Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN

ACARA III
PENGAMATAN POLEN DAN KANTUNG EMBRIO

Disusun oleh:
Nama : Indah Permata R.S.P.
NIM : 17/414690/PN/15271
Gol./Kel. : B5

RUANG MENDEL
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
ACARA III
PENGAMATAN POLEN DAN KANTUNG EMBRIO

A. Hasil Pengamatan
1. Viabilitas Polen
a. Polen Bunga Jagung (Zea mays)

Viabel

42
Persentase viabel = x 100 %=¿100% (42 dari 42)
42
b. Polen Bunga Cabai (Capsicum sp.)

Non viabel
Viabel

2
Persentase viabel = x 100 %=¿ 2,53% (2 dari 79)
79

c. Polen Bunga Strawberry (Fragaria ananassa)

Viabel
Non viabel
7
Persentase viabel = x 100 %=¿ 26,92% (7 dari 26)
26

d. Polen Bunga Kersen/Talok (Muntingia calabura)

Non Viabel

Viabel

2
Persentase viabel = x 100 %=¿ 16,66% (2 dari 12)
12

e. Polen Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensi)

Non Viabel

Viabel

5
Persentase viabel = x 100 %=¿ 33,33% (5 dari 15)
15

2. Perkecambahan Polen
a. Perkecambahan Polen Talok (nama latin)

Keterangan : Berkecambah
b. Perkecambahan Polen Cabai (nama latin)

