Anda di halaman 1dari 16

Welcome Buddy!

Changing World by Words

Menu

SKIP TO CONTENT

Tag Archives: Tes Proyektif

Makalah Beberapa Pendekatan Psikologi ProyektifAPRIL 25, 2015

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Ketika seorang klinisi ingin membantu menyelesaikan masalah pasien, maka sebelumnya tentu
diperlukan beberapa pendekatan agar klinisi dapat memperjelas inti masalah yang dibawa pasien. Hal ini
tentu dapat membantu untuk menentukan treatment yang tepat untuk diberikan kepada pasien.
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Masing – masing cara merupakan hasil dari
pemikiran dan teori dari tokoh masing – masing, dengan aliran psikologi yang dianutnya. Oleh sebab
itulah tercipta berbagai variasi pendekatan psikologi yang dapat digunakan, termasuk diantaranya
mengenai psikologi proyektif.

Rumusan Masalah

Saat ini telah ada beberapa pendekatan psikologi yang tercipta dari beberapa tokoh. Masing – masing
dari pendekatan tersebut memiliki fokus tersendiri. Salah satunya ialah psikologi proyektif, yang
memandang kepribadian dari proses yang terjadi. Selain proyektif, ada behavioral yang menekankan
pada tingkah laku atau gejala yang nampak, fungsionalisme yang memperhatikan hal yang bersifat
internal, dan sebagainya. Northrop dan Sundberg memberikan pendapatnya masing – masing dalam hal
ini. Oleh karena pentingya memahami hal ini, maka akan kami bahas dalam makalah ini.

Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan agar kita bisa mengetahui dan memahami dasar – dasar dari
beberapa pendekatan psikologi serta tes proyeksi dan klasifikasinya.

Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa cara untuk mengumpulkan data dalam makalah ini. Pertama dengan membaca buku –
buku yang berhubungan dengan pendekata – pendekatan psikologi serta tes proyektif. Kedua, dengan
mengunjungi website – website ilmiah.

Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I

Pada bagian ini dijelaskan latar belakang, tujuan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

Bab II

Disini dikemukakan masalah inti yang bersumber dari data yang kami kumpulkan.

Bab III

Terdapat kesimpulan dan saran.

BAB II

Pembahasan
Psikologi Proyektif makin lama memang mungkin berkembang secara sistematis. Berkembangnya
proyektif banyak didasarkan sebagai protes terhadap teori atau aliran lama yang kebanyakan bersifat
strukturalism, behavioris, yang kebanyakan memandang individu bukan suatu whole, tetapi sebagai
suatu kumpulan dari berbagai aspek.

Contoh :

Behaviorism : Individu adalah kumpulan perilaku

Reflexiologi : Individu adalah kumpulan refles-refleks

Klasifikasi Pendekatan Menurut Northtrop

Northrop menyebutkan 2 pendekatan terhadap klien. Yaitu cara pendekatan behavioristik dan
fungsionalisme.

Behavioristik

Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan
penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan)
tertentu dalam lingkungan. Behaviorisme menjelaskan mekanisme proses terjadi dan berlangsungnya
perilaku individu dapat digambarkan dalam bagan berikut :

S > R atau S > O > R

S = Stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O = Organisme (individu/manusia).

Empat pilar utama dalam behavioristik adalah Classical Conditioning, Operant Conditioning, Social
Learning Theory dan Cognitive Behavior Therapy.
Dalam teori Pengkondisian Klasik, perubahan perilaku yang diharapkan adalah adanya stimulus langsung.
Terjadinya perilaku tertentu disebabkan oleh stimulus tertentu yang secara langsung terkait,

sedangkan dalam Operant Conditioning perilaku yang terbentuk diakibatkan oleh stimulus yang telah
dikondisikan.

Cognitive Behavior Therapy mengemukakan empat komponen penting pada manusia yaitu phisik,
perilaku, kognisi dan emosi, di mana gangguan emosional akan mempengaruhi perilaku pada manusia
sehingga terapi yang dikembangkan adalah mensikapi gangguan emosi secara kognitif dan perilaku yang
menunjukkan kestabilan kognitif.

Social Learning Theory yang dikembangkan Bandura mendeskripsikan bahwa lingkungan merupakan
stimulus yang kuat dalam proses belajar, sehingga manusia akan berkembang jika berada dalam
lingkungan yang mampu memberikan dukungan positive reinforcement.

Tipe pendekatan yang harus mementingkan tingkah laku atau gejala-gejala yang nampak saja.

