Anda di halaman 1dari 9

ACARA II

PENGAMATAN POLEN DAN KANTUNG EMBRIO

A. Hasil Pengamatan
1. Viabilitas Polen
a. Polen Bunga Jagung (Zea mays)

Keterangan: Viabel Persentase viabel = 7/26 = 26,92%

b. Polen Bunga Cabai (Capsicum annum)

Keterangan: Viabel Persentase viabel = 5/8 = 62,5%


c. Polen Bunga Tomat (Solanum lycopersicum)

Keterangan: Viabel Persentase viabel = 47/47 = 100%

d. Polen Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

Keterangan: Viabel Persentase viabel = 19/26 = 73,08%


2. Perkecambahan Polen

a. Perkecambahan Polen Tomat (Solanum lycopersicum)

Keterangan : Tidak Berkecambah

b. Perkecambahan Polen Cabai (Capsicum annum)

Keterangan : Berkecambah
c. Perkecambahan Polen Jagung (Zea mays)

Keterangan : Berkecambah

d. Perkecambahan Polen Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

Keterangan : Berkecambah
Hasil Pengamatan Kantung Embrio Torenia spp. (beri keterangan gambar)(di mana letak

1. embrio
sac
2. Ovule
B. Pembahasan
Pembiakan tanaman dapat melalui dua cara, yaitu seksual (dengan biji) dan aseksual (dengan
vegetatif). Pada pembiakan dengan cara seksual dibentuk sel-sel khusus yang reproduktif dan disebut
gamet. Pembentukan sel-sel reproduktif tersebut disebut peristiwa gametosis. Menurut Mangoendidjojo
(2003) bahwa gametogenesis pada bunga betina (megasporogenesis) menggunakan organ kelamin yang
terdiri dari putik (pistil) terdiri atas kepala putik (stigma) dan tangkai putik (style), dan kandung
embryo (ovary). Sedangkan organ kelamin jantan melakukan gametogenesis (microsporogenesis)
dengan benang sari (stamen) yang terdiri atas tangkai sari (filament) dan kepala sari (anther). Anther
memiliki banyak mikrospora (PMC-Pollen Mother Cell).
Viabilitas pollen umumnya dianggap sebagai kemampuan butir serbuk sari untuk berkecambah
dan mengantarkan sel sperma ke kantung embrio untuk mencapai penyerbukan yang kompatibel
(Shivanna, 1991 cit Maryam et al, 2015 ). Menurut Sari et al. (2010), serbuk sari (polen) dikatakan
viabel apabila buluh serbuk sari yang terbentuk sama atau lebih panjang dari diameter serbuk sari dan
mampu menyerap warna acetocarmin dengan baik. Polen dapat kehilangan viabilitasnya pada suatu
periode waktu tertentu. Hilangnya viabilitas tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
terutama suhu dan kelembaban relative. Serbuk sari segar menunjukkan kemampuan berkecambah 85-
90%. Kedua faktor lingkungan tersebut apabila terdapat pada kondisi yang optimum menurut Perveen
(2007), akan mengakibatakan kenaikan viabilitas polen.
Polen jagung berbentuk lonjong (oblate), cabai berbentuk bulat menyerupai segitiga (prolate-
spheroidal sampai subprolate dengan ornamentasi eksin skabrat, polen kacang panjang berbentuk bulat
menyerupai segitiga dan polen bunga sepatu berbentuk bola berduri (prolate-spheiroidal dengan
ornamentasi eksinnya adalah ekinat (Aprianty dan Kriswiyanti, 2008).
Embryo sac atau kantung embrio adalah gametofit betina pada tumbuhan angiospermae, yang
terbentuk dari pertumbuhan dan pembelahan megaspora menjadi struktur multiseluler dengan delapan
nukleus haploid (Campbell et al., 2004). Proses perkembangan embryo sac dapat dibagi menjadi dua
yaitu megasporogenesis dan megagametogenesis. Secara umum selama proses megasporogenesis,
megasporosit mengalami meiosis dan membentuk empat megaspora. Keragaman pengembangan
bentuk embryo sac ditemukan diantara spesies tanaman.
Megasporogenesis saat perkembangan kantung embrio adalah proses gametogenesis pada bagian
betina bunga (ovarium) yang menghasilkan sel-sel reproduktif. Sebuah sel induk megaspora
(megasporosit) yang diploid dalam ovarium membelah melalui meiosis dan membentuk sepasang sel
haploid pada pembelahan pertama. Pembelahan kedua menghasilkan empat megaspora haploid yang
mengelompok secara linier. Setelah meiosis, tiga megaspora berdegenerasi. Megaspora yang tersisa
mengalami tiga pembelahan mitosis kromosom tanpa diselingi sitokinesis, menghasilkan sebuah sel
besar dengan delapan nukleus haploid (Elrod dan Stansfield, 2002).
Pada praktikum ini dilakukan 2 percobaan yang pertama adalah percobaan viabilitas polen. Metode
yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan metode pewarnaan. Polen diambil dengan pipet
dan diletakkan dalam object glass dan diwarnai dengan acetocarmin. Polen diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 10 atau 40. Polen yang fertil atau viabel dicirikan dengan polen
berbentuk bulat dan berwarna kuning, sedangkan polen yang non-viabel berbentuk kisut, lebih kecil
dan berwarna gelap. Hasil yang didapat adalah semua tanaman polennya viabel. Polen Bunga Jagung
(Zea mays) sebesar 26,92% ciri-ciri polen viabel pada jaguang adalah bentuknya bulat tidak pecah dan
menyerap warna, Polen Bunga Cabai (Capsicum annum) sebesar 62,5% ciri- cirinya berbentuk segitiga
dan menyerap warna, Polen Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) sebesar 73,08% ciri-cirinya
berbentuk bulat dan berwarna kuning dan terakhir polen bunga tomat sebesar 100%.
Percobaan kedua pada praktikum ini adalah uji perkecambahan polen. Metode yang digunakan
adalah pengujian in vitro yaitu dengan bantuan media khusus. Polen yang digunakan pada praktikum
ini antara lain bunga jagung (Zea mays), bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bunga cabai (Capsicum
annum), dan bunga tomat (Solanum lycopersicum). Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa
bentuk polen tanaman berbeda-beda. Tumbuhan dengan tingkat kekerabatan yang dekat memilki
bentuk polen yang mirip. Polen jagung berbentuk lonjong (oblate), cabai berbentuk bulat menyerupai
segitiga, polen tomat berbentuk bulat menyerupai dan polen bunga sepatu berbentuk bola berduri.
Semua jenis tanaman polennya dapat berkecambah dengan ciri-ciri umum berbentuk bulat dengan
terdapat ekor.
Kesimpulan

