Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia, dimanapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang
disebut rumah. Rumah adalah struktur fisik yang terdiri dari ruangan, halaman
dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga (UU RI No. 4 Tahun1992).
Menurut WHO (2001), perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan
sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep
tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko
dan berorientasi pada lokasi bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen,
penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta
mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan
sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta
pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya.
Berdasarkan Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009 pemerintah
memfokuskan masalah sanitasi lingkungan pada Bab XI kesehatan lingkungan
telah tercantum bahwa Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum yang terbebas dari limbah cair, padat,
sampah, zat kimia berbahaya, air dan udara yang tercemar.
Berdasarkan hasil Profil Kesehatan Indonesia (2008) diketahui bahwa cakupan
perumahan sehat di Indonesia masih rendah yaitu hanya 47,9% dibandingkan
dengan target secara nasional yaitu 80%. Indikator rumah sehat dapat dilihat dari
akses terhadap air bersih, penggunaan jamban keluarga, jenis lantai rumah, jenis
dinding. Cakupan rumah tangga di Indonesia yang memiliki air bersih terlindung
sebesar 81,5%, terdapat 52,72% rumah tangga memiliki jarak sumber air minum
dari pompa/sumur/mata air terhadap tempat penampungan kotoran akhir/tinja
sebesar > 10 meter, dan 22% rumah tangga di Indonesia masih mempunyai
kebiasaan buruk dalam hal membuang sampah. Rumah tangga yang sudah
membuang sampahnya dengan baik hanya 21%, dan 57% rumah tangga cara
membuang sampahnya tergolong cukup baik, dan rumah tangga persentase rumah
tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar sebesar 59,86%,
rumah tangga yang memiliki bersama 12,95%, umum sebesar 4,33% dan tidak
ada sebesar 22,85%, sedangkan rumah tangga yang mempunyai jenis lantai yang
memenuhi syarat kesehatan hanya 47,2%. Keadaan ini memberikan gambaran
bahwa secara keseluruhan cakupan rumah sehat di Indonesia masih rendah,
sehingga berdampak terhadap kesehatan masyarakat .
Permasalahan perumahan sehat juga terjadi pada masyarakat di kelurahan
sukaraja Bandar lampung tahun 2016, pada persentase cakupan rumah sehat
didapatkan data 70% dengan kondisi perumahan yang tidak sehat, sehingga
menimbulkan masalah kesehatan berupa penyakit berbasis lingkungan seperti :
TB paru, penyakit kulit, ISPA, Diare, Cacingan, Pneumonia, Penyakit Akibat
Kerja, DBD/Chikungunya dan Malaria. Implikasi dari rendahnya kualitas
lingkungan tersebut adalah terjadinya peningkatan angka kesakitan dan kematian
yang menyerang semua kelompok umur khususnya bayi dan balita.
Menurut Sastra (2005), kendala dalam pembangunan perumahan dan
permukiman yang terjadi di Indonesia antara lain berupa, kondisi sosial ekonomi
masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah. Kondisi ini diperparah lagi
dengan kurang pahamnya masyarakat akan pentingnya pemeliharaan lingkungan
yang bersih bagi kesehatan mereka.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. derajat kesehatan masyarakat
yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat Indonesia hidup dalam
lingkungan dan perilaku yang sehat. keberadaan perumahan yang sehat, aman,
serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi
dengan baik. Pentingnya rumah sehat dalam kehidupan manusia, mendorong kami
menyusun makalah ini untuk menciptakan rumah yang sehat bagi
penghuninya guna terpenuhinya kebutuhan, serta terciptanya kenyamanan
untuk para anggotanya dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah
yang akan diteliti adalah: kuantitas rumah sehat berdasarkan pengetahuan,
perilaku dan pendapatan masyarakat di kelurahan sukaraja Bandar lampung.

