18
Selama proses pendistribusian ada beberapa permasalahan yang terjadi
pada saat proses sedang berlangsung. Dan permasalahan tersebut yang
menyebabkan terganggunya proses produksi dan pengurangan quantity
produksi. Permasalahan tersebut akan dibahas pada laporan hasil kerja praktek
ini untuk mengetahui permasalahan dan solusi yang di jelaskan di dalam laporan
ini.
19
Rangkaian proses yang terjadi selama distribusi grease berlangsung yaitu :
Proses di Contactor
Bahan baku masuk ke dalam tangki Contactor untuk masuk ketahap
pemasakan dan pembentukan reaksi kimia dari bahan baku grease. Tangki
Contactor merupakan suatu tangki reaktor yang fungsinya sebagai tangki
pemasakan seluruh material grease yang nantinya terdapat reaksi kimia
antara berbagai macam bahan baku grease. Hasil dari reaksi kimia
tersebut menghasilkan tekanan pada tangki sekitar ±5 bar.
Proses di Ketel
Ketel merupakan tangki blending pada proses pembuatan grease. Ketel
memiliki pisau pengaduk untuk membantu proses pembuatan grease. Hasil
soft grease dari contactor akan dikirim ke Ketel untuk ditambahkan kembali
base oil dan additive untuk mendapatkan hasil akhir grease sesuai dengan
Ketentuan Pengolahan yang diinginkan.
Proses di mesin Colloid Mill
Mesin Colloid Mill memiliki fungsi untuk memampatkan kembali grease
yang sudah diblending pada Ketel, dengan tujuan agar grease terbentuk
dengan tekstur sesuai dengan ketentuan pengolahan.
Proses uji Sampel
Pengujian sampel dilakukan oleh tim laboratorium setelah proses
blending pada Ketel selesai sebelum dilakukan proses selanjutnya pada
mesin Colloid mill. Dan juga dilakukan pada nozel mesin filling sebelum
proses pengisian pada drum 178kg dilakukan. Dengan tujuan agar semua
proses yang telah dilakukan menghasilkan grease sesuai dengan
ketentuan pengolahan yang akan dicapai.
Proses Filling
Proses filling merupakan proses terakhir atau final untuk mengisi
kemasan drum 178 kg dengan produk grease SGX–NL.
20
a. Ketel / Tangki Blending
21
Dalam hal ini pompa merupakan salah satu mesin yang vital
dalam proses pendistribusian suatu zat dari suatu tempat ke
tempat yang lain nya. Dan prinsip kerja nya yaitu menghisap
suatu material dari tangki blending ke proses selanjut nya,
Syaratnya pompa harus dalam keadaan vakum agar kerja dari
pompa tersebut bisa maksimal.
22
d. Filling Machine
23
Pipa merupakan salah satu bagian utama dalam proses
pendistribusian material atau zat dari satu tempat ke tempat yang lain
nya, karena fungsi dari pipa sangat vital dari proses pemindahan suatu
material atau zat.
800
600
400 Drum
200
0
Bulan Juli Bulan Agustus Bulan September Bulan Oktober
Bulan produksi
24
4.3 Kendala Produksi
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat kerja praktek, diketahui
ada beberapa penyebab yang mempengaruhi proses transfer grease, kecepatan
aliran, dan tekanan aliran, dalam hal ini diketahui penyebab dari terjadinya kendala
sebagai berikiut:
a. Elbow pipa
Banyak nya jumlah elbow 90º yang digunakan dalam instalasi pipa dapat
berpengaruh terhadap proses transfer grease dari tangki blending sampai tahap
filling karena dapat mempengaruhi kecepatan dan tekanan aliran grease di
dalam pipa.
b. Vakum
Faktor tidak vakum nya pipa, tangki atau pompa dapat berpengaruh
terhadap proses transfer grease dari kettle sampai filling karena adanya
kebocoran atau tidak rapat nya instalasi tersebut yang mengakibatkan
kehilangan nya tekanan pada saat proses transfer grease.
c. Diameter pipa
Diameter pipa yang di gunakan kurang sesuai dengan spesifikasi yang
dibutuhkan karena dengan ukuran diameter yang tidak terlalu besar sedangkan
material yang dipindahkan sifat nya semi padat maka akan terjadi pemampatan
atau tidak mengalirnya grease dengan lancar.
d. Massa jenis Grease
Grease yang semi padat memiliki tingkat massa jenis dan kekentalan
yang lebih tinggi dari pelumas oli, ini merupakan salah satu faktor yang
menyababkan proses transfer grease tidak berjalan dengan baik dikarenakan
ukuran pipa atau pompa yang kurang mampu maksimal dalam memindahkan
material grease yang sifatnya semi padat.
