Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM UJI BAHAN

HARDNESS TEST

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness
test) terhadap suatu material dengan beberapa metoda.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test)
terhadap suatu material dengan metoda pengujian kekerasan
Brinell.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test)
terhadap suatu material dengan metoda pengujian kekerasan
Vickers.
3. Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test)
terhadap suatu material dengan metoda pengujian kekerasan
Rockwell.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori


Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah material untuk
menerima beban tanpa mengalami deformasi plastis yaitu tahan terhadap
identasi, tahan terhadap penggoresan, tahan terhadap aus, dan tahan
terhadap pengikisan (abrasi). Kekerasan suatu bahan merupakan sifat
mekanik yang paling penting, karena kekerasan dapat digunakan untuk
mengetahui sifat-sifat mekanik yang lain, yaitu strenght (kekuatan).
Bahkan nilai kekuatan tarik yang dimiliki suatu material dapat dikonversi
dari kekerasannya. Seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sifat bahan yang berhubungan dengan kekerasan


Ada beberapa metode pengujian kekerasan yang digunakan untuk
menguji kekerasan logam, yaitu :
a. Metode Pengujian Kekerasan Brinell
b. Metode Pengujian Kekerasan Meyer
c. Metode Pengujian Kekerasan Vickers
d. Metode Pengujian Kekerasan Knoop
e. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
Dari kelima metode yang tersebut di atas, yang biasanya digunakan hanya
dua saja, yaitu Brinell dan Vickers.

2.1.1 Metode pengujian kekerasan Brinell


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengujian
kekerasan brinell adalah sebagai berikut :
a. Spesimen harus memenuhi persyaratan
o Rata dan Halus.
o Ketebalan Minimal 6 mm.
o Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus
horizontal.
b. Indentor yang digunakan adalah bola baja yang telah dikeraskan,
namun untuk bahan yang sangat keras (sampai 650 BHN)
digunakan bola dari karbida tungsten. Jarak antara titik pengujian
minimal dua kali diameter tapak identasi.
c. Pemakaian beban (P) dan diameter identor (D) harus memenuhi
persyaratan perbandingan P/D2 = C. C= 30 untuk baja, C= 10
untuk tembaga dan paduannya, serta C= 5 untuk aluminium dan
paduannya.
d. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan
menekan identor pada permukaaan specimen selama 10-30 detik.
e. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan BHN
(Brinells Hardness Number) yang dihitung berdasarkan diameter
identasi dengan persamaan sebagai berikut :
BHN :
2P

( D) D  D 2  d 2  ……………….. (2.2)

Dimana : P = Gaya tekan (kgf)


D = Diameter identor bola baja (mm)
d = Diameter hasil identasi (mm)
f. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut :
150 BH 2,5/150 – 10
Dimana : 150 = Nilai kekerasan.
BH = Metode Pengujian Brinell
2,5 = Diameter Identor
150 = Gaya pembebanan (N)
10 = Waktu pembebanan (detik)
g. Karena pengukuran dilakukan secara manual, maka terdapat
peluang untuk terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan itu mungkin
terjadi pada saat pemfokusan objek pada layar, peletakan alat ukur
pada objek dan pembacaan pengukurannya.

2.1.2 Metode pengujian kekerasan Vickers


Pada dasarnya metode pengujian kekerasan Vickers hampir
sama dengan Brinells hanya identornya saja yang berbeda.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian
kekerasan Vickers adalah sebagai berikut :
a. Spesimen harus memenuhi persyaratan:
o Permukaan harus rata dan Halus
o Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horisontal
b. Identor yang digunakan adalah pyramid intan yang beralas bujur
sangkar dengan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan
adalah 136o .
c. Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat
yang tipis harus digunakan beban yang ringan.
d. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan
menekan identor pada permukaan specimen selama 10 – 30 detik.
e. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH
(Vickers Diamond Pyramid Hardness) yang dihitung berdasarkan
diagonal identasi dengan persamaan sebagai berikut :

DPH = { 2P sin (α/2) } / d2


= 1,854 P/d2 ………….(2.3)

Untuk : α = 136o
Dimana : P = Gaya tekan (kgf)
d = diagonal identasi (mm)

berikut adalah gambar Identor pada Vickers, dapat dilihat


pada Gambar 2.4, berikut ini :

