Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Pembatasan Masalah 2
1.5 Sistematika Penulisan 2
BAB II LANDASAN TEORI 4
2.1 Grease 4
2.2 Pembuatan Grease 4
2.3 Jenis-jenis Grease 5
2.4 Standar Grease 6
2.5 Karakteristik Grease 9
2.6 Teori Penurunan Tekanan 11
2.7 Teori Aliran Fluida 15
2.8 Teori Aliran Fluida dalam Pipa 17
2.9 Teori Software Ansys 18
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 20
3.1 Sejarah Perusahaan 20
3.2 Visi dan Misi Perusahaan 21
3.3 Wilayah Pemasaran PT.PERTAMINA LUBRICANTS 22
3.4 Gudang bahan baku 23
3.5 Sistem dan Proses manufaktur 23
3.6 Produk yang dihasilkan 23
3.7 Jenis dan Jumlah bahan baku 25
3.8 Struktur Organisasi 25
BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 26
4.1 Proses pendistribusian Grease 26
4.2 Produktivitas produk 32
4.3 Kendala produksi 33
4.4 Analisis tekanan dan kecepatan aliran 39
BAB V KESIMPULAN 49
5.1 Kesimpulan 49
5.2 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA iv

ii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 NLGI Lubricating Grease Consistency Grades 7


Table 2.2 Spesifikasi Karakteristik dan Parameter Unjuk Kerja Grease untuk 7
Tingkat Mutu NLGI GA, SNI 06-7069-8-2005P
Tabel 2.3 Spesifikasi Karakteristik dan Parameter Unjuk Kerja Grease untuk 8
Tingkat Mutu NLGI GB, SNI 06-7069-8-2005
Tabel 2.4 Spesifikasi Karakteristik dan Parameter Unjuk Kerja Grease untuk 8
Tingkat Mutu NLGI GC, SNI 06-7069-8-2005
Tabel 2.5 Kriteria Mutu Pelumasan 8
Tabel 2.6 Informasi Grease Komersial 10
Tabel 3.1 Alamat Wilayah Pemasaran PT Pertamina Lubricants 22
Tabel 4.1 Data hasil produksi bulan Juli-oktober 2018 32
Tabel 4.2 Daftar dimensi, dan Spesifikasi peralatan secara umum yang ada di NGP 35
Tabel 4.3 Parameter Aliran 39
Tabel 4.4 Hasil Analisis 46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik factor gesekan terhadap kekasaran dan bilangan Reynolds 12
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT.Pertamina PUJ-P 25
Gambar 4.1 New Grease Plant PT.Pertamina Lubricants 26
Gambar 4.2 Flowchart Proses Ditribusi Grease Sampai Tahap Filling 27
Gambar 4.1 Ketel / Tangki Blending 29
Gambar 4.4 Pompa 29
Gambar 4.5 Colloid Mill 30
Gambar 4.6 Filling Machine 31
Gambar 4.7 Pipa 31
Gambar 4.8 Produksi 1 semester tahun 2018 32
Gambar 4.9 Model Pipa 1 40
Gambar 4.10 Model Pipa 2 41
Gambar 4.11 Hasil Analisis tekanan Pada model Pipa 1 41
Gambar 4.12 Hasil Analisis kecepatan Pada model Pipa 1 42
Gambar 4.13 Titik Kritis Velocity pada elbow ke-2 43
Gambar 4.14 Contour velocity outlet pipe-1 43
Gambar 4.15 Hasil Analisis tekanan Pada model Pipa 2 44
Gambar 4.16 Hasil Analisis kecepatan Pada model Pipa 1 45
Gambar 4.17 Titik kritis velocity pada elbow ke-4 45
Gambar 4.18 Contour velocity outlet pipe-2 46
Gambar 4.19 Perbandingan penyebaran velocity pada pipa 1 dan pipa 2 47

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mesin-mesin pada industri sangat berperan penting dalam berjalannya suatu
proses produksi. Selain menggunakan bahan bakar minyak, mesin-mesin industri dan
kendaraan bermotor perlu menggunakan pelumas dalam pengoperasiaannya. Pada
intinya, pelumas berfungsi untuk melumasi komponen-komponen mesin supaya
komponen-komponen tersebut tidak mudah aus selama mesin beroperasi. Untuk itu,
pelumas kualitas terbaik perlu digunakan sehingga umur mesin menjadi lebih lama.
Pertamina sebagai salah satu badan usaha milik negara mempunyai peran
untuk memproduksi pelumas sebagai salah satu inti bisnisnya. Namun, Pertamina
bukanlah satu- satunya produsen pelumas di Indonesia. Banyak sekali merek pelumas
yang beredar di Indonesia baik yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor ke
Indonesia. Banyaknya merek pelumas membuat konsumen bisa memilih pelumas yang
dikehendakinya. Ini membuat pasar pelumas penuh dengan persaingan. Dan tentu
saja, konsumen akan memilih pelumas dengan kualitas terbaik dengan harga yang
paling murah. Untuk itu, Pertamina perlu beroperasi dengan prinsip bisnis yang sehat
supaya bisa lebih unggul daripada produsen pelumas lainnya dalam kompetisi yang
ketat ini.
PT. Pertamina Lubricants merupakan anak perusahaan dari PT. Pertamina yang
memproduksi pelumas, Ada dua sektor yang menjadi target pasar pelumas Pertamina,
yaitu sektor otomotif (mobil dan motor) dan sektor industri (mesin-mesin pabrik dan
kapal). Produk-produk pelumas Pertamina mendominasi pasar pelumas di Indonesia dan
telah melakukan ekspansi pasar ke negara-negara yang lain. Salah satu produk pelumas
dari PT. Pertamina Lubricants adalah grease atau yang umum disebut gemuk. Produk
gemuk Pertamina hanya di produksi pada production unit jakarta saja, dimana lebih
tepatnya adalah New Grease Plant.
Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya agar grease plant beroperasi secara
lancar dan tidak mengalami gangguan yang bisa menyebabkan terganggunya proses
produksi grease baik dari segi kuantitas maupun dari kualitas dari grease, tapi dengan
biaya produksi yang seminimum mungkin. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan
efisiensi pada sistem distribusi pemipaan produksi di New Grease Plant production unit
Jakarta. Efisiensi tersebut bisa dilakukan dengan cara mengurangi elbow pada pipa

1
distribusi yang mana pada saat ini menimbulkan kerugian yang cukup banyak yaitu
banyak grease yang tertinggal pada bagian dinding dalam pipa.