3.1 Identifikasi Masalah

Faktor-faktor yang berhubungan dengan rumah sehat adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan
Pendidikan menunjukan tingkat bermakna terhadap kepemilikan rumah
sehat. Bila pendidikan rendah maka pengetahuan cara hidup sehat belum
dipahami dengan baik.
2. Pekerjaan
Seseorang yang telah bekerja mempunyai kesempatan yang besar untuk
memiliki rumah yang sehat. Rasa ingin memiliki rumah yang sehat tersebut
berkaitan dengan ada tidaknya penghasilan yang tetap, artinya orang yang
sudah bekerja biasanya mempunyai sejumlah penghasilan setiap hari atau
setiap bulan.
3. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu indikator yang memungkinkan
seseorang untuk mempunyai rumah yang layak dan sehat, pengetahuan juga
merupakan aspek penting terhadap perilaku seseorang. Perilaku dalam
penelitian ini adalah mengenai perilaku yang mengarah kepada rumah sehat.
4. Perilaku dan kesadaran masyarakat
rumah sehat dapat diwujudkan tidak hanya dengan faktor pengetahuan
dan jumlah penghasilan yang memadai tetapi dibutuhkan juga perilaku dan
kesadaran masyarakat itu sendiri mengenai konsep rumah sehat.

1.3 Ruanglingkup Penelitian

Lokasi yang akan menjadi subjek penelitian adalah masyarakat kelurahan


sukaraja RT 1, 3 dan 5 Bandar Lampung sebanyak 30 kepala keluarga.

1.4 Tujuan Penelitian


 Menambah wawasan tentang rumah sehat
 Memberikan informasi tentang rumah sehat kepada
masyarakat
 Untuk mengetahui penilaian rumah sehat
 Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah dasar
kesling yang diberikan kepada mahasiswa kedokteran umum
universitas malahayati untuk memahami lebih dalam tentang
rumah sehat.
 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pendidikan,
perilaku, social ekonomi dan kesadaran masyarakat dengan
rumah sehat.
1.5 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori yang didapat saat kuliah
ke dalam praktek lapangan sehingga dapat menambah wawasan peneliti
khususnya tentang rumah sehat yang terdiri dari komponen rumah, sarana
sanitasi, dan perilaku penghuni serta faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan kunjungan petugas sanitarian.

2. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan


penelitian di bidang kesehatan lingkungan.
1.6.2 Bagi Pemerintah

1. Dapat memberikan informasi bagi pihak pemerintah setempat mengenai


cakupan rumah sehat dikelurahan sukaraja.
2. Menambah informasi masyarakat tentang pentingnya memiliki rumah
sehat sehingga masyarakat dapat mengupayakan agar rumah yang
ditempati dapat memenuhi kriteria rumah sehat

1.6.3 Bagi universitas

1.Sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya.


2. Sebagai tolak ukur untuk keberhasilan pembelajaran dan sebagai bahan
kajian untuk pengembangan kurikulum pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN TEORI

2.1.1 Definisi Rumah Sehat

Menurut Winslow dalam Chandra (2007), rumah sehat adalah suatu tempat
untuk tinggal permanen, berfungsi sebagai tempat bermukim, beristirahat,
berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat perlindungan dari pengaruh lingkungan
yang memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.
Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani
secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan dari pengaruh alam
luar.

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya
sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal
yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna
mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Prasetya, 2005).

2.1.2 Kriteria Rumah Sehat

Kriteria rumah sehat yang diajukan oleh dalam Entjang (2000) dan Wicaksono
(2009) yang dikutip dari Winslow antara lain:

1. Harus dapat memenuhi kebutuhan fisiologis


2. Harus dapat memenuhi kebutuhan psikologis
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit
Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public
Health

Asociation (APHA), yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan dasar fisik


Sebuah rumah harus dapat memenuhi kebutuhan dasar fisik, seperti:

a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara


atau dipertahankan temperatur lingkungan yang penting untuk mencegah
bertambahnya panas atau kehilangan panas secara berlebihan. Sebaiknya
temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari
temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar
22°C - 30°C sudah cukup segar.
b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas
cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api
lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa
silau.
c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran
udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5%
dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat
dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya
menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar
udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.
d. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising
yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik
langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang
dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat
pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.
e. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk
anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai
kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan
badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain di rumah
tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.