4.3.1 Kerugian dari terhambat nya proses Transfer Grease
Kerugian yang terjadi apabila permasalah tersebut terjadi selama
proses transfer. Antara lain:
a. Waktu
Kerugian waktu sangat penting apabila waktu yang digunakan
terbuang dengan percuma maka akan menggangu target produksi
perusahaan.
b. Proses Order Terhambat
25
Akibat dari permasalahan ini yaitu konsumen atau pesanan dari
perusahaan tidak akan tercapai dan akan lama untuk target tersebut
terpenuhi.
c. Packing
Kerugian dari terhambat nya proses transfer yaitu dapat menggagu
proses pengemasan produk yang sudah jadi, karena dalam proses ini
menggunakan proses filling untuk mengisi kemasan dengan grease.
d. Pendapatan menurun
Dari permasalahan yang terjadi dapat mempengaruhi dari sektor
pendapatan perusahaan, karena banyak nya kerugian yang terjadi
pada saat proses pendistribusian grease melalui pipa-pipa dari
contactor sampai ke mesin filling, yaitu banyak grease yang tertinggal
didinding dalam pipa, sehingga masih banyak loss yang terjadi
membuat banyak grease yang tersisa dan tidak masuk sampai ke
mesin filling. Akibatnya adalah tidak semua grease yang diproduksi
terjual.
Berdasarkan hasil diskusi dengan operator didapatkan permasalahan utama
yang terjadi pada saat transfer yaitu banyaknya jumlah elbow pada sistem
instalasi perpipaan. Diperlukan analisis yang mendalam tentang pengaruh
jumlah elbow terhadap kecepatan dan tekanan aliran, dalam hal ini dilakukan
agar kendala hambatan aliran dapat diminimalisir, dan analisis ini dilakukan
menggunakan software ANSYS.
Dari hasil analisis yang dilakukan pada saat kerja praktek diketahui bahwa
sering terjadinya hambatan proses transfer grease dari tangki ketel sampai
ketahap proses filling. Untuk hal ini sangat mempengaruhi seluruh proses
produksi yang selanjutnya dikarenakan harus menunggu proses yang
sebelumnya selesai ditangani dan dapat berjalan produksi kembali dengan
normal.
26
Tabel 4.2 Daftar dimensi, dan Spesifikasi peralatan secara umum yang ada di NGP [3]
No Daftar peralatan dimensi Nilainya
Tinggi 5 meter
Ketel / Tangki
1 Diameter 2,5 meter
Blending
Kapasitas Maks 8 ton
Panjang 52 meter ( 1 kettle )
Diameter luar 7,62 centimeter
2 Pipa
Diameter
7,12 centimeter
dalam
Rpm 2900 rpm
3 Pompa Material Steel
daya 0,75 – 110 KW
HP 1 HP – 10 HP
VOLTAGE 230/460V,575V , 60HZ
Motors
4 Colloid mill Cast iron ,56—215T,Accept C –
FRAME
flange and KIT - FLANGE
Max Grinder 1500 kg/hr
27
4.3.3 Analisis parameter aliran
a. Tangki blending
Tangki blending yang akan dilakukan analisis bertujuan untuk
mengetahui spesifikasi dan dimensi tangki blending yang ada di New
Grease Plant PT Pertamina Lubricants.
Untuk menganalisis volume dari tangki blending yang digunakan
PT Pertamina Lubricants dapat dilakukan beberapa perhitungan
matematika dengan data/angka awal yang didapat setelah
melakukan pengukuran secara langsung agar mengetahui volume
yang dimiliki tangki tersebut. Angka yang didapat adalah :
𝑣 = 𝜋 𝑥 𝑟2𝑥 𝑡
𝑣 = 𝜋 𝑥 1,252 𝑥 5
𝑣 = 24,5 𝑚3
2
𝑣 = 𝑥 𝜋 𝑥 1,253
3
𝑣 = 4 𝑚3
28
c. Volume tangki blending
𝑣 𝑡𝑏 = 𝑣 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 + ( 𝑣 𝑠𝑒𝑡 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑥 2 )
𝑣 𝑡𝑏 = 24,5 𝑚3 + 8 𝑚3
𝑣 𝑡𝑏 = 32,5 𝑚3
b. Pipa
Pipa yang akan dilakukan analisis bertujuan untuk mengetahui
spesifikasi dan dimensi pipa yang ada di New Grease Plant PT
Pertamina Lubricants.
