Disusun Oleh :
Rauhul Rahman Adam (20032010068)
JUMAT / KELOMPOK 80
LAPORAN RESMI
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN
ERGONOMI
PRAKTIKUM PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KERJA
Disusun Oleh :
Rauhul Rahman Adam (20032010068)
Jumat / Kelompok 80
Surabaya, 6 Desember
2021 Mengetahui
Kepala Laboratorium Perancangan Sistem Manufaktur
LAPORAN RESMI
LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN
ERGONOMI
PRAKTIKUM PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KERJA
Disusun Oleh :
Rauhul Rahman Adam (20032010068)
Jumat / Kelompok 80
LEMBAR BIMBINGAN
MODUL I
1. PETA KERJA KESELURUHAN DAN
PETA KERJA SETEMPAT
MODUL II
PENGUKURAN WAKTU KERJA
2.
DENGAN JAM HENTI
MODUL III
PENGUKURAN WAKTU KERJA
3.
DENGAN SAMPLING KERJA
MODUL IV
4. PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
MODUL V
5. BIOMEKANIKA
MODUL VI
6.
ANTROPOMETRI
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
Riski Arfian
NPM. 19032010118
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga Laporan Resmi
Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi dapat kami susun.
Dengan terselesaikannya laporan ini diharapkan dapat menambah ilmudan
wawasan pembaca, khususnya mahasiswa terutama praktikan Perancangan
Sistem Kerja dan Ergonomi.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan resmi ini adalah untuk
memenuhi tugas praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
dengan Kepala Laboratorium Ir. Akmal Suryadi, MT. Selain itu juga
diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa
khususnya mahasiswa Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu, dorongan, serta
saran- saran kepada penyusun. Kami selaku penyusun menyadari
sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian laporan resmi ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan resmi ini.
COVER
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR
BIMBINGAN KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAFTAR
TABEL
MODUL I PETA KERJA KESELURUHAN DAN PETA KERJA SETEMPAT
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Peta Kerja Keseluruhan (Peta Proses Operasi)
1.2.2 Peta Kerja Setempat (Peta tangan kiri dan tangan
kanan)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peta Kerja Keseluruhan
2.1.1 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart/OPC)
2.1.2 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart/FPC)
2.1.3 Peta Proses Regu Kerja
2.1.4 Diagram Alir
2.2 Peta Kerja Setempat
2.2.1 Peta Pekerja dan Mesin
2.2.2 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
III. FLOWCHART
IV. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
4.1 Prosedur Kerja
4.1.1 Proses Pembuatan Badan
4.1.2 Proses Pembuatan Atap
PETA
KERJA KESELURUHAN
DAN PETA KERJA
SETEMPAT
MODUL I
PETA KERJA KESELURUHAN DAN PETA
KERJA SETEMPAT
I. PENDAHULUAN
luruskan 1.1 Latar Belakang
Era kompetisi yang ketat seperti saat ini suatu usaha dituntut untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat memenangkan persaingan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengurangi pengeluaran, melakukan inovasi proses dan
produk serta meningkatkan kualitas dan produktivitas.Untuk mendapatkan
produktivitas kerja yang sesuai dengan yang diharapkan tentu suatu perusahaan
harus menerapkan metode/cara kerja yang yang efektif. Salah satunya yaitu
dengan memaping kegiatan pada stasiun kerja dengan peta kerja.
Peta Kerja dibedakan menjadi 2 yaitu Peta kerja Keseluruhan dan Peta
Keja Setempat. Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan
tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk
membuat produk yang bersangkutan dan untuk menggambarkan kegiatan tersebut
dapat digunakan peta kerja keseluruhan. Sedangkan suatu kegiatan disebut
kegiatan kerja setempat, apabila kegiatan tersebut terjadi biasanya
hanyamelibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas dan untuk
menggambarkannya digunakan peta kerja setempat. (Andriani D, 2017)
O-3 Melipat
O-8 Membuat Lubang
O-11 Menghias
RINGKASAN
Kegiatan Jumlah Waktu I-I Inspeksi
Operasi 11
Pemeriksaan 1
Penyimpanan
Penyimpanan 1
R
G
3 G P
Melipat P U Melipat
M
RL
R
G
Membuat G P
4 U
Membuat
Lubang H Lubang
M
RL
G R
H G
5 P Mengelem
Mengelem R
L A
M
R
G
6 Merakit G
M
M Merakit
atap P
P badan
A RL
A
7 Menghias G R Menghias
P G
M P
A M
A
RL
R
G
G
8 M
H
Merakit U Merakit
M
badan dan P badan dan
A
atap RL atap
TOTAL 26 48
Ringkasan
Waktu tiap siklus
Jumlah produk tiap siklus
Waktu untuk membuat satu produk
Keterangan:
A = Praktikan
G = Memegang
H = Memegang untuk menandai
M = Membawa
P = Mengarahkan
U = Memakai
RL = Melepas
R = Istirahat
4.4 Hasil dan Analisa
4.4.1 Gambar produk jadi
PENGUKURAN
WAKTU KERJA
DENGAN JAM HENTI
(STOPWATCH
TIME STUDY)
MODUL II
PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM
HENTI (STOPWATCH TIME STUDY)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha
untukmenentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang
operator (yangterlatih) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik,
tingkat kecepatankerja yang normal, serta dalam lingkungan kerja yang
terbaik pada saat itu.Dengan demikian, pengukuran waktu ini merupakan
suatu proses kuantitatif, yangdiarahkan untuk mendapatkan suatu kriteria
yang objektif. Dalam pengukuran produktivitas biasanya selalu dihubungkan
dengan keluaran secara fisik, yaitu produk akhir yang dihasilkan.
