Push System
Disusun Oleh :
Cleantha Donabella 13/345927/TK/40475
Desika Putri Samosir 13/349745/TK/41176
Havan Prasido 13/349727/TK/41170
Farhan Arfiansyah 13/345957/TK/40485
Rury Muhandar 13/345976/TK/40494
Tinezhia Novitasari 13/349690/TK/41161
Yuleta Puspa Melati 13/345954/TK/40483
Lalavenya Sara 13/345830/TK/40436
Fakhri hayu Nirbowo 13/349702/TK/41164
Ghea Suryanink Dewi 13/349735/TK/41173
Muhammad Solikhin 13/349765/TK/41178
Stella Nadya 13/345780/TK/40413
DAFTAR TABEL iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
2.2. KANBAN 4
4.2. Profit 16
4.3 Market Share 28
i
4.4 Pengambilan Keputusan 31
4.5 Line Balancing 35
4.6 Bottleneck 40
BAB V PENUTUP 43
DAFTAR PUSTAKA 45
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
yang dapat digunakan untuk menyeimbangkan lini produksi adalah software FLB.
Dalam menentukan jumlah atau kapasitas produksi serta harga jual produk, perlu
dipertimbangkan faktor-faktor ekstenal seperti market share dan isu-isu yang
terjadi di target pasar.
Pada praktikum kali ini, akan dianalisis mengenai hal-hal yang telah
disebutkan di atas pada lini produksi tamiya. Diharapkan praktikan mampu
memahami strategi-strategi dalam produksi sehingga dapat melakukan penerapan
secara tepat di kemudian hari.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2.1.2. Push System
Push System merupakan sistem operasi yang terjadi hanya sebagai respon
terhadap penjadwalan untuk setiap operasi tanpa memperhitungkan status real-
time dari operasi bersangkutan. Tujuan dari sistem ini adalah untuk
mengoperasikan penjadwalan.
Pada Push System, jalannya produksi berdasarkan penjadwalan masing-
masing proses. Proses “sebelumnya” akan mendorong proses “berikutnya” selama
proses produksi tersebut berjalan. Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya
perubahan permintaan konsumen, perusahaan menyediakan stok atau inventory
pada setiap stasiun kerja. Hal ini untuk mencegah perubahan seluruh jadwal setiap
lini produksi ketika terjadi perubahan permintaan konsumen. Sistem ini, sering
mengakibatkan terbentuknya unbalance stock di antara proses, yang
mengakibatkan timbulnya dead stock, penambahan alat handling, dan
penambahan orang untuk menjaga inventori.
2.2. KANBAN
Kanban merupakan suatu tool yang digunakan pada sistem Just In Time
yang sering diterapkan pada perusahaan eastern. Kanban berguna sebagai
penunjuk atau penanda visual yang menunjukan kapan penarikan dan pembuatan
suatu benda kerja. Kanban terbagi menjadi 2 jenis yaitu Kanban Tarik
(Withdrawal Kanban) dan Kanban Produksi (Production Kanban). Kanban Tarik
berfungsi untuk mengambil atau memindahkan komponen antar workstation
sesuai dengan aliran proses. Sedangkan Kanban produksi digunakan untuk
4
mengeluarkan pesanan produksi kepada proses sebelumnya. Kanban sering
diaplikasikan untuk:
Pengendalian jumlah material mentah dan WIP;
Menghaluskan aliran keluar, dengan ukuran yang telah memadai;
Memberitahukan kapan dan di mana terjadi permasalahan dalam proses
pengadaan;
Menjamin suplai bahan atau raw material yang dibutuhkan pada setiap
workstation;
Mencegah produk cacat serta mengenali proses penyebab produk cacat.
Kanban digunakan dalam bentuk kartu, dimana jumlah kartu Kanban dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
Y = Jumlah Kanban
D = Rata- rata permintaan harian
L = Waktu pemesanan (hari)
a = Ukuran lot
b = Koefisien keamanan
(dalam kondisi ideal JIT, b = 1)
5
kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antara stasiun kerja
(Herjanto, 1999).
