Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demokrasi menjadi harga yang sangat mahal bagi Indonesia baru.
Demokrasi adalah salah satu prasyarat untuk memasuki masa depan.
Tuntutan ini bukan dari masyarakat domestik saja, tetapi juga dari
lingkungan global. Demokrasi dan demokratisasi menjadi isu yang paling
banyak diperbincangkan dalam tata kehidupan politik.Pada masa
mendatang perbincangan tentang demokratik atu tidak bukan lagi menjadi
isu yang perlu dibicarakan di Indonesia. Bukan karena tidak perlu, tetapi
karena Indonesia sudah seharusnya melalui perdebatan itu, karena Indonesia
sudah seharusnya demokratis (Riant Nugroho Dwijowijoto.2001:317-318).
DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan dari Indonesia yang
hampir semua lembaga kenegaraan berada di sana. Tatanan kota DKI
Jakarta yang sedemikian rupa mampu menarik perhatian pandangan mata
yang memiliki prospek untuk mengubah DKI Jakarta sesuai dengan visi dan
misi mereka. Dari segi keinginan untuk berada di jabatan tinggi pemegang
kekuasaan negara, hampir semua kalangan ingin menduduki peranan
sebagai orang nomor satu di Jakarta. Pergantian pemegang pemerintahan
provinsi DKI Jakarta yang akan dilakukan pada tahun 2017 mendatang,
telah menjadi incaran beberapa sosok nusantara untuk menjadi orang
penting dalam posisi tersebut.

Pencalonan diri untuk menjadi seorang pemegang jabatan kepala


daerah maupun kepala negara sering berkaitan dengan adanya partai politik
yang turut mengusung dan membantu dalam proses pencalonan. Masing –
masing individu yang mencalonkan diri dapat menentukan pilihannya untuk
masuk ke dalam partai politik mana yang akan membawa dirinya maju
dalam pemilu yang akan di dukung penuh dari kepartaiannya tersebut.
Keikutsertaan partai politik dalam proses pemilu tersebut diperlukan adanya

1
penyatuan prinsip – prinsip atapun komitmen yang harus disepakati anatara
partai politik pengusung dan orang yang mencalonkan diri. Namun, dalam
beberapa prinsip tertentu ada yang berbeda komitmen, visi, maupun misi
antara partai politik dengan calon yang maju ke pemimpinan.

Kinerja partai politik dalam demokrasi Indonesia sering menjadi


sorotan publik yang cukup mendatangkan berbagai kritikan dan saran
bahkan suatu kecaman. Kandidat yang hendak maju dalam pemilihan
Gubernur DKI Jakarta sudah mulai masuk dalam pemberitaan media.
Kandidat berasal dari berbagai kalangan, ada yang dari kalangan artis,
kepala daerah lain, dan masyarakat biasa. Dalam pemberitaan di berbagai
media mengenai keinginan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Cahaya Purnama
atau sering disebut Ahok yang hendak mencalonkan dirinya kembali
menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam periode mendatang melalui
jalur tanpa berpihak dalam suatu partai (independen) menjadi perhatian
yang cukup besar dari masyarakat. Pemberitaan ini menimbulkan tanggapan
pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Inilah yang
melatarbelakangi saya dalam pembuatan makalah yang berjudul “ Ahok
Menuju DKI 1 Dalam Polemik Jalur Independen”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sistem pemilu melalui parpol dan tanpa parpol ?


2. Bagaimanakah kesiapan diri Ahok untuk maju menjadi Gubernur DKI
Jakarta 2017 ?
3. Apakah Ahok akan maju melalui jalur independen?
4. Bagaimanakah pandangan atau respon masyarakat Indonesia terhadap
Ahok yang hendak mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta
secara independen?