Pengukuran kerja merupakan metode penetapan keseimbangan antara
kegiatan manusia yang dikonstribusikan dengan unit output yang dihasilkan.
Pengukuran waktu jam henti (stopwatch) adalah suatu cara untuk menentukan
waktu baku yang pengamatannya langsung dilakukan di tempat
berlangsungnya suatu aktivitas atau berlangsungnya suatu pekerjaan dengan
menggunakan alat utamanya adalah jam henti (stopwatch) yaitu dengan
mengamati saat mulainya pekerjaan itu hingga berakhirnya pekerjaan atau
aktivitas yang meliputi waktu setting, waktu operasi dan waktu inspeksi.
Terdapat beberapa masalah yang akan diselesaikan praktikan pada
praktikum pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stopwatch time study).
Permasalahannya mengenai pengukuran jam waktu kerja menggunakan
stopwatch atau jam henti. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki sistem kerja
dengan mengukur berapa lama waktu baku sampai waktu keefektifan
seseorang dalam bekerja pekerja. Karena waktu keefektifan para pekerja
sangat diutamakan agar para pekerja dapat bekerja dengan optimal.
Pengukuran waktu kerja menggunakan dua operasi kerja dalam pembuatan
miniatur pabrik yaitu merakit badan dan merakit atap.
dimana:
PR = peringkat kinerja (dalam persen).
Peringkat kinerja diperlukan untuk penyesuaian waktu yang diperoleh
dari pengamatan terhadap satu orang pekerja menjadi waktu normal yang
berlaku bagi seluruh pekerja. Peringkat kinerja untuk rata-rata pekerja sebesar
100%. Pekerja yang memiliki keterampilan / kecakapan lebih dari rata-rata
pekerja lainnya memiliki peringkat kinerja di atas 100%. Pekerja yang
keterampilannya ada di bawah rata-rata memiliki peringkat kinerja di bawah
100%.
Peringkat kinerja ini hanya berlaku untuk satu jenis kegiatan, tidak
diberlakukan secara umum. Dengan demikian, bisa saja untuk satu jenis
kegiatan, seorang pekerja mempunyai peringkat kinerja di bawah rata-rata
karyawan lain, tetapi untuk jenis kegiatan yang lain peringkatnya di atas rata-
rata. Waktu normal diartikan sebagai waktu yang diperlukan oleh seorang
pekerja yang berpengalaman untuk menyelesaikan elemen-elemen tugas yang
penting, dan bekerja pada kecepatan normal.
5. Tetapkan faktor kelonggaran (AF,allowance factor).
Faktor kelonggaran diperlukan untuk mencakup interupsi/penundaan
yang terjadi karena keperluan pribadi pekerja (untuk minum, ke kamar kecil
atau istirahat karena letih, dan lain sebagainya) atau penundaan yang tidak
bisa dihindari (seperti mesin rusak / peralatan rusak, material terhambat, atau
gangguan listrik).
Untuk faktor kelonggaran yang dinyatakan sebagai persentase dari
waktu tugas:
dimana:
A = toleransi kelonggaran (dalam persen)
Untuk faktor kelonggaran yang dinyatakan sebagai persentase dari
waktu kerja:
Keterangan :
N` = Banyaknya data yang diperlukan
S = Tingkat ketelitihan
K = Harga indeks yang besarnya tergantung dari tingkat kepercayaan
yang diambil.
2.) Rumus standar deviasi
Keterangan :
N = Jumlah data
X = Data
X = Rata-rata data
Σ = Standar deviasi
3.) Persentil
P5 = X – 1,645 σx
P50 = X
P95 = X + 1,645 σx
(Kusuma, 2013)
Nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil
Percentile Perhitungan
1-st X̄ −2,325𝜎𝑋
2,5-th X̄ −1,96𝜎𝑋
5-th X̄ −1,64𝜎𝑋
10-th X̄ −1,28𝜎𝑋
50-th X̄
90-th X̄ +1,28𝜎𝑋
95-th X̄ +1,64𝜎𝑋
97-th X̄ +1,96𝜎𝑋
99-th X̄ +2,325𝜎𝑋
(Sokhibi, 2017)
4.) Uji keseragaman data
Tes keseragaman data perlu kita lakukan terlebih dahulu sebelum
menggunakan data yang diperoleh guna mendapatkan waktu standart. Tes
keseragaman data bisa dilaksanakan dengan cara visual atau mengaplikasikan
peta kontrol. Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana,
mudah, dan cepat. Dengan hanya melihat data yang terkumpul dan seterusnya
mengidentifikasikan data yang ekstrim. Yang dimaksudkan dengan data
ekstrim ialah data yang terlalu besar atau terkecil dan jauh menyimpang dari
rata-rata.
Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya dibuang dan tidak
dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya peta kontrol adalah suatu alat
yang tepat guna dalam mengetes keseragaman data yang diperoleh dari hasil
pengamatan. Data dikatakan seragam apabila benda berada diatas batas
kontrol dan dikatakan tidak seragam apabila data ada yang berada diluar batas
kontrol.
a.) Batas kontrol atas (BKA) = x̄ + k σ b.) Batas
kontrol bawah (BKB) =̄x - k σ
SD =
Keterangan :
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas kontrol bawah
x̄ = Nilai rata-rata
σ = Standar deviasi
k = tingkat keyakinan
- untuk tingkat kepercayaan 95% harga k adalah 2
- untuk tingkat kepercayaan 99% harga k adalah 3 (Salam,2018).
OS = 1/ws (unit/jam)
(Prasnowo,2020)
Mulai
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Identifikasi Variabel
A
A
Pengumpula Data:
Produk dan Komponen
Peta tangan kanan dan tangan kiri dan OPC
Waktu pengamatan
Faktor Penyesuaian
(PerformanceRating)
Faktor Kelonggaran (Allowance)
Uji Keseragaman
Data
Penambahan Data
Tidak
Data Seragam
Tidak
Data Tidak Seragam
N<N’
Waktu Siklus
Faktor Penyesuaian Ya
Waktu Normal
Waktu Baku
Faktor
Kelonggaran
Output Standart
Selesai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Gambar Produk
Adapun gambar produk jadi yang telah dibuat pada
praktikum sebelumnya adalah sebagai berikut:
Menggunting
81 Memotong 135 O-2
O-6 P = 44 cm
detik P = 10,5 cm detik L = 26,5 cm
L = 14 cm
38 Melipat 72 Melipat
O-7 O-3
detik detik
40 Membuat Lubang
O-8 158 Merakit Badan
detik O-4
detik
Merakit Atap
80 O-9
detik
RINGKASAN Menghias
156 O-11
Kegiatan Jumlah Waktu detik
R
G
G
Memotong U
2. 135 H 135 Memotong
mengikuti tanda M
RL
P
RL
R
G
G
3 Melipat 72 P 72 Melipat
P
M
RL
R
G
G P
4 Membuat Lubang 40 40 Membuat Lubang
H U
M
RL
R
G G
5 Merakit Atap 80 H P 80 Merakit Atap
RL A
M
R
G G
M M
6 Merakit Badan 158 158 Merakit Badan
A P
P RL
A
Jarak Waktu Waktu Jarak
No Tangan Kiri (cm) (detik) Lambang (detik) (cm) Tangan Kanan
R
G G
Merakit Badan H U Merakit Badan
7 135 135
dan Atap M P dan Atap
A M
A
R
G G
P P
8 Menghias 156 156 Menghias
M M
A A
RL
TOTAL 1159 26 48 1159
Ringkasan
Waktu tiap siklus
Jumlah produk tiap siklus
Waktu untuk membuat satu produk
Keterangan
A = Perakitan
G = Memegang
H = Memegang untuk
memakai M = Membawa
P = Mengarahkan
U = Memakai
RL = Melepas
4.1.4 Data Pengamatan
Tabel 4.3 Data Pengamatan
Lintasan I (Badan)
Pengamatan
No Stasiun Kerja
1 2 3 4 5 6
1 Mengukur dan
menandai 222 203 232 252 162 232
2 Memotong 102 162 104 139 172 147
3 Melipat 222 105 122 127 112 107
4 Merakit Badan 168 100 223 133 111 158
Merakit
5
atap dan badan 222 203 132 207 233 202
2. Standart Deviasi
∑(𝑥 − 𝑥̅)2
𝜎̅ = √
𝑁−1
̅ ̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅
(222−1 70 , 6 9 444 ) ̅ ̅ 2 + (203−170,69444) 2 +⋯+ (232−̅1̅70̅ ,̅ 6̅ 94̅ 4̅4̅)2
= √
36−1
= 22,6
3. Mencari Nilai K
a. Tingkat Ketelitian
𝜎𝑥
𝑆= x 100% = 22,6
𝑥 100% =13,24 % = 0,1324
𝑥̅ 170,69444
Analisa:
Waktu Pengamatan
Merakit Badan
300
250 222 2 252 232
32 222 222 233
200 203 203 207 202 202109 212
172 178 171060 Data
150 162 162 139 147 132 BKA
100 1212217
105107 2
102 104 CL
50
BKB
13579 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Jumlah Pengamatan
Gambar 4.2 Peta Kontrol Merakit Badan
Analisa:
Berdasarkan peta kontrol diatas maka dapat dilihat bahwa tidak
terdapat data yang keluar dari Batas Kontrol Atas (BKA) maupun
BatasKontrol Bawah (BKB). Maka dapat disimpulkan bahwa data
sudah dapat dikatakan seragam sehingga tidak perlu dilakukan
pembuangan data dan percobaan ulang.