Masalah yang sering dihadapi dalam lintasan produksi menurut Biegel
(1952) terbagi menjadi 2, yaitu kendala sistem yang berkaitan erat dengan
maintenance serta menyeimbangkan beban kerja di setiap stasiun kerja agar
sistem dapat bekerja dengan nilai efisiensi yang tinggi. Adapun tanda-tanda
ketidak seimbangan pada suatu lintasan produksi adalah sebagai berikut:
1. Stasiun kerja yang sibuk dan waktu menganggur yang mencolok;
2. Adanya produk setengah jadi pada beberapa stasiun kerja.
Untuk dapat menyelesaikan masalah line balancing, manajemen industri
harus mengetahui tentang metoda kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan
personil yang digunakan dalam proses kerja. Dimana informasi yang dibutuhkan
adalah informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan
precedence relationship. Selain itu manajemen industri perlu menetapkan tingkat
produksi per hari yang disesuaikan dengan tingkat permintaan total, kemudian
membaginya kedalam waktu produktif yang tersedia perhari. Hasil ini disebut
dengan cycle time yang merupakan waktu dari produk yang tersedia pada setiap
stasiun kerja (workstation). Ada beberapa metode-metode pemecahan masalah
dalam line balancing yaitu:
1. Metode Heuristik
Metode heuristik merupakan metode yang berdasarkan pengalaman, intuisi
atau aturan-aturan empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik
daripada solusi yang telah dicapai sebelumnya (Dimyati, 1994).
a. Ranked Positional Weight / Hegelson and Birine
b. Kilbridge`s and Waste/Region Approach
c. Large Candidate Rule
d. Al Arcu`s
2. Metode Analis atau Matematis
Metode Analis merupakan metode penggambaran dunia nyata melalui
simbol-simbol matematis berupa persamaan dan pertidaksamaan. (Branch
and Bound Method).
6
3. Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan metode yang meniru tingkah laku sistem
dengan mempelajari interaksi komponen-komponennya. Model-model
simulasi ini dapat digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang
tidak dapat diselesaikan secara matematis.
a. CALB (Computer Assembly Line Balancing or Computer Aided
Line Balancing)
b. ALPACA (Assembly Line Balancing and Control Activity)
c. COMSAL (Computer Method or Saumming Operation for
Assemble)
Di dalam Line Balancing terdapat istilah-istilah berikut ini:
1. Idle time
Idle time adalah selisih atau perbedaan antara Cycle Time (CT) dan Stasiun
Time (ST), atau CT dikurangi ST. (Baroto, 2002).
2. Balance delay
Balance Delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang
dihasilkan dari waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena
pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun
kerja.Balance Delay dapat dirumuskan sebagai berikut (Baroto, 2002).
3. Efisiensi Stasiun Kerja
Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun
kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi stasiun
kerja dapat dirumuskan sebagai berikut (Nasution, 1999).
4. Efisiensi Lintasan Produksi (Line Efficiency)
Line Efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi
dengan siklus dikalikan jumlah stasiun kerja (Baroto, 2002) atau jumlah
efisiensi stasiun kerja dibagi jumlah stasiun kerja (Nasution, 1999).
5. Smoothest Index
Smoothet Indeks merupakan indeks yang menunjukkan kelancaran relatif
dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.
7
6. Work station
Work Station merupakan tempat pada lini perakitan di mana proses
perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka
jumlah stasiun kerja yang efisien dapat ditetapkan dengan rumus (Baroto,
2002).
8
Dengan menggunakan FLB, dapat didapatkan Line Balancing Diagram
serta Precedence Diagram dari skenario tersebut. Line balancing Diagram berisi
waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan semua proses yang ada pada tiap-tiap
workstation. Dimana setiap workstation terdiri dari beberapa element task. Nilai
efisiensi bergantung pada jumlah workstation, standard time pada element task di
setiap workstation, tact time (TT) serta neck time (NT). Menurut Baroto (2002),
Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja,
serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk
memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya.
9
2.5 Bottleneck
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Komponen-komponen tamiya
2. Conveyor
b. Assembler
Assembler bertugas merakit komponen-komponen tamiya menjadi
produk jadi tamiya. Pada perkaitan tamiya ini, terdapat tiga workstation
dengan satu orang assembler di setiap workstation. Spesifikasi tugas
assembler di masing-masing workstation merupakan kebijakan
kelompok gabungan. Assembler berjumlah tiga orang.
c. Inspector
Inspector bertugas menginspeksi produk jadi tamiya produksi
perusahaan pesaing dan menentukan kelayakan produk jadi tamiya
tersebut. Hal-hal yang menjadi kriteria inspeksi adalah sistem 4WD dan
switch button yang berfungsi, ketepatan pemasangan ban depan dan
belakang, dan terpasangnya bettery belt. Inspector berjumlah satu orang.
d. Transporter
Transporter bertugas membeli komponen di supplier sesuai
instruksi purchase manager. Selain itu, transporter bertugas
mengantarkan komponen-komponen ke workstation yang mengerjakan.
