Pembimbing Akademik :
Pembimbing Ruangan :
- Linda Komalasari
JAKARTA
2019
LEMBAR PEGESAHAN
Ns. Ressa A.U M. Kep., Sp. Kep. Kom Ns. Puspita Hanggit L, M. Kep
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
senantiasa mencurahkan rahmat, berkat, dan hikmat-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dalam membuat laporan
yang berjudul “Laporan Kegiatan Praktik Komunitas di Puskesmas Sawah
Besar.”
Penulisan Laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Keperawatan
Komunitas. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa diskusi sampai pada penyusunan laporan keperawatan
komunitas ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup
yang kurang sehat semakin menyebar keseluruh lapisan masyarakat, sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyaki tdegeneratif yaitu
penyakit yang tidak menularakan tetapi dapat diturunkan. Salah satu penyakit
degeneratif yang memerlukan penanganan secara tepat dan serius adalah
diabetes mellitus (DM).
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren
glukosa. Penyakit inidapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan
makanan , kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus
pengelolaan diabetes di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan
individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan Pentalogi Terapi DM
meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdiri dari :Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes,
Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik
(Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidakpatuhan
pasien dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet,
olah raga dan penggunaanobat-obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah
menunjukan ketidakpatuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri
( Efendi Z,1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat,
jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih
150 juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994), tahun 2010=279,3 juta
( kurang lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3
kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapat
lah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998=
3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta .
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan
yang komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan
harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup
melaksanakan instruksi–instruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit
DM nya dapat dikontrol dengan baik(Haznam,1986). Pada umumnya
penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia masih menderita gejala /
yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas
dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang.
Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor [ 1991].
La Greca&Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi
pengobatan yang dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting.
Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi dalam populasi medis yang
kronis.
Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak
pasien tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain :pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak
menjalankan diet dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur
(Tjokroprawiro,A.,1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan
suatu proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip
penatalaksanaan DM. Prinsip tersebut meliputi :
1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.
2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi
Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus yang sering dijumpai adalah
kaki diabetik (diabetic foot), yang dapat bermanifestasikan sebagai ulkus,
infeksi dan gangren dan artropati Charcot (Reptuz, 2009; dikutip Andarwanti,
2009). Ada dua tindakan dalam prinsip dasar pengelolaan diabeticfoot yaitu
tindakan pencegahan dan tindakan rehabilitasi. Tindakan rehabilitasi meliputi
program terpadu yaitu evaluasi tukak, pengendalian kondisi metabolik,
debridemen luka, biakan kuman, antibiotika tepat guna, tindakan bedah
rehabilitatif dan rehabilitasi medik. Tindakan pencegaha nmeliputi edukasi
perawatan kaki, sepatu diabetes dan senam kaki (Yudhi, 2009).
Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi Penyandang DM atau
bukan Penyandang untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredarandarah bagian kaki (Soebagio, 2011).
Perawat sebagai salah satu tim kesehatan, selain berperan dalam memberikan
edukasi kesehatan juga dapat berperan dalam membimbing Penyandang DM
untuk melakukan senam kaki sampai dengan Penyandang dapat melakukan
senam kaki secara mandiri (Anggriyana&Atikah, 2010).
Gerakan-gerakan senam kaki ini dapat memperlancar peredaran darah di kaki,
memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kaki dan mempermudah
gerakan sendi kaki. Dengan demikian diharapkan kaki Penyandang diabetes
dapat terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup Penyandang
diabetes (Anneahira, 2011).