1.2 Perumusan Masalah


Banyaknya loss grease pada sistem distribusi pemipaan menyebabkan kerugian
yang cukup banyak pada penggunaan material pembuat grease, hal ini diketahui dari
banyaknya sisa grease pada jalur distribusi saat dilakukan flushing. Berdasarkan uraian
yang disampaikan maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah proses pendistribusian grease dari tahap awal produksi sampai akhir.
2. Bagaimanakah proses pengolahan grease dari bahan mentah awal sampai akhir.
3. Mengetahui Jalur distribusi pemipaan dan banyaknya elbow pada jalur distribusi, serta
parameter yang diperlukan untuk melakukan analisis.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari laporan penulisan hasil pelaksanaan kerja praktek ini adalah:
1. Mempelajari proses pendistribusian grease di New Grease Plant Production unit
Jakarta PT. Pertamina Lubricants.
2. Mempelajari proses pengolahan grease pada New Grease Plant Production Unit
Jakarta PT.Pertamina Lubricants
3. Menganalisis proses distribusi pemindahan grease pada sistem pemipaan di New
Grease Plant Production Unit Jakarta PT. Pertamina Lubricants

1.4 Pembatasan Masalah


Pembatasan masalah penelitian ini adalah menganalisis sistem pemipaan
distribusi grease dari Ketel sampai proses filling di New Grease Plant PT.Pertamina
Lubricant yang mencakup diameter pipa, panjang pipa, jalur pendistribusian pipa, tekanan
pada pipa dari Ketel sampai mesin filling, serta suhu pada grease saat proses distribusi
dari ketel ke mesin filling.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan
Sebelum melakukan penelitan, langkah awal yang harus dilakukan adalah
dengan melakukan pengamatan pendahuluan. Pada studi pendahuluan ini
penulis melakukan observasi langsung pada sistem kerja di tempat objek
penelitian sehingga penulis dapat mengetahui permasalahan-
permasalahan yang terjadi secara langsung pada proses yang sedang

2
berjalan. Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori


Bab ini menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan kerja praktek.

Bab III Gambaran Umum Perusahaan


Menjelaskan tentang sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
proses produksi dan data produk dari pemasok.

Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data


Menjelaskan tentang pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan
hasil analisis yang telah diamati.

Bab V Kesimpulan
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil pengolahan data
terhadap pengamatan dilapangan.

3
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Grease
Grease atau gemuk lumas adalah padatan atau semi padatan campuran pelumas
dengan bahan pengental yang berfungsi mengurangi gesekan dan keausan antara dua
bidang atau permukaan yang saling bersinggungan atau bergesekan.
Grease juga berfungsi sebagai media pembawa panas keluar serta untuk
mencegah karat pada bagian mesin. Sifat-sifat grease yang baik adalah mengurangi
gesekan, mencegah korosi, sebagai penyekat dari kotoran atau air, mencegah
kebocoran, konsistensi dan struktur tidak berubah, tidak mengeras pada suhu rendah.
Grease berdasarkan tujuan pemakaiannya dibagi atas grease untuk industri
otomotif, sistem transportasi dan industri non otomotif seperti pangan dan pertanian.
Pemakaian grease untuk masing-masing tujuan ini dibedakan oleh sifat dan karakteristik
grease. Untuk tujuan industri pangan misalnya, karakteristik grease yang digunakan lebih
khusus dibanding dengan karakteristik grease yang digunakan pada industri otomotif.
Industri pangan mempunyai persyaratan tambahan, tidak hanya aspek pelumasannya
saja tetapi juga memperhatikan aspek keamanan pangannya.

2.2. Pembuatan Grease


Grease tersusun atas beberapa komponen, yaitu :
1. Base oil
Kandungan base oil dalam pembuatan grease adalah 75-95 %. Beberapa tipe
minyak dasar dalam pembuatan grease adalah :
- minyak bumi dari jenis parafinik
- minyak nabati : minyak sawit, minyak jarak, dan lain-lain
- minyak sintetis : senyawa kompleks hidrolarbon
2. Bahan pengental (Thickener)
Komponen ini berfungsi sebagai bahan pengental dalam produk grease dengan
kandungan 5-20 %. Beberapa tipe pengental yang umum digunakan adalah :
- pengental organik sintetik (zat anorganik gel) : poliurea, sabun logam sederhana dan
sabun logam kompleks
- sabun yang terbentuk dari asam lemak ataupun ester yang berasal dari minyak nabati
3. Aditif
Aditif berfungsi meningkatkan performa grease dengan kandungan 0-15 %. Aditif
yang ditambahkan perlu diperhatikan terutama sifat biodegrability-nya terhadap

4
lingkungan. Kemampuan grease sebagai bahan lubrikan tergantung pada base oil, bahan
pengental serta aditifnya. Bahan pengental, ibarat busa, menyerap minyak dan nantinya
melepaskannya ke komponen yang dilumasi. Sebagian molekul bahan pengental terserap
ke permukaan logam yang dilumasi untuk mencegah terjadinya kontak antar logam-
logam. Sifat grease tersebut diperkuat dengan adanya aditif. Aditif ini merupakan suatu
bahan yang berfungsi sebagai “vitamin” bagi grease yang kegunaannya antara lain :
 Sebagai anti korosi
Minyak pelumas harus mampu mencegah atau mengurangi proses timbulnya
karat/proses korosi atau melindungi permukaan yang dilumasi dari terbentuknya karat.
Untuk meningkatkan kemampuan pencegahan timbulnya karat, maka digunakan aditif
sebagi anti korosi.
 Sebagai anti aus
Untuk pembebanan kontak antara bidang yang relatif tinggi, pelumas harus
mampumencegah keausan secara pasif dengan membentuk lapisan film yang kuat di
permukaan yang dilumasi, sehingga mampu mengurangi permukaan sentuh logam yang
dilumasi dan secara aktif bereaksi dengan permukaan logam untuk mencegah terjadinya
proses pemanasan setempat akibat beban yang tinggi.
 Sebagai anti oksidan
Proses oksidasi menyebabkan kerusakan pelumas dan menyebabkan timbulnya
kotoran serta asam yang dapat menimbulkan masalah selanjutnya. Untuk itu minyak
pelumas harus mempunyai sifat/kemampuan tahan terhadap oksidasi, guna melindungi
diri dari proses kerusakan serta menetralisir asam-asam yang mungkin terbentuk.
 Mempertahankan kekentalan grease (viscosity index improver)
Aditif untuk mempertahankan kekentalan grease diperlukan untuk mencegah
pengenceran grease. Pada suhu mesin tinggi akibat mesin bekerja dengan waktu lama
dan pada suhu udara panas, grease akan mengencer. Peran grease yang menjadi encer
tentu saja akan kurang efektif. Oleh karena itu dibutuhkan bahan aditif yang bersifat dapat
mempertahankan kekentalan grease