Memperhatikan bagaimana hubungan antara gejala-gejala tersebut

Melihat gejala psikologis hanya berdasarkan kumpulan dari gejala-gejala yang nampak itu ® pandangan
cenderung kuantitatif

Tipe pendekatan ini memandang bahwa terjadinya tingkah laku adalah otomatis, sesuai hukum-hukum
yang ada. Dalam pengumpulan data ® banyak mempergunakan metode non projektive.

Contoh pendekatan Behavioristik :

Perilaku spontan.

‘Beberapa mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Proyektif di ruangan kelas yang terasa
panas, dan secara spontan mahasiswa tersebut mengipas-ngipaskan buku untuk meredam
kegerahannya.’

Perilaku sadar
‘Ketika sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Proyektif di ruangan kelas yang terasa agak gelap karena
waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang mahasiswa yang sadar kemudian dia
berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen untuk menyalakan lampu neon yang ada di ruangan
kelas, sehingga di kelas terasa terang dan mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti perkuliahan.’

Efektivitas mekanisme individu dipengaruhi oleh proses perilaku yaitu receptors (panca indera sebagai
alat penerima stimulus) dan effectors (syaraf, otot dan sebagainya yang merupakan pelaksana gerak
respon).

Fungsionalisme

Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian,
hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.

Fungsionalisme memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi
sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk
melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar dan sosial.

Lebih memperhatikan hal-hal yang sifatnya internal (tidak disadari), karena hal-hal ini dipandang have so
important role dalam proses pembentukan kepribadian.

Mempelajari bagaimana individu ini memproyeksikan hal-hal yang tidak disadari itu dalam tingkah
lakunya. Biasanya mengungkapkan hal-hal tersebut tidak dapat dengan cara yang wajar ® dipelajari
bagaimana proyeksinya.

Cenderung kualitatif (lebih memperhatikan gejala jiwa yang dinamis)

All of man behavior have function atau tujuan, yaitu menyesuaikan diri. Alat-alat yang digunakan untuk
mencari data lebih banyak proyektif.

Contoh pendekatan Fungsionalisme :

Arjuna bercita-cita menjadi seorang Ekonom, namun gagal mengikuti test pada Fakultas Ekonomi di
Perguruan Tinggi Negeri ternama melalui jalur SBMPTN (frustration), kemudian dia dipaksa orang tuanya
untuk melanjutkan pada salah satu program studi di Fakultas Psikologi, Perguruan Tinggi Swasta
(motivasi ekstrinsik/substitusi), sehingga selama kuliah, dia belum menemukan apa tujuan kuliahnya.

Dia tidak begitu berminat mengikuti perkuliahan mata kuliah Psikologi, termasuk mata kuliah Psikologi
Umum (kurang merasakan adanya kebutuhan dan kekurangan motivasi). Pikirannya selalu terganggu
bahwa seolah-olah dia sedang kuliah pada Fakutas Ekonomi di Perguruan Tinggi Negeri yang diidam-
idamkannya dan dia merasa seolah-olah bakal menjadi Ekonom (fantasi). Dia sering tidak masuk kuliah,
sekalipun dia masuk kuliah hanya sebatas takut ditegur oleh dosen yang bersangkutan dan takut
dinyatakan tidak lulus (kebutuhan rasa aman). Tugas-tugas yang diberikan dosen pun jarang dikerjakan,
kalaupun dikerjakan hanya alakadarnya dan selalu telat disetorkan. Dia dihadapkan pada perang batin
antara terus melanjutkan studi yang tidak sesuai dengan cita-citanya atau keluar dari kuliah dengan
resiko orang tua akan marah besar terhadap dirinya (conflict).

Selama satu semester Arjuna mengikuti perkuliahan Psikologi, dia hanya memperoleh sebagian kecil saja
pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang Psikologi dan pada akhirnya Nilai yang dia dapatkan
menuntutnya untuk mengulang. Sambil menangis (regresi), dia menyalahkan dosen bahwa dosennya
tidak becus mengajar (proyeksi).

Metode – Metode dalam Fungsionalisme

Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan
instropeksi .

Metode observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

Metode Fisiologis

Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal. Jadi, mempelajari perilaku yang
dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.

Metode Variasi Kondisi

Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena manusia
mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari
aliran fungsionalisme.
Metode Instrospeksi

Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa
menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit
dikuantitatifkan.

Ketepatan kedua metode ini :

Behavioristik

Lebih tepat jika menghadapi klien yang mempertemukan pengungkapan psikologi perifer, dan klasikal
atau menghadapi klien-klien yang non-klinis.