Berdasarkan data diatas materi penyuluhan ini ditekankan pada aktifitas fisik
secara teratur pada penderita Dm agar para penyandang diabetes dapat
mengaplikasian terapi non-farmakologis ini untuk mencegah komplikasi dari
DM tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktek di Puskesmas Sawah Besar
diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan
komunitas pada pasien dengan DM.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami komunitas dan kelompok khusussebagai unit
sasaran praktik leperawatan komunitas
b. Memahami berbagai faktor yang mempengaruhi status
kesehatan komunitas dan kelompok khusus
c. Mengintegrasian ilmu kesehatan masyarakat ke dalam
kesehatan praktik keperawatan komunitas dan kelompok
khusus
d. Memahami konsep, prinsip dan perspektif asuhan keperawatan
komunitas dan kelompok khusus
e. Membangun kerjasama lintas sektor dan kerja didalam tim
f. Melakukan pengkajian keperawatan komunitas dan kelompok
khusus
g. Melakukan diagnosa keperawatan komunitas dan kelompok
khusus
h. Melakukan perencanaan keperawatan komunitas dan
kelompok khusus
i. Melaksanakan berbagai intervensi keperawatan komunitas dan
kelompok khusus
j. Mengevaluasi askep komunitas dan kelompok khusus
k. Mendokumentasikan askep komunitas dan kelompok khusus
l. Mengaplikasikan strategi promkes kemitraan pemberdayaan
komunitas, pengorganisasian komunitas dalam praktek
keperawatan komunitas
m. Menerapkan konsep dan prinsip keselamatan dan kesehatan
kerja dalam melakukan praktek keperawatan pada kelompok
khusus pekerja.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Puskesmas
D. Konsep Penyakit
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah Keadaan hiperglikemia(kelebihan kadar gula
darah) kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah (Nugroho, 2011, p. 258).
2. Etiologi
a. Diabetes Mellitus tipe 1
4. Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Hal ini secara pelan – pelan terus menyerang sel beta dan
molekul insulin endogen sehingga menimbulkan onset
mendadak. Hiperglikemia dapat timbul akibat dari penyakit
akut atau stress dimana meningkatkan kebutuhan insulin
melebihi cadangan dari kerusakan massa sel beta. Ketika
penyakit akut atau stress terobati klien dapat kembali pada
status terkompensasi dengan durasi yang berbeda – beda
dimana pancreas kembali mengatur produksi sejumlah insulin
secara adekuat. Status kompensasi ini disebut sebagai periode
honeymoon, secara khas bertahan untuk tiga sampai 12 bulan
proses berakhir ketika massa sel beta yang berkurang tidak
dapat memproduksi cukup insulin untuk meneruskan
kehidupan. Klien menjadi bergantung kepada pemberian
insulin eksogem (diproduksi di luar tubuh) untuk bertahan
hidup (Black, 2014).
5. Klasifikasi
Diabetes Mellitus di klasifikasikan sebagai salah satu dari empat
status klinis berbeda meliputi: tipe 1, tipe 2,gestasionalatau tipe
DM spesifik lainnya.
a. DM tipe 1 merupakan hasil destruksi autoimun sel
beta,mengarah kepada defisiensi insulin absolut.
b. DM tipe 2 adalah akibat dari efek sekresi insulin,umumnya
berhubungan dengan obesitas.
c. DM gastional adalah DM yang di diagnosis selama hamil.
d. DM tipe lain mungkin sebagai akibat dari efek genetik fungsi
sel beta, penyakit pankreas (misal kistik fibrosis) atau penyakit
yang di induksi oleh obat-obatan. DM gestasional merupakan
diagnosis DM yang menerapkan untuk perempuan dengan
intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama
kehamilan.DM gestasional terjadi pada 2-5% perempuan hamil
namun menghilang ketika hamilnya berakhir (Black, 2014, pp.
631-632).
6. Komplikasi
a. Komplikasi akut diabetes mellitus
1) Hiperglikemia
Hiperglikemia akibat saat glukosa tidak dapat diangkut ke
dalam sel karena kurangnya insulin. Tanpa tersedianya KH
untuk bahan bakar sel, hati mengubah simpanan glikogennya
kembali ke glukosa (glikogenolisis) dan meningkatkan
biosintesis glukosa (gluconeogenesis). Sayangnya namun,
respon ini memperberat situasi dengan meningkatnya kadar
glukosa darah bahkan lebih tinggi
2) Ketoasidosis
Asidosis metabolic berkembang dari pengaruh asam akibat
keton asetaoasetat dan hidrokisibutirat beta.Konsisi ini disebut
ketoasidosis diabetic.Asidosis berat mungkin menyebabkan
klien diabetes kehulangan kesadaran disebut koma
diabetic.Ketoasidosis diabetic selalu dinyatakan sebuah
kegawatdaruratan medis dan memerlukan perhatian medis
segera
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi
hipoglikemi) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga
dijumpai di dalam klien DM tipe 2 yang diobati insulin atau
obat oral.Kurang hati – hati atau kesalahan sengaja dalam dosis
insulin sering menyebabkan hipoglikemia. Perubahan lain
dalam jadwal makan atau pemberian insulin dapat
menyenankan hipoglikemia (Black, 2014, pp. 667-668).