2.3. Jenis-Jenis Grease

Ada beberapa jenis grease selain yang secara umum telah kami jelaskan, yang sering
di pergunakan dalam otomotif sebagai pelumas komponen. Jenis-jenis itu antara lain :
1. Gemuk dari bahan dasar sabun (lithium)
Gemuk jenis ini banyak dipergunakan pada bagian-bagian yang
memerlukan pelumasan periodik seperti bantalan roda, lengan penghubung
kemudi, poros propeler, king pin, sakel pin, kopling (clutch). Oleh karena itu sering

5
disebut gemuk serbaguna.
Karakteristik nya : air dan tekanan suhu tinggi tidak akan mengurangi kemampuan
kerja dan daya tahannya.
2. Gemuk dari bahan dasar sabun molybdenum disulphidelithium
Gemuk jenis ini biasanya dipakai pada komponen yan jarang diberi
pelumasan seperti ball joint, lengan suspensi, lengan tengah kemudi, nakel
kemudi, cross-joint, rack & opinion.
Karakteristiknya : lebih tahan dan juga bisa bekerja pada beban lebih besar
daripada gemuk serbaguna.
3. Gemuk karet
Gemuk ini terbuat dari bahan dasar lithium glycol yang biasanya digunakan
untuk komponen rem.
Karakteristiknya : terbuat dari bahan nabati (karet) maka sifatnya mencegah
komponen karet mengambang.
4. Gemuk sintetik (synthetic lithium complex / hidroxy lithium complex)
Gemuk jenis ini harganya relatif lebih murah dari jenis yang lain.
Karakteristik gemuk ini memiliki kelemahan yaitu kurang tahan terhadap suhu
tinggi sehingga mudah memuai.
5. Gemuk All Purpose Lubricant
Gemuk jenis ini harganya relatif murah namun kualitasnya tidak kalah
bagus maka sering dipakai di bengkel-bengkel.
Karakteristiknya : gemuk ini lebih encer dari gemuk nabati atau sintetik.
2.4. Standar Grease
Grease pada dasarnya merupakan pelumas yang dipadatkan dengan sabun
logam atau non sabun logam. Ketentuan mutu dari grease ditentukan berdasarkan
beberapa uji mekanik, diantaranya adalah :
1. ASTM D 2266 untuk menentukan sifat anti aus.
2. ASTM D 2596 untuk menentukan sifat tekanan ekstrim.
3. ASTM D 2596 untuk menentukan kestabilan mekanik dari grease.
Seperti halnya kekentalan pada pelumas, untuk grease dinyatakan dengan
kekerasan (consistency). Pengelompokannya ditentukan oleh National Lubricating Grease
Institute (NLGI) yang membagi kekerasan grease menjadi 9 tingkat kekerasan, dari
tingkat kekerasan 000 sampai dengan 6, seperti ditunjukkan pada tabel 9.1. Makin besar
angka NLGI, makin keras greasenya dan makin kecil nomor NLGI-nya makin makin lunak
greasenya.

6
Tabel 2.1. NLGI Lubricating Grease Consistency Grades
ASTM D-217
NLGI No. Penetrasi pada 25C Consistency
(0.1 mm)
000 445-475 Semi cair
00 400-430 Semi cair
0 355-385 Semi cair
1 310-340 Lembut
2 265-295 Umumnya grease
3 220-250 Semi padat
4 175-205 Semi padat
5 130-160 Semi padat
6 85-115 Keras

Tabel 2.2. Spesifikasi Karakteristik dan Parameter Unjuk Kerja Grease untuk
Tingkat Mutu NLGI GA, SNI 06-7069-8-2005

7
Tabel 2.3. Spesifikasi Karakteristik dan Parameter Unjuk Kerja Grease untuk
Tingkat Mutu NLGI GB, SNI 06-7069-8-2005

Tabel 2.4. Spesifikasi Karakteristik dan Parameter Unjuk Kerja Grease untuk
Tingkat Mutu NLGI GC, SNI 06-7069-8-2005

Untuk penggunaan grease dari masing-masing spesifikasi karakteristik dan


parameter unjuk kerja untuk tingkat mutu NLGI GA, GB DAN GC dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.5. Kriteria Mutu Pelumasan
Klasifikasi Kriteria Mutu PelumasanMenurut ASTM D 5950
NLGI
NLGI GA Digunakan untuk bantalan gelinding, baik pada kenderaan
penumpang, truk dan kenderaan atau mesin lain dengan
beban ringan. Mampu bekerja pada suhu operasi antara –
20C – 70C. Kemampuan layanan yang lebih spesifik untuk

8
klasifikasi GA tidak diperlukan.
NLGI GB Digunakan untuk bantalan gelinding, mesin-mesin industri
yang bekerja sedang, bantalan roda pada kenderaan
penumpang, truk dan kenderaan atau mesin lain dengan
beban ringan sampai dengan beban sedang. Mampu bekerja
pada temperatur operasi antara –20C – 70C.
NLGI GC Digunakan untuk bantalan luncur, bantalan roda pada
kenderaan penumpang, truk dan kenderaan atau mesin lain
dengan beban ringan sampai berat. Mampu bekerja pada
suhu operasi antara –20C – 160C bahkan bisa mencapai
200C.

2.5. Karakteristik Grease


Kemampuan pelumasan grease tergantung pada bahan baku utama (base oil)
serta pengentalnya. Pengental dapat diidentikkan dengan serat yang dapat menyerap dan
kemudian melepaskannya ke komponen yang dilumasi. Sebagian molekul pengental
terserap ke permukaan logam yang dilumasi, yang bertujuan untuk mencegah kontak
langsung antar komponen. Sifat-sifat grease yang utama ada dua, yaitu konsistensi
(consistency) dan titik leleh (dropping point).
a. Penetrasi/konsistensi
Pengukurannya menggunakan alat khusus yang dinamakan One Quarter Scale
Cone Equipment. Untuk penggolongan penetrasi ini telah dibuat oleh NLGI, dimana makin
kecil nomor NLGI maka makin lunak greasenya.
b. Titik leleh (dropping point)
Titik leleh adalah temperatur pada saat grease mulai mencair. Titik leleh
digunakan untuk quality control dan pengenalan grease. Titik leleh tidak menunjukkan
batasan maksimum temperatur kerjanya. Pada umumnya suhu kerja grease jauh lebih
tinngi dari titik lelehnya.