2
1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. mengetahui bagaimana ketentuan peserta pemilu melalui parpol dan


tanpa parpol;
2. mengetahui bagaimana kesiapan Ahok untuk maju menjadi Gubernur
DKI Jakarta 2017;
3. mengetahui kebenaran bahwa Ahok akan mencalonkan diri melalui jalur
independen atau tidak; dan
4. mengetahui pandangan atau respon masyarakat Indonesia terhadap
Ahok yang hendak mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta
secara independen.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Peserta Pemilu Melalui Partai Politik dan Tanpa Partai Politik
Pemilu sangat erat kaitannya dengan demokrasi. Demokrasi
menghadapkan kita pada suatu kompleksitas permassalahan yang klasik,
fundamental, namun tetap aktual. Dikatakan klasik karena masalah
demokrasi sudah menjadi fokus perhatian dalam wacana filsafati semenjak
jaman Yunani Kuno, dan telah diterapakan di polish Athena sebagai negara
kota pada waktu itu. Dikatakan fundametal karena hakikat demokrasi
menyentuh nilai – nilai dasar kehidupan tentang apa dan bagaimana sistem
kehidupan itu akan dipergunakan di mana manusia sendiri menjadi subjek
dan sekaligus dijadikan objeknya. Dikatakan aktual karena dewasa ini
demokrasi menjadi dambaan setiap bangsa dan negara untuk dapat
menerapkannya, termasuk bangsa Indonesia dalam era reformasi ini
(Siswomihardjo, 2002 : 1 dalam Sunarto, dkk., 2015 : 47 - 48 ).
Demokrasi berarti pemerintahan rakyat, atau suatu pemerintahan di
mana rakyat memegang kedaulatan yang tertinggi atau rakyat diikutsertakan
dalam pemerintahan negara. Implementasi konsep demokrasi pada tingkat
nasional di dalam negara yang berskala besar adalah bahwa tindakan
pemerintah pada umumnya tidak dilakukan langsung oleh warga negara
melainkan melalui wakil – wakil rakyat yang dipilih berdasarkan prinsip
kebebasan dan persamaan. Dalam telaah umum politik, praktek demokrasi
semacam ini tergolong dalam demokrasi tidak langsung. Dilihat dari segi
fungsional demokrasi dibedakan atas demokrasi langsung yang
mengikutsertakan semua warga masyarakat secara langsung dalam
memutuskan setiap peraturan yang akan diberlakukan dan demokrasi tidak
langsung yang menggunakan peran dewan perwakilan dalam memutuskan
setiap peraturan (Sunarto, dkk., 2015 : 48 ).

4
Dalam memilih para wakil rakyat tentu saja memperhatikan peran
dan suara masyarakat. Masyarakat berhak memilih siapa yang pantas
menjadi wakil mereka dalam memerankan peran rakyat di suatu
pemerintahan. Masyarakat, kaitannya dengan konsep demokrasi tentu saja
memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Demokrasi memiliki hk pilih
secara umum, hak untuk semua warga negara untuk memilih dalam
pemilihan tidak pandang bangsa atau agama selama memenuhi syarat dan
ketentuan yang ada.
Demokrasi dalam aktualisasinya menuntut adanya suatu kompetisi
lewat pemungutan suara dalam pemilu untuk memilih wakil – wakil rakyat.
Para wakil yang akan dipilih rakyat distrukturkan oleh sebuah sistem partai
politik yang jumlahnya lebih dari satu partai politik. Partai politik yang
dipersyaratkan bisa berkompetisi dalam pemilu untuk membentuk
pemerintahan dmokratis minimal dua partai atau lebih yang sering disebut
sebagai multi partai (Suyahmo, 2015 : 3 - 4).
Pemilu merupakan langkah menentukan dalam proses demokrasi.
Pemilu memungkinkan adanya hubungan antara masyarakat yang satu
dengan yang lain dan antara masyarakat dengan para wakil rakyat ataupun
calon wakil rakyat. Berlangsungnya pemilu dapat dijadikan tolak ukur atau
pandangan suatu negara terhadap sistem demokrasinya, apakah negara
tersebut sudah demokratis sesuai dengan sistem yang diberlakukan ataukah
belum. Proses pemilu juga dapat sebagai bahan evaluasi dalam
memperbaiki tatanan sistem baik di bidang politik, sosial, maupun budaya.
Berdasarkan Undang – Undang Pemilihan Umum (UU RI Nomor 12 Tahun
2003), pemilu dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil. Pemilu merupakan sarana yang dapat digunakan
untuk melaksanakan kedaulatan NKRI sesuai yang diamanatkan dalam
Undang – Undang Dasar 1945.
Pemilihan umum yang sangat erat kaitannya dengan demokrasi,
dalam pelaksanaannya ada ketentuan yang mengatur mengenai peserta
pemilu. Peseta pemilihan umum yang diatur dalam undang – undang pemilu

