Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR TABEL iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Asumsi dan Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Praktikum 2

1.5 Manfaat Praktikum 2

BAB II LANDASAN TEORI 3

2.1. Sistem Pengadaan Barang 3


2.1.1. Pull System 3

2.1.2. Push System 4

2.2. KANBAN 4
2.3 Line Balancing 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 11

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 11


3.2. Alat dan Bahan 11
3.3. Langkah Kerja 11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pull System 3


Gambar 2.2 Push System 4
Gambar 2.3 Precedence Diagram 9
Gambar 2.4 Line Balancing Diagram 9
Gambar 4.1 Market Share Crush Gear (Per Month) 30
Gambar 4.2 Market Share Crush Gear 2015 30
Gambar 4.3 List of activity pada FLB 36
Gambar 4.4 Preceding diagram pada FLB 37
Gambar 4.5 Line Balancing pada FLB dengan tack time = 49 37
Gambar 4.6 Line Balancing pada FLB dengan tack time = 52 38

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Biaya Produksi Crush Gear 17


Tabel 4.2 Periode ke-0 17
Tabel 4.3 Periode ke-1 18
Tabel 4.4 Periode ke-2 19
Tabel 4.5 Periode ke-3 20
Tabel 4.6 Periode ke-4 21
Tabel 4.7 Periode ke-5 22
Tabel 4.8 Periode ke-6 22
Tabel 4.9 Periode ke-7 23
Tabel 4.10 Periode ke-8 24
Tabel 4.11 Periode ke-9 25
Tabel 4.12 Periode ke-10 25
Tabel 4.13 Periode ke-11 26
Tabel 4.14 Periode ke-12 27
Tabel 4.15 Rekapitulasi Profit Perusahaan 28
Tabel 4.16 Rincian Pemenuhan Demand Tamiya 29
Tabel 4.17 Informasi 31
Tabel 4.18 Keputusan 34
Tabel 4.19 List Of Activityproses Produksi 35
Tabel 4.20 Hasil Inspeksi produk selama 12 periode 39

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang senantiasa berkembang secara fisik


maupun pemikiran. Perkembangan yang dialami manusia, disadari atau tidak,
selalu melibatkan strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Strategi
merupakan suatu rencana yang dibuat untuk melancarkan aktivitas manusia dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sebagai ilustrasi, seseorang yang ingin berwirausaha akan melakukan
penyusunan strategi untuk memulai, mengembangkan, dan mempertahankan
usahanya. Strategi yang diterapkan seperti jenis produk, jumlah produk, cara
pemasaran, cara distribusi, harga produk, dan lain-lain. Ilustrasi lainnya adalah
setiap orang akan menyusun strategi berkaitan dengan aktivitas apa saja yang akan
dilakukan sejak pagi sampai malam hari. Kedua ilustrasi tadi menunjukkan bahwa
strategi diperlukan di setiap lapisan masyarakat. Dari aktivitas yang sederhana
sampai kompleks, strategi selalu muncul sebagai alat untuk mengarahkan manusia
dalam mencapai tujuan.
Penerapan strategi di dunia industri berkembang pesat sejak terjadinya
revolusi industri. Hal tersebut dipicu oleh keterbatasan sumber daya dan
persaingan antar industri. Dengan menerapkan strategi, diharapkan seluruh proses
perindustrian berjalan dengan efektif dan efisien sehingga proses produksi
berjalan sesuai target dengan biaya seminimal mungkin. Strategi yang diterapkan
dapat berupa penentuan jumlah permintaan dan cara yang ditempuh untuk
memenuhinya. Secara umum, hal tersebut dapat dilakukan dengan 2 sistem, yaitu
push-system (western) dan pull-system (eastern).
Strategi juga dapat diterapkan pada lini produksi, seperti penentuan jumlah
workstation, jenis kerja di setiap workstation, serta penyeimbangan kapasitas antar
workstation. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari munculnya bottleneck
yang menyebabkan waiting time menjadi meningkat. Salah satu alat

1
yang dapat digunakan untuk menyeimbangkan lini produksi adalah software FLB.
Dalam menentukan jumlah atau kapasitas produksi serta harga jual produk, perlu
dipertimbangkan faktor-faktor ekstenal seperti market share dan isu-isu yang
terjadi di target pasar.
Pada praktikum kali ini, akan dianalisis mengenai hal-hal yang telah
disebutkan di atas pada lini produksi tamiya. Diharapkan praktikan mampu
memahami strategi-strategi dalam produksi sehingga dapat melakukan penerapan
secara tepat di kemudian hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menganalisis proses produksi dan lini produksi dari produk crush gear.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memperngaruhi penentuan jumlah
produksi dan harga produksi.