C. Uji Kecukupan Data
Setelah dilakukan uji keseragaman data waktu kerja maka kita dapat
melakukan uji kecukupan data dengan rumus sebagai berikut:
2
𝐾/𝑆√𝑁 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2
𝑁′ = [ ]
∑𝑥
2
2/0,2620√36𝑥1212986−[40934404]
N ‘= [ ] = 3,88
6398
Faktor Kelonggaran
Jenis Kelonggaran Kelonggaran%
1. Untuk kebutuhan pribadi 1,0
2. Untuk menghilangkan rasa lelah
a. Tenaga yang dikeluarkan 2,0
b. Sikap kerja 1,0
c. Gerakan kerja 2,0
e. Keadaan suhu tempat kerja 5,0
f. Keadaan atmosfer 0
g. Keadaan lingkungan 2
3. Untuk hambatan yang tak 3,0
Terhindarkan
Besar Kelonggaran 16
Maka diperoleh waktu baku
(WB) WB = WN x 100%
100%−%𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒
= 191,17 x 100%
100%−16%
= 227,58 detik/pcs
Analisa:
Waktu baku yang dibutuhkan seorang pekerja yang memiliki tingkat
kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan
melakukanproses merakit badan sebesar 227,58 detik/pcs.
4. Output Standart (OS)
OS = 1
𝑊𝐵
1
= 227,58 = 0,0043 pcs / detik
Analisa:
2. Standart Deviasi
∑(𝑥 − 𝑥̅)2
𝜎̅ = √
𝑁−1
(95−81,33 )2+ (102−81,33 )2+⋯+ (103−81,33 )2
=√
30−1
= 16,79
3. Mencari Nilai K
a. Tingkat Ketelitian
𝜎𝑥
𝑆= x 100% = 16,79 𝑥 100% = 22,58% = 0,2258
𝑥̅ 74,33
Analisa:
Merakit Atap
Waktu Pengamatan
120
100
102 103
95 92 8988 8892 96
89
80 81 81 82
8076
72 69 7069 73 71 74 Data
60 56 CL BKA
525750 51 52
47 47 BKB
40
20
13579 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Jumlah Pengamatan
2
2/0,2258√30(173942)−[2230]
N ‘= [ ] = 3,87
2230
= 83,24 x 100%
100%−16%
= 99,09 detik/pcs
Analisa:
Waktu baku yang dibutuhkan seorang pekerja yang memiliki tingkat
kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan melakukan
proses merakit badan sebesar 99,09 detik/pcs.
4. Output Standart (OS)
OS = 1
𝑊𝐵
1
= 99,09 = 0,010 pcs/detik
Analisa
PENGUKURAN
WAKTU KERJA
DENGAN
SAMPLING KERJA
(WORK
SAMPLING)
MODUL III
PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN SAMPLING
KERJA (WORK SAMPLING)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar
pengamatan terhadap aktifitas kinerja dari mesin, proses atau pekerja /
operator. Metode sampling kerja sangat cocok di gunakan dalam melakukan
pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki siklus
waktu yang relatif panjang. Metode sampling pekerjaan sangat efisien karena
informasi yang dikehendaki dapat diperoleh dalam waktu yang relatif lebih
singkat dan dengan biaya yang tidak terlalu besar.Waktu siklus adalah
waktu yang digunakan dalam melakukan suatu elemen kerja tanpa
mempertimbangkan aspek kecepatan kerja dan kelonggaran. Waktu siklus
adalah waklu penyelesaian satu saluan produksi sejak bahan baku mulai
diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Waktu normal merupakan waktu
kerja yang telah mempertimbangkan faktor penyesuaian, yaitu waktu siklus
rata-rata dikalikan dengan rating factor.
Waktu baku adalah waktu yang diperlukan oleh manusia untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan secara tuntas. Waktu baku
mempertimbangkan aspek kecepatan kerja operator dan kelonggaran yang
dibutuhkan oleh operator. Waktu baku untuk perencanaan kebutuhan
tertentu tenaga kerja (man power planning), estimasi biaya-biaya untuk upah
karyawan, penjadwalan produksi dan penganggaran, perencanaan sistem,
indikasi output yang mampu dihasilkan oleh seorang operator
Pada praktikum kali ini kelompok kami akan melakukan pengamatan
pada toko penjualan makanan ringan yang bernama Toko Karunia untuk
melakukan pengukuran waktu kerja dengan menggunakan work sampling.
Jumlah kunjungan dilakukan sebanyak 96 kali selama 1 hari jam kerja yaitu
mulai pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB (total 8 Jam Pengamatan).