Fungsionalisme

Biasanya digunakan untuk menghadapi klien yang perlu pengungkapan dari subjek secara mendalam,
contoh : seleksi calon pimpinan. Juga untuk menghadapi klien secara individual atau menghadapi klien-
klien yang klinis.

Dalam aplikasi biasanya campuran (keduanya are used)

Klasifikasi Pendekatan Menurut Sundberg

Behavioral Technique:

Pendekatan didasarkan pada conditional dan operant learning. Teknik ini berkembang dari satu
treatment. Setelah treatment kemudian dilakukan proses intervensi melalui proses belajarnya.
Ditentukan cara-cara intervensi yang tepat, yang menurut sundberg ternyata efektif dalam mengatasi
problem tingkah laku. Data tentang kondisi subjek dapat diungkapkan melalui problem checkless antara
lain fear inventory, yang merupakan inventory untuk mengunggapkan sumber-sumber rasa takut, ada
pula antara lain seperti indikasi tingkah laku, tingkah laku yang berlebihan, tingkah laku yang kurang, dan
tingkah laku yang tidak wajar.

Dalam teknik ini, diagnosis psikometris dan klasifikasinya menjadi tidak penting , karena di dalam teknik
ini yang diperhatikan hanya gejala-gejala subjek dalam tingkah lakunya.
Objective Technique

Teknik ini berkembang sejalan dengan behavioral technique. Pendekatan ini mementingkn pada teori
trait dan factor, yang merupakan diimensi-dimensi yang akan diukur dari kepribadian manusia. Jadi,
sebelum seseorang bermaksud mengukur sifat-sifat atau factor dalam pribadi seseorang, perlu
mendefinikan lebih dahulu permasalahan yang dihadapi individu ( domain of interest). Berdasarkan
psikologi ini, kemudian dirancang suatu schale of personality, dimana skala ini biasanya dikonstruksi
melalui perangkat pertanyaan (item-item).

Contoh Objective Technique:

MMPI : terdiri dari 550 pertanyaaan yang diberikan jawaban benar atau salah.

16 PF : dibuat untuk anak usia 16 tahun keatas, menggungkap 16 trait, dan memiliki kunci untuk
verifikasi jawaban yang disebut motivational distortion

Projective Technique

Teknik ini mempertimbangkan hal dan tingkah laku yang tidak disadari, dan diperlukan adanya instrumen
khusus yang dapat mengungkapkan aspek-aspek ketidaksadaran manusia. Teknik proyektif
memungkinkan subjek mau merespon walaupun respon subjek bervariasi. Teknik ini pendekatannya
menyeluruh

Tes Proyektif

Pelopor tes proyeksi adalah Freud (1984) dengan teori psikodinamikanya, dan kemudian dikembangkan
oleh Herman Rorschach (1921) dengan tes Rorschach dan Murray (1935) dengan tes TAT (Thematic
Apperception Test) untuk mengungkap aspek-aspek kepribadian manusia. Karena tes ini menuntut
kesimpulan yang luas atau kualitatif (tend to subjective), maka validitas dan reliabilitasnya rendah.
Kecenderungan untuk subjektif ini dapat diatasi dengan pengetahuan, pengalaman yang besar terhadap
tes.
Tes proyektif merupakan tes yang mengungkapkan aspek psikologis manusia dengan menggunakan alat
proyeksi berupa screen yang berfungsi untuk memproyeksikan gambar sebagai stimulus untuk
menghasilkan respon dari tes ini. Tes ini didasarkan pada asumsi bahwa kepribadian sebaiknya dinilai
dengan meminta orang secara langsung untuk mendiskripsikan dirinya sendiri. Orang-orang akan
“memproyeksikan” kepribadiannya serta aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek ketidaksadaran jika
disodori dengan stimulus ambigu dan tidak terstruktur. Subjek diberi kebebasan untuk merespon
stimulus tersebut dengan cara apapun yang di pilihnya dan tidak dibatasi dengan jawaban “ya/tidak”
serta “benar/salah”.

Prinsip Dasar Tes Proyeksi

Stimulusnya bersifat tidak berstruktur yang memungkinkan subjek mempunyai alternatif pilihan yang
banyak.

Stimulusnya bersifat ambiguous yang memungkinkan subjek merespon stimulus atau materi tes sesuai
dengan interpretasi masing-masing.

Stimulusnya bersifat kurang mempunyai objektivitas relatif. Sifat ini memudahkan untuk mendapatkan
individual difference karena masing-masing subjek memiliki kesimpulan yang berbeda-beda dalam
mengamati stimulus yang dihadapkan padanya.