1.3 Asumsi dan Batasan Masalah


1. Lead time dari setiap part adalah 0.
2. Demand ditentukan oleh asisten laboratorium sesuai dengan keadaan pasar
pada saat itu.
3. Praktikum ini menggabungkan 2 kelompok menjadi 1 kelompok besar.

1.4 Tujuan Praktikum


1. Praktikan memahami pengertian strategi push-system dan penerapannya.
2. Praktikan mampu memahami aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam penentuan jumlah produksi.
3. Praktikan mampu melakukan analisis terhadap lini produksi dan
melakukan proses line balancing.

1.5 Manfaat Praktikum


Manfaat yang diperoleh dalam praktikum ini, praktikan memahami akan
strategi dari push system dengan simulasi yang telah dilakukan dalam proses
produksi Crush Gear.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Pengadaan Barang

Sistem pengadaan barang pada proses produksi terbagi menjadi 2, yaitu


Push System dan Pull System.

2.1.1. Pull System

Menurut George Johnson pada APICS Dictionary, Pull System merupakan


suatu sistem operasi yang terjadi hanya sebagai respon terhadap kebutuhan
penggunaan yang ada dibawahnya (downstream user). Tujuan utama dari
digunakannya sistem produksi ini adalah untuk mengusahakan agar tidak terdapat
sisa persediaan dan inventory baik pada raw material, produk setengah jadi pada
setiap workstation maupun produk jadi.
Pada Pull System, stasiun kerja terakhir melakukan pemesanan raw
material yang dibutuhkan dalam jumlah serta waktu yang diperlukan kepada
stasiun kerja sebelumnya. Hal ini dikarenakan dalam sistem ini stasiun kerja yang
terakhirlah yang mengetahui dengan tepat jumlah raw material serta waktu yang
dibutuhkan. Tiap stasiun kerja mengambil bahan yang diperlukan pada proses
sebelumnya dan seterusnya. Pull system disebut juga dengan sistem eastern
karena mayoritas perusahaan yang menerapkan system tersebut merupakan
perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah timur (Asia).

Gambar 2.1 Pull System

3
2.1.2. Push System

Push System merupakan sistem operasi yang terjadi hanya sebagai respon
terhadap penjadwalan untuk setiap operasi tanpa memperhitungkan status real-
time dari operasi bersangkutan. Tujuan dari sistem ini adalah untuk
mengoperasikan penjadwalan.
Pada Push System, jalannya produksi berdasarkan penjadwalan masing-
masing proses. Proses “sebelumnya” akan mendorong proses “berikutnya” selama
proses produksi tersebut berjalan. Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya
perubahan permintaan konsumen, perusahaan menyediakan stok atau inventory
pada setiap stasiun kerja. Hal ini untuk mencegah perubahan seluruh jadwal setiap
lini produksi ketika terjadi perubahan permintaan konsumen. Sistem ini, sering
mengakibatkan terbentuknya unbalance stock di antara proses, yang
mengakibatkan timbulnya dead stock, penambahan alat handling, dan
penambahan orang untuk menjaga inventori.

Gambar 2.2 Push System

2.2. KANBAN

Kanban merupakan suatu tool yang digunakan pada sistem Just In Time
yang sering diterapkan pada perusahaan eastern. Kanban berguna sebagai
penunjuk atau penanda visual yang menunjukan kapan penarikan dan pembuatan
suatu benda kerja. Kanban terbagi menjadi 2 jenis yaitu Kanban Tarik
(Withdrawal Kanban) dan Kanban Produksi (Production Kanban). Kanban Tarik
berfungsi untuk mengambil atau memindahkan komponen antar workstation
sesuai dengan aliran proses. Sedangkan Kanban produksi digunakan untuk

4
mengeluarkan pesanan produksi kepada proses sebelumnya. Kanban sering
diaplikasikan untuk:
 Pengendalian jumlah material mentah dan WIP;
 Menghaluskan aliran keluar, dengan ukuran yang telah memadai;
 Memberitahukan kapan dan di mana terjadi permasalahan dalam proses
pengadaan;
 Menjamin suplai bahan atau raw material yang dibutuhkan pada setiap
workstation;
 Mencegah produk cacat serta mengenali proses penyebab produk cacat.
Kanban digunakan dalam bentuk kartu, dimana jumlah kartu Kanban dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
Y = Jumlah Kanban
D = Rata- rata permintaan harian
L = Waktu pemesanan (hari)
a = Ukuran lot
b = Koefisien keamanan
(dalam kondisi ideal JIT, b = 1)