Tujuan Praktikum
Identifikasi Variabel
Pengumpulan data:
Waktu Berkunjung
Jumlah Karyawan
Elemen Kerja
Jumlah Kegiatan Produktif dan Tidak
Nilai Performance Rating dan Allowance
A
A
Tidak
Data Seragam
Waktu Siklus
Perhitungan Beban
Selesai
𝑘 2
𝑃̅(1−𝑃̅) 0,05 (1− 0,05) = 0,17733
𝐵𝐾𝐴 = 𝑃+ 3√ = 0,05 + 3 √
𝑛̅ 69
𝐶𝐿 = 𝑃̅ = 0,05797
ngapain kosong??
𝑃̅(1−𝑃̅) 0,07 (1− 0,07)
𝐵𝐾𝐵 = 𝑃̅ − √ = 0,07 - 3 √ = -0,06
𝑛̅ 34,5
= 5,6665
4.3 Hasil dan Analisa
Adapun hasil dan analisa dari praktikum pengukuran waktu kerja
dengan sampling kerja (work sampling) ini adalah:
Berdasarkan perhitungan diatas untuk karyawan 1 pada saat
melakukan pekerjaan menghasilkan nilai produktifitas sebesar 94,11% dan
nilai nonproduktifitas sebesar 5,88% sedangkan karyawan 2 pada saat
melakukan pekerjaan menghasilkan nilai produktifitas sebesar 94,28 % dan
nilai nonproduktifitas sebesar 5,71 %.
Berdasarkan perhitungan diatas untuk karyawan 1 pada saat
melakukan pekerjaan menghasilkan waktu baku sebesar 0,1883 jam/unit dan
output standard sebesar 5,3103 unit/jam sedangkan karyawan 2 pada saat
melakukan pekerjaan menghasilkan waktu baku sebesar 0,1765 jam/unit dan
output standard sebesar 5,6665 unit/jam maka bisa disimpulkan bahwa
kedua karyawan tersebut dalam melakukan pekerjaan yang sama
menghasilkan beban kerja yang merata.
LAMPIRAN
PENGARUH KONDISI
LINGKUNGAN
MODUL IV
PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar para
pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan oleh perusahaan. Secara umum pengertian lingkungan kerja
merupakan kondisi dan suasana dimana para pegawai tersebut melaksanakan
tugas dan pekerjaannya dengan maksimal. Lingkungan kerja tersebut mencakup
hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja yang
terbentuk antara sesama pegawai, hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta
lingkungan fisika tempat pegawai bekerja. Lingkungan kerja ada dua macam
yaitu lingkungan kerja fisik dan non fisik. Lingkungan kerja yang baik tentunya
memenuhi syarat kelayakan pada kondisi lingkungan kerja antara lain:
kelembapan suhu, kebisingan, pencahayaan, warna, dan lain-lain. Lingkungan
kerja kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk
bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Kondisi
lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman.
Pada tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja seperti kebisingan, temperatur, pencahayaan, getaran, bau-
bauan, radiasi, bahan berbahaya beracun, dan ventilasi. Semua faktor tersebut
dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat
dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif.
Dengan mempelajari bab ini, para siswa diharapkan mengetahui faktor-faktor
lingkungan kerja yang bisa mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.
Anda. Tak hanya itu, kantor yang dibersihkan setiap hari juga lebih kecil
risikonya sebagai tempat berkembangbiaknya virus dan bakteri penyebab
penyakit, serta seranggaserangga yang mungkin membawanya.
b. Memiliki akses air yang mudah dan bersih
Hal ini sangat penting, karena air minum bersih yang dikonsumsi hampir
setiap hari merupakan hal vital bagi kesehatan fisik Anda. Pasalnya, air minum
yang tidak jelas asal-usulnya bisa saja mengandung bakteri dan kuman yang
membuat Anda sakit, dan hal ini jelas tidak Anda inginkan di hari-hari kerja. Jika
seperti itu, bukannya mandapatkan manfaat air untuk kesehatan tubuh malah
sebaliknya. Akses air minum bersih juga harus tersedia setiap hari, agar Anda
dan pekerja lain tak menderita dehidrasi. Tak hanya itu, air bersih pun harus
tersedia di toilet, guna memenuhi kebutuhan kakus pekerjanya. Air toilet
yang tidak
bersih dan tergenang bisa mengundang nyamuk untuk bertelur, dan penyakit
yang datang bersama nyamuk, seperti malaria dan demam berdarah.
c. Bersuhu tidak lebih rendah dari 16 derajat celcius
Meskipun hawa di luar kantor begitu terik dan panas, namun tetaplah
tidak bijak untuk menyetel pendingin ruangan hingga bersuhu di bawah 16
derajat celcius. Pasalnya, suhu yang terlalu dingin dapat membuat konsentrasi
Anda menurun saat bekerja sehingga produktivitas pun ikut menurun. Hal ini
penting bagi lingkungan kerja yang mengharuskan pekerjanya duduk manis
seharian. Namun, suhu ruangan juga harus disesuaikan tergantung dengan tipe
tempat kerja Anda. Tentunya toko roti, lemari penyimpanan bahan makanan,
serta gudang memiliki standar suhu ruangan tersendiri.