2. Memenuhi kebutuhan dasar psikologis


Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan dasar psikologis penghuninya, seperti:

a. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni


Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni,
seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2
tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-
anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu
kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.
b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga,
dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang
tuanya.
c. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang
memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga
dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan
tekanan batin.
d. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi
lalu lintas dalam ruangan
e. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan
terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila
terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena
harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka
seperti sungai atau kebun.
f. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman
bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan
bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.
3. Melindungi dari penyakit
Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuninya dari kemungkinan penularan penyakit atau zat-zat yang
membahayakan kesehatan. Dari segi ini, maka rumah yang sehat adalah rumah
yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan seperti
sambungan atau pipa dijaga jangan sampai sampai bocor sehingga tidak tercemar
oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus terbebas dari kehidupan serangga dan
tikus, memiliki tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah serta
pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan.

4. Melindungi dari kemungkinan kecelakaan


Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam
persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam
dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak
menyebabkan keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas,
dan lain sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1989).

2.1.3. Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), lingkup


penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana
sanitasi dan perilaku penghuni.

1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai,


jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi,
sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan
sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,
membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada
tempat sampah.

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah


sebagaimana yang tercantum dalam Kepmenkes Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

1.Bahan bangunan
Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain:Tidak terbuat dari
bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti
debu total tidak jam, dan timah hitam melebihi 300 mg/kg. Tidak terbuat dari
bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme
patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah


Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis seperti
berikut:

a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989),
lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan
akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap
penghuninya. Oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air
seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain. Untuk
mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-
kira 20 cm dari permukaan tanah.
b. Dinding, dengan pembagian: (i) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga
dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara; (ii)
Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan. Berdasarkan Sanropie (1989), fungsi dinding selain sebagai
pendukung atau penyangga atap, dinding juga berfungsi untuk melindungi
ruangan rumah dari gangguan, serangga, hujan dan angin, juga melindungi
dari pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik
adalah bahan yang tahan api, yaitu dinding dari batu.
c. Langit-langit ,Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan.
d. Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan
ruang bermain anak.

Menurut Sanropie (1989), banyaknya ruangan di dalam rumah biasanya


tergantung kepada jumlah penghuni. Banyaknya penghuni dalam suatu rumah
akan menuntut jumlah ruangan yang banyak terutama ruang tidur. Tetapi pada
umumnya jumlah ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan fungsi ruangan
tersebut, seperti:

a. Ruang untuk istirahat/tidur (ruang tidur)


Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang tidur
ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan ditempatkan di
tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari tempat bermain anak-anak.
Diusahakan agar ruang tidur mendapat cukup sinar matahari. untuk setiap orang
yang berumur diatas 5 dibawah 5 tahun. Luas lantai 2 3⁄4 m.

b. Ruang tamu

Ruang tamu yaitu suatu ruangan khusus untuk menerima tamu, biasanya
diletakkan di bagian depan rumah. Ruang tamu sebaiknya terpisah dengan ruang
duduk yang dapat dibuka/ditutup atau dengan gorden, sehingga tamu tidak dapat
melihat kegiatan orang-orang yang ada di ruang duduk.
c. Ruang duduk (ruang keluarga)
Ruang duduk harus dilengkapi jendela yang cukup, ventilasi yang
memenuhi syarat, dan cukup mendapat sinar matahari pagi. Ruang duduk ini
sebaiknya lebih luas dari ruang-ruang lainnya seperti ruang tidur atau ruang tamu
karena ruang duduk sering digunakan pula untuk berbagai kegiatan seperti tempat
berbincang-bincang anggota keluarga, tempat menonoton TV, kadang-kadang
digunakan untuk tempat membaca/belajar dan bermain anak-anak. Selain itu
ruangan ini juga sering digunakan sekaligus sebagai ruang makan keluarga.

d. Ruang makan
Ruang makan sebaiknya mempunyai ruangan yang khusus, ruangan
tersendiri, sehingga bila ada anggota keluarga sedang makan tidak akan terganggu
oleh kegiatan anggota keluarga lainnya. Tetapi untuk suatu rumah yang
kecil/sempit, ruang makan ini boleh jadi satu dengan ruang duduk.