5
(UU Nomor 12 Tahun 2003) disebutkan bahwa peserta pemilu ada yang
berasal dari partai politik dan ada peserta pemilu dari perseorangan. Peserta
pemilihan umum dari partai politik diuraikan pada pasal 7 sampai dengan
pasal 10 sedangkan peserta pemilihan umum dari peseorangan diuraikan
pada pasal 11 sampai dengan pasal 12. Pada pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa
partai politik dapat menjadi peserta pemilu apabila memenuhi syarat :

a. diakui kebenarannya sesuai dengan undang - undang nomor 31


tahun 2002 tentang Partai Politik;
b. memiliki pengurus lengkap sekurang - kurangnya di 2/3 dari seluruh
jumlah provinsi;
c. memiliki pengurus lengkap sekurang - kurangnya di 2/3 dari seluruh
jumlah kabupaten/kota di provinsi sebagaimana dimaksud dalam
huruf b;
d. memiliki anggota sekurang - kurangnya 1000 orang atau sekurang -
kurangnya 1/1000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan
partai politik sebagaimana dimaksud dalam huruf c yang dibuktikan
dengan kartu tanda anggota partai politik;
e. pengurus sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c harus
mempunyai kantor tetap;
f. mengajukan nama dan tanda gambar partai politik kepada KPU.

Berdasarkan pasal 9 dijelaskan bahwa unuk mengikuti pemilu berikutnya,


partai politik peserta pemilu harus :

a. memperoleh sekurang - kurangnya 3% jumlah kursi DPR;


b. memperoleh sekurang - kurangnya 4% jumlah kursi DPR Provinsi
yang tersebar sekurang - kurangnya di 1/2 jumlah provinsi seluruh
Indonesia; atau
c. memperoleh sekurang - kurangnya 4% jumlah kursi DPR
Kabupaten/Kota yang tersebar di 1/2 jumlah Kabupaten/Kota
seluruh Indonesia.

6
Selanjutnya peserta pemilihan umum dari perseorangan, sesuai pasal 11
ayat 1 disebutkan bahwa untuk dapat menjadi calon anggota DPD, peserta
pemilu dari perseorangan harus memenuhi syarat dukungan dengan
ketentuan :

a. provinsi yang berpenduduk sampai dengan satu juta orang harus


didukung sekurang - kurangnya oleh seribu orang pemilih;
b. provinsi yang berpenduduk lebih dari satu juta orang sampai dengan
lima juta orang harus didukung sekurang - kurangnya oleh dua ribu
orang pemilih;
c. provinsi yang berpenduduk lebih dari lima juta orang sampai dengan
sepuluh juta orang harus didukung sekurang - kurangnya oleh tiga
ribu orang pemilih;
d. provinsi yang berpenduduk lebih dari sepuluh juta orang sampai
dengan limabelas juta orang harus didukung sekurang - kurangnya
oleh empat ribu orang pemilih;
e. provinsi yang berpenduduk lebih dari lima belas juta orang harus
didukung sekurang - kurangnya oleh lima ribu orang pemilih.

Jadi, dukungan yang diperoleh sekurang – kurangnya adalah 25%


dari jumlah kabupaten atau kota di provinsi yang bersangkutan. Pada ayat 3
dijelaskan bahwa dukungan harus dibuktikan dengan tanda tangan atau cap
jempol dan fotokopi kartu tanda penduduk atau identitaas lain yang sah.

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 menganut sistem


pemilihan langsung yang memberikan kesempatan luas kepada rakyat untuk
memilih sendiri Kepala Daerah (Kepda) dan wakilnya. Hasil judicial review
atas UU No. 32 Tahun 2004 oleh Mahkamah Konstitusi tidak mengubah
ketentuan bahwa pencalonan Kepda/Wakepda harus melalui parpol atau
gabungan lebih dari satu parpol. MK hanya menetapkan bahwa parpol yang
tidak memperoleh kursi di DPRD boleh mencalonkan diri secara gabungan
asalkan jumlah suara gabungan itu mencapai sejumlah suara pemilih

7
tertentu (15%). Soal pencalonan yang melalui parpol atau tidak, hal itu
terserah pada pembuat UU. Sebab yang manapun yang dipilih, hal tersebut
tidaklah bertentangan dengan konstitusi. Mengingat keduanya sama
benarnya menurut konstitusi, dan itu hanya soal pilihan politik DPR dan
pemerintah, maka untuk ke depan, perubahan atas perubahan yang telah
dilakukan perlu dipikirkan lagi.
Aspirasi yang belum terakomodasi dalam konteks UU No. 32 Tahun
2004 adalah keinginan banyak pihak agar pencalonan Kepda/Wakepda bisa
dilakukan secara independen tanpa harus melalui parpol (dengan syarat –
syarat tertentu).