Keterangan : Berkecambah
c. Perkecambahan Polen Jagung

Keterangan : Berkecambah

d. Perkecambahan Polen Bunga Sepatu


Perkecambahan Polen Bunga Sepatu B3 Perkecambahan Polen Stroberi B4

Perkecambahan Polen Sepatu B2 Perkecambahan Polen Sepatu B1

Keterangan : Berkecambah
e. Perkecambahan Polen Bunga strawberry

Perkecambahan Polen Stroberi B1 Perkecambahan Polen Stroberi B2

Perkecambahan Polen Stroberi B3

1. Hasil Pengamatan Kantung Embrio Torenia spp. (beri keterangan gambar)(di mana letak
embrio sac nya)

Sel telur
A. Pembahasan
Polen adalah pembawa gamet jantan yang memiliki tiga domain berbeda. Perkecambahan
polen dapat terjadi melalui pori-pori yang disebut perkecambahan atau langsung melalui dinding
polen di lokasi kontak dengan stigma(Hoedemaekers et al, 2015). Perkembangan polen adalah
proses penting dalam siklus hidup dari tanaman berbunga dan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi hasil dan kualitas benih tanaman. Peran gametofit jantan atau biji-bijian polen dalam
tanaman biji adalah untuk melepaskan sel sperma ke ovula tempat pembuahan terjadi. Butir polen
disimpan pada stigma, di mana masing-masing berkecambah untuk membentuk tabung polen yang
tumbuh melalui stigma dan gaya ke arah aparatus telur di ovula. Perkecambahan dan pertumbuhan
adalah proses yang kompleks dengan fitur khas itu tergantung pada ekspresi gen postmeiotic (atau
gametophytic).
Kantung embrio terbentuk secara mitosis dari sel somatik, tanpa proses meiosis
(Hendersonet al, 2017). Kantong embrio adalah tempat embrio untuk tumbuh dan berkembang
setelah penyerbukan menuju ke pembuahan. Tipe megasporogenesis dan megagametogenesis pada
tumbuhan berbunga berbeda beda tergantung dari pada banyak inti megaspore yang terlibat dalam
pembentukan kantung embrio, sehingga dikenal beberapa jenis kantung embrio yakni monosporik,
bisporik, dan tetrasporik. Membran yang membagi massa ini menjadi struktur multiseluler disebut
kantung embrio (embryo sac). Pada salah satu ujung kantung embrio itu terdapat tiga sel yaitu satu
sel telur atau gamet betina, dan dua sel yang disebut sinergid yang mengapit telur. Pada ujung yang
berlawanan terdapat tiga sel antipoda. Kedua nukleus lainnya, yang disebut nukleus polar, tidak
dibagi ke dalam sel-sel yang terpisah akan tetapi berbagi sitoplasma sel pusat yang besar pada
kantung embrio tersebut (Campbell et al., 2002). Kantung embrio yang masak terdiri atas 3 sel
antipoda yang triploid, 3 buah sinergid yang haploid dan 1 inti sekunder tetraploid (Mulyani, 2006).
Menurut Campbell et al.(2003), perkembangan kantung embrio dibagi menjadi dua, yaitu
megasporogenesis dan megagametogenesis. Terdapat tiga macam spora yaitu monospora, bispora,
dan tetra spora. Monospora merupakan jantung embrio yang menghasilkan satu inti kantung embrio
dala proses megasporogenesis sporogen. Pada kantung embrio monospora terdapat dua tipe kantung
embrio, yaitu tipe plygonum dan tipe oenothera. Tipe polygonum memiliki delapan inti kantung
embriodan empat megaspora. Masing-masing megaspora memiliki perkebangan yang berbeda dan
hanya satu yang akan jatuh dari mikropil dan berkembang menjadi kantung embrio. Megaspora
akan membelah dua, yang satu akan berpindah ke kutub mikropil dan yang lain akan ke kutub
khalza. Kemudian, setiap inti akan membentuk engalami dua kali pembelahan berurutan sehingga
terbentuk 4 inti pada masing-asing kutub. Tiga dari keempat inti tersebut akan menjadi egg
aparatus. Inti yang berada di tengah diantara ketiga sel tersebut merupakakn gamet betina (sel telur),
sedangkan kedua inti di sampingnya disebut sinergid. Tiga inti pada kutub khalza akan menjadi sel
antipoda. Dua inti yang tersisa di masing-masing kutub akan melakukan fusi di tengah kantung
embrio sehingga membentuk inti sekunder (2n).
Pada tipe kantung oenothera terdapat empat inti kantung embrio. Tipe ini sel sporogen
membelah dua kali secara mitosis sehigga terbentuk 4 inti. Dari keempat inti yang ada hanya satu
iinti yang dapat hidup, yaitu inti yang berada dekat mikropil. Inti ini kemudian membelah dan
enghasilkan empat inti. Tiga dari inti hasil pembelahan erupakan egg aparatus dan inti keempat
membentuk inti kutub. Pembuahan dalam tipe ini akan menghasilkan inti endosperm diploid.
Pada kantung embrio biospora (tipe allium), sel sporogen mengalami pembelahan meiosis
pertama sehingga menghasilkan dua sel. Kemudian masing sel tersebut membelah dan membentuk
dua inti haploid sebagai inti megaspora dan akan embelah lagi sehingga menghasilkan delapan inti
seperti pada tipe polygonum.
Menurut Mulyani (2006), kantong embrio tetraspora dibedakan menjadi 7 tipe, yaitu tipe
Peperomia, penaea, drusa, fritillaria, plumbangella, plumbago, dan adoxa. Namun, karena adanya
persaam, maka tujuh kelompok tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe adoxa
dan fritillaria.
Viabilitas polen adalah kemampuan polen untuk tumbuh, berkembang, dan berkecambah di
kondisi yang sesuai. Tes viabilitas polen adalah metode termudah dan tercepat untuk menilai
kualitas polen tetapi mereka cenderung melebih-lebihkan viabilitas polen dan tingkat
perkecambahan butir polen(Gupta et al. 2017).Viabilitas polen dinilai dengan metode pewarnaan
meliputi (i) 2,0% larutan acetocarmine (ii) 1,0% 2, 3, 5- larutan triphenyl tetrazolium chloride
(TTC), (iii) 2, 5-difenil monotetrazolium bromida (MTT). Viabilitas polen dipengaruhi oleh