Gambar 2.4 Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers


Sehingga persamaan ini didapatkan dari :
 d = d1+d2
2
X = d Cos 45o

=½d 2
Y = ½ X / Cos 22o

= (½ d 2 ) / Cos 22o

L Δ AOB = ½ X.Y

= (½ . ½ d 2 . ½ d 2 ) / Cos 22o
= (1/8 d2) / Cos 220
A = 4 L Δ AOB
= 4 (1/8 d2) / Cos 220
= (½ d2) / Cos 22o
HVN = P/A
= 1,854 P/d2
f. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10
Dimana : 150 = Nilai Kekerasan
DPH = Metode Pengujian Vickers
150 = Gaya Pembebanan(kgf)
10 = Waktu Pembebanan(detik)
g. Sama dengan pengujian kekerasan dengan Brinells, karena
pengukuran dilakukan secara manual maka terdapat kemungkinan
terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan itu mungkin terjadi pada saat
pemfokusan objek pada layar, peletakan alat ukur pada objek dan
pembacaan pengukurannya.

2.1.3 Metode pengujian kekerasan Rockwell


Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers yang masih
menggunakan pengukuran manual,dengan metode Rockwell nilai
kekerasan langsung dapat dibaca pada skala yang terdapat pada
mesin. Dengan metode ini nilai kekerasan spesimen langsung dapat
dibaca dari skala yang terdapat pada mesin. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Rockwell
adalah sebagai berikut:
a. Spesimen harus memenuhi persyaratan :
 Rata dan halus.
 Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus
horisontal.
b. Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, dimana
pemakaiannya tergantung pada kombinasi jenis indentor dan beban
utama yang digunakan. Ada tiga jenis indentor dengan tiga jenis
beban utama, sehingga terdapat sembilan kombinasi sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 2.5

DP 1/16 1/8
150
100
60

a. 3 jenis indentor b. 3 jenis beban utama

150 150 150


100 100 100
60 60 60

DP DP DP 1/16 1/16 1/16 1/8 1/8 1/8

c. 9 kombinasi jenis indentor dengan jenis beban utama

Gambar 2.5 Jenis indentor dan jenis beban utama serta kombinasinya
pada metode Rockwell
Berikut adalah tabel jenis skala pada pengujian kekerasan Rockwell pada
Tabel berikut :
Tabel 2.1 Jenis –jenis skala pada pengujian kekerasan Rockwell
Beban
Skala Rockwell Indentor Satuan
(kg)
C Kerucut Intan (DP) 150 RC
D Kerucut Intan (DP) 100 RD
A Kerucut Intan (DP) 60 RA
G bola 1/16 “ 150 RG
B bola 1/16 “ 100 RB
F bola 1/16 “ 60 RF
K bola 1/8“ 150 RK
E bola 1/8“ 100 RE
H bola 1/8“ 60 RH

c. Pada pelaksanaan metode ini, mula-mula spesimen diberi


indentasi awal dengan beban minor 10 kg, setelah itu baru
diberi beban utama (60 kg, 100 kg atau 150 kg) selama 10 –
30 detik.
d. Setelah spesimen dibebaskan dari kedua beban tersebut maka
jarum skala akan menunjukkan berapa nilai kekerasan dari
spesimen tersebut.
e. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 73 Rb,
dimana 73 nilai kekerasannya,sedangkan Rb adalah skala
yang digunakan. Untuk Metodenya dapat dilihat pada
Gambar 2.6

100 100

DP DP

a. Sebelum b. Indentasi beban minor c. Indentasi d. Setelah


indentasi beban mayor indentasi

Gambar 2.6 Metode pengujian Rockwell skala B

f. Selain tergantung kombinasi jenis indentor dan jenis beban,


maka pemakaian skala dalam Rockwell juga tergantung pada
jenis material yang akan diuji. Sebagai contoh, Rockwell B
untuk logam secara umum, Rockwell C untuk logam yang
keras dan Rockwell A untuk logam yang sangat keras.
Kesalahan pemakaian kombinasi indentor dan beban dengan
jenis material yang diuji akan menyebabkan tidak akuratnya
hasil pengujian.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Peralatan untuk pengujian
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
a. Mesin Uji Kekerasan (Universal Hardness Wolpert.)
b. Identor Bola Baja
c. Identor Piramid Intan
d. Indentor Kerucut Intan
e. Obeng
f. Stop Watch
g. Polishing Machine

3.1.2 Bahan untuk pengujian


Bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
a. Spesimen Uji Kekerasan
b. Kertas Gosok
c. Tissue