d. Ruangan tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap
Lingkungan kerja sehat harus memiliki kadar cahaya yang sesuai. Bagi
sebagian besar orang, bekerja dengan cahaya sangat terang dapat memberikan
semangat bekerja, sementara sebagian lainnya terganggu dengan hal ini, dan
begitu pula perbedaan opini dengan cahaya yang terlalu gelap. Nah, intensitas
cahaya yang dikatakan baik dalam suatu lingkungan kerja adalah tidak
terlalugelap dan tidak terlalu terang. Pasalnya, cahaya yang terlalu gelap dapat
membuat mengantuk, sementara cahaya yang terlalu terang dapat melelahkan
mata. Namun, cahaya yang sedang justru dapat mendorong munculnya ide,
produktivitas, dan suasana hati yang baik.
e. Memiliki tempat istirahat
Kriteria lingkungan kerja sehat haruslah memiliki tempat beristirahat bagi
karyawannya guna menjernihkan suasana hati dan pikiran. Tidak semua orang
sanggup bekerja non-stop selama 8 jam, tanpa beristirahat. Tempat istirahat bisa
menjadi sebuah tempat untuk memulihkan kebuntuan otak dalam bekerja
karena sangat berpengaruh bagi kesehatan mental para pekerja.
f. Memiliki toilet bersih
Rata-rata, Anda bekerja di kantor selama 8 jam, dan selama waktu itu pula
tentu Anda akan butuh menggunakan toilet sesekali. Toilet merupakan hal yang
esensial bagi para pekerja kantoran sehingga harus dijaga kebersihannya. Jangan
biarkan ada air menggenang ataupun bau busuk yang menyebar. Sebagai tempat
pembuangan kotoran, toilet bisa mengandung banyak virus dan bakteri, maupun
jamur. Maka itu, harus dibersihkan setiap hari.
2.2 Jenis Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang baik yaitu lingkungan kerja yang kondusif.
Lingkungan kerja yang kondusif di tempat kerja adalah salah satu syarat untuk
menciptakan kinerja perubahan yang lebih baik. Lingkunga kerja yang kondusif
sendiri bisa tercipta jika adanya komunikasi yang baik antara atasan dan
bawahan maupun antar para bawahan sendiri. Perusahan juga harus bisa
menciptakan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap bawahan ataupun antar
karyawan dalam arti para karyawan merasa tidak ada rasa saling curiga justru
saling menjaga. Jika sudah tercipta seperti ini maka lingkungan kerja yang
kondusif akan lebih mudah tercipta. Hal di atas inilah yang nantinya akan
menimbulkan motivasi kerja yang tinggi bagi setiap karyawannya, dan akhirnya
kontribusi dari setiap karyawan semakin mudah didapatkan.
Variabel yang perubahannya dipengaruhi oleh variabel lain, dalam hal ini
variabel terikatnya adalah pengaruh kondisi lingkungan.
B. Variabel Bebas adalah
Variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Adapun variabel yang
dipengaruhi dalam hal ini adalah kebisingan dan cahaya.
3.2 Flowchart
Adapun langkah-langkah penyelesaian masalah (Flowchart) adalah
Mulai
Rumusan Masalah
A
A
Tujuan Praktikum
Identifikasi Variabel
Pengumpulan Data:
1. Pencahayaan
2. Kebisingan
Analisa
Selesai
Tabel 4.2 Data Ketikan Acak berdasarkan Kondisi Kebisingan dan Cahaya
Cahaya 10 dB 30 dB 50 dB
100 C 77 90 84
100 C 100 68 84
100 C 93 94 94
100 C 92 92 69
200 C 90 80 90
200 C 80 97 64
200 C 106 64 89
200 C 75 90 82
300 C 90 80 89
300 C 109 86 93
300 C 60 85 84
300 C 90 80 89
4.3 Analisa Pembahasan
Parameter :
a. P-Value > 0.05, maka H₀diterima dan H₁ ditolak, maka faktor tidak
berpengaruh pada kondisi lingkungan kerja.
b. P-Value < 0.05, maka H₀ ditolak dan H₁ maka faktor berpengaruh
pada kondisi lingkungan kerja.
Analisa :
1. Kebisingan
0,585 > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, maka faktor kebisingan
berpengaruh pada kondisi lingkungan kerja.
2. Cahaya
0,853 > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, maka faktor cahaya tidak
berpengaruh pada kondisi lingkungan kerja.