Karakteristik lainnya dari grease dapat dilihat pada jenisnya, yaitu jenis sabun
(soap) atau bukan dari sabun (non soap). Sabun yang dimaksud adalah sabun metalik
atau sabun logam. Pada umumnya grease adalah minyak mineral yang dipadatkan
dengan sabun logam. Dilihat dari sabun yang digunakan secara umum, gemuk lumas
dapat digolongkan ke dalam jenis :

9
a. Dasar aluminium (Al)
Sabun logam dengan menggunakan dasar aluminium mempunyai sifat lembek,
halus, transparan serta mempunyai ketahanan terhadap air. Jenis sabun logam ini sangat
baik untuk kondisi kerja dibawah suhu 50C.
b. Dasar kalsium (Ca)
Sabun logam dengan menggunakan dasar kalsium mempunyai sifat lembek, halus
dan tahan terhadap air. Jenis sabun logam ini sangat baik untuk kondisi kerja dibawah
suhu 50C.
c. Dasar natrium (Na)
Sabun logam dengan menggunakan dasar natrium mempunyai sifat agak
berurat/serat dan dapat mencegah karat dengan baik, tetapi mudah larut dalam air. Jenis
sabun logam ini sangat baik untuk kondisi kerja dibawah suhu 100C.
d. Dasar litium (Li)
Sabun logam dengan menggunakan dasar aluminium mempunyai sifat lembek,
halus, mantap dalam pemakaian serta mempunyai ketahanan terhadap air. Jenis sabun
logam ini sangat baik untuk kondisi kerja dibawah suhu 150C.

Grease non sabun adalah grease yang mempunyai dasar bukan sabun, seperti
menggunakan silikon yang biasanya digunakan untuk pemakaian suhu tinggi. Informasi
karakteristik tipikal grease dapat dilihat seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.6. Informasi Grease Komersial

Beberapa sifat fisik yang penting dari grease antara lain :


a. Ciri aliran
Ciri aliran grease merupakan salah satu sifat penting dalam penggunaanya
sebagai bahan pelumas. Pada saat pemakaian, grease harus dapat bertindak sebagai
cairan kental (viskos). Ciri aliran ini sangat mempengaruhi pengisian/pemompaan grease.

10
b. Tekstur dan struktur
Sifat ini menyangkut penampilan dan mutu, yang menentukan kerekatan dan
kemudahan grease bila ditangani. Kondisi tersebut tergantung pada viskositas base oil
dan jenis pengentalnya. Ciri dari tekstur tersebut adalah berserat (fibrous) atau tanpa
serat (unfibrous). Jika seratnya makin kecil maka grease tersebut terasa lembut.
c. Stabilitas oksidasi
Sifat ini menyangkut ketahanan grease terhadap kerusakan kimia.
d. Pelelehan
Sifat ini menyangkut teroisahnya komponen minyak dari grease selama
penyimpanan.

2.6 Teori Penurunan Tekanan


Penurunan tekanan (pressure drop) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan penurunan tekanan dari satu titik dalam pipa atau tabung ke titik lainnya.
"Penurunan tekanan" adalah hasil dari gaya gesek pada fluida ketika mengalir melalui
tabung yang disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Penentu utama resistensi
terhadap aliran fluida adalah kecepatan fluida melalui pipa dan viskositas fluida. Aliran
cairan atau gas akan selalu mengalir dalam arah perlawanan paling sedikit (tekanan
kurang).

Penurunan tekanan meningkat sebanding dengan gaya geser gesek dalam


jaringan pipa. Penurunan tekanan dipengaruhi oleh sebuah jaringan pipa yang berisi
rating kekasaran relatif tinggi serta banyak pipa fitting dan sendi, konvergensi tabung,
divergensi, kekasaran permukaan dan sifat fisik lainnya. Selain itu Perubahan energi
kinetik dan perhitungan penurunan tekanan yang disebabkan oleh gesekan dalam pipa
melingkar juga berpengaruh terhadap pressure drop. Kecepatan aliran tinggi dan / atau
cairan viskositas tinggi dalam hasil penurunan tekanan yang lebih besar di bagian pipa
atau katup atau siku. Kecepatan rendah akan mengakibatkan penurunan tekanan yang
lebih rendah atau tidak ada.
Penurunan tekanan dapat dihitung dengan 2 nilai: Reynolds Nomor NRE
(menentukan laminer atau aliran turbulen), dan kekasaran relatif pipa, ε / D. NRE = Dvρ /
μ Dimana D adalah diameter pipa dalam meter, v adalah kecepatan aliran dalam meter
per detik, ρ adalah densitas dalam kilogram per meter kubik, dan μ adalah dalam kilogram
per meter-detik.

11
Gambar 2.1. Grafik faktor gesekan terhadap kekasaran dan bilangan Reynolds

Ukuran dari sebuah saluran pipa biasanya berdasarkan pada keseimbangan


antara pressure drop di satu pihak dan biaya serta berat di pihak lain. Pressure drop
dalam sebuah pipa adalah fungsi dari kecepatan berat jenis dan kekentalan / viscositas
dari cairan dan panjang serta diameter pipa. Pressure drop juga berfungsi sebagai sifat
aliran / arus termasuk jumlah dan jari – jari serta tingkat turbulensi. Didalam
penggunaanya dilaut , dimana saluran pipa biasanya pendek , bagian terbesar dari jumlah
pressure drop dalam sebuah sistem akan terjadi didalam saluran keran .
penurunan tekanan dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Δp = v ² × f × L × ρ
2D
dimana
Δp = penurunan tekanan dalam pascal (Pa)
v = kecepatan dalam meter per detik (m / detik)
f = faktor gesekan
L = panjang pipa atau selang dalam meter (m)
ρ = densitas cairan dalam kilogram per meter kubik (870-890 kg / m³ untuk minyak
hidrolik)
D = diameter dalam pipa atau selang dalam meter (m)