1. Bentuk polen tanaman berbeda-beda. Tumbuhan dengan tingkat kekerabatan yang dekat
memilki bentuk polen yang mirip. Polen cabai berbentuk bulat segitiga, polen jagung dan tomat
berbentuk bulat dan polen bunga sepatu berbentuk bulat berduri.
2. Terdapat beberapa cara dalam pengamatan viabilitas polen tanaman salah satunya yaitu metode
pewarnaan
3. Dari setiap Polen yang digunakan pada praktikum ini antara lain bunga jagung (Zea mays),
bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bunga cabai (Capsicum annum), dan bunga tomat
(Solanum lycopersicum) semuanya viabel.
4. Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat dijelaskan tentang morfologi atau bagian- bagian
dari sel telur tanaman.
Daftar Pustaka

Aprianty, N. M. D. dan Kriswiyanti, E. 2008. Studi variasi ukuran serbuk sari kembang sepatu
(Hibiscus rosa sinensis L.) dengan warna bunga berbeda. Jurnal Biologi XII (1): 14-18.

Campbell, Neil, A., Jane B. Reece, and Lawrence G. Mitchell. 2004. Biology. Erlangga, Jakarta.

Elrod, S.L., dan W.D. Stansfield. 2002. Teori dan Soal-soal Genetika, Edisi Keempat. Erlangga,
Jakarta.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

Maryam , M. Jafar J., Bilques F. , M. Salman H., Summar A.N., M. Nafess, Rashid A.
and Iqrar A.K. 2015. Evaluation of pollen viability in date palm cultivars
under different storage temperatures. Journal of Botany 47(1) : 377-381.

Perveen, A. 2007. Pollen germination capacity, viability and maintanence of Pisium sativum L
papilionaceae). Middle-East Journal of Scientific Research 2: 79-81.

Sari, Y., Ni Kadek, Eniek, Kriswiyanti, dan Astarini, I. A.. 2010. Uji viabilitas dan perkembangan
serbuk sari buah naga putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose), merah (Hyocereus
polyrhicus (Web.) Britton & Rose), dan super merah (hylocereus costaricensis (Web.) Britton
& Rose) setelah penyimpanan. Jurnal Biologi 1: 39-44.

Anda mungkin juga menyukai