3. Kebisingan dan Cahaya
0,922 > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, maka faktor cahaya tidak
berpengaruh pada kondisi lingkungan kerja.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan dari praktikum modul 4 ini sebagai berikut:
BIOMEKANIKA
MODUL V
BIOMEKANIKA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biomekanika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempelajari
bentuk dan macam-macam gerakan atas dasar prinsip-prinsip mekanika dan
menganalisis suatu gerakan. Disiplin ilmu biomekanika tidak berdiri dengan
sendirinya, melainkan ditunjang oleh disiplin ilmu yang lainnya, seperti anatomi,
fisiologi, dan fisika, kemudian dasar-dasar atau prinsip dari ketiga bidang ilmu
itu menjadi dasar suatu disiplin ilmu yang disebut biomekanika. Selain itu, pada
dasarnya penekanan utama dalam biomekanika adalah seluruh konsep mekanik,
tetapi tubuh manusia adalah sistem yang jauh lebih kompleks daripada
kebanyakan objek yang ditemui dalam konsep mekanika. Oleh karena itu,
biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk
hidup. menurut Rudiger. B, et al. (2000: 26) prinsip biomekanika meliputi
pergerakan hukum mekanika yang diaplikasikan untuk tubuh manusia. Ruang
lingkup biomekanika (area spesialisasi) mencakup Developmental
Biomechanics, Biomechanics of Exercise, Rehabilitation Mechanics, Equipment
Design, dan Sports Biomechanics (biomekanika olahraga).
Ergonomi memiliki prinsip dasar untuk menyesuaikan kerja agar sesuai
dengan batasan atau karakteristik pekerjanya. Karakteristik ini biasanya disebut
antropometri baik fisik/tubuh atau pun antropometri non fisik seperti
psikometri. Biomekanika merupakan studi tentang karakteristik-karakteristik
tubuh manusia dalam istilah mekanik. Biomekanika dioperasikan pada tubuh
manusia balk saat tubuh dalam keadaan statis ataupun dalam keadaan dinamis.
Oleh karena itu, agar sistem kerja menjadi ergonomis maka hams
memperhatikan biomekanika (Irzal, 2016).
Mulai
Rumusan Masalah
Tujuan Praktikum
Identifikasi Variabel
Pengumpulan Data:
1. Data pengamatan denyut jantung
2. Data pengamatan produktivitas
dengan frekuensi sudut 30◦ dan
45◦
Pengolahan data menggunakan Minitab
Analisa
Selesai
25,93
-2,20 0 2,20
ANTROPOMETRI
MODUL VI
ANTROPOMETR
I
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antropometri berasal dari kata lain yaitu “Anthropos” yang berarti
manusia dan “Metron” yang berarti pengukuran, dengan demikian
antropometri mempunyai arti sebagai pengukuran tubuh manusia (Bridger,
1995). Antropometri menurut Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran,
bentuk dan kekuatan serta penerapandari data tersebut untuk penanganan
masalah desain. Sedangkan Sanders and Mc. Cormick (1987) menyatakan
bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik
fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai
orang. Dengan mengetahui ukuran dimensi tubuh pekerja, dapat dibuat
rancangan peralatan kerja, stasiun kerja dan produk yang sesuai dengan
dimensi tubuh pekerja sehingga dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan,
keselamatan kerja.
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung
menilai status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang.
Dengan demikian, antropometri merupakan indikator status gizi yang
berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan protein yang dikenal
dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan
faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri
Dengan memiliki data antropometri yang tepat, maka seorang
perancang fasilitas kerja akan mampu menyesuaikan bentuk dan geometris
ukuran dari produk rancangannya dengan bentuk maupun ukuran segmen-
segmen bagian tubuh pengguna produk tersebut. Oleh karena itu, pada
praktikum kali ini kita mengukur dimensi tubuh seseorang menggunakan 3
dimensi yaitu lebar telapak tangan yang bisa diukur baik dalam posisi
MODUL VI ANTROPOMETRI
SESI JUMAT / 80
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
MODUL VI ANTROPOMETRI
SESI JUMAT / 80
memproduksi produk dengan merk terkenal seperti rancangan kursi, sepeda,
tempat tidur, mesin, dan sejumlah peralatan kerja yang biasa digunakan.
Disamping produk yang digunakan secara umum oleh masyarakat, penggunaan
data antropometri lebih menjadi persyaratan dan mutlak digunakan untuk
kalangan militer. Rancangan peralatan militer seperti senjata, ransel maupun
peralatan yang lainnya harus sesuai dengan dimensi tubuh personil militer.
Kesesuaian peralatan dengan dimensi tubuh personil militer diharapkan dapat
meningkatkan kenyamanan sehingga peralatan
dapat digunakan secara optimal. Rancangan pesawat tempur membutuhkan
kesesuaian yang akurat antara domensi tubuh pengguna dengan rancangan cockpit
pesawat. Kesesuaian rancangan ini bertujuan agar pilot dalam menjalankan
tugasnya mampu mengendalikan pesawat dan peralatan tempur dengan akurat.
Dewasa ini penerapan data antropometri tidak hanya menyangkut karakteristik
peralatan, perlengkapan dan segala sesuatu yang digunakan dalam melakukan
aktivitas kerja, melainkan menyangkut juga perancangan (Purnomo, 2013).