b. Komplikasi kronis diabetes mellitus
1) Komplikasi makrovaskular
Penyakit arteri coroner, penyakit sebrovaskular, dan penyakit
pembuluh perifer kebin umum, cenderung terjadi pada usia
lebih awal, dan lebih luas dan berat pada orang dengan DM.
penyakit makrovaskular (penyakit pembuluh besar)
mencerminkan aterosklerosis dengan penumpukan lemak pada
lapisan dalam dinding pembuluh darah. Resiko
berkembangnya komplikasi makrovaskular lebih tinggi pada
DM tipe 1 daripada tipe 2 (Black, 2014, pp. 674-677).
2) Penyakit aeteri coroner
Pasien dengan DM 2 – 4 kali lebih mungkin dibangdingkan
klien non DM untuk meninggal karena penyakit arteri coroner,
dan factor resiko relative untuk penyakit jantung pembuluh
darah.Banyak klien dengan DM, kejadian mikrovaskular atau
proses seperti penyakit arteri coroner adalah atipikal atau diam,
dan sering seperti gangguan pencernaan atau gangguan jantung
tidak dapat di jelaskan, dyspnea pada aktivitas berat atau nyeri
epigastric
3) Penyakit serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular, termasuk infark aterotromboembolik
dimanifestasikan dengan serangan iskemik transien dan
cerebrovascular attack (stroke), lebih sering dan berat pada
klien dengan DM. resiko relative lebih tinggi pada perempuan,
tertinggi pada usia 50 atau 60 an, dan lebih tinggi pada klien
dengan hipertensi. Klien yang dating dengan kadar stroke dan
kadar glukosa darah tinggi memiliki prognosis lebih buruk
dibandingkan klien dengan normoglikemik
4) Hipertensi
Hipertensi adalah factor resiko mayor untuk stroke dan
nefropati.ipertensi yang diobati tidak adekuat memperbesar
leju perkembangan nefropati
5) Penyakit pembuluh perifer
Pada penderita DM idensial dan prevalensi bunyi abnormal
atau murmur, tidak ada denyut pedal (kaki), dan gangrene
iskemik meninkat.Lebih dari separuh amputasi tungkai bawah
nontraumatik berhubungan dengan perubahan diabeteik seperti
neuropati sensoris dan motoric, penyakit pembuluh darah
perifer, peningkatan resiko dan laju infeksi, penyembuhan
buruk.Rangkaian kejadian ini yang mungkin mengarah kepada
amputasi
6) Infeksi
Infeksi saluran kencing adalah tipe infeksi paling sering
mempengaruhi klien DM, terutama perempuan.Salah satu
factor mungkin di hambat leukosit PMN saat glukosa
ada.Glukosaria berhubungan dengan
hiperglikemia.Perkembangan kandung kemih neurogenic
akibat pengosongan tidak lengkap dan retensi urine, mungkin
juga berkontribusi terhadap resiko infeksi saluran
kencing.Infeksi kaki diabetic adalah sering.Kejadian kaki
diabetek secara langsung terkait tiga factor di atas dan
hiperglikemia. Hamper 40% klien diabetic dengan infeksi kaki
mungkin memerlukan amputasi, dan 5-10% akan meninggal
meskipun amputasi di daerah yang terkena. Dengan edukasi
yang tepat dan intervensidini, infeksi kaki biasanya hilang
dengan cara – cara yang tepat waktu. Perawatan kaki efektif
dapat menjadi pemutus awal rantai kejadian yang mengarah
pada keadaan amputasi
7) Komplikasi mikrovaskular
Mikroanginopati merujuk pada perubahan yang terjadi di
retina, ginjal dan kapiler perifer pada DM. Uji komplikasi dan
kontrol diabetes telah membuat hal ini jelas bahwa control
glikemik ketat dan konsisten mungkin mencegah atau
menghentikan perubahan mikrovaskular (Black, 2014, pp. 677-
679).