Transporter berjumlah dua orang.
e. Informan
Informan bertugas mencatat pembelian komponen dan penjualan
produk jadi di setiap periode. Selain itu, informan bertugas menghitung
jumlah inventory setiap komponen dan keuangan perusahaan di akhir
periode. Informan berjumlah satu orang.
12
f. Disassembler
Disassembler bertugas men-disassembly produk jadi baik produk
jadi yang berhasil dijual maupun yang ter-reject, menjadi komponen-
komponen. Disassembler berjumlah dua orang.
3. Produksi dilakukan selama 12 periode. Permintaan dan harga beli produk jadi
tamiya untuk masing-masing bulan berubah dan tidak diketahui perusahaan.
Perusahaan menentukan jumlah produksi dan harga jual dengan
mempertimbangkan isu yang terdapat pada setiap bulan. Isu untuk setiap
bulan diterima perusahaan pada bulan sebelumnya. Sebelum dilakukan 12
periode produksi, dilakukan satu kali percobaan produksi.
4. Kegiatan produksi diawali dengan penentuan jumlah produksi dan harga jual
oleh purchase manager.
5. Transporter melakukan pembelian ke supplier komponen sesuai ketentuan
purchase manager. Sementara itu, informan mencatat pembelian tersebut
untuk menghitung biaya pembelian komponen.
6. Transporter mengantarkan komponen-komponen yang sudah dibeli ke
masing-masing workstation yang mengerjakan.
7. Assembler merakit komponen-komponen tersebut menjadi produk jadi.
8. Inspector menginspeksi kelayakan produk jadi tersebut.
9. Pembeli menentukan pembelian produk jadi tersebut. Setiap akhir periode,
pembeli memberitahukan permintaan dan harga beli produk jadi. Jika harga
jual produk lebih tinggi dari harga beli, produk tersebut tidak akan dibeli oleh
pembeli. Jika harga jual produk lebih rendah atau sama dengan harga beli dan
permintaan pembeli belum terpenuhi, produk tersebut pasti dibeli oleh
pembeli.
10. Pada setiap akhir periode, penjualan dihitung. Setiap akhir periode,
komponen yang tidak terpakai dihitung sebagai inventory. Jumlah komponen
yang terpakai tersebut digunakan untuk menghitung biaya inventory. Setelah
pembelian, penjualan, dan biaya inventory dihitung, didapatkan keuntungan
atau kerugian perusahaan. Setelah 12 periode produksi berakhir, keuntungan
13
atau kerugian setiap periode dihitung sehingga dapat diketahui perusahaan
yang lebih unggul.
14
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Workstation 1
Assembler pada workstation 1 akan melakukan proses pengerjaan sebagai
berikut:
1. Memasang dua ban depan pada velg
2. Memasang dua ban belakang pada velg
3. Memasang hexa axle pada salah satu ban depan
4. Memasang hexa axle pada salah satu ban belakang
Workstation 2
Assembler pada workstation 2 akan melakukan proses pengerjaan sebagai
berikut:
1. Merakit dua ban depan, hexa axle, turn gear dan spacer pada chasis tamiya
2. Merakit dua ban belakang, hexa axle, turn gear, gear dan spacer pada chasis
tamiya
3. Memasang double gear axle pada chasis
4. Memasang battery belt pada chasis
15
Workstation 3
Assembler pada workstation 3 akan melakukan proses pengerjaan sebagai
berikut:
1. Merakit dinamo, gear, block dinamo dan penutup dinamo menjadi rangkaian
dinamo
2. Memasang rangkaian dinamo pada chasis
3. Memasang switch plate dan switch button pada chasis
4. Memasang front gear case pada chasis
5. Memasang body pada chasis
6. Memasang body key pada rangkaian body dan chasis
Dengan 3 assembler tamiya sudah dapat dirakit hingga jadi dan dapat
diteruskan ke tahap produksi berikutnya.