2.2 Kesiapan Diri Ahok Maju Menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017
Pemilihan kepala daerah untuk DKI Jakarta yang akan berlangsung
pada tahun 2017 mendatang telah menjadi perbincangan yang menarik
khususnya mengenai kandidat - kandidat yang diperhitungkan potensinya.
Posisi Gubernur DKI Jakarta menjadi incaran berbagai kalangan. Beberapa
nama yang ramai diperbincangkan di media sebagai sosok kandidat cagub
DKI Jakarta 2017 adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Ridwan Kamil,
Sandiaga Uno, Ahmad Dhani, dan Yusril Ihza Mahendra.

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang saat ini masih menjabat


sebagai Gubernur DKI Jakarta menyatakan kesiapannya untuk maju
kembali mejadi Gubernur DKI Jakarta 2017 mendatang ketika ditanya oleh
awak media. Ahok merasa siap - siap saja dirinya disandingkan dengan
siapapun, yang penting memiliki kinerja baik dan mampu berkomitmen
dengannya. Ahok juga siap bersaing dengan kandidat lain. Ahok tidak
mempersoalkan tentang dirinya dapat maju ke pilgub DKI Jakarta 2016
melalui partai ataupun secara perseorangan bahkan dirinya mengaku siap –
siap saja jika memang harus maju secara independen.

Kesiapan Ahok untuk maju ke DKI 1 juga mendapat dukungan dari


teman, kerabat dan rekan – rekannya. Beberapa nama yang dikabarkan akan

8
disandingkan dengan Ahok (calon wakil gubernur DKI Jakarta) diantaranya
Heru Budi Hartono juga merasa siap untuk berkomitmen dan bekerja sama
dengan Ahok dalam memajukan DKI Jakarta.

2.3 Kebenaran Ahok Maju Melalui Jalur Independen atau Tidak


Pemberitaan yang menyebutkan bahwa Ahok akan maju ke pilgub
DKI Jakarta pada tahun 2017 mendatang secara perseorangan tanpa melalui
partai politik mendapatkan tanggapan yang cepat dari masyarakat.
Pemberitaan ini menimbulkan rasa penasaran pada publik mengenai
kebenaran dari berita tersebut. Terkait dengan benar atau tidaknya berita
bahwa Ahok akan maju secara independen ini ditanggapi secara fifty – fifty
karena belum dapat dipastikan keputusan bahwa Ahok akan maju di jalur
independen.
Pernyataan bahwa Ahok akan maju ke pilgub DKI Jakarta pada
tahun 2017 mendatang secara perseorangan tanpa melalui partai politik ini
sebenarnya dijadikan Ahok sebagai penunjuk kesiapannya untuk maju dan
bersaing secara sehat menuju DKI 1 pada 2017 mendatang. Hal ini
menandakan bahwa Ahok siap maju dalam kondisi bagaimanapun baik di
dukung penuh oleh partai politik maupun maju berjuang secara
perseorangan dengan mengandalkan dukungan dari masyarakat secara
langsung.
Kesiapan Ahok maju secara independen tidak dapat langsung
dijalankan secara sendirinya tetapi tentu ada ketentuan – ketentuan yang
perlu dimiliki dan dicapai oleh Ahok meskipun dipandang secara nyata
pemberitaan dari media bahwa telah tampak dukungan cukup besar terhadap
Ahok untuk maju secara perseorangan.
Pernyataan bahwa Ahok akan maju secara independen memang
benar adanya tetapi untuk pelaksanaannya, Ahok akan berjalan sesuai
dengan sistem tata pelaksanaan dan aturan – aturan yang ada. Ahok juga
masih mempertimbangkan terkait hal tersebut tetapi jika dinilai jalur
independen lebih baik maka Ahok akan membenarkan untuk menempuh

9
jalur tersebut. Keputusan mengenai hal ini belum dapat dipastikan karena
masih berjalan sesuai proses dengan banyak pertimbangan dan masukan
dari berbagai pihak.