2.3. Line Balancing

Menurut Biegel (1981), konsep line balancing bertujuan untuk


meminimalkan idle time dalam proses produksi. Pada konsep ini, elemen-elemen
operasi akan digabung menjadi beberapa stasiun kerja dimana penggabungan ini
bertujuan untuk mendapatkan rasio delay/idle serendah mungkin.
Menurut Buffa Elwood (1983), line balancing merupakan kesamaan
keluaran atau hasil atau keseluruhan produksi pada setiap urutan lintasan
produksi. Dimana line balancing bertujuan untuk memperoleh suatu arus produksi
yang lancar dalam rangka memperoleh utilitas yang tinggi atas fasilitas, tenaga

5
kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antara stasiun kerja
(Herjanto, 1999).
Masalah yang sering dihadapi dalam lintasan produksi menurut Biegel
(1952) terbagi menjadi 2, yaitu kendala sistem yang berkaitan erat dengan
maintenance serta menyeimbangkan beban kerja di setiap stasiun kerja agar
sistem dapat bekerja dengan nilai efisiensi yang tinggi. Adapun tanda-tanda
ketidak seimbangan pada suatu lintasan produksi adalah sebagai berikut:
1. Stasiun kerja yang sibuk dan waktu menganggur yang mencolok;
2. Adanya produk setengah jadi pada beberapa stasiun kerja.
Untuk dapat menyelesaikan masalah line balancing, manajemen industri
harus mengetahui tentang metoda kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan
personil yang digunakan dalam proses kerja. Dimana informasi yang dibutuhkan
adalah informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan
precedence relationship. Selain itu manajemen industri perlu menetapkan tingkat
produksi per hari yang disesuaikan dengan tingkat permintaan total, kemudian
membaginya kedalam waktu produktif yang tersedia perhari. Hasil ini disebut
dengan cycle time yang merupakan waktu dari produk yang tersedia pada setiap
stasiun kerja (workstation). Ada beberapa metode-metode pemecahan masalah
dalam line balancing yaitu:
1. Metode Heuristik
Metode heuristik merupakan metode yang berdasarkan pengalaman, intuisi
atau aturan-aturan empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik
daripada solusi yang telah dicapai sebelumnya (Dimyati, 1994).
a. Ranked Positional Weight / Hegelson and Birine
b. Kilbridge`s and Waste/Region Approach
c. Large Candidate Rule
d. Al Arcu`s
2. Metode Analis atau Matematis
Metode Analis merupakan metode penggambaran dunia nyata melalui
simbol-simbol matematis berupa persamaan dan pertidaksamaan. (Branch
and Bound Method).

6
3. Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan metode yang meniru tingkah laku sistem
dengan mempelajari interaksi komponen-komponennya. Model-model
simulasi ini dapat digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang
tidak dapat diselesaikan secara matematis.
a. CALB (Computer Assembly Line Balancing or Computer Aided
Line Balancing)
b. ALPACA (Assembly Line Balancing and Control Activity)
c. COMSAL (Computer Method or Saumming Operation for
Assemble)
Di dalam Line Balancing terdapat istilah-istilah berikut ini:
1. Idle time
Idle time adalah selisih atau perbedaan antara Cycle Time (CT) dan Stasiun
Time (ST), atau CT dikurangi ST. (Baroto, 2002).
2. Balance delay
Balance Delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang
dihasilkan dari waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena
pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun
kerja.Balance Delay dapat dirumuskan sebagai berikut (Baroto, 2002).
3. Efisiensi Stasiun Kerja
Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun
kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi stasiun
kerja dapat dirumuskan sebagai berikut (Nasution, 1999).
4. Efisiensi Lintasan Produksi (Line Efficiency)
Line Efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi
dengan siklus dikalikan jumlah stasiun kerja (Baroto, 2002) atau jumlah
efisiensi stasiun kerja dibagi jumlah stasiun kerja (Nasution, 1999).
5. Smoothest Index
Smoothet Indeks merupakan indeks yang menunjukkan kelancaran relatif
dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.