4.2. Profit
16
Tabel 4.1 Biaya Memproduksi Tamiya
Biaya Produksi Tamiya
Ordering Cost Rp 2000 / order
Pembelian Part Tamiya Rp 500 / part
Pembelian Paket Tamiya Rp 5000 / part
Biaya Inventory Part Tamiya Rp 100 / part
Biaya Inventory Paket Tamiya Rp 1000 / part
Proses produksi tamiya dilakukan dari periode ke-0 sampai dengan periode
ke-12. Dalam masing-masing periode tersebut dilakukan proses produksi yang
sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan perusahaan. Harga jual tamiya pada satu
periode ditentukan oleh purchase manager, dengan melihat keadaan pasar pada
saat itu. Modal awal yang diberikan untuk perusahaan sebesar Rp 100.000,-.
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan jumlah produksi yang dihasilkan
perusahaan selama 12 periode.
17
Oleh karena itu, total biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 120.500 dan
total biaya pemasukan yang sekaligus sebagai modal awal sebesar Rp 100.000,-
sehingga didapatkan saldo pada akhir periode ini sebesar Rp (-) 20.500,-.
Modal
Pembelian Part Tamiya
Pembelian Paket Tamiya
Inventory Part Tamiya di 29 part x 15 paket 43500
Seluruh Workstation tamiya
Inventory Produk Tamiya Jadi
Harga Jual Produk Tamiya Jadi
Hutang Perusahaan 20500
Total 0 64000
Saldo Akhir Periode -64000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada periode ke-1 ini
perusahaan tidak melakukan pembelian baik berupa part maupun paket tamiya.
Biaya pengeluaran pada periode ini adalah sebesar Rp 64.000,-, dengan rincian
yaitu terdapat inventory pada akhir periode sebanyak 15 paket tamiya, yang tiap
paket terdiri dari 29 part dengan biaya sebesar Rp 43.500,- serta terdapat hutang
perusahaan yaitu sebesar Rp 20.500,- pada periode sebelumnya, sehingga
didapatkan akumulasi saldo pada akhir periode ini sebesar Rp (-) 64.000,-.
18
Tabel 4.4 Periode ke-2
Periode 2
Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Modal
Pembelian Part Tamiya
Pembelian Paket Tamiya
Inventory Part Tamiya di 29 part x 11 paket 31900
Seluruh Workstation tamiya
Inventory Produk Tamiya Jadi
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 4 x Rp 60000 240000
Hutang Perusahaan 64000
Total 240000 95900
Saldo Akhir Periode 144100
19
Tabel 4.5 Periode ke-3
Periode 3
Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Saldo 144100
Pembelian Part Tamiya
Pembelian Paket Tamiya 4 paket tamiya 22000
Inventory Part Tamiya di 29 part x 10 paket 29000
Seluruh Workstation tamiya
Inventory Produk Tamiya Jadi
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 5 x Rp 85000 425000
Hutang Perusahaan
Total 569100 51000
Saldo Akhir Periode 518100
20
Tabel 4.6 Periode ke-4
Periode 4
Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Saldo 518100
Pembelian Part Tamiya
Pembelian Paket Tamiya
Inventory Part Tamiya di 29 part x 7 paket 20300
Seluruh Workstation tamiya
Inventory Produk Tamiya Jadi 2 paket tamiya 2000
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 1 x Rp 65000 65000
Hutang Perusahaan
Total 583100 22300
Saldo Akhir Periode 560800
21
Tabel 4.7 Periode ke-5
Periode 5
Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Saldo 560800
Pembelian Part Tamiya 4 Double Gear 4000
Pembelian Paket Tamiya
Inventory Part Tamiya di (29 part x 6 paket 17800
Seluruh Workstation tamiya) + 4 part
Inventory Produk Tamiya Jadi
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 3 x Rp 70000 210000
Hutang Perusahaan
Total 770800 21800
Saldo Akhir Periode 749000
Saldo 749000
Pembelian Part Tamiya 59 part tamiya 31500
Pembelian Paket Tamiya
Inventory Part Tamiya di (29 part x 3 paket 15000
Seluruh Workstation tamiya) + 63 Part
Inventory Produk Tamiya Jadi
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 3 x Rp 110000 330000
Hutang Perusahaan
Total 1079000 46500
Saldo Akhir Periode 1032500
22
Berdasarkan tabel diatas, pada periode ke-6 ini perusahaan melakukan
pembelian sebanyak 59 part tamiya dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
31.500,-. Pada akhir periode, terdapat inventory berupa 3 paket tamiya yang terdiri
dari 29 part tiap paketnya serta terdapat pula inventory sebanyak 63 part tamiya,
dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 46.500,-. Pada periode ini, perusahaan
berhasil menjual tamiya sebanyak 3 produk dengan harga jual tiap produk sebesar
Rp 110.000,-. Akumulasi saldo pada akhir periode ini sebesar Rp 1.032.500,-.