Global Approach yang artinya menuntut kesimpulan yang luas.

Sifat-sifat tersebut di atas, (terutama ciri pertama dan kedua) memungkinkan individu memproyeksikan
need, emosi, motif, dan isi ketidaksadaran lainnya. Disamping ciri-ciri di atas ada ciri-ciri lain dari tekhnik
proyektif yang mungkin hanya dimiliki oleh beberapa tes proyektif saja contohnya TAT. Ciri-ciri tersebut
adalah:

Polivalensi

Mempunyai banyak kemungkinan. Kartu-kartu dalam TAT terdiri dari berbagai kemungkinan atau situasi;
Figur jelas-latar belakang kabur

Latar belakang kabur-figur jelas

Figur jelas-latar belakang jelas

Figur kabur-latar belakang kabur

Polisemi

Salah satu jelas salah satu kabur. Maksudnya, bisa figurnya yang jelas namun latar belakangnya kabur
atau sebaliknya. Dalam merespon subjek harus mengidentifikasi/membuat kepastian pada
stimulus/materi yang dibuat kabur.

Monosemi

Baik figure maupun latar belakang kedua-duanya relative jelas. Hal ini memungkinkan untuk
didapatkannya respon yang relatif sama dari para subjek.

Asemi

Baik figure maupun latar belakang kedua-duanya kabur. Stimulus/materi demikian diyakini lebih mampu
mengungkap ketidaksadaran.

Klasifikasi Tes Proyektif

Wundt

Wundt mengklarifikasikan tes proyektif secara eksploratif

Teknik Proyeksi yang Impresif

Dengan mendapatkan data-data (proyeki) dari pribadi dengan mengungkapkan atau meminta subjek
menjelaskan tentang pengalaman terakhir yang dimilikinya (Oral, tertulis)
Teknik Proyeksi yang Ekspresif

Subjek dimasukan kedalam situasi yang baru, yang belum pernah dilalui sebelumnya. Lalu bagaimana
penyesuaiannya?

K. Frank

Dasar pengklasifikasiannya adalah sifat respon yang diberikan subjek. Dari penelitiannya disimpulkan 4
macam teknik proyektif. Dan ditambahkan lagi 1 macam lagi oleh Simon, yaitu Teknik Refraktif. Diberi
nama oleh Allport Teknik Ekspresif.

Teknik Konstitutif (Menyusun)

Subjek ditujukan materi yang belum berstruktur (ambiguous), kemudian subjek diminta menyusunnya
(membri struktur)

Contoh: Tes Rorscach, Drawing Comprehension Test, CAT, Finger printing.

Teknik Konstruktif (Membentuk)

Subjek diberikan materi yang belum berbentuk, kemudian diminta untuk membentuk menjadi sesuatu
yang berarti. Bedanya dengan teknik konstitutif,teknik konstruktif materinya lebih mentah dan lebih
bebas karena materi-materinya bisa dipindah-pindahkan.

Contoh: Mozaic Test, Block Design, Human Figure Drawing

Teknik Interpreted (Menginterpretasi)

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang pribadi subjek. Subjek ditunjukkan materi
yang tidak berstruktur kemudian subjek diminta untuk mengartikannya.

Contoh: CAT, TAT, Tes-tes proyektif verbal


Teknik Katantif

Berfungsi untuk membersihkan atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan adanya hamatan psikis


seseorang. Dapat berbentuk playing technique, role playing, lowenfeld mosaic, doll test.

Teknik Refraktif/Ekspresif (Tambahan oleh Simon)

Ubjek mengepresikan setiap perasaan, dorongan, sentiment-sentimentnya melalui tingkah laku terhadap
materi itu.

Contoh: Tes Grafis, Grafologi, Megakenetic diagnosis, Bender Test.

Lindzey

Banyak menekankan tes – tes proyeksi yang sifatnya verbal. Klasifikasi Lindzey dikenal sebagai five way
classification.

Association Tech

Teknik ini menuntut subjek untuk memberikan reaksi atas stimulus yang diberikan sesegera mungkin
dengan cara yang pertama kali terlintas dipikirannya. Stimulus dapat berupa kata ataupun gambar.

Contoh : Tes Roschach, tes – tes proyeksi verbal : Word Association Test.