8) Retinopati diabetic
Diabetic adalah penyebab utama kebutaan diantara klien
dengan DM; sekitar 80% memiliki beberapa bentuk retinopati
15 tahun setelah diagnosis.Penyebab pasti retinopati tidak
dipahami baik tapi kemungkinan multi factor dan berhubungan
dengan glikosilasis protein, iskemik dan mekanisme
hemodinamik. Stress dari peningkatan kekentalan darah adalah
sebuah mekanisme hemodinamik yang meningkatkan
permeabilitas dan penurunan lastisitas kapiler
9) Nefropati
Nefropati diabetic adalah penyebab tunggal paling sering dari
penyakit ginjal kronis tahap 5, dikenal sebagai penyakit ginjal
tahap akhir.Sekitar 35-45 % klien dengan DM tipe 1 ditemukan
memiliki nefropati 15-20 tahun setelah diagnosis.Sekitar 20%
klien dengan DM tipe 2 ditemukan memiliki nefropati 5-10
tahun setelah diagnosis.Sebuah konsekuensi mikroanginopati,
nefropati melibatkan kerusakan terhadap dan akhirnya
kehilangan kapiler yang menyuplai glomelurus ginjal.
Kerusakan ini mengarah gilirannya kepada perubahan dan
gejala pathologic kompleks(glomerulosklerosis antar kapiler,
nephrosis, gross albuminuria, dan hipertensi)
10) Neuropati
Neuropati adalah komplikasi kronis paling sering dari DM.
hamper 60% klien DM mengalaminya. Oleh karena serabut
saraf tidak memiliki suplai darah sendiri, saraf bergantung
pada difusi zat gizi dan oksigen lintas membrane.Ketika akson
dan denrit tidak mendapat zat gizi, akumulasi sorbitol di
jaringan saraf, selanjutnya mengurangi fungsi sensoris dan
motoris.Kedua masalah neurologis permanen maupun
sementara mungkin berkembang padaklien dengan DM selama
perjalanan penyakit. Klien dengan kadar glukosa darah tinggi
sering mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf berbeda dengan tipe
nyeri lain seperti nyeri otot atau sendi keseleo. Nyeri saraf
sering dirasakan seperti mati rasa, menusuk, kesemutan, atau
sensasi terbakar yang membuat klien terjaga waktu malam atau
berhenti melakukan pekerjaan tugas harian.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3. Batas daerah/wilayah
Utara : ....................
Selatan : ....................
Barat : ....................
Timur : ....................
0 – 1 tahun : ........................jiwa
4. Pertumbuhan penduduk
2. Tenaga
3. Fasilitas sosial
Panti asuhan .................................. buah
Rumah jompo/panti wredha ........................ buah
Panti cacat .................................. buah
Lain-lain .................................. buah
Jelaskan ................................................
4. Fasilitas umum
Pasar .................................. buah
Tempat hiburan .................................. buah
Rumah makan .................................. buah
Tempat pertemuan ............................... buah
Tempat penginapan ....................... buah
Lain-lain .................................. buah,
Jelaskan ...............................................
5. Fasilitas ibadah
Masjid ............................................ buah
Gereja ........................................... buah
Wihara ........................................... buah
Pura ........................................... buah
Klenteng ........................................... buah
Upaya masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas
IV. Ekonomi
Rp.1.200.000.— - Rp.1.200.000.—
Rp.1.500.000.— - Rp.2.500.000.—
Rp. 2.500.000.—
V. Keamanan
Pemadam kebakaran, jumlah ................... buah
Polisi, Jumlah .................... buah
Siskamling, frekuensi .................... buah
6. Sumber polusi
Sumber polusi di daerah Puskesmas Sawah Besar yaitu kendaraan bermotor
3. Angka kesakitan
8. Penyakit terbanyak
B. Analisa Data
Data Masalah
Kader:
Data Objektif:
Survey:
- Mayoritas keluarga (68,3%) belum pernah
mendapatkan informasi kesehatan terkait gizi
kurang pada balita
- Berdasarkan hasil survey, masih banyak orang tua
balita yang belum melakukan pemeriksaan status
gizi ke pelayanan kesehatan (46,3%).
- Berdasarkan penilaian status gizi balita (BB/U),
terdapat 22% balita mengalami gizi kurang dan
4,9% balita mengalami gizi buruk.
- Mayoritas balita mempunyai riwayat penyakit
batuk pilek (63,4%).
