PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glaukoma
2. 1.1 Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani “ glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup
besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan
lapang pandang. Di Amerika Serikat, glaukoma ditemukan pada lebih 2 juta orang,
yang akan beresiko mengalami kebutaan.
Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia mendapatkan bahwa glaukoma
merupakan penyebab kedua kebutaan sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak
1,02%, Glaukoma 0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%. Akibat dari kebutaan
itu akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada usia produktif,
sehingga akan berpengaruh juga terhadap sumberdaya manusia pada umumnya dan
khususnya Indonesia
Glaukoma akut adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekana
intra okuler (TIO) secara mendadak akibat aposisi iris dengan jalinan trabekular
pada sudut bilik mata. Kondisi iris yang terdorong atau menonjol ke depan
menyebabkan outflow humour aquous terhambat sehingga TIO meningkat.
Penutupan sudut yang terjadi secara mendadak Nama lainnya adalah glaukoma
sudut tertutup primer.
2
menyebabkan peningkatan takanan intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma
primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem
trabekulum dan kanalis schlem.
b. Glaukoma Sudut Tertutup Primer
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi
anatomis tanpa ada kelainan lainnya. Adanya peningkatan tekanan intraokuler
karena sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi trabekular meshwork
oleh iris perifer.
2.2.2. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan
manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan
paling sering disebabkan oleh uveitis.
2.2.3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital
seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya
epifora dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler.
Glaukoma kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada
sudut kamera okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan
kelainan lain (dapat berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom Sturge-Weber dan
rubela kongenital)
2.3. Etiologi
Glaukoma lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun. Beberapa faktor
resiko lainnya untuk terjadi glaukoma, antara lain4,5 : - Faktor genetik, riwayat
glaukoma dalam keluarga. - Penyakit hipertensi - Penyakit diabetes dan penyakit
sistemik lainnya. - Kelainan refraksi berupa miopi dan hipermetropi - Ras tertentu.
2.4. Patofisiologi
Humor akuos di produksi oleh badan siliaris dan mengalir kedalam Camera
Oculi Posterior (COP), yang mengalir di antara permukaan iris posterior dan lensa,
3
di sekitar tepi pupil, dan selanjutnya masuk ke Camera Oculi Anterior (COA).
Humor akuos keluar dari COA pada sudut COA yang dibentuk oleh dasar iris dan
kornea perifer, selanjutnya mengalir melalui trabekulum dan masuk ke kanal
Schlemm. Melalui collector channels, humor akuos masuk ke dalam vena episklera
dan bercampur dengan darah.
Tekanan intra okuler (TIO) merupakan keseimbangan antara kecepatan
pembentukan humor akuos dengan resistensi aliran kasus keluarnya dari COA.pada
seb gian besar kasus gloukoma, lebih banyak disebabkan karena abnormalitas aliran
keluar humor akuos dari COA dibandingkan peningkatan produksi humor akuos.
Patofisiologi dari glaukoma sudut tertutup dengan block pupil meliputi faktor2
yaitu aposisi lensa dan iris yang mengakibatkan pencembungan iris perifer dan
predisposisi anatomi mata yang menyebabkan bagian anterior iris perifer
menyumbat trabekulum. Patofisiologi glaukoma sudut tertutup tanpa block pupil
terjadi melalui 2 mekanisme yaitu mekanisme penarikan anterior dan posterior.
Pada penarikan anterior, iris perifer ditarik kearah depan menutup trabekulum
karena kontraksi membrane eksudat inflamasi atau serat fibrin. Pada mekanisme
penarikan posterior iris perifer mencembung kearah depan karena lensa vitreus atau
badan siliaris.
4
dengan cepat (glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi penuh air,
menimbulkan halo di sekitar cahaya
c. terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah .
d. Penyempitan lapang pandang Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan
iskemia kronis pada saraf optik menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina
yang biasanya menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma). Pada
glaukoma stadium akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat berat (tunnel
vision), meski visus pasien masih 6/6
e. Perubahan pada diskus optik. Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa
penggaungan dan degenerasi papil saraf optik .
f. Oklusi vena
g. Pembesaran mata Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak.
Pada anak-anak dapat terjadi pembesaran dari mata (buftalmus).
5
posterior
kornea
5 Pupi Semidilatasi, Miosis, reaksi Normal
tak ada reaksi lambat
terhadap sinar (absent)
6 COA Dangkal Nornal Normal
7 TIO Tinggi Normal atau Normal
rendah
8 Sekret Air Air Pus
9 Visus Sangat turun Sedikit turun Normal
10 Serangan Mendadak Perlahan Perlahan
2.8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut, adalah segera
menghentikan serangan akut dengan obat-obatan, melakukan iridektomi perifer
6
sebagai terapi definitif, melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan terkena
serangan akut, dan menangani sekuele jangka panjang akibat serangan serta jenis
tindakan yang dilakukan. Pertolongan pertama adalah menurunkan TIO secepatnya
dengan memberikan serentak obat-obatan, yaitu asetazolamid HCl 500 mg, KCl 0,5
gr 3x/hari, timolol 0,5% 2 x 1 tetes/hari, tetes mata kombinasi kortikosteroid +
antibiotika 4-6 x 1 tetes/hari, dan terapi simtomatik.
Obat diberikan dengan indikasi dari dokter.
2.9. Komplikasi
1. Sinekia Anterior Perifer Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan
menghambat aliran humour akueus.
2. Katarak Lensa kadang-kadang membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa
yang membengkak mendorong iris lebih jauh ke depan yang akan
menambah hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat
hambatan sudut.
3. Atrofi Retina dan Saraf Optik Daya tahan unsur-unsur saraf mata terhadap
tekanan intraokular yang tinggi adalah buruk. Terjadi gaung glaukoma pada
papil optik dan atrofi retina, terutama pada lapisan sel-sel ganglion.
4. Glaukoma Absolut Tahap akhir glaukoma sudut tertutup yang tidak
terkendali adalah glaukoma absolut. Mata terasa seperti batu, buta dan
sering terasa sangat sakit. Keadaan semacam ini memerlukan enukleasi atau
suntikan alkohol retrobulbar.
2.10. Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini 1 . Bila
tidak mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam
waktu yang pendek sekali. Pengawasn dan pengamatan mata yang tidak mendapat
serangan diperlukan karma dapat memberikan keadaan yang sama seperti mata
yang dalam serangan.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
Daftar Pustaka
1. Ilyas s. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit FKUI, 2008.212
2. American Health Asisstance Foundation. How The Build Up of Aqueous
Humor Can Damage The Optic Nerve 2000
3. Anonim. Glaukoma 2004; http://www.medicastore.com
4. Ilyas s. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyait Mata. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2005. 97-101.
5. Vaughan DG, Asbury T, Riodan P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:
Widya Medika, 2000. 232- 33