12
Untuk menentukan penurunan tekanan fluida (cairan atau gas) sepanjang pipa
atau pipa komponen adalah sebagai berikut :
Tentukan Nomor Reynolds:
𝑣. 𝐷
𝑅𝑒 =
𝑉
Dimana:
Re = Reynolds Nomor
v = Kecepatan Aliran
D = Diameter Pipa
V = Kinematika Viskositas
Jika bilangan Reynolds <2320, disebut aliran laminar.
Aliran laminar ditandai dengan meluncur dari lapisan konsentris silinder melewati
satu sama lain dalam mode tertib. Kecepatan fluida pada maksimum pada sumbu pipa
dan menurun tajam ke nol pada dinding. Penurunan tekanan yang disebabkan oleh
gesekan aliran laminar tidak tergantung dari kekasaran pipa.
koefisien gesekan pada Pipa aliran laminar:
64
𝜆=
𝑅𝑒
dimana:
λ = Koefisien Gesekan Pipa
Re = bilangan Reynolds
Catatan: pipa mulus sempurna akan memiliki kekasaran nol.
Jika bilangan Reynolds> 2320, disebut aliran turbulen.
Dikatakan aliran turbulen jika ada gerakan tidak teratur partikel fluida dalam arah
melintang terhadap arah aliran utama. Distribusi kecepatan aliran turbulen lebih seragam
di seluruh diameter pipa daripada di aliran laminar. Penurunan tekanan yang disebabkan
oleh gesekan aliran turbulen tergantung pada kekasaran pipa.
koefisien gesekan pada Pipa aliran turbulen (dalam kasus):
1 2,51 𝑘
= -2 log [ + x 0,269]
√𝜆 𝑅𝑒.√𝜆 𝐷

dimana:
λ = Koefisien Gesekan Pipa
g = Percepatan Gravitasi
Re = Reynolds Nomor
k = Mutlak (Kekerasan)
D = Diameter Pipa

13
Penurunan tekanan dalam pipa melingkar:
𝐿 𝜌
𝛥𝑝 = 𝜆 𝐷 . 2 .v2

dimana:
Δp = Tekanan Jatuhkan
λ = Koefisien Gesekan Pipa
L = Panjang Pipa
D = Diameter Pipa
p = Kepadatan
v = Kecepatan aliran
Penurunan tekanan oleh gravitasi atau elevasi
Δp = ρ.g.ΔH
dimana:
Δp = penurunan tekanan
ρ = kepadatan (massa jenis)
g = Percepatan Gravitasi
ΔH = Ketinggian vertikal atau Gugurkan
Penurunan tekanan gas dan uap
Kompresibel cairan mengembang disebabkan oleh penurunan tekanan (gesekan)
dan kecepatan akan meningkat. Oleh karena itu adalah penurunan tekanan sepanjang
pipa tidak konstan.

dimana:
p1 = Tekanan masuk
T1 = Suhu masuk
p2 = Tekanan meninggalkan
T2 = Suhu meninggalkan

Tetapkan nomor gesekan pipa sebagai konstan dan menghitung dengan data masukan.
Suhu yang digunakan dalam persamaan adalah rata-rata masuk dan keluar dari pipa.

14
2.7 Teori Aliran Fluida
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara permanen.
Perilaku zat cair yang mengalir sangat bergantung pada kenyataan apakah fluida itu
berada di bawah pengaruh bidang batas padat atau tidak. Aliran dalam pipa telah banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam proses–proses industri. Dalam
kehidupan sehari-hari hal tersebut dapat dilihat pada aliran di saluran pembuangan, aliran
semen dan pasir di pipa dan lain-lain. Cara memindahkan zat–zat tersebut dalam industri
banyak macamnya. Pada aliran air dan udara yang mengalir dalam pipa, kecepatan dan
kapasitasnya dapat berubah–ubah. (Warren L. Mc Cabe,Julian C.Smith,Peter
Harriout.1986)

Efisiensi pendistribusian yang baik dapat menekan biaya produksi, sehingga harga
jual produk atau barang tersebut lebih kompetitif. Dalam berbagai industri sebagian besar
fluidanya mengalir pada pipa–pipa saluran tertutup (closed conduit flow). Masalah utama
yang muncul antara lain: Terjadinya gesekan pada dinding pipa, Terjadinya turbulensi
karena gerakan relative dalam molekul fluida yang dipengaruhi oleh viskositas fluida itu
sendiri dan bentuk pipa,Terjadinya kapasitas aliran yang semakin kecil pada daerah yang
jauh dari sumber karena hambatan gesek pada aliran yang semakin membesar.
Pengukuran laju aliran fluida adalah salah satu yang terpenting dalam proses flow control.
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui berapa kapasitas fluida yang dialirkan untuk
mendapatkan harga pengukurannya (measurement variable). ( Soetedjo.1986)
Macam-macam aliran fluida:
a. Aliran Laminar
Adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel fluidanya
sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer, partikel-partikel fluida
seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan lancar, dengan
satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang bersebelahan. Sifat
kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan aliran laminer. Aliran
laminer bersifat steady maksudnya alirannya tetap. “Tetap” menunjukkan bahwa di
seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan aliran tidak berubah menurut
waktu.
Aliran fluida pada pipa, diawali dengan aliran laminer kemudian pada fase
berikutnya aliran berubah menjadi aliran turbulen. Fase antara laminer menjadi
turbulen disebut aliran transisi. Aliran laminar mengikuti hukum Newton tentang
viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan laju perubahan bentuk
sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang tinggi aliran laminar
tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen.

15
Bisa diambil kesimpulan mengenai ciri- ciri aliran laminar yaitu: fluida
bergerak mengikuti garis lurus, kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya tinggi dan
lintasan gerak fluida teratur antara satu dengan yang lain.

b. Aliran turbulen
Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran yang tidak
laminar melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara satu
dengan yang lain. Sehingga didapatkan Ciri dari lairan turbulen: tidak adanya
keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida
tinggi, panjang skala aliran besar dan viskositasnya rendah. Karakteristik aliran
turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang
menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel cairan di seluruh
penampang aliran. Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer,
terdapat suatu angka tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds
Number). Angka ini dihitung dengan persamaan reaksi tersebut.
Re = (4 v R)/ϑ

Dimana:
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
R = Jari-jari hydraulik (ft atau m)
ϑ = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft2/s atau m2/s)

Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka Reynold kurang


daripada 2000, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold
lebih besar daripada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan
4000 aliran dapat laminer atau turbulen tergantung pada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi.

c. Aliran Transisi
Merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran
berdasarkan bisa tidaknya dicompres :
• Compressible flow, dimana aliran ini merupakan aliran yang mampu
mampat.
• Incompressible flow, aliran tidak mampu mampat.

