Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FITOKIMIA

1. Jenis simplisia yang akan di gunakan

Tanaman dewandaru termasuk perdu tahunan dengan tinggi + 5 m. Batang


tegak berkayu, bulat dan coklat, sedangkan daunnya tunggal, tersebar, lonjong, ujung
runcing, pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, dengan panjang + 5 cm
dan lebar + 4 cm serta berwarna hijau. Bunga tunggal, berkelamin dua, daun
pelindung kecil, hijau, kelopak bertajuk tiga sampai lima, benang sari banyak, putih,
putik, silindris, mahkota bentuk kuku, kuning. Buah berbentuk buni, bulat, diameter +
1,5 cm dan berwarna merah. Biji kecil, keras dan coklat. Akar tunggang dan berwarna
coklat. Kandungan kimia dari tanaman ini antara lain saponin, flavonoid, tanin dan
vitamin C (Hutapea, 1994; Einbond, et al., 2004).
Dewandaru memiliki beberapa kandungan kimia diantaranya tannin
alkaloid, dan glikosida (Adebajo, et al, 1983), lycopene, β-karoten, γ-karoten, ς-
karoten, phytofluene, β-cryptoxanthine, dan rubixanthin (Calvacante and
Rodriguez-Amaya, 1992), alkaloid indolizidin dan piperidin (Michael, 2002),
antosianin (Einbond, et al, 2004). Sedangkan pada daunnya kaya akan minyak atsiri
seperti furanodiene, β-elemene, dan α-cadinol (Melo, et al, 2007).
Secara empiris buah dewandaru (Eugenia uniflora L.) berkhasiat sebagai obat
batuk, kurap, disentri juga sebagai antiinflamasi, dan anti diabetes (Reynertson
and Kennelly, 2001). Berbagai ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora L.)
diketahui memiliki aktivitas antidiabetes dan antihipertensi (Auricchio and Bacchi,
2003), antibakteria (Khotimah 2004), antiradical (Utami, dkk, 2005). Penelitian lain
menyebutkan bahwa dewandaru dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas,
penghambat hidrolisis dan oksidasi enzim, dan antiinflamasi (Pourmorad, et al, 2006).
Berdasarkan penelitian, senyawa yang diduga bertanggungjawab sebagai antiradikal
adalah flavonoid (Reynertson and Kennelly, 2001; Utami, dkk, 2005).

2.1 Klasifikasi Tanaman Dewandaru


Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Jenis : Eugenia uniflora L.
(Hutapea, 1994)

2. Cara kerja pembuatan Simplisia Daun Dewandaru


a. Pengumpulan Bahan baku
Daun Dewadaru yang diperoleh dari BALITRO. Tanaman yang kami
gunakan untuk dijadikan simplisia adalah daun yang sudah tua, karena daun
yang sudah tua memiliki kandungan Flavonoid lebih banyak dari pada daun yang
masih muda..
b. Sortasi Basah
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai pengumpulan bahan baku
dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing dan
daun yang masih muda.
c. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera di-lakukan
setelah sortasi basah karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian
menggunakan air bersih yang mengalir.
d. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan
dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat
terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah
rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dilakukan
dibawah sinar matahari langsung.
e. Sortasi Kering
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing
yang terdapat pada simplisia, misalnya tangkai daun, pasir, atau benda asing
lainnya.
f. Penyerbukan
Setelah sortasi kering simplisia yang sudah jadi dibagi menjadi dua yaitu
berupa rajangan dan serbuk. Penyerbukan dilakukan dengan menggunakan
blender dan diayak agar mendapatkan serbuk yang halus.
g. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya
cukup kering dan berventilasi.

3. Jenis senyawa aktif yang akan di tarik dan alasan menggunakan metode dan
pelarut yang di gunakan

Untuk pembuatan simplisia golongan Flavonoid, kali ini kelompok kami


menggunakan daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) sebagai sampel. hanya bagian
daun yang tua saja yang digunakan karena dipercaya memiliki kandungan Flavonoid
yang tinggi daripada daun yang masih muda. Penelitian yang dilakukan Utami dkk.
(2005), membuktikan adanya aktivitas penangkap radikal ekstrak kloroform, etil
asetat serta etanol pada daun dewandaru (Eugenia uniflora L.). Einbond, et al. (2004)
, Berdasarkan penelitian, senyawa yang diduga bertanggungjawab sebagai antiradikal
adalah flavonoid (Reynertson and Kennelly, 2001; Utami, dkk, 2005).
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur C6-C3-C6. tiap
bagian C6 merupakan cincin benzen yang terdistribusi dan dihubungkan oleh atom C3
yang merupakan rantai alifatik, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Secara empiris buah dewandaru (Eugenia uniflora L.) berkhasiat sebagai obat
batuk, kurap, disentri juga sebagai antiinflamasi, dan anti diabetes Berbagai
ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) diketahui memiliki aktivitas
antidiabetes dan antihipertensi, antibakteria. Penelitian lain menyebutkan bahwa
dewandaru dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas, penghambat hidrolisis
dan oksidasi enzim, dan antiinflamasi. Berdasarkan penelitian, senyawa yang diduga
bertanggungjawab sebagai antiradikal adalah flavonoid, untuk dosisnya, dipakai ± 15
gram daun segar Eugenia uniflora, dicuci, ditumbuk sampai halus, diseduh dengan ½
gelas air matang dan disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali pagi dan sore
sama banyak (Hutapea, 1994),

4. Metode ekstraksi yang akan digunakan


 Maserasi
a. Ditimbang 100 gram simplisia serbuk
b. Disiapkan 1 liter pelarut, kemudian dibagi 3 sama banyak
c. Dimasukkan pelarut (1) kedalam botol gelap, ditambahkan serbuk simplisia yang
sudah ditimbang, lalu dikocok
d. Didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar
e. Dienaptuangkan kedalam botol kaca, ditampung ekstrak (1) kemudian filtratnya
disimpan botol kaca (1)
f. Dimasukkan pelarut (2) kedalam botol gelap, dimasukkan residunya kemudian
dikocok.
g. Didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar
h. Dienaptuangkan kedalam botol kaca, ektraknya (2) ditampung kemudian filtratnya
disimpan kedalam botol kaca (2)
i. Dimasukkan pelarut (3) kedalam botol gelap, dimasukkan residunya kemudian
dikocok
j. Lalu didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar
k. Dienaptuangkan kedalam botol kaca, ditampung ekstraknya kemudian filtratnya
dimasukkan kedalam botol kaca (3)
l. Lalu didekantasi, kemudian semua filtratnya di uapkan sampai kental (sampai
menjadi ekstrak kental)

5. Contoh perhitungan rendemen ekstrak yang diperoleh

Diketahui :

 Volume hasil maserasi = 730 ml


 Volume pelarut = 1000 ml
 Bobot ekstrak yang diperoleh = 50 gram
 Bobot awal simplisia = 100 gram

Ditanya : Rendemen ekstrak ?

Penyelesaian :

 Volume ekstrak cair


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
= 𝑥 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

730 𝑚𝑙
= 1000 𝑚𝑙 𝑥100%

= 73%

 Rendemen ekstrak
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
= 𝑥100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎

50 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%

= 50%

6.

Anda mungkin juga menyukai