e. Ruang dapur

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil


pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur
harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan
keluar (ke udara bebas). Luas dapur minimal 4 mminimal 1,5 m. Di dapur harus
tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat memasak, tempat cuci peralatan
serta tempat penyimpanannya. Tersedia air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan dan mempunyai sisitem pembuangan air kotor yang baik, serta
mempunyai tempat pembuangan sampah sementara yang baik/tertutup. Selain itu
dapur harus tersedia tempat penyimpanan bahan makanan atau makanan yang siap
disajikan. Tempat ini harus terhindar dari gangguan serangga (lalat) dan tikus.
Oleh karena itu ruangan harus bebas serangga dan tikus.

f. Kamarmandi/W.C

Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air dan selalu terpelihara
kebersihannya agar tidak licin. Dinding minimal setinggi 1 1⁄2 m dari lantai.
Setiap kamar mandi dan jamban yang letaknya di dalam rumah, diusahakan salah
satu dindingnya yang berlubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan
bagian luar rumah. Bila tidak, ruang/kamar mandi dan jamban ini harus
dilengkapi dengan alat penyedot udara untuk mengeluarkan udara dari kamar
mandi dan jamban tersebut keluar, sehingga tidak mencemari ruangan lain (bau
dari kamar mandi dan W.C.) Jumlah kamar mandi harus cukup sesuai dengan
jumlah penghuni rumah. Selain itu kebersihannya harus selalu terjaga. Jamban
harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dipergunakan untuk lebih dari 7
orang.

g. Gudang

Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat atau bahan-bahan


lainnya yang tidak dapat ditampung di ruangan lain, seperti alat-alat untuk
memperbaiki rumah (tangga, dan lain–lain).

h. Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan
Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau
buatan, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi seluruh
ruangan. Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah 60 lux dan tidak
menyilaukan. 4.Kualitas udara
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai berikut:

a. suhu udara nyaman berkisar 18 derajat sampai 30 derajat

b. kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%

c. konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d. pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik permenit per


penghuni
e. konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam

f. konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3

5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai.Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting untuk suatu rumah
tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai
lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan
keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya
ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar
dalam ruangan. Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya
cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah tidak gelap
pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah
yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak harus ada.

Suatu ruangan yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik akan
menimbulkan keadaan yang merugikan kesehatan, antara lain:

1. Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat


hidup tanpa oksigen dalam udara.
2. Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan meningkat.
3. Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan,
dan mulut.
4. Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh
penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan (Azwar,1990). Berdasarkan
Azwar (1990), ada dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan
mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu (i) Ventilasi alamiah,
yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara masuk melalui
jendela, pintu, ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk itu. Proses
terjadinya aliran udara ialah karena terdapatnya perbedaan suhu, udara
yang panas lebih ringan dari pada udara yang dingin. (ii) Ventilasi buatan,
ialah ventilasi berupa alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya
penghisap udara (exhaust ventilation) dan air condition. 6. Binatang
penular penyakit Di dalam rumah tidak boleh ada tikus yang bersarang.

7. Air

1. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.


2. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air
minum sesuai perundang-undangan yang berlaku.

8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.

9. Limbah

1. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
2. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran
terhadap permukaan tanah, serta air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur


Luas ruang tidur minimal 9 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari
dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun. 11.
Atap Fungsi atap adalah untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan
angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti:
debu, asap, dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena
bersifat isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim hujan (Sanropie,
1989).
2.1.4. Sarana Sanitasi Rumah

Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang


berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:

1. Sarana air bersih dan air minum


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Air minum adalah air yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum dan berasal dari
penyediaan air minum sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi
penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain (a) jarak antara
sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank, tempat pembuangan
sampah, air limbah) minimal 10 meter, (b) pada sumur gali sedalam 10 meter dari
permukaan tanah dibuat kedap air dengan pembuatan cincin dan bibir sumur, (c)
penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau
perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.

Ada 3 syarat utama yang harus dipenuhi agar air layak dikonsumsi sebagai
air minum, antara lain:

a. Syarat fisik
Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan
suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman.

b. Syarat kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Sebagai petunjuk bahwa air
telah dicemari oleh faeces manusia adalah adanya E.coli karena bakteri ini selalu
terdapat dalam faeces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif
lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air (Entjang, 1997).