16
Empat faktor penting dalam pengukuran aliran fluida dalam pipa adalah :
• Kecepatan fluida
• Friksi/gesekan fluida dengan pipa
• Viskositas/kekentalan fluida
• Densitas/kerapatan fluida

2.8 Teori Aliran Fluida dalam Pipa

Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang


digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo 1996 : 25).
Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa lebih
besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh
maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa
sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk
dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang
dialirkan dalah zat cair. Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka
adalah tekanan atmosfer.

Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa
adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran
terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada rongga
yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran
terbuka (Kodoatie, 2002: 215). Misalnya aliran air pada gorong-gorong. Pada kondisi
saluran penuh air, desainnya harus mengikuti kaidah aliran pada pipa, namun bila mana
aliran air pada gorong-gorong didesain tidak penuh maka sifat alirannya adalah sama
dengan aliran pada saluran terbuka. Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka
mempunyai kedalaman air (y), sedangkan pada pipa kedalam air tersebut
ditransformasikan berupa (P/y). Oleh karena itu konsep analisis aliran pada pipa harus
dalam kondisi pipa terisi penuh dengan air.
Zat cair riil didefinisikan sebagi zat yang mempunyai kekentalan, berbeda dengan
zat air ideal yang tidak mempunyai kekentalan. Kekentalan disebabkan karena adanya
sifat kohesi antara partikel zat cair. Karena adanya kekentalan zat cair maka terjadi
perbedaan kecepatan partikel dalam medan aliran. Partikel zat cair yang berdampingan
dengan dinding batas akan diam (kecepatan nol) sedang yang terletak pada suatu jarak
tertentu dari dinding akan bergerak. Perubahan kecepatan tersebut merupakan fungsi
jarak dari dinding batas. Aliran zat cair riil disebut juga aliran viskos.

17
Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas).
Viskositas terjadi pada temperature tertentu Kekentalan adalah sifat zat cair yang dapat
menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan geser ini akan
mengubah sebagian energi aliran dalam bentuk energi lain seperti panas, suara, dan
sebagainya. Perubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan
energi.
Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam. Apabila pengaruh
kekentalan (viskositas) adalah cukup dom inan sehingga partikel-partikel zat cair bergerak
secara teratur menurut lintasan lurus maka aliran disebut laminar. Aliran laminar terjadi
apabila kekentalan besar dan kecepatan aliran kecil. Dengan berkurangnya pengaruh
kekentalan atau bertambahnya kecepatan maka aliran akan berubah dari laminar menjadi
turbulen. Pada aliran turbulen partikel-partikel zat cairbergerak secara tidak teratur

2.9 Teori Software Ansys

Ansys Inc. adalah perusahaan publik Amerika yang berbasis di Canonsburg,


Pennsylvania. Perusahaan ini mengembangkan dan memasarkan perangkat lunak
simulasi rekayasa. Perangkat lunak Ansys digunakan untuk merancang produk dan
semikonduktor, serta untuk membuat simulasi yang menguji ketahanan produk, distribusi
temperatur, pergerakan cairan, sifat elektromagnetik,dan lainnya.
Ansys didirikan pada tahun 1970 oleh John Swanson. Swanson menjual minatnya
pada perusahaan kepada para pemodal ventura pada tahun 1993. Ansys mulai menjadi
umum di NASDAQ pada tahun 1996. Pada tahun 2000-an, Ansys mengakuisisi
perusahaan desain teknik lainnya, memperoleh teknologi tambahan untuk dinamika fluida,
desain elektronik, dan analisis fisika lainnya.
Ansys mengembangkan dan memasarkan perangkat lunak analisis dengan
metode elemen hingga yang digunakan untuk mensimulasikan masalah teknik. Perangkat
lunak ini menciptakan model simulasi struktur, elektronik, atau komponen mesin untuk
mensimulasikan kekuatan, ketangguhan, elastisitas, distribusi temperatur,
elektromagnetisme, aliran fluida, dan atribut lainnya. Ansys digunakan untuk menentukan
bagaimana suatu produk akan berfungsi dengan spesifikasi yang berbeda, tanpa
membuat produk uji fisik. Sebagai contoh, perangkat lunak Ansys dapat mensimulasikan
bagaimana jembatan akan bertahan setelah bertahun-tahun.
Kebanyakan simulasi Ansys dilakukan menggunakan perangkat lunak Ansys
Workbench, yang merupakan salah satu produk utama perusahaan. Biasanya pengguna
Ansys memecah struktur yang lebih besar menjadi komponen-komponen kecil yang
masing-masing dimodelkan dan diuji secara individual. Seorang pengguna dapat memulai
dengan mendefinisikan dimensi suatu objek, dan kemudian menambahkan bobot,

18
tekanan, suhu, dan sifat fisik lainnya. Akhirnya, perangkat lunak Ansys mensimulasikan
dan menganalisis gerakan, kelelahan, patah struktur, aliran fluida, distribusi suhu,
efisiensi elektromagnetik dan efek lainnya dari waktu ke waktu.
Dalam bidang rekayasa dan engineering, umumnya digunakan piranti lunak untuk
membantu penyelesaian kasus yang telah ditentukan. Salah satu software yang biasa
digunakan dalam bidang design and analysis adalah ANSYS yang hingga saat ini sudah
di-release mencapai versi 19. ANSYS merupakan produk yang berkesinambungan buatan
ANSYS Inc.’s. Berbagai analisa yang bisa dilakukan dengan software ANSYS ini.
Misalnya pada analisa structure (global maupun lokal). Secara umum, analisa yang bisa
dilakukan oleh ANSYS adalah analisa struktur, thermal, fluids/CFD, couplefield dan
electromagnetic’s serta berbagai case engineering lainnya. Kemudian kita bisa mem-
breakdown bebagai kasus diatas.
Dengan ANSYS juga dapat melakkukan analisa engineering untuk case yang
sangat kompleks misalnya analisa aerodinamika pada mobil F1, analisa thermal pada
organ dalam manusia hingga berbagai analisa tumbukan atau tabrakan. Secara umum
penyelesaian elemen hingga menggunakan ANSYS dapat dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu :
1) Preprocessing: pendefinisian masaah
Langkah umum dalam preprocessing terdiri dari
a. mendefinisikan keypoint/lines/areas/volume,
b. mendefinisikan tipe elemen dan bahan yang digunakan/sifat geometrik,
c. mesh lines/areas/volumes sebagaimana dibutuhkan. Jumlah detil yang
dibutuhkan akan tergantung pada dimensi daerah yang dianalisis, ie.,1D,
2D,dan 3D.
2) Solution: assigning loads, constraints, and solving
Di sini, perlu menentukan beban (titik atau tekanan), constraints (translasi dan
rotasi) dan kemudian menyelesaikan hasil persamaan yang telah diset.
3) Postprocessing:further processing and viewing of the results
Dalam bagian ini kita dapat melihat
a. daftar hasil simulasi,
b. gaya elemen dan momentum,
c. plot deflection
d. diagram kontur tegangan (stress) atau pemetaan suhu.