2.4 Pandangan atau Respon Masyarakat Indonesia Terhadap Ahok yang


Hendak Mencalonkan Diri Sebagai Gubernur DKI Jakarta Secara
Independen
Pernyataan Ahok maju dalam pilgub DKI Jakarta tahun 2017
mendatang melalui jalur independen, mendapat respon dan tanggapan cepat
dari masyarakat. Pernyataan ini mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari
publik, ada yang mendukung Ahok untuk maju secara independen dan ada
juga yang menilai bahwa dengan adanya Ahok maju dalam pilgub DKI
Jakarta denganjalur independen maka Ahok telah menganggap rendah peran
partai politik.
Tanggapan kontra terhadap Ahok yang memberi kesan negatif
terhadap pernyataan Ahok untuk maju ke pilgub DKI Jakarta 2017 secara
independen mengatakan bahwa tindakan Ahok ini merupakan sebuah upaya
untuk melakukan deparpolisasi atau menghilangkan peran partai. Adanya
Ahok akan maju melalui independen dituduh telah menganggap rendah
peran dan fungsi partai politik. Beberapa tanggapan kontra dari masyarakat
juga ditunjukkan dengan asumsi mereka yang menyatakan bahwa Ahok
tidak akan menang melalui jalur independen dan menilai bahwa Ahok akan
kesulitan untuk mengumpulkan dukungan dari masyarakat.
Sedangkan, tanggapan pro dari masyarakat ditunjukkan dengan
adanya dukungan dari masyarakat dan rekan - rekan Ahok serta beberapa
tanggapan publik yang menilai bahwa dengan Ahok maju pilgub DKI
Jakarta secara independen menunjukkan jiwa kepemimpinan Ahok yang
baik. Dukungan penuh juga ditunjukkan oleh Teman Ahok yaitu organisasi
yang mengumpulkan kartu tanda penduduk untuk mengusung Ahok jika
harus lewat jalur perseorangan dalam Pilkada DKI 2017. Mereka gencar

10
jemput bola ke berbagai daerah di Jakarta untuk mengumpulkan KTP warga
Jakarta.
Tanggapan konta terhadap pernyataan Ahok untuk maju ke pilgub
DKI Jakarta 2017 secara independen yang menganggap Ahok melakukan
upaya deparpolisasi mendapatkan respon dari pengamat politik. Menurut
Maswadi Rauf, sebagian besar parpol belum memiliki calon yang dianggap
tepat, sehingga mereka menunggu perkembangan siapa calon yang paling
populer.

"Ini bukan soal deparpolisasi, tapi partai yang lemah dalam


menjalankan fungsi utama yaitu kaderisasi untuk menempati jabatan
politik," kata pengamat politik dari Fisip Universitas Indonesia, Maswadi
Rauf.

"Partai masih menunggu siapa orang yang cocok untuk diajukan. Di


sini, terlihat partai kurang percaya diri untuk mengajukan calon," papar
Maswadi.

Terkait dengan polemik jalur independen yang hendak ditempuh


Ahok menuju DKI 1 2017, perhatian juga perlu ditujukan bahwa ada
beberapa keputusan dari Mahkamah Konstitusi mengenai pencalonan diri
secara perseorangan. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait
persyaratan persentase dukungan calon kepala daerah (cakada) melalui jalur
independen atau calon perseorangan tidak lagi berdasarkan jumlah
penduduk, tetapi berdasarkan persentase jumlah Daftar Pemilih Tetap
(DPT) pemilu sebelumnya di suatu daerah yang mulai diberlakukan pada
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2017.

Sebelumnya, MK mengabulkan permohonan Fadjroel Rachman dkk


yang menguji Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Dalam putusannya, MK
mengubah dasar penghitungan dukungan calon perseorangan dari jumlah

11
penduduk menjadi jumlah penduduk yang telah memiliki hak pilih yang
direpresentasikan dalam DPT pemilu sebelumnya. Dalam pertimbangannya,
hakim menilai Pasal 41 ayat 1 dan 2 UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota telah mengabaikan prinsip
keadilan sehingga mengabaikan semangat kesetaraan di hadapan hukum.