kelembaban, suhu, dan pengairan. Apabila saat bunga mekar terjadi hujan lebat dan embun maka
cairan dikepala putik akan tercuci dan menghalangi penyerbukan sehingga tidak bisa menghasilkan
buah(Ashari, 2017).
Tahap perkembangan kantung embrio yaitu diawali dari adanya bakal biji mengandung
sporangium yang terbentuk di dalam ovarium. Satu sel yang adadalam sporangium mengalami
proses megasporosit yang tumbuh dan mengalami meiosis. Setelah mengalami meiosis, dihasilkan
empat megaspora haploid. Pada angiosperma, hanyasatu diantara megaspora tersebut yang akan
bertahan hidup. Megaspora ini akan terus tumbuhdan nukleusnya membelah melalui mitosis yang
berlangsung selama tiga kali danmenghasilkan satu sel besar dengan delapan nukleus haploid.
Struktur membran inilah yang disebut dengan kantung embrio atau gametofit betina. Pada salah satu
ujung kantong embrio terdapat tiga sel, sel telur dan gamet betina, dan dua sel sinergit yang
menggapit telur. Pada ujung yang berlawanan terdapat tiga sel antipodal. Kedua nukleus lainya
disebut dengannukleus polar tidak dibagi kedalam sel-sel yang terpisah akan tetapi berbagi
sitoplasma sel pusat yang besar pada kantung embrio tersebut. Bakal biji sekarang terdiri dari
kantung embrio dan intergumen (apisan pelindung jaringan sporofit yang terletak di sekitar
kantungembrio).
Pada kelima polen yang diamati, tiga polen dapat berkecambah, yaitu polen bunga talok,
bunga cabai, bunga sepatu dan polen jagung, sedangkan bunga cabai dan bunga strawberry belum
berkecambah.
Perkecambahan polen tersebut ditandai dengan keberadaan pollen tube. Pollen tube merupakan
bagian dari gamet jantan. Keberhasilan gamet jantan jatuh ke target betina sangat penting terhadap
keberhasilan persilangan, maka perlu adanya panduan pollen tube menuju target (Higashiyama and
takeuchi, 2015). Menurut penelitian yang dilakuakan Hanum et al.(2014), bunga sepatu memiliki
bentuk polen oblat speroidal pada berbagai spesies bunga sepatu. Dinding butir polen terdiri dari
dua lapis, lapis dalam (intine) dan lapis luar (eksine). Pada dinding tanaman Hibiscus terdapat tipe
ornamentasi yang berupa ekinat atau duri-duri. Bunga kersen, jagung, padi, dan stroberi memiliki
bentuk polynogram, bunga cabai termasuk bentuk triapeturate grain, dan bunga sepatu termasuk
tetra-aperture grain (Erditman, 1986).
Fertilitas polen dapat diketahui dengan mengamati polen di bawah mikroskop dan dihitung
polen yang fertil. Persentase polen yang fertil dihitung dengan membandingkan jumlah polen fertil
dengan jumlah polen keseluruhan dan hasilnya dikalikan 100%. Dari hasil tersebut nantinya dapat
diklasifikasikan fertilitas polen tersebut. Polen dikatakan fertil apabila memiliki fertilitas 61 – 100
%, fertil sebagian dengan fertilitas 31 – 60 %, steril sebagian dengan fertilitas 11 – 30 %, dan steril
dengan fertilitas 0 – 10 %. Polen yang fertil memiliki warna lebih gelap sedangkan polen steril
memiliki warna lebih terang(Sari et. al. 2017). Polen fertil lebih bulat dan ukurannya lebih besar
dibandingkan polen steril. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa semua polen yang
diamati saat praktikum termasuk polen viabel karena dapat menyerap pewarna yang diberikan yang
berupa aceto carmine. Polen yang viabel akan berwarna merah muda sedangkan polen yang tidak
viabel tidak akan menyerap warna. Nilai viabilitas tiap polen yaitu bunga stroberi 26,92%; bunga
cabai 2,53 %; bunga talok 16,66%; bunga sepatu 33,33%; dan bunga jagung 100%.
Manfaat mempelajari kantung embrio adalah dapat mengetahui bagian penting pada kantung
embrio yakni sel telur, sel sinergid, sel antipoda dan inti kandung lembaga sekunder sehingga dapat
membantu dalam memahami proses terjadinya pembuahan ganda di kantung embrio serta menguji
apakah semua komponen kantung embrio yang masak secara fisiologi telah ada sehingga pollen
dapat diidentifikasi untuk melakukan perkecambahan dengan normal. Manfaat melakukan
pengamatan pada polen dalam pemuliaan tanaman adalah untuk menentukan keberhasilan proses
polinasi. Manfaat pengamatan polen dan kantung embrio antara lain untuk mengetahui masa
reseptif stigma secara tepat, untuk mengetahui saat polen mencapai viabilitas maksimal, untuk
mengetahui saat yang tepat untuk penyerbukan buatan, untuk mengetahui hubungan antara
penyerbukan buatan dengan kualitas dan kuantitas produksi tanaman, serta untuk mengetahui arah
evolusi suatu tumbuhan. Dengan mengetahui karakter polen dan kantung embrio tanaman yang
akan dimuliakan, seorang pemulia akan lebih mudah untuk menentukan metode, terutama dalam
aspek hibridisasi.
Pada percobaan viabilitas polen dengan pewarnaan ini dapat pula diamati berbagai bentuk
polen dari sampel. Polen jagung, stroberi dan talok berbentuk bulat mulus, polen cabai berbentuk
bulat dengan sedikit tonjolan diujung, polen sepatu berbentuk bulat bergerigi.
Pada tanaman torenia yang diamati telah terdapat bagian embryo sac dan ovule yang dapat
teramati sedangkan bagian lainnya kurang dapat diamati dengan jelas. Dilihat dari kantung embrio
yang diamati, Torenia sp. memiliki kantung dengan tipe monospora karena hanya terdapat satu
kantung spora yang dapat teramati. Kantung spora pada torenia keluar dari polen tanaman torenia,
sedangkan ovule berada di dalam polen. Dari perkembangannya, kantung spora termasuk dalam
kategori kantung embrio muda.
Kesimpulan