Saldo 1032500
Pembelian Part Tamiya 38 part tamiya 21000
Pembelian Paket Tamiya
Inventory Part Tamiya di 101 part tamiya 10100
Seluruh Workstation
Inventory Produk Tamiya Jadi
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 3 x Rp 130000 390000
Hutang Perusahaan
Total 1422500 31100
Saldo Akhir Periode 1391400
23
Tabel 4.10 Periode ke-8
Periode 8
Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Saldo 1391400
Pembelian Part Tamiya
Pembelian Paket Tamiya 5 paket tamiya 27000
Inventory Part Tamiya di (29 part x 2 paket 15900
Seluruh Workstation tamiya) + 101 part
Inventory Produk Tamiya Jadi 3 tamiya 3000
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 0
Hutang Perusahaan
Total 1391400 45900
Saldo Akhir Periode 1345500
24
Tabel 4.11 Periode ke-9
Periode 9
Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Saldo 1345500
Pembelian Part Tamiya
Pembelian Paket Tamiya
Inventory Part Tamiya di 72 part 7200
Seluruh Workstation
Inventory Produk Tamiya Jadi
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 6 x Rp 125000 750000
Hutang Perusahaan
Total 2095500 7200
Saldo Akhir Periode 2088300
Berdasarkan tabel diatas, pada periode ke-9 ini tidak melakukan pembelian
baik berupa part maupun paket tamiya. Pada akhir periode, terdapat inventory
yang dimiliki perusahaan sebanyak 72 part tamiya dengan biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp 7.200,-. Sehingga, total biaya yang harus dikeluarkan pada periode ini
adalah sebesar Rp 7.200,-. Pada periode ini, perusahaan berhasil menjual tamiya
sebanyak 6 produk dengan harga jual tiap produk sebesar Rp 125.000,-.
Akumulasi saldo pada akhir periode ini sebesar Rp 2.088.300,-.
Periode 10
Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Saldo 2088300
Pembelian Part Tamiya
Pembelian Paket Tamiya 5 paket tamiya 27000
Inventory Part Tamiya di (29 part x 2 paket 13000
Seluruh Workstation tamiya) + 72 part
Inventory Produk Tamiya Jadi 1 tamiya 1000
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 2 x Rp 110000 220000
Hutang Perusahaan
Total 2308300 41000
Saldo Akhir Periode 2267300
25
Berdasarkan tabel diatas, pada periode ke-10 ini perusahaan melakukan
pembelian sebanyak 5 paket tamiya dengan biaya sebesar Rp 27.000,-. Pada akhir
periode, terdapat inventory yang dimiliki perusahaan sebanyak 2 paket tamiya,
yang tiap paket terdiri dari 29 part serta terdapat pula inventory sebanyak 72 part
tamiya, dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 13.000,-. serta terdapat
inventory berupa 1 paket tamiya yang sudah jadi dengan biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp 1.000,-. Sehingga, total biaya yang harus dikeluarkan pada periode ini
adalah sebesar Rp 41.000,-. Pada periode ini, perusahaan berhasil menjual tamiya
sebanyak 2 produk dengan harga jual tiap produk sebesar Rp 110.000,-.
Akumulasi saldo pada akhir periode ini sebesar Rp 2.267.300,-.
Periode 11
Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Saldo 2267300
Pembelian Part Tamiya
Pembelian Paket Tamiya 4 paket tamiya 22000
Inventory Part Tamiya di (29 part x 3 paket 15900
Seluruh Workstation tamiya) + 72 part
Inventory Produk Tamiya Jadi
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 6 x Rp 130000 780000
Hutang Perusahaan
Total 3047300 37900
Saldo Akhir Periode 3009400
26
produk sebesar Rp 130.000,-. Akumulasi saldo pada akhir periode ini sebesar Rp
3.009.400,-.
Tabel 4.14 Periode ke-12
Periode 12
Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Saldo 3009400
Pembelian Part Tamiya
Pembelian Paket Tamiya
Inventory Part Tamiya di 43 part 4300
Seluruh Workstation
Inventory Produk Tamiya Jadi
Harga Jual Produk Tamiya Jadi 4 x Rp 125000 500000
Hutang Perusahaan
Total 3509400 4300
Saldo Akhir Periode 3505100
27
Tabel 4.15 Rekapitulasi Profit Perusahaan
Market share (atau pangsa pasar) adalah persentase total penjualan suatu
perusahaan dengan total penjualan jasa atau produk dalam industri. Sepanjang
tahun 2015, Perusahaan A berkompetisi dengan perusahaan lain untuk memenuhi
permintaan pasar akan kebutuhan produk tamiya. Rincian lengkap pemenuhan
demand dapat dibaca pada Tabel 4.16 berikut.