19
BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


3.1. Sejarah Perusahaan
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah
Republik Indonesia (state-owned oil company) yang dibentuk pada tanggal 10
Desember 1957 dengan nama PT Permina, dan setelah digabung dengan PN Pertamin di
tahun 1968 namanya berubah menjadi PN Pertamina. Dengan diberlakukannya UU No. 8
Tahun 1971, nama perusahaan menjadi Pertamina. Nama perusahaan ini tetap
digunakan pada waktu Pertamina berubah status hukumnya menjadi Perseroan Terbatas
pada tanggal 17 September 2003, menjadi PT Pertamina (Persero).
PT Pertamina Lubricants merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero),
yang didirikan pada 23 September 2013, yang merupakan pemisahan (spin-off) Unit
Bisnis Pelumas PT Pertamina (Persero) pada 30 Oktober 2013. PT Pertamina
Lubricants didirikan sebagai pelaksanaan amanat Undang-Undang No. 22 Tahun
2001 Tentang Minyak dan Gas. Tujuan pendirian Anak perusahaan adalah untuk
meningkatkan kekuatan bisnis Perseroan di bidang usaha pelumas pada masa
mendatang, melalui cakupan bisnis di dalam dan luar negeri. Cakupan bisnis Perusahaan
meliputi dalam dan luar negeri. PT Pertamina Lubricants bertekad pada masa-masa
mendatang dapat menjadi perusahaan pelumas kelas dunia, dan mencapai posisi
sebagai Top 20 World Lubricants Company.
Untuk memenuhi kebutuhan para pelanggannya, pelumas Pertamina di produksi
melalui tes laboratorium modern dan berteknologi tinggi serta berbagai pengujian seperti
pengujian fisika kimia dan pengujian mesin sebelum diluncurkan ke pasar. Bebagai
pengakuan Internasional telah juga diraih oleh PT Pertamina Lubricants seperti API
(American Petroleum Institute), JASO, Volvo, Caterpillar, Komatsu, Mercedes-Benz,
Wartsila dan lain-lain. Ini sekaligus bukti nyata bahwa pelumas Pertamina diakui
oleh dunia Internasional. Selain itu pelumas Pertamina juga dipakai untuk factory field
atau service field oleh sebagian besar ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) Indonesia,
seperti Toyota, Daihatsu, Hino, Suzuki, Honda, Mitsubishi dan lain-lain.
Unit Bisnis Pelumas adalah bagian dari Direktorat Pemasaran & Niaga yang
dibentuk untuk menghadapi persaingan dibisnis pemasaran Pelumas di Indonesia. Untuk
menjamin pencapaian visi, misi dan tujuan fungsi Pemasaran Pelumas, maka
Pemasaran Pelumas sebagai salah satu Strategic Business Unit (SBU) Direktorat
Pemasaran dan Niaga dipimpin oleh VP Pelumas. Sedangkan untuk memberikan
pelayanan terbaik dan fokus kepada pelanggan, Pelumas membagi wilayah kerja

20
seluruh Indonesia menjadi 7 (tujuh) region pemasaran. Untuk wilayah Jateng – DIY, SR
IV dipimpin oleh SRM IV Pelumas di bawah VP Pelumas, Sales Region Manager IV
Pelumas berkedudukan di Semarang sedangkan 3 (tiga) Sales Executive untuk wilayah
Jateng – DIY masing – masing bertempat di Semarang dan Yogyakarta. Untuk
kegiatan operasional di Depot/Instalasi Sales Point Pelumas didukung oleh tenaga
Administrasi yang masing – masing bertempat di Instalasi Depot Pengapon dan Depot
Cilacap.

3.2 Visi dan Misi Perusahaan


3.2.1 Visi
Menjadi perusahaan pelumas kelas dunia
3.2.2 Misi
Melaksanakan bisnis solusi pelumasan dan memasarkan pelumas serta produk
terkait secara kompetitif di pasar domestik dan luar negeri untuk memperkuat
portofolio bisnis guna mengoptimalkan nilai tambah bagi seluruh pemangku
kepentingan.
3.2.3 Tata Nilai Pertamina Lubricants
a) Bersih
Perusahaan dikelola secara profesional dengan cara menghindari benturan
kepentingan, tidak mentolerir suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan
integritas, serta berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang
baik.
b) Kompetitif
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
c) Percaya Diri
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa.
d) Fokus Pelanggan
Berorientasi pada pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan
terbaik kepada pelanggan.
e) Komersial
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

21
f) Mampu
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional yang memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset
dan pengembangan.
serta secara selektif di pasar internasional (ASEAN) melalui penciptaan nilai
tambah pada konsumen dan perusahaan

3.3 Wilayah Pemasaran PT.Pertamina Lubricants


Di Indonesia, PT Pertamina Lubricants memiliki cakupan pemasaran produk
pelumas yang sangat luas. PT Pertamina Lubricants memiliki 7 wilayah/region, antara
lain:

1) SR (Sales Region) I : Medan, Sumatra Utara


2) SR (Sales Region) II : Palembang, Sumatra Selatan
3) SR (Sales Region) III : Jakarta, Jawa Barat
4) SR (Sales Region) IV : Semarang, Jawa Tengah dan
DIY
5) SR (Sales Region) V : Surabaya, JawanTimur, dan
Bali

7) SR (Sales Region) VII : Makassar, Sulawesi Selatan,


Nusa Tenggara
dan bagian timur indonesia
Tabel 3.1 Alamat Wilayah Pemasaran PT Pertamina Lubricants
6) SR (Sales Region) VI : Balikpapan, Kalimantan Selatan
Wilayah Pemasaran Alamat
Sales Region I Jl. K.L. Yos Sudarso No. 8-10, Medan 20114

Sales Region II Jl. Jend. Ahmad Yani No.1247, Palembang 30264

Sales Region III Gd. Utama Lt. 4 Jl. Kramat Raya No. 59, Jakarta 10450

Sales Region IV Jl. Pemuda No. 114, Semarang 50132


Sales Region V Jl. Jagir Wonokromo No. 88, Surabaya 60244

Sales Region VI Jl. Yos Sudarso No. 148, Balikpapan 76123

Sales Region VII Jl. Garuda No. 1, Makassar 90125


Sumber : Company Profile PT Pertamina Lubricants.