- Tanda dan gejala gizi kurang pada balita yang
mayoritas muncul adalah BB kurang (53,7%).
- Sebanyak 26,8% balita mengalami keluhan sulit
makan.
- Mayoritas rata-rata pendapatan keluarga perbulan
adalah kurang dari Rp 2.397.000 yaitu sebanyak
23%
- mayoritas tingkat pengetahuan keluarga dengan
balita terkait dengan pemenuhan gizi pada balita
adalah kurang baik (51,2%)
- sikap keluarga dalam pemenuhan gizi seimbang
pada balita mayoritas masih kurang baik (68,3%).
- Praktek keluarga dalam pemenuhan gizi
seimbang pada balita, sebanyak 22 responden
(53,7%) masih dalam kategori kurang baik.
- balita memiliki pola makan 1-2 kali sehari
(51,2%)
- sebanyak 11 responden (26,8%) mengatakan
bahwa anak balitanya mengalami kesulitan
makan.
- rata-rata pendidikan Ibu pada keluarga dengan
balita adalah SMA (63,4%)
Winshield Survey
- Berdasarkan observasi di beberapa titik posyandu
di tiap RW, pelaksanaan posyandu masih belum
berjalan optimal. Pelaksanaan posyandu belum
sesuai dengan prinsip 5 meja.
- Berdasarkan observasi di beberapa posyandu,
terkait masalah gizi, kader posyandu masih belum
secara langsung mampu mendentifikasi balita
yang mengalami masalah gizi. Misalnya dari
hasil intepretasi KMS, sehingga balita dengan
gizi kurang dan gizi buruk belum mendapatkan
pelayanan tindak lanjut, minimal pendidikann
kesehatan terkait pemenuhan gizi seimbang pada
balita di posyandu oleh kader kesehatan
C. Diagnosa Komunitas
Berdasarkan analisa data diatas, didapatkan beberapa diagnona pada
masalah pada penderita DM dengan kesemutan dan kebas kaki di
Puskesmas Sawah Besar yaitu Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
(00099) pada penderita DM di Puskesmas Sawah Besar.
D. Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Klien dengan DM Di Puskesmas Sawah Besar Maret Tahun 2014
DATA DIAGNOSA NOC NIC
(NANDA/IACP)
Data Subjektif : DOMAIN 1 Prevensi Primer: Prevensi Primer:
Keluarga: Promosi kesehatan Domain IV: Pengetahuan kesehatan Domain 3: Perilaku
-Hasil wawancara dengan keluarga dan klien KELAS 2 dan perilaku Kelas S: Edukasi klien
bahwa klien sering mengalami kesemutan dan Manajemen Kelas S: Pengetahuan kesehatan 5510: Pendidikan
kebas kesehatan 1841: Pengetahuan: Manajemen Kesehatan
-Beberapa keluarga mengatakan belum pernah Diagnosis DM Kegiatan:
mendapatkan penyuluhan tentang senam kaki Ketidakefektifan Indikator Identifikasi factor
DM. pemeliharaan Pengertian Dm(1-3) internal dan
Petugas: kesehatan (00099) Klasifikasi DM (1-3) eksternal yang
-Petugas mengatakan, pelayanan Puskesmas di Penyebab DM (1 – 3) mempengaruhi
masih belum melaksanakan senam kaki DM. motivasi untuk
-Petugas mengatakan: tidak semua petugas 1805: Pengetahuan: Perilaku sehat perubahan
puskesmas aktif mengikuti kegiatan senam kaki Indikator perilaku
DM Senam kaki DM (1 – 3) Tentukan tujuan
Data Objektif: Kelas Q: Perilaku sehat program
Survey: 1626: Perilaku: senam kaki DM pendidikan
-Mayoritas keluarga (68,3%) belum pernah Indikator kesehatan
mendapatkan informasi kesehatan terkait senam Meminta bantuan dari petugas Identifikasi
kaki DM kesehatan professional untuk sumber daya
-Tanda dan gejala DM pada masyarakat yang masalah DM (2 – 4) (SDM, waktu,
mayoritas muncul adalah kaki kesemutan dan Identifikasi penyebab DM (1 tempat, peralatan,
kebas (53,7%). – 4) dana)
- Sebanyak 26,8% klien mengalami keluhan Tentukan strategi
membuat target jumlah
kebas dan kesemutan pada kaki. pendidikan yang
senam kaki DM (1 – 3)
-Mayoritas rata-rata pendapatan keluarga efektif dan
Domain VII
perbulan adalah kurang dari Rp 2.397.000 yaitu antraktif sehingga
Kelas BB:
sebanyak 23% menarik perhatian
2701: Status kesehatan komunitas
-mayoritas tingkat pengetahuan keluarga dengan audience
Indikator:
anggota keluarga yang mengalami DM adalah Kembangkan
Status kesehatan penderita DM (2-3)
kurang baik (53,2%) materi sesuai
-sikap keluarga dalam perawatan pada anggota level pendidikan
Prevensi Sekunder
keluarga yang DM mayoritas masih kurang baik audience
Kelas T: Kontrol resiko dan
(63,3%).