28
Tabel 4.16 Rincian Pemenuhan Demand Tamiya
29
Market Share Tamiya (Per Month)
40
35
30
25 Perusahaan A
20 Perusahaan B
15 Others
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pemenuhan demand tahunan (total) pada tahun 2015 dapat dibaca pada
Gambar 4.2 berikut.
11%
Perusahaan A
Perusahaan B
Others
79%
Gambar 4.2 Market Share Tamiya 2015
Dari diagram di atas, dapat kita simpulkan pada tahun 2015, Perusahaan A
berhasil memenuhi 10% kebutuhan pasar akan tamiya, Perusahaan B 11%, dan
79% dipenuhi oleh perusahaan lainnya.
30
4.4 Pengambilan Keputusan
0 0 Normal Normal
1 21 Normal Normal
2 25 Normal Normal
3 26 Produk Cina Masuk ke Indonesia Normal
4 26 Normal Normal
5 30 Tren Gundam Tren Gundam
6 25 Normal Normal
7 38 Liburan Liburan
8 35 Plastic toy banned Plastic toy banned
9 45 Idul Fitri Idul Fitri
10 30 Normal Normal
11 40 Natal Natal
12 38 Tahun Baru Tahun Baru
Periode 0
Ketika memasuki periode ke nol, perusahaan belum memiliki cadangan
inventory. Purchase manager memutuskan untuk membeli 15 paket Tamiya.
31
Tidak ada demand, tidak ada penjualan. Akibatnya, seluruh pembelian pada
periode ke nol dihitung sebagai inventory.
Periode 1
Pada periode ini, purchase manager tidak membeli komponen apapun karena
komponen baru di-assembly pada periode ini. Hal ini disebabkan karena terjadi
keterlambatan transporter membawa komponen masuk ke perusahaan. Produk
sedang dikerjakan dan belum ada produk yang sampai ke bagian inspeksi.
Sehingga, belum ada produk yang jadi.
Periode 2
Pada periode ini perusahaan menjual empat produk, tanpa membeli
komponen. Kondisi penjualan normal. Namun karena periode ini merupakan
periode pertama penjualan. Purchase manager mengambil keputusan untuk
menjual dengan harga yang murah, yaitu Rp 60.000,00.
Periode 3
Purchase manager membeli empat paket Tamiya untuk memastikan tidak ada
worker yang idle. Kondisi pada bulan ini normal, isu ada produk Cina masuk tidak
benar-benar terjadi. Perusahaan menjual lima paket Tamiya dengan harga Rp
85.000,00
Periode 4
Karena inventory pada periode 3 masih dapat memenuhi kebutuhan komponen
pada periode 4, maka tidak ada keputusan pembelian pada periode 4. Harga yang
ditawarkan untuk satu produk Tamiya jadi adalah Rp 65.000,00. Perusahaan
hanya menjual satu produk dan menyimpan dua produk lainnya.
Periode 5
Pada periode ini, perusahaan membeli 4 double gear untuk mengantisipasi
komponen-komponen cacat dari order sebelumnya. Namun kondisi pasar kurang
baik karena ada tren mainan gundam. Sehingga harga yang perusahaan tawarkan
untuk satu produk Tamiya rendah, yaitu Rp 70.000,00
Periode 6
Pada periode ini ditemukan beberapa komponen yang cacat dari supplier,
sehingga purchase manager memutuskan untuk membeli 59 part. Pembelian part
32
juga digunakan untuk mengantisipasi adanya demand yang naik akibat liburan di
periode yang akan datang. Harga jual untuk produk Tamiya dipasang Rp
110.000,00.
Periode 7
Purchase manager memutuskan untuk membeli 38 part (terdiri atas berbagai
macam part) untuk melengkapi kebutuhan komponen. Periode 7 merupakan
periode liburan, sehingga manager berani memutuskan harga yang cukup tinggi
untuk periode ini, yaitu Rp 130.000,00.
Periode 8
Inventory sangat tipis, sehingga purchase manager membeli lima paket
komponen Tamiya. Pada periode ini, mainan yang terbuat dari plastik dilarang,
sehingga purchase manager menduga bahwa harga jual Tamiya akan menjadi
rendah, dan memilih untuk tidak menjual produk pada periode ini.