Menurut MK, persentase syarat dukungan tidak dapat didasarkan


pada jumlah penduduk, karena tidak semua penduduk punya hak
pilih.Selain itu, meski tidak bisa dikatakan diskriminatif, Pasal 41 ayat 1 dan
2 dinilai menghambat seseorang memperoleh hak yang sama dalam
pemerintahan. Persyaratan perseorangan berbeda dengan syarat calon yag
didukung parpol, di mana syarat pencalonan ditentukan melalui perolehan
suara berdasarkan daftar pemilih tetap.

Dalam Pasal 41 ayat 1 dan 2, dijelaskan bahwa syarat pencalonan


kepala daerah bagi calon perseorangan, yaitu mendapat dukungan paling
sedikit 10 persen bagi daerah dengan jumlah penduduk sampai dengan
2.000.000 jiwa. Kemudian, dukungan 8,5 persen bagi daerah dengan jumlah
penduduk 2.000.000 sampai 6.000.000 jiwa.

Kemudian, provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000


jiwa sampai dengan 12.000.000 jiwa harus didukung paling sedikit 7,5
persen. Selanjutnya, provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari
12.000.000 jiwa harus didukung paling sedikit 6,5 persen.

Meskipun pernyataan Ahok untuk maju ke pilgub DKI Jakarta 2017


sudah marak diberitakan, tanggapan dari partai politik tetap ada yang
memberikan kesan baik pada Ahok dan siap memberikan dukungan pada
Ahok. Salah satu partai yang siap mendukung Ahok adalah Partai Nasdem.
Politisi Partai Nasional Demokrat, Akbar Faisal, mengatakan partainya tetap
mendukung pencalonan Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur DKI
Jakarta pada Pilkada 2017.

12
"Kenapa Nasdem mendukung Ahok, karena banyak pertimbangan.
Salah-satunya ini adalah peringatan masyarakat khususnya masyarakat
Jakarta, bahwa kepercayaan terhadap parpol sungguh berada di titik nadir,"
kata Faisal.

"Bagi kami, untuk mengakui itu bukan kehinaan, karena


realitasnya seperti itu. Sebagai cermin sekaligus otokritik," tambahnya.

13
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu :
1. Ketentuan mengenai peserta pemilu dari politik dan perseorangan
menurut (UU Nomor 12 Tahun 2003) peserta pemilihan umum dari
partai politik diuraikan pada pasal 7 sampai dengan pasal 10
sedangkan peserta pemilihan umum dari peseorangan diuraikan
pada pasal 11 sampai dengan pasal 12. Secara perseorangan peserta
harus mendapat dukungan sekurang – kurangnya adalah 25% dari
jumlah kabupaten atau kota di provinsi yang bersangkutan. Peserta
dari parpol harus dengan syarat kejelasanmengenai parpol dan
pemenuhan kuorom atas hak dukungan sesuai dijelaskan pasal 9
UU Nomor 12 Tahun 2003.

2. Kesiapan Ahok untuk maju dalam pilgub DKI Jakarta 2017 sudah
matang dan siap. Ahok siap maju dengan jalur manapun baik secara
independen maupun masuk dalam partai poltik. Kesiapan Ahok
juga dilengkapi dengan dukungan dari kerabat dan rekan Ahok.

3. Pernyataan bahwa Ahok akan maju secara independen memang


benar adanya tetapi untuk pelaksanaannya, Ahok masih
mempertimbangkan beberapa hal. Jika dinilai jalur independen
lebih baik maka Ahok akan membenarkan untuk menempuh jalur
tersebut. Keputusan mengenai hal ini belum dapat dipastikan karena
masih berjalan sesuai proses dengan banyak pertimbangan dan
masukan dari berbagai pihak.
4. Pernyataan Ahok untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI
Jakarta 2017 mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari

14
masyarakat. Tanggapan dukungan ditunjukkan dengan adanya
upaya dari organisasi Teman Ahok yang mengumpulkan KTP
sebagai bentuk pengumpulan hak suara pilih sedangkan tanggapan
kontra yang ada, Ahok dituduh melakukan upaya deparpolisasi.

3.2 Saran
Saran yang perlu disampaikan adalah dalam pelaksanaan pemilihan
Gubernur DKI Jakarta 2017, berkaitan dengan pemilihan jalur independen
perlu memerhatikan beberapa hal dan ketentuan mengenai tersebut. Perlu
dikomunikasikan dengan beberapa pihak dan memerhatikan dampak positif
serta negatifnya.

15

Anda mungkin juga menyukai