Untuk menganalisis volume dari pipa yang digunakan PT
Pertamina Lubricants dapat dilakukan beberapa perhitungan
matematika dengan data/angka awal yang didapat setelah
melakukan pengukuran secara langsung agar mengetahui volume
yang dimiliki pipa tersebut. Angka yang didapat adalah :
𝑉 = 𝜋 𝑥 0,3562 𝑥 52
𝑉 = 20,7 𝑚3
b. 𝐴 = 2 𝑥 𝜋 𝑥 𝑟 𝑥 ( 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 + 𝑟 )
𝐴 = 2 𝑥 𝜋 𝑥 0,356 𝑚 𝑥 ( 52 𝑚 + 0,356 𝑚 )
𝐴 = 117,1 𝑚2
29
Dari hasil perhitungan tersebut diketahui volume pipa adalah
20,7 𝑚3. Sedangkan luas permukaan pipa 117,1 𝑚2 .
V = 𝜋 x (0,292)2 x 0,884
V = 0,236 M3
𝑚
b. 𝜌 = 𝑉
168 𝐾𝑔
𝜌=
0,236 𝑀3
𝜌 = 711,8 𝑘𝑔/𝑚3
30
Tabel 4.5 menyimpulkan hasil perhitungan untuk memperhatikan
parameter aliran
31
A. Model pipa 1
Gambar pipa 1 merupakan gambar 3d untuk jenis pipa yang akan
dilakukan analisis tekanan dan kecepatan aliran.
B. Model pipa 2
Gambar pipa 2 merupakan gambar 3d untuk jenis pipa yang akan
dilakukan analisis tekanan dan kecepatan aliran.
32
Gambar 4.10 Model Pipa 2
4.4.2 Analisis tekanan dan kecepatan aliran
A. Pipa 1
Pipa satu merupakan model perpipaan yang menggunakan elbow
lebih banyak dibandingkan dengan perpipaan model 2.
a. Simulasi tekanan aliran.
B
A
33
Hasil analisis disetiap titik pada bagian inlet, outlet, dan titik
kritis pada aliran model pipa 1.
B C
34
Gambar 4.13 Titik Kritis Velocity pada elbow ke-2
2. Titik B merupakan angka rata-rata bagian inlet dari model pipa
1 dan nilainya adalah (4,70652 m/s)
3. Titik C merupakan angka rata-rata bagian outlet dari model
pipa 1 dan nilainya adalah (4,70652 m/s)
B. Pipa 2
Pipa dua merupakan model perpiaan yang menggunakan elbow yang
lebih sedikit dibandingkan dengan perpiaan model 1. Pipa 2 merupakan
alternatif desain dari pipa 1.
35
a. Simulasi tekanan aliran.
Hasil analisis disetiap titik pada bagian inlet, outlet, dan titik kritis
pada aliran model pipa 2.
1. Titik A merupakan titik kritis sekaligus titik inlet dari aliran pipa model
2 dan nilainya adalah 6,75429 bar.
2. Titik B merupakan angka rata-rata bagian output dari model pipa 2
dan nilainya adalah 2,08582 bar.
36
A B
Hasil analisis disetiap titik pada bagian inlet, outlet, dan titik kritis
pada aliran model pipa 2.
1. Titik A merupakan titik kritis dari aliran pipa model 1 dan nilainya
adalah (8,29363 m/s). Titik kritis terjadi pada elbow ke-4 dan 8.
37
Gambar 4.18 Contour velocity outlet pipe-2
4.4.3 Hasil analisis dari kedua model perpipaan
Hasil analisis untuk dua model perpiaan seperti pada Tabel 4.6 yang
menunjukan nilainya tekanan dan kecepatan pada titik inlet maupun titik
outlet, serta titik kritis pada masing masing model pipa.
38
Dari perbandingan hasil analisis antara model pipa 1 dan model pipa 2
diketahui bahwa :
A. Perbandingan tekanan pada pipa 1 dengan pipa 2
a. Dari hasil analisis tekanan menggunakan software Ansys pada model pipa 1
nilainya (6,66457 bar) dan model pipa 2 nilainya (6,75429 bar). Perbandingan
antara pipa 1 dengan pipa 2 pada bagian inlet adalah, nilai pipa 1 lebih kecil
dibandingkan dengan nilai pipa 2 karena banyak nya jumlah elbow
menyebabkan zat yang ditransfer menjadi tertahan. Sehingga tekanan pada
pipa 2 lebih besar karena minimnya hambatan pada elbow.
b. Dari hasil analisis tekanan menggunakan software Ansys pada model pipa 1
nilainya (2 bar) dan model pipa 2 nilainya (2,08582 bar). Perbandingan antara
pipa 1 dengan pipa 2 pada bagian outlet adalah, nilai pipa 2 lebih besar
dibandingkan dengan nilai pipa 1 karena sedikit nya jumlah elbow pada pipa
2 menyebabkan zat yang ditransfer menjadi lebih lancar, dan tekanan tidak
banyak yang menurun karena elbow.
B. Perbandingan Kecepatan pada pipa 1 dan pipa 2
a. Dari hasil analisis kecepatan menggunakan software Ansys untuk model pipa
1 nilai inlet dan outlet (4,70652m/s) dan model pipa 2 nilai inlet dan outlet
(4,36506/s). perbandingan antara pipa 1 dengan pipa 2, nilai yang didapatkan
menunjukan bahwa pada model pipa 1 memiliki kecepatan yang lebih besar.