Periode 9
Karena inventory pada periode 8 masih dapat memenuhi kebutuhan komponen
pada periode 12, maka tidak ada keputusan pembelian pada periode 12. Kondisi
pada bulan ini normal. Harga yang ditawarkan untuk satu produk Tamiya jadi
adalah Rp 125.000,00.
Periode 10
Karena isu untuk periode yang akan datang merupakan periode Natal, maka
purchase manager memutuskan pembelian empat paket komponen Tamiya. Harga
jual untuk produk Tamiya jadi pada periode Idul Fitri ini adalah Rp 110.000,00
Periode 11
Karena periode saat ini merupakan periode Natal dan isu untuk periode yang
akan datang merupakan periode tahun baru, maka purchase manager memutuskan
pembelian empat paket komponen Tamiya. Purchase manager memasang harga
Rp 130.000,00 untuk setiap produk jadinya.
Periode 12
Merupakan periode terakhir. Karena inventory pada periode 11 masih dapat
memenuhi kebutuhan komponen pada periode 12, maka tidak ada keputusan
33
pembelian pada periode 12. Mengingat ada event tahun baru pada periode ini,
harga yang purchase manager pasang untuk setiap produknya adalah Rp
125.000,00.
Hasil keputusan untuk periode 0 sampai periode ke 12 dirangkum pada tabel
4.18.
0 15 paket tamiya 0
1 0
2 4 Rp 60.000,00
4 1 Rp 65.000,00
5 4 part 3 Rp 70.000,00
6 59 part 3 Rp 110.000,00
7 38 part 3 Rp 130.000,00
8 0
9 6 Rp 125.000,00
12 4 Rp 125.000,00
34
4.5 Line Balancing
Aktivitas ST
Memasang dinamo ke block dinamo 5
Memasang double gear 3
Memasang penutup dinamo 5
Memasang ban depan kanan ke velg 6
Memasang ban depan kiri ke velg 5
Memasang ban belakang kanan ke velg 4
Memasang ban belakang kiri ke velg 3
Memasang spacer pada chasis depan kanan 2
Memasang eyelet pada chasis depan kanan 5
Memasang spacer pada chasis depan kiri 4
Memasang eyelet pada chasis depan kiri 10
Memasang hexa axle pada velg depan kiri 2
Memasang hexa axle dan ban depan kiri pada chasis 8
tamiya
35
Memasang hexa axle dan ban belakang kiri pada chasis 4
tamiya
36
Gambar 4.4 Preceding diagram pada FLB
37
workstation sebanyak 3, efisiensi yang didapatkan mencapai 99.3%. Efisiensi
tersebut sangat tinggi dengan tack time selama 49 detik. Namun, allowance antara
tack time dan neck time-nya tidak ada. Sehingga hal ini dapat menyebabkan stress
pada worker akibat beban kerja yang berat. Untuk mengurangi stress pada
pekerja, dicoba menggunakan tack time sebesar 52 detik, dengan hasil sebagai
berikut:
38
Tabel 4.20 Hasil Inspeksi produk selama 12 periode
0 - - - - -
1 - - - - -
2 1 √ √ √ √ Accept
2 √ √ √ √ Accept
3 √ √ √ √ Accept
4 √ √ √ √ Accept
5 √ √ √ √ Accept
3 1 X Reject
2 √ √ √ √ Accept
3 √ √ √ √ Accept
4 √ √ √ √ Accept
5 √ √ √ √ Accept
4 1 √ √ √ √ Accept
5 1 √ √ √ √ Accept
2 √ √ √ √ Accept
3 √ √ √ √ Accept
4 √ √ √ √ Accept
5 √ √ √ √ Accept
6 1 X Reject
7 1 √ √ √ √ Accept
2 √ √ √ √ Accept
3 √ √ √ √ Accept
8 1 √ √ √ √ Accept
2 √ √ √ √ Accept
3 √ √ √ √ Accept
39
9 1 √ √ √ √ Accept
2 √ √ √ √ Accept
3 √ √ √ √ Accept
4 √ √ √ √ Accept
10 1 √ √ √ √ Accept
2 √ √ √ √ Accept
3 √ √ √ √ Accept
11 1 √ √ √ √ Accept
2 √ √ √ √ Accept
3 √ √ √ √ Accept
4 √ √ √ √ Accept
12 1 √ √ √ √ Accept
2 √ √ √ √ Accept
3 √ √ √ √ Accept
4 √ X Reject
4.6 Bottleneck
40
proses perakitan Tamiya juga membuat pembagian task untuk workstation satu
dibuat lebih ringan dibandingkan dengan workstations lainnya.