3.2 Langkah-langkah Kerja


3.2.1 Metode Brinell
Prosedur pengujian kekerasan dengan metode Brinell sebagai
berikut :
1. Menyiapkan material uji yang meliputi :
a. Material uji dihaluskan permukaannya yang akan diamati
dengan menggunakan Polishing Machine dengan grid 350.
b. Apabila material uji dirasa belum halus dapat dihaluskan
kembali dengan menggunakan grid 350 atau 400 dengan
arah yang berbeda 900 dari arah semula.
c. Jika sudah selesai, material dikeringkan dengan
menggunakan tissue
2. Membuat beberapa titik dengan menggunakan pensil untuk
tiap-tiap daerah kuningan yang akan diamati.
3. Menentukan beban indentor yang akan digunakan berdasarkan
jenis dan 2.5 mm diameter identor.
4. Mengatur handle Hardness Test Machine pada posisi Brinells.
5. Meletakkan bola baja pada tempat indentasinya.
6. Meletakkan indentor bola baja pada tempatnya di Hardness
Test Machine dengan menggunakan obeng.
7. Meletakkan pen sesuai dengan beban indentasi yang telah
ditentukan berdasarkan jenis dan diameter indentor.
8. Meletakkan specimen dan atur dengan tepat pada titik
penetrasi yang telah ditentukan.
9. Menggeser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap
untuk penetrasi.
10. Memutar hand wheel dengan tangan kiri sehingga permukaan
specimen tepat menyentuh ujung indentor.
11. Setelah 20 detik tarik handle beban dan kunci pada tempatnya.
12. Menyalakan lampu dan atur posisi specimen serta focus lensa
sehingga bekas indentasi tampak pada layar.
13. Mengukur diameter indentasi dan catat pada worksheet yang
ada.
14. Melakukan prosedur no.8 sampai dengan no.13 untuk masing-
masing titik yang telah ditentukan.

3.2.2 Metode Vickers


Prosedur pengujian kekerasan dengan metode Vickers sebagai
berikut :
1. Menyiapkan material uji yang meliputi :
a. Material uji dihaluskan permukaannya yang akan diamati
dengan menggunakan Polishing Machine dengan grid 350.
b. Apabila material uji dirasa belum halus dapat dihaluskan
kembali dengan menggunakan grid 350 atau 400 dengan
arah yang berbeda 900 dari arah semula.
c. Jika sudah selesai, material dikeringkan dengan
menggunakan tissue

2. Membuat beberapa titik dengan menggunakan pensil untuk


tiap-tiap daerah (Lasan A36) yang akan diamati.
3. Menentukan beban indentor yang akan digunakan berdasarkan
jenis dan diagonal indentor.
4. Mengatur handle Hardness Test Machine pada posisi Vickers.
5. Meletakkan Pyramid intan pada tempat indentasinya.
6. Meletakkan indentor pyramid intan pada tempatnya di
Hardness Test Machine dengan menggunakan obeng.
7. Meletakkan pen sesuai dengan beban indentasi yang telah
ditentukan berdasarkan jenis dan diameter indentor.
8. Meletakkan specimen dan atur dengan tepat pada titik
penetrasi yang telah ditentukan.
9. Menggeser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap
untuk penetrasi.
10. Memutar hand whell dengan tangan kiri sehingga permukaan
specimen tepat menyentuh ujung indentor.
11. Setelah 10 detik tarik handle beban dan kunci pada tempatnya.
12. Menyalakan lampu dan atur posisi specimen serta focus lensa
sehingga bekas indentasi tampak pada layar.
13. Mengukur panjang diagonal indentasi dan catat pada
worksheet yang ada.
14. Melakukan prosedur no.8 sampai dengan no.13 untuk masing-
masing titik yang telah ditentukan.
3.2.3 Metode Rockwell C
Prosedur pengujian kekerasan dengan metode Rockwell C sebagai
berikut :
1. Mengatur handle pada posisi Rockwell.
2. Mengambil indentor untuk Rockwell C (Kerucut Intan), dan
memasang indentor pada tempatnya dengan obeng min.
3. Menekan pen beban 150 kgf, mencatat pada lembar kerja
4. Meletakkan spesimen pada anvile dan mengatur tepat pada
titik penetrasi
5. Memutar handwheel sehingga permukaan spesimen
menyentuh ujung indentor dan melanjutkan memutar
handwheel untuk pembebanan minor hingga jarum kecil
menunjuk angka 3.
6. Mengatur skala Rockwell pada mesin uji hardness sehingga
jarum penunjuk tepat pada angka nol
7. Mengambil stopwatch dengan tangan kiri dan menyalakan
ketika tangan kanan melepaskan handle beban
8. Setelah 20 detik, menarik handle beban dan mengunci pada
tempatnya
9. Mencatat pada lembar kerja nilai kekerasan yang ditunjukkan
jarum
10. Mengulangi lagi untuk titik kedua, ketiga sampai kesembilan
11. Apabila sudah selesai, melepas kembali indentor dan
meletakkan pada tempatnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Brinell
Data yang kami peroleh dari pengujian Brinell akan di tunjukkan oleh
Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Hasil pengujian Brinell