2. Saluran Pembuangan Air Limbah


Air limbah atau air kotor atau air bekas ialah air yang tidak bersih dan
mengandung pelbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia,
hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia.

Pada dasarnya pengolahan air limbah bertujuan untuk:

1. Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman berbagai


penyakit. Ini

disebabkan karena limbah sering dipakai sebagai tempat berkembang-


biaknya

berbagai macam bibit penyakit.

2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah


tersebut

mengandung zat organik yang membahayakan kelangsungan hidup.

3. Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-
hari,

terutama jika sulit ditemukan air bersih.

3. Jamban/kakus
Kakus atau jamban adalah tempat yang dipakai manusia untuk melepaskan
hajatnya. Adapun syarat-syarat dalam mendirikan kakus atau jamban menurut
Azwar (1990) ialah:

1. Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari pandangan


orang lain, terlindung dari panas atau hujan, serta terjamin privacy-nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, syarat ini dipenuhi dalam bentuk
mengadakan ruangan sendiri untuk kakus di rumah ataupun mendirikan
rumah kakus di pekarangan.
2. Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai mengganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi tempat hidupnya
perbagai binatang.
3. Bangunan kakus memiliki lantai yang kuat, mempunyai tempat berpijak
yang kuat, syarat ini yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus
model cemplung.
4. Mempunyai lobang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu
dialirkan pada sumur penampungan atau sumur rembesan.
5. Menyediakan alat pembersih seperti air atau kertas yang cukup, sehingga
dapat segera dipakai setelah membuang kotoran.
Berdasarkan Azwar (1990) jenis-jenis kakus atau jamban dilihat dari
bangunan jamban yang didirikan, tempat penampungan, pemusnahan
kotoran dan penyaluran air kotor.

4. Tempat Sampah

Tempat sampah yang baik harus memenuhi kriteria, antara lain

(a) terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak

(b) harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik serangga atau binatang-
binatang lainnya, dan sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau
ditutup tanpa mengotori tangan
(c) ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh
pemerintah, tempat sampah harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
karyawan pengumpul sampah mudah mencapainya (Entjang, 1997).

2.2. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta


interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini
bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai tindakan) (Sarwono, 2004).

2.2.1. Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme


atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek. Respon ini
dibedakan menjadi 2 (dua):
1. Perilaku tertutup (covert bahavior) Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan
sikap yang terjadi pada orang yang memerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus


dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok.

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Adalah perilaku


atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak
sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek.
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,
maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai
tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan


atau disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).

3. Perilaku kesehatan lingkungan.


Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Misalnya: bagaimana mengelola pembuangan tinja,
air minum, tempat sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

2.3 Parameter Rumah sehat


Menurut Munif Arifin (2009), kriteria rumah sehat didasarkan pada
pedoman teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang persyaratan Kesehatan Perumahan. Sedangkan pembobotan terhadap
kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku
didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan terhadap Lingkungan (45%),
Perilaku (35%), Pelayanan Kesehatan (15%), Keturunan (5%).
Dalam hal rumah sehat, persentase pelayanan kesehatan dan keturunan diabaikan,
sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentulan sebagai berikut :
1.Bobot komponen rumah (25/80 x 100%) : 31

2.Bobot sarana sanitasi (20/80 x 100%) : 25

3.Bobot perilaku (35/80 x 100%) : 44

Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang


merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan criteria sebagai
berikut :
1. Memenuhi syarat : 80 -100 % dari total skor.
2. Tidak memenuhi syarat : < 80 % dari total skor.
Kelompok Komponen Rumah yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat
menggunakan Indikator komponen sebagai berikut :
1. Langit-langit
2. Dinding
3. Lantai
4. Jendela kamar tidur
5. Jendela ruang keluarga
6. Ventilasi
7. Lubang asap dapur
8. Pencahayaan
9. Kandang
10. Pemanfaatan Pekarangan
11. Kepadatan penghuni.