Dalam teknik yang verbal, subjek diberikan kata – kata yang netral ataupun diwarnai emosi. Getzels dan
Jackson melakukan teknik asosiasi untuk melihat kreativitas subjek dan kemampuannya dalam merubah
frame of reference Hal ini dilakukan dengan cara memberikan 25 kata kepada subjek kemudian subjek
diminta untuk mencari sinonim dari kata tersebut.

Construction Tech

Teknik Konstruksi menuntut jawaban yang lebih kompleks. Dalam teknik ini, subjek diberikan materi yang
masih kabur, lalu subjek diminta untuk memberi bentuk atau “menciptakan” dari materi tersebut.
Stimulus yang diberikan biasanya gambar – gambar dan subjek harus mengurutkannya menjadi sebuah
cerita.

Contoh : CAT, TAT, SAT

Complation Tech

Kepada subjek diberikan materi yang belum lengkap yang harus dilengkapi. Lindzey menekankan pada
verbality. Stimulus dalam tes ini lebih terstruktur, sehingga kebebasan subjek dalam merespon lebih kecil
dibanding kedua tes diatas.

Contoh : Picture Frustration Study, The Story Completion, dan Sentence Completion

Choice or Order Tech

Dalam teknik ini, subjek diberi stimulus berupa statement lalu diberi pilihan – pilihan jawaban. Disini
subjek dapat memlih ataupun mengatur jawaban. Jawaban yang diberikan adalah jawaban yang tepat
menurut subjek. Karena responnya yang terbatas dan sederhana, maka kebebasan dan spontanitas
subjekpun semakin berkurang.

Contoh : Kahn Test of Symbol Arrangement, Stes kreativitas, tes untuk mengukur need of achievement,
study of value

Expressive Tech

Teknik expressive memberikan sebuah tugas yang masih abstrak kepada subjek, kemudian subjek
disuruh untuk membuat bentuk tertentu. Metode ini berbeda dari metode lain karena menekankan
pada gaya atau proses atau konstruktif dilakukan, bukan kepada produknya. Disini subyek diberi peluang
untuk mengekspresikan berbagai perasaannya seperti keinginan dan sentiment kedalam tugasnya
tersebut.

Contoh : Role Playing, Free Art Expression, main tanah liat.


BAB III

Penutup

Kesimpulan

Saat ini, psikologi proyektif telah banyak berkembang. Semakin lama para ahli berusaha menyusun
dengan lebih sistematis dan terstandarisasi. Oleh karena banyaknya jenis – jenis tes proyeksi yang
bermunculan, maka beberapa pakar berusaha mengklasifikasikannya berdasarkan berbagai macam
pendekatan.

Northrop membagi pendekatan menjadi dua yaitu behavioristic dan fungsionalisme. Sundberg
membaginya berdasarkan teknik – teknik yaitu behavioral technique, objective technique, dan projective
technique. Untuk tes proyeksi, masing – masing memiliki sifat dan ciri – ciri. Tes proyeksi diklasifikasikan
menurut Wundt, L. K Frank, dan Lindzey.

Saran

Setelah mengetahui berbagai pendekatan dan tes proyeksi, hal ini diharapkan dapat dipahami secara
utuh sehingga ketika menjadi seorang klinisi kelak, kita dapat menentukan tes dan treatment yang tepat
untuk pasien. Kemudian dasar – dasar pendekatan ini juga bisa menjadi dasar penelitian jika ada peneliti
yang ingin mengembangkan tes – tes proyektif.

Daftar Pustaka

Pratomo, Teguh Darma. 2000. Pengantar Psikologi Proyektif. Penerbit Gunadarma : Jakarta.
Basuki, A.M Heru. 2008. PSikologi Umum. Penerbit Gunadarma : Jakarta.

Riyanti, B.P Dwi; Prabowo, Hendro. 1998. Psikologi Umum 2. Penerbit Gunadarma : Jakarta.

Advertisements

REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

MATERI BEBERAPA PENDEKATANBEHAVORISTIKFUNGSIONALISMEKLASIFIKASI


TESLINDZEYNORTHROPPSIKOLOGI PROYEKTIFSUNDBERGTES PROYEKTIFTES PSIKOLOGI ONLINETES
ROSCHACHTES TAT

Calendar

March 2019

M T W T F S S

« Oct

1 2 3

4 5 6 7 8 9 10

11 12 13 14 15 16 17

18 19 20 21 22 23 24

25 26 27 28 29 30 31

Archives

Archives

Authors
Advertisements

REPORT THIS AD

CREATE A FREE WEBSITE OR BLOG AT WORDPRESS.COM.

Close and accept Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree
to their use.

To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Follow

Anda mungkin juga menyukai