1. Bentuk polen dari polen bunga jagung, stroberi dan talok berbentuk bulat mulus, polen cabai
berbentuk bulat dengan sedikit tonjolan diujung, polen sepatu berbentuk bulat bergerigi.
2. Metode pengamatan viabilitas polen yang digunakan adalah dengan metode pewarnaan
dengan aceto carmine dan penghitungan secara manual untuk polen yang viabel di bawah
mikroskop secara in vitro.
3. Viabilitas polen bunga polen bunga cabai 2,53%, polen bunga talok 16,66%, polen bunga
sepatu adalah 33,33%, jagung adalah 100% dan stroberi adalah 26,92%. Polen bunga sepatu,
cabai, jagung, dan talok mengalami perkecambahan.
4. Sel telur tanaman terdapat di dalam embrio sac/ kantong embrio.
Daftar Pustaka

Ashari, S. 2017 Durian : King of The Fruits. UB Press. Malang


Campbell, N.A., J.B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2 (lux) Edisi 5. Erlangga:
Jakarta.
Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta.
Erditman, G. 1986. Pollen Morphology and Plant Taxonomy: Angiosperms. Hafner Publishing
Company,New York.
Gupta, A.K., M. Singh, E.S. Marboh, V. Natih, A. Pongener, A.K.D. Anal. 2017. Pollen quantity,
viability and in vitro pollen germination of longan (Dimocarpus longan Lour.).
international Journal of Current Microbiology and Applied Science. 6(7) : 270 –
278
Henderson, S.T., S. D. Johnson, J. Eichmann, A.M.G. Kaltunow. 2017. Genetic analyses of the
inheritance and expressivity of autonomous endosperm formation in Hieracium
with different modes of embryo sac and seed formation. Annals of Botany. 119 :
1001 – 1010
Higashiyama, T and H. Takeuchi. 2015. The mechanism and key molecules involved in pollen ttube
guidance. Annual Review of Plant Biology, 17: 1-21.
Hoedemarkers, K., J. Darksen, S.W. Hoogstrate, M.W. Arts, S.A. Oh, D. Twell, C. Mariani, I. Rieu.
2015. Bursting polen is required to organize the pollen germination plaque and
pollen tube tip in Arabidopsis thaliana. New Phythologist. 206 : 255 – 267
Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius, Yogyakarta

Sari, D.K., N. Kendarini, Damanhuri. 2017. Studi inkompatibilitas pada beberapa kombinasi
persilangan ubi jalar. Jurnal Produksi Tanaman. 5(9) : 1518 – 1524

Anda mungkin juga menyukai