun dipisah.
Pichot, C., Fady, B., & Hochu, I. 2000. Lack of Mother Tree Alleles in Zymograms
of Cupressus Dupreziana. Camus embryos. Ann. For. Sci.57: 17-22.
Soelarso, B. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit dan Penyimpanan Benih serta
Pembibitan. http://www.foundation.org. Diakses pada tanggal 30 Mei
2012 pukul 23.00 WIB.