Indikator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat


menggunakan Indikator sarana sebagai berikut :

1. Sarana air bersih


2. Jamban
3. Sarana pembuangan air limbah
4. Sarana pembuangan sampah.

Indikator penilaian perilaku penghuni rumah meliputi bebrapa parameter


sebagai berikut :
1. kebiasaan mencuci tangan.
2. keberadaan tikus.
3. keberadaan jentik.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penilaian rumah sehat di RT 01, 03 dan 05 kelurahan


sukaraja, maka didapatkan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Pendidikan

PENDIDIKAN
Tidak Sekolah SD SMP SMA S1

3% 3%

37%
40%

17%

dari 30 kepala rumah tangga di kelurahan sukaraja didapatkan data


pendidikan terakhir sebagai berikut :
a. Tidak Sekolah : 1 orang
b. SD : 11 orang
c. SMP : 5 orang
d. SMA : 12 orang
e. Akademi perguruan tinggi : 1 orang
Data tersebut menunjukan bahwa rata-rata pendidikan terakhir masyarakat
kelurahan sukaraja hanya menamati Sekolah Menengah Atas (SMA), SMP, SD
Bahkan ada masayarakat yang tidak sekolah, yang menamati S1 hanya terdapat 1
orang.

2. Pengetahuan

Pengetahuan
PENGETAHUAN
Tidak Baik
10%

Pengetahuan
Batik
90%

Dari 10 pertanyaan yang diajukan ke masing-masing kepala keluarga yang


berjumlah 30 orang untuk menggali pengetahuan masyarakat kelurahan sukaraja
mengenai kriteria rumah sehat di dapatkan data sebagai berikut :
a. pengetahuan baik : 27 0rang
b. pengetahuan tidak baik : 3 orang
data tersebut menunjukan bahwa rata-rata masyarakat kelurahan sukaraja
mempunyai pengetahuan yang baik mengenai rumah sehat.
3. Pendapatan

Pendapatan

Diatas UMR
30%

Dibawah UMR
70%

Dikarenakan rata-rata pekerjaan masyarakat kelurahan sukaraja di RT 1, 3


dan 5 adalah wiraswasta dengan pendapatan tidak pasti perbulannya, maka data
diatas menunjukan pendapatan masyarakat kebanyakan dibawah UMR.
Dengan interpretasi sebagai berikut :
 UMR = > 1800.000/bulan : 9 orang
 < UMR = <1800.000/bulan : 21 orang

berdasarkan hasil penelitian mengenai Pendidikan, Pengetahuan, pekerjaan


dan pendapatan masyarakat kelurahan sukaraja di RT 1,3 dan 5 didapatkan data
komponen rumah sebagai berikut :
1. langit langit rumah

Langit-Langit

13% Tidak Ada Langit-langit

40%
Ada,Kotor,sulit
dibersihkan,rawan
kecelakaan
Ada,berish dan tidak
47%
rawan kecelakaan

data tersebut menunjukan bahwa 30 rumah masyarakat kelurahan sukaraja


memiliki langit –langit rumah sebagai berikut :
a. tidak ada langit-langit : 4 rumah
b. ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan : 14 rumah
c. ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan : 12 rumah

2.dinding rumah

Dinding
0%

30%
Dinding Bukan tembok
Dinding Semi Permanen
Dinding Permanen
70%

data tersebut menunjukan bahwa 30 rumah masyarakat kelurahan sukaraja


memiliki dinding rumah sebagai berikut :
a. dinding rumah bukan tembok : 0 rumah
b. dinding semi permanen : 9 rumah
c. dinding permanen : 21 rumah

3. Lantai

Lantai
0%

Lantai Tanah
22%

Lantai papan ,plasteran


yang retak, berdebu

lantai
78% diplaster,ubin,keramik,p
apan

data tersebut menunjukan bahwa 30 rumah masyarakat kelurahan sukaraja


memiliki lantai rumah sebagai berikut :
a. lantai tanah : 0 rumah
b. lantai papan, plasteran yang retak, dan berdebu : 6 rumah
c. lantai diplaster, ubin, keramik : 24 rumah
4. jendela kamar

Jendela Kamar

27%
Tidak Ada Jendela
Keluarga
Ada Jendela Keluarga

73%

data tersebut menunjukan bahwa 30 rumah masyarakat kelurahan sukaraja


memiliki jendela kamar sebagai berikut :
a. tidak ada jendela kamar : 13 rumah
b. ada jendela kamar : 17 rumah