Mulai
Tujuan Penelitian
Identifikasi Variabel
Pengumpulan Data :
a. Lebar Bahu (LB)
b. Tinggi Kepala (TK)
c. Tinggi Badan (TB)
N’ ≤ N
Ya
Menentukan Persentil
A
A
Selesai
Keterangan:
LB : Lebar Bahu
TK : Tinggi
Kepala TB :
Tinggi Badan
4.3 Analisis dan Pembahasan
4.3.1 Uji Keseragaman Data
a. Lebar Bahu (LB)
1. Rata-Rata
∑𝑥 285
𝑋̅ = = = 9,5
𝑁 30
∑(𝑋𝑖−𝑋) 2
2. SD = √
𝑛−1
(8−8,9)2+ (7−8,9)2+⋯+(11−8,9)2
=√
30−1
= 1,408
3. Uji Keseragaman
Lebar Bahu
13
14 12 12
11 11 11 11 11
12 10 10 10
9 9 9 8 8 9 9
10 88
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Jumlah Pengamatan
(48−53,3) 2+ (53−53,3)2+⋯+(55−53,3)2
=√
30−1
= 3,6477
3. BKA = 𝑋̅ + 2𝜎𝑥
= 27,9 + 2(3,6477)
= 35,2287
BK = 𝑋̅
= 27,9
BKB = 𝑋̅ – 2𝜎𝑥
= 27,9 – 2(3,6477)
=20,637
Lebar Bahu
Data Pengukuran
38
40
32 34 31 31
29 29
2727 27 2829 28 26 2930 29 2929 3030
25 25 25 27 25 24 25
30
20 20
20
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Jumlah Pengamatan
(48−53,3) 2+ (53−53,3)2+⋯+(55−53,3)2
=√
30−1
= 5,998
3. BKA = 𝑋̅ + 2𝜎𝑥
= 161,466 + 2(5,998)
= 173,463
BK = 𝑋̅
= 161,466
BKB = 𝑋̅ – 2𝜎𝑥
= 161,466 – 2(5,998)
= 149,469
Tinggi Badan
Data Pengukuran
180
175 170170 169 168 170
170 165 165 163 164
165 162
160 159 160
160 155157 156 158 158
155
155 150
150
145
140
135
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Jumlah Pengamatan
K/S√N∑X2−(∑X)2 2
N’ = [ ]
∑X
2/0,05√30(2765)−(81225) 2
N’ = [ 285 ]
N’ = 33,97
Kesimpulan :
Karena 33,97 > 30 (N’ > N) maka data dinyatakan belum cukup
sehingga perlu melakukan pengukuran lagi
K/S√N∑X2−(∑X)2 2
N’ = [ ]
∑X
2/0,05√30(23794)−(702244) 2
N’ = [ 838 ]
N’ = 26,37488
Kesimpulan :
K/S√N∑X2−(∑X)2 2
N’ = [ ]
∑X
2/0,05√30(783188)−(23464336) 2
N’ = [ 4844 ]
N’ = 2,134
Kesimpulan :
Tabel 4.3 Hasil Uji Kecukupan Data Dimensi Tubuh N, N’, Keterangan
PLP = x + 1,645 . 𝜎𝑥
= 11,816
b. Tinggi Kepala
PTK = x + 1,645 . 𝜎𝑥
= 33,9
c. Tinggi Badan
PTB = x + 1,645 . 𝜎𝑥
= 12,00071
Analisa:
Tinggi Peti = 12 cm
Lebar Peti = 34 cm
Panjang Peti = 224 cm
dafpus naikan
VI. DAFTAR PUSTAKA
Arya Utami, N. W. (2016). Modul antropometri (Vol. 006). Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Maulina, M. 2018. “Profil Antropometri Dan Somatotipe Pada Atlet
Bulutangkis”. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh. Vol 04
No 01.
Note. (2019). ANTHROPOMETRI DAN PERALATAN, Ergonomi.
https://www.kidangijo.com/2019/08/anthropometri-dan-peralatan-
ergonomi.html?m=1
Parapaga, L. 2018. “Usulan Desain Troli Barang Menggunakan
Pendekatan Antropometri (Studi Kasus: Rsu. Gunung Maria
Tomohon)”. Jurnal Realtech Vol. 14, No. 1, April 2018: 15-20 ISSN:
1907-0837
Purnomo, H. (2013). Antropometri dan Aplikasinya. In Graha Ilmu.
Rifandy, J. (2021). Pengertian Antropometri Adalah: Tujuan, Jenis, dan
Contohnya. https://bukausaha.com/pengertian-antropometri/
Susanti, L., Zadry, H., & Yuliandra, B. (2015). Pengantar Ergonomi
Industri. In Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. 17 Lambang Therblig
2. 9 Foto Proses pembuatan Pabrik Mini
LAMPIRAN
Tabel Kelonggaran
LAMPIRAN
Tabel t
LAMPIRAN