22
3.4 Gudang Bahan Baku
Gudang penyimpanan bahan baku penunjang di PT. Pertamina PUJ-P berada pada
beberapa tempat,yang digunakan sebagai tempat penyimpanan material yang dibutuhkan
dalam proses produksi. Gudang penyimpanan disebut pula sebagai warehouse. Terdapat
dua buah warehouse yang difungsikan oleh perusahaan. Warehouse pertama terdapat
pada area LOBP I yang berfungsi untuk menyimpan material proses packing seperti botol
plastik, label, tutup botol, kardus, dan segel. Letaknya bersebelahan dengan lantai
produksi dari proses packing, hal ini mempermudah proses perpindahan material dari
gudang penyimpanan ke lantai produksi. Warehouse kedua terdapat pada area LOBP II
yang berfungsi untuk menyimpan material berupa drum. Pada kedua warehouse tersebut,
kondisi lingkungan dalam keadaan bersih dan memiliki tingkat pencahayaan yang baik.
Material pada LOBP I maupun LOBP II diletakan pada rak penyimpanan yang ditata
dengan rapi.

3.5 Sistem dan Proses Manufaktur


PT. Pertamina PUJ-P sebagai perusahaan yang menghasilkan produk jadi berupa
oli pelumas, dimana penjualannya dilakukan secara langsung maupun tidak langsung
kepada konsumen maka berkaitan erat dengan proses manufaktur untuk menghasilkan
produk tersebut.
Manufaktur merupakan proses merubah bahan baku menjadi produk jadi. Pada
konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan baku
melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti perencanaan yang
terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan.
Kegiatan proses produksi yang dilakukan di pabrik PT. Pertamina PUJ-P khususnya
pada area packing LOBP I, proses manufaktur yang diterapkan oleh perusahaan berupa
line process. Dimana kegiatan produksi berdasarkan urutan proses produksi, dimulai dari
perpindahan material dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya sampai dengan
penempatan peralatan atau mesin yang digunakan sesuai pula dengan urutan proses
produksi.

3.6 Produk yang dihasilkan


PT Pertamina Lubricants memiliki beragam jenis produk pelumas
yang dipasarkan di seluruh wilayah Indonesia. Produk PT Pertamina Lubricants
memiliki tiga jenis produk yang dilayani yaitu pelumas untuk produk otomotif,
pelumas industri, dan gemuk.
Jenis produk pelumas pertamina adalah sebagai berikut :

23
1. Produk Otomotif
a) Pelumas mesin kendaraan bensin (Fastron, Zipex XP, Prima
XP, Mesran Super, Mesran).
b) Pelumas mesin kendaraan diesel (Fastron Diesel, Meditran SX,
Zipex HD, Zipex HD Plus, Meditran SC, Meditran S, Meditran,
Mesran
c) Pelumas sepeda motor (Enduro 4T, Enduro 4T Racing, Enduro 4T
Matic, Zipex 4T, Zipex 4T Sport, Zipex Super, Mesran Super 4T,
2T Enviro, Mesrania 2T Super, Mesrania 2T Super X, Mesran
Marine, Mesrania 2T OB).
d) Pelumas gardan dan transmisi (Rored HDA, Rored EPA, Rored
MTF, Rored MT-1).
e) Pelumas transmisi otomatis (Pertamina ATF).
f) Gemuk Lumas (Gemuk Pertamina SGX).
2. Produk Industri
a) Pelumas mesin diesel industri dan perkapalan putaran tinggi
(Meditran SX, Meditran SC, Meditran S, Meditran, Mesran B).
b) Pelumas mesin diesel industri dan perkapalan putaran sedang
dan rendah (Medripal, Salyx, Meditran P).
c) Pelumas mesin gas (NG Lube, NG Lube LL, NG Lube Ashless,
Meditran GEO).
d) Pelumas mesin turbin (Turbolube, Turbolube XT).
e) Pelumas transmisi dan hidrolik (Turalik, Turalik C, Translik HD). f)
Pelumas kompresor (GC-Lube Syn, GC-Lube M).
g) Pelumas roda-gigi (Masri RG, Masri SMG, Masri FLG). h)
Pelumas sirkulasi (Sebana, Sebana P, Gandar).
i) Pelumas mesin pendingin (Kompen).

3. Gemuk (Grease)
a) Grease X-NL
b) Grease EPX
c) Grease TS-2
d) Grease SGX-NL
e) Grease WR-NL
f) Grease Super EPX-2
g) Grease HDX-2
h) Grease Super HDX-2

24
3.7 Jenis dan Jumlah Bahan Baku
Dalam proses produksi untuk menghasilkan oli pelumas, dibutuhkan bahan baku
berupa base oil dan bahan baku tambahan berupa additive. Base oil yang digunakan
dalam proses produksi untuk membuat oli pelumas adalah mineral dan sintetis. Bahan
baku tambahan additive digunakan untuk meningkatkan kualitas dari pelumas yang
dihasilkan.
Pada proses packing, bahan baku yang digunakan yaitu botol yang diterima oleh
perusahaan dari supplier. Terdapat beberapa jenis design botol sesuai dengan model
yang telah diperbaharui :
1. Desain generasi 4
2. Desain generasi 5
3. Desain generasi 5 B
Bahan baku yang digunakan dalam proses packing selain botol yaitu label, tutup
botol, dus, dan segel. Material tersebut merupakan bahan baku tambahan yang
diperlukan dalam menghasilkan produk jadi. Bahan baku tambahan tersebut diterima oleh
PT. Pertamina PUJ-P dari supplier.

3.8 Struktur Organisasi


Struktur organisasi dari PT. Pertamina PUJ-P adalah sebagai berikut:
Manajer
Production & Supply Chain

Production Unit Head


Jakarta
151

Sekretaris
1

Ka. LOBP Ka. LOBP Ka. Grease


Plant Ka. Teknik
I 3 II 1 1 1

Ka. Adm & Ka. Quality Ka. K3LL &


Ka. Logistik Keuangan Inspector Sekuriti
3 1 1 8

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Pertamina PUJ-P

Sumber : Data Perusahaan

25

Anda mungkin juga menyukai