7
6. Work station
Work Station merupakan tempat pada lini perakitan di mana proses
perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka
jumlah stasiun kerja yang efisien dapat ditetapkan dengan rumus (Baroto,
2002).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Hari, tanggal : Rabu, 07 November 2018


Waktu : 20.00-22.00 WIB
Tempat : Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri
Universitas Buana Perjuangan

3.1. Alat dan Bahan

1. Komponen-komponen Crush Gear


2. Conveyor

3.2. Langkah Kerja

Langkah kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Empat kelompok digabung menjadi dua kelompok gabungan. Kelompok
gabungan ini bertindak sebagai suatu perusahaan perakit Crush Gear dan
kedua kelompok gabungan ini saling bersaing. Asisten laboratorium bertindak
sebagai supplier komponen crush gear dan toko mainan yang membeli
produk jadi tamiya. Pembelian komponen hanya dapat dilakukan satu kali
dalam setiap periode.
2. Masing-masing perusahaan terdiri dari posisi purchase manager, inspector,
transporter, informan, dan disassembler. Masing-masing perusahaan diberi
kebebasan dalam menentukan anggotanya yang menempati posisi-posisi
tersebut. Penjelasan terkait posisi-posisi tersebut adalah sebagai berikut:
a.Purchase Manager
Purchase manager bertugas merencanakan produksi dan
pembelian komponen. Selain itu, purchase manager bertugas
menentukan jumlah produksi dan harga jual produk dengan

11
mempertimbangkan isu yang terdapat pada setiap bulan produksi.
Purchase manager berjumlah tiga orang.

b. Assembler
Assembler bertugas merakit komponen-komponen tamiya menjadi
produk jadi tamiya. Pada perkaitan tamiya ini, terdapat tiga workstation
dengan satu orang assembler di setiap workstation. Spesifikasi tugas
assembler di masing-masing workstation merupakan kebijakan
kelompok gabungan. Assembler berjumlah tiga orang.

c. Inspector
Inspector bertugas menginspeksi produk jadi crushgear
produksiperusahaan pesaing dan menentukan kelayakan produk jadi
tamiya tersebut. Hal-hal yang menjadi kriteria inspeksi adalah sistem
4WD dan switch button yang berfungsi, ketepatan pemasangan ban
depan dan belakang, dan terpasangnya bettery belt. Inspector berjumlah
satu orang.

d. Transporter
Transporter bertugas membeli komponen di supplier sesuai
instruksi purchase manager. Selain itu, transporter bertugas
mengantarkan komponen-komponen ke workstation yang mengerjakan.
Transporter berjumlah dua orang.

e. Informan
Informan bertugas mencatat pembelian komponen dan penjualan
produk jadi di setiap periode. Selain itu, informan bertugas menghitung
jumlah inventory setiap komponen dan keuangan perusahaan di akhir
periode. Informan berjumlah satu orang.
12
f. Disassembler
Disassembler bertugas men-disassembly produk jadi baik produk
jadi yang berhasil dijual maupun yang ter-reject, menjadi komponen-
komponen. Disassembler berjumlah dua orang.

3. Produksi dilakukan selama 12 periode. Permintaan dan harga beli produk jadi
tamiya untuk masing-masing bulan berubah dan tidak diketahui perusahaan.
Perusahaan menentukan jumlah produksi dan harga jual dengan
mempertimbangkan isu yang terdapat pada setiap bulan. Isu untuk setiap
bulan diterima perusahaan pada bulan sebelumnya. Sebelum dilakukan 12
periode produksi, dilakukan satu kali percobaan produksi.
4. Kegiatan produksi diawali dengan penentuan jumlah produksi dan harga jual
oleh purchase manager.
5. Transporter melakukan pembelian ke supplier komponen sesuai ketentuan
purchase manager. Sementara itu, informan mencatat pembelian tersebut
untuk menghitung biaya pembelian komponen.
6. Transporter mengantarkan komponen-komponen yang sudah dibeli ke
masing-masing workstation yang mengerjakan.
7. Assembler merakit komponen-komponen tersebut menjadi produk jadi.
8. Inspector menginspeksi kelayakan produk jadi tersebut.
9. Pembeli menentukan pembelian produk jadi tersebut. Setiap akhir periode,
pembeli memberitahukan permintaan dan harga beli produk jadi. Jika harga
jual produk lebih tinggi dari harga beli, produk tersebut tidak akan dibeli oleh
pembeli. Jika harga jual produk lebih rendah atau sama dengan harga beli dan
permintaan pembeli belum terpenuhi, produk tersebut pasti dibeli oleh
pembeli.
10. Pada setiap akhir periode, penjualan dihitung. Setiap akhir periode,
komponen yang tidak terpakai dihitung sebagai inventory. Jumlah komponen
yang terpakai tersebut digunakan untuk menghitung biaya inventory. Setelah
pembelian, penjualan, dan biaya inventory dihitung, didapatkan keuntungan
atau kerugian perusahaan. Setelah 12 periode produksi berakhir, keuntungan

13
atau kerugian setiap periode dihitung sehingga dapat diketahui perusahaan
yang lebih unggul.

Anda mungkin juga menyukai