Operator pertama mendapatkan tugas berupa menggabungkan velg depan
dengan ban depan serta velg belakang dengan ban belakang. Kemudian rangkaian
ban yang telah dirakit kemudian disatukan dengan Hexa axle. Tiap rakitan roda
dan hexa axle dapat diselesaikan oleh operator pertama dalam waktu kurang dari
satu menit.
Berikutnya operator kedua bertugas memasang spacer dan eyelet pada
chassis. Dilanjutkan dengan merakit rangkaian roda depan dengan turn gear dan
merakit rangkaian roda belakang dengan gear dan turn gear. Setelah kedua turn
gear terpasang operator kedua memasang double gear axle dan battery belt.
Waktu yang diperlukan oleh operator kedua untuk menyelesaikan tugasnya lebih
lama daripada operator pertama yaitu sekitar 2 menit. Selain itu operator kedua
hanya dapat melakukan task memasang spacer dan eyelet secara bebas karena
untuk mengerjakan task lainnya operator kedua membutuhkan hasil rakitan dari
operator pertama.
Operator ketiga bertugas untuk merakit rangkaian dynamo yang terdiri dari
dinamo, blok dinamo, double gear, dan penutup dynamo. Selain itu operator
ketiga juga bertugas untuk menyatukan rangkaian dynamo dengan hasil assembly
dari operator kedua. Tidak hanya itu operator ketiga juga bertugas untuk
memasang switch button, switch plate, front gear case, body dan terakhir
menyatukan rangkaian chassis dengan body menggunakan body key. Waktu yang
dibutuhkan oleh operator ketiga untuk menyelesaikan semua tugasnya sekitar 2
menit. Proses perakitan rangkaian dynamo dapat dilakukan langsung setelah
komponen tiba di workstation namun task lainnya tidak dapat dilakukan sebelum
hasil rakitan dari workstation sebelumnya tiba di workstation ketiga.
Adanya keterkaitan antar task dan komponen mengakibatkan proses
produksi tidak dapat dilakukan secara terus-menerus dengan lancar. Tiap
workstation memiliki task awal yang tidak saling terkait seperti memasang spacer,
merakit dynamo, dan merakit ban. Namun pada setiap siklus produksi selalu
muncul idle time dimana operator berada di workstation namun tidak
41
mengerjakan aktivitas apapun. Hal ini terjadi karena beberapa task hanya dapat
dilakukan setelah rangkaian dari workstation sebelumnya telah dikirimkan. Hal
tersebut terjadi pada workstation dua dan workstation tiga dimana workstation dua
membutuhkan rangkaian roda dari workstation satu dan workstation tiga
membutuhkan rangkaian chassis dari workstation dua.
Workstation satu juga mengalami idle time namun waktu terjadinya idle
time tersebut berbeda dari workstations lainnya. Idle time pada workstation satu
biasa terjadi pada akhir periode dimana stok komponen yang akan diproduksi
telah habis dan belum di restock lagi.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
43
Selain itu pada workstation 1 juga terdapat idle time ketika seluruh persediaan
part habis dan harus dilakukan restock terlebih dahulu. Selain itu, evaluasi lini
produksi juga ditemukan masalah suplai yang terlalu lama dari transporter dan
permintaan dari kanban tiap workstation tidak stabil sehingga bottleneck.
Bottleneck juga terjadi akibat adanya barang cacat dan penggunaan kanban yang
salah karena praktikan masih banyak yang mengalami kebingungan.
5.2 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
Dianova, A., 2009, Signifikansi Supply Chain dalam Bisnis Internasional: (studi
kasus) Samsonite, www.brondense.multiply.com (diakses online pada 25
September 2015).
Wahyani, Widhy dan Nofan, Hadi Ahmad., 2013, Analisis Bottle Neck Dengan
Pendekatan Simulasi Arena Pada Produk Sarung Tenun Ikat Tradisional.,
http://jurnal.itats.ac.id/wp-content/uploads/2013/06/ANALISIS-BOTTLE-
NECK-DENGAN-PENDEKATAN-SIMULASI-ARENA-PADA-
PRODUK-SARUNG-TENUN-IKAT-TRADISIONAL.pdf (diakses online
pada 25 September 2015).
45