Namun, kecepatan pada pipa 1 tersebut tidak tersebar secara merata, untuk
pendistribusian kecepatan pada pipa 2 lebih baik karena lebih merata
keseluruh sisi. Sehingga pipa 2 lebih mengurangi loss grease yang
menempel menjadi sisa pada sisi-sisi pipa.
39
b. Dari hasil analisis kecepatan kritis menggunakan software Ansys untuk model
pipa 1 nilainya (7,45199 m/s) dan model pipa 2 nilainya (8,29363 m/s).
perbandingan antara pipa 1 dengan pipa 2, nilai yang didapatkan
menunjukan bahwa pada model pipa 2 memiliki kecepatan yang lebih besar
pada bagian titik elbow tertentu. karena hambatan yang terjadi di dalam pipa
sedikit. Dibandingkan dengan pipa 1 yang jumlah elbownya banyak dan
mengakibatkan menurunya kecepatan aliran pada titik elbow. Sehingga
kemungkinan loss grease pada tiap-tiap elbow lebih sedikit pada pipa 2
karena memiliki kecepatan yang lebih besar dari pipa 1.
40
BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan ini menjawab tujuan yang telah ditetapkan pada penulisan di bab I.
Kesimpulan dari penulisan yang telah dibuat adalah sebagai berikut:
Proses penerimaan Bahan baku dan Material, Proses penimbunan Bahan baku dan
Material, Proses pembuatan base grease di kontektor, Proses Pembuatan final grease pada
Ketel + sirkulasi grease dengan mesin colloid mill.
Proses pengisian grease ke dalam kemasan drum yang dilakukan oleh PT. Pertamina PUJ-
P antara lain :
Proses penempatan drum pada conveyor mesin filling, Proses pengisian pelumas grease,
Proses pemasangan tutup drum, Proses pemasangan klem pengunci tutup drum, Proses
pensablonan nomor batch, Proses Penyimpanan.
3. Titik kritis kecepatan aliran paling banyak ditemukan pada Pipa 1 atau pipa sesuai dengan
keadaan sekarang, ditemukan pada Elbow ke-2,5,8,9,12 dengan nilai 7,54 m/s. Sedangkan
pada pipa 2 atau pipa yang sudah disederhanakan, ditemukan pada Elbow ke-4,8 dengan nilai
kecepatan 8,29 m/s. Dari nilai titik kritis kecepatan tersebut Pipa ke-2 lebih baik dari pipa ke-1
karena nilai kecepatan pada Elbow lebih besar sehingga proses transfer grease pada pipa akan
lebih cepat. Untuk nilai kecepatan inlet dan outlet pada pipa ke-1 sebesar 4,7 m/s, pada pipa
41
ke-2 sebesar 4,36 m/s, walaupun nilai kecepatan inlet dan outlet lebih besar pipa-1 namun
kecepatan tersebut tersebar tidak merata keseluruh permukaan grease, sedangkan pipa-2 lebih
baik dalam penyebaran kecepatan di seluruh permukaan grease. Sehingga pada pipa ke-2 nilai
untuk loss grease pada sisi dalam pipa lebih kecil dibanding pipa ke-1.
Titik kritis tekanan pada ke-2 pipa terjadi pada bagian inlet, dimana pipa-1 sebesar 6,6 bar,
pipa-2 sebesar 6,7 bar. Sedangkan untuk besar tekanan outlet pada pipa-1 sebesar 2 bar, pipa-
2 sebesar 2,06 bar. Tekanan lebih besar terjadi pada pipa-2 baik inlet maupun outlet sehingga
pada pipa-2 lebih baik dalam mentransfer grease karena tekanan yang lebih besar.
5.2 Saran
Terdapat beberapa saran yang diberikan oleh penulis sebagai pertimbangan untuk
perbaikan proses distribusi grease dari Ketel ke mesin filling. Saran yang diberikan oleh penulis
adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penyederhanaan pada sistem pemipaan yaitu bisa dengan mengurangi
penggunaan elbow yang terlalu banyak, panjang jalur distribusi pipa yang lebih pendek agar
tidak banyak tekanan yang hilang, lalu jika bisa diaplikasikan gunakan elbow 45° agar
mengurangi hambatan / loss grease pada setiap tikungan elbow, dan memperbaiki
pemerataan kecepatan ke seluruh permukaan grease.
2. Memperbesar diameter pipa distribusi pada seluruh jalur distribusi grease, karena grease
merupakan pelumas yang semi-padat sehingga jika dialirkan pada pipa yang lebih besar
diameternya maka akan lebih baik.
42