5. Jendela Ruang keluarga


Jendela Keluarga

27%
Tidak Ada Jendela
Keluarga
Ada Jendela Keluarga

73%

data tersebut menunjukan bahwa 30 rumah masyarakat kelurahan sukaraja


memiliki jendela ruang keluarga sebagai berikut :
a. tidak ada jendela ruang keluarga : 8 rumah
b. ada jendela ruang keluarga : 22 rumah
c.
6. ventilasi

Ventilasi

Tidak ada lubang asap


dapur
30% 27%

Ada lubang asap dapur


luasnya <10% luas lantai
dapur
Ada lubang asap dapur
luasnya >10% luas lantai
43% dapur

data tersebut menunjukan bahwa 30 rumah masyarakat kelurahan sukaraja


memiliki ventilasi rumah sebagai berikut :
a. tidak ada lubang asap dapur : 8 rumah
b. ada lubang asap dapur luasnya <10% luas lantai dapur : 13 rumah
c. ada lubang asap dapur luasnya >10% luas lantai dapur : 9 rumah

7. pencahayaan

Pencahayaan
0%
Tidak Terang, tidak bisa
diperguakan untuk
membaca

Kurang terang, sehingga


47% kurang jelas untuk
53% membaca dengan normal

Terang dan tidak silau


sehingga dapat
dipergunakan untuk
membaca dengan normal

data tersebut menunjukan bahwa 30 rumah masyarakat kelurahan sukaraja


memiliki pencahayaan rumah sebagai berikut :
a. tidak terang, tidak bias dipergunakan untuk membaca : 0
b. kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal :
14 rumah
c. terang, tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca
dengan normal : 16 rumah
Berdasarkan data diatas. Maka terdapat jumlah rumah yang memiliki
kriteria rumah sehat dan rumah tidak sehat di RT 1,3 dan 5 kelurahan sukaraja
sebagai berikut :
Persentase Rumah Sehat

Rumah Sehat
26%
Rumah Tidak
Sehat
74%

Berdasarkan data diatas, maka didapatkan data dari 30 rumah masyarakat


kelurahan sukaraja RT 1, 3 dan 5 memiliki kriteria rumah rumah sebagai berikut :
a. kriteria rumah sehat : 8 rumah
b. kriteria rumah tidak sehat : 22 rumah
3.2 Kerangka Acuan

Rumah Tidak Sehat

Ekonomi Rendah Prilaku

Ketidak Pedulian
Pendapatan Rata-
Terhadap Kesehatan
Rata dibawah UMR
Lingkungan

Keterbasan Dalam Kurangnya


Memenuhi Kewaspadan
Komponen Rumah Terhadap Dampak
Sehat Rumah Tidak Sehat

Tidak Mengetahui
Dampak Rumah
Tidak Sehat

Kurangnya Edukasi
Tentang Rumah Sehat
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat beristrahat dan berlindung,
tetapi juga sebagai sarana untuk memperbaiki kesehatan. Untuk itu rumah harus
memenuhi syarat syarat kesehatan. Rumah yang memenuhi syarat kesehatan
disebut rumah sehat. Dengan latar belakang pendidikan, pengetahuan dan
penghasilan yang tidak memadai akan memberikan dampak rumah tidak sehat
sehingga akan menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Namun jika
pengetahuan dan pendapatan masyarakat memadai tetapi perilaku masyarakat
kurangnya kepedulian dan tidak adanya kesadaran dari masyarakat akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan juga akan menimbulkan dampak yang
buruk pada rumah dan lingkungan.

4.2 Saran
1. karna kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat kelurahan
sukaraja akan kebersihan rumah lingkungan, untuk itu diharapkan diadakan
penyuluhan secara rutin untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya rumah sehat beserta dampaknya.
2. Tokoh masyarakat di Kelurahan sukaraja diharapkan aktif dalam
mengupayakan kesehatan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya dengan
mengadakan gerakan gotong royong antar warga untuk membersihan sungai yang
dijadikan tempat pembuangan sampah yang masih berada dilingkungan
masyarakat..

Anda mungkin juga menyukai