keamanan
-rata-rata pendidikan keluarga dengan klien DM Prevensi sekunder
1908: Deteksi Resiko
adalah SMA (63,4%) Kelas d: Manajemen
Indikator:
Pengertian DM (1-4) resiko di komunitas
Tanda dan gejala DM (1 – 4) Pendidikan kesehatan
Komplikasi DM (1-4) Memberikan
Cara Penanganan dengan pengertian DM
senam kaki DM (1-4) Beri tahu klien
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No Masalah Kegiatan Waktu/Temp Evaluasi Analisis Rencana Tindak
at Pendukung Penghambat Lanjut
1. Ketidakefekti 1. Pendidikan kesehatan mengenai 14 Maret Terselenggarany Antusiasme Ada Penyuluhan secara
fan senam kaki DM. 2019 pukul a pendidikan warga yang beberapa berkala mengenai
pemeliharaa 07.00 WIB kesehatan pada baik dalam peserta senam kaki DM
Puskesmas
n kesehatan klien dan acara kegiatan oleh perawat atau
Sawah Besar Peran aktif
(00099) pada keluarga DM. yang datang petugas kesehatan
80% peserta peserta
balita di terlambat lainnya sehingga
hadir dalam kegiatan
kelurahan sehingga kegiatan ini
Dukungan dari
kegiatan
Sukamaju waktu berkelanjutan,
petugas
pendidikan
Baru, mulainya dapat dilakukan di
kesehatan di
kesehatan
Kecamatan kegiatan Puskesmas Sawah
Pengetahuan Puskesmas
Tapos, Kota menjadi Besar
klien dan Sawah Besar
Depok Tersedianya mundur
keluarga
Beberapa
fasilitas sarana
mengenai DM
balita rewel
dan prasarana
17, 3% (51,20%
saat
yang dapat
menjadi 68,50%)
dilakukan
Sikap klien DM digunakan
mengenai senam setiap kegiatan kegiatan
kaki DM 10% sehingga
(68,3% menjadi menguarangi
78,3%) konsentrasi
peserta saat
pemberian
materi
2. Pendidikan kesehatan mengenai 27 November Terselenggarany Antusiasme Jumlah Perlu dilakukan
gizi seimbang dan gizi kurang 2014 di a pendidikan orang tua wali peserta yang tindakan lanjutan
pada balita PAUD Rw 13 kesehatan pada murid PAUD tidak bisa mengenai skrining gizi
pukul 08.00- ibu dengan anak yang baik optimal kurang pada siswa
09.30 usia balita di dalam acara karena PAUD RW 13
Peran aktif
PAUD RW 13 tergantung bekerjasama dengan
60% peserta peserta
dengan Puskesmas Sukamaju
hadir dalam kegiatan
jumlah wali Baru.
Dukungan
kegiatan
murid yang
Pengetahuan ibu positip dari
menunggui
balita mengenai guru, dan
siswa saat
gizi seimbang karyawan
sekolah
dan gizi kurang PAUD
Terdapat
pada balita Tersedianya distraksi dari
meningkat 30% fasilitas sarana siswa PAUD
Sikap Ibu
dan prasarana saat
mengenai gizi
yang dapat dilakukan
seimbang
digunakan saat kegiatan
meningkat 25% Waktu yang
kegiatan
disediakan
dari PAUD
terlalu
sempit untuk
melakukan
semua proses
pendidikan
kesehatan
sehingga
kurang
tereksplorasi
dan diskusi
berjalan
singkat