Brinell Hardness Test


Load (P) : 31.25 kgf
Identor : Bola Baja
No
Time : 20 detik
ø Ball : 2,5 mm
Base Metal (BM)
(mm)
1 0.716
2 0.641
3 0.678
Base Metal
2P
1. BHN 
D( D  D 2  d 2 )

= 76,50 kgf/mm2
2P
2. BHN 
D( D  D 2  d 2 )

=95,42 kgf/
2P
3. BHN 
D( D  D 2  d 2 )

=79,62 kgf/
Rata-rata HBN pada Base Metal

Jadi Nilai Kekerasan pada Base Metal : 83,85 kgf/


Dari penghitungan-perhitungan untuk untuk mencari niai kekerasan
Hardness Brinell number dapat di simpulkan oleh grafik di bawah ini
yaitu Grafik 4.2

kgf/

76.5 95.42 79.62


Percobaaan 1 Percobaaan 2 Percobaaan 3

Grafik 4.2 Nilai perbandingan dari 3 kali percobaan Brinell Test

4.2 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Vickers


4.2.1 Base metal
Dari percobaan Vickers , data yang di peroleh dapat di lihat pada
Tabel 4.3, yang mana sebagai berikut untuk wilayah base metal:
Tabel 4.3. Data Percobaan Vickers pada Wilayah Base Metal
Vickers Hardness Test
Load (P) : 10 kgf
Identor : Piramida
Intan
No
Time : 10 detik
Base Metal
d1 d2 (d1+d2)/2
(mm) (mm) (mm)
1 0.308 0.317 0.313
2 0.317 0.311 0.314
3 0.328 0.316 0.322
P
1. HVN = 1,8544 2
d

= 189,24 kgf/
P
2. HVN = 1,8544
d2

= 188,04 kgf/
P
3. HVN = 1,8544
d2

= 178,81 kgf/

Rata-rata HVN pada Base metal

= 185,36 kgf/
Berikut adalah grafik dari hasil pengujian Vickers, dapat dilihat pada Grafik 4.4
kgf/

189.24 188.04 178.81


Percobaaan 1 Percobaaan 2 Percobaaan 3

Grafik 4.4 Nilai perbandingan dari 3 kali percobaan Vickers Test

4.3 Data Hasil Pengujian Dengan menggunakan Rockwell C


Dari percobaan Rockwell yang mna menggunakan Rockwell type C , data
yang di peroleh dapat di lihat pada Tabel 4.5, yang mana sebagai berikut
untuk wilayah base metal:
Tabel 4.5 Hasil Percobaan pada Rockwell Type C
BM (HRC)
No. 1 No. 2 No. 3
56.00 45.50 57.50
Berikut adalah grafik dari hasil pengujian Rockwell B, dwapat dilihat pada
Grafik 4.6

HRC

Percobaaan 1 Percobaaan 2 Percobaaan 3

Grafik 4.6 Nilai perbandingan dari 3 percobaan pada daerah BM


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari data hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan
Brinell paling tinggi adalah sebesar 95,42 kgf/mm² dan kekerasan yang paling
rendah adalah 76,50 kgf/mm². Untuk nilai kekerasan Vickers paling tinggi
Weld Metal yaitu sebesar 189,24 kgf/mm², sedangkan nilai kekerasan yang
paling rendah yaitu 178,81 kgf/mm². Sementara untuk Rockwell C Test, yang
tertinggi pada Base Metal sebesar 57,50 HRC dan yang terendah pada Base
Metal 45,50 HRC.
Daftar Pustaka

Budi Prasojo, ST. 2012. Jobsheet Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan
Kapal. PPNS

Daniel, A. Brandt. 1985. Metallurgy Fundamental, The Goodheart –Willcox.


Inc,USA

Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI.
IT

M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan
Kapal. PPNS

Suherman Wachid, Ir .1987. Diktat pengetahuan Bahan. Jurusan Teknik Mesin


FTI. ITS
Dokumentasi

Gambar Alat-alat yang digunakan

Gambar Polishing Machine

Gambar pengujian brinnel test dengan spesimen alumunium


Hasil Brinnel Test

Hasil pengujian Brinnel Test

Hasil pengujian Vickers Test


Hasil pengujian Vickers test

Hasil pengujian Vickers test

Proses Pengujian Rockwell C

Anda mungkin juga menyukai