Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Daun Ketapang sebagai Media Penurun pH Air Sisa Cucian

ini adalah makalah tugas teknologi lingkungan tepat guna oleh kelompok Dewi Rosani, Suci
Amelia, dan Faulina Milianie
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman modern sekarang ini, masyarakat telah banyak menggunakan jasa laundry. Usaha
laundry merupakan kegiatan usaha jasa yang banyak menghasilkan limbah cair. Pembuangan
limbah yang berasal dari kegiatan usaha laundry masih dibuang ke lingkungan tanpa ada
pengolahan. Limbah laundry mengandung senyawa aktif metilen biru (surfaktan) yang sulit
terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan. Diperlukan suatu upaya
pengolahan limbah yang berasal dari kegiatan laundry untuk mengurangi pencemaran
lingkungan.
Kegiatan usaha laundry menghasilkan suatu limbah yang berupa cairan, sisa air cucian
yang bersifat basa. Kebanyakan limbah cair ini dibuang ke badan air seperti sungai. Hal ini
bisa menyebabkan badan air menjadi tercemar atau bersifat basa. Salah satu upaya sederhana
untuk pengurangan pencemaran yaitu dengan menurunkan pH sisa air cucian terlebih dahulu
sebelum dibuang ke badan air. Penurunan pH, dapat dilakukan dengan cara merendamkan daun
ketapang kedalam air sisa cucian tersebut.
Ketapang dalam bahasa ilmiah adalah terminalia catappa, atau sering disebut dengan
kenari tropis. Tanaman ini sering digunakan sebagai tanaman peneduh karena daunnya yang
membentuk seperti payung. Setiap harinya selalu ada daun kering yang berguguran dan
menjadi sampah karena tidak digunakan. Pohon ketapang menghasilkan racun pada daunnya
yang berguna untuk melindungi dari gangguan serangga dan parasit. Oleh karena itu kita tidak
akan menemukan pohon ketapang diserang oleh hama. Daun yang kering ketika terendam air
akan menghasilkan air yang berwarna kuning kecoklatan. Air tersebut mengandung asam
organic seperti humic dan tannin.
Sifat-sifat basa yaitu mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun
bila terkena kulit, dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi kertas lakmus biru, dapat
menetralkan asam.
Alat untuk mengukur skala keasaman atau pH adalah pH meter dan indikator universal.
Skala pH nya adalah antara 0-14. Tingkatan keasaman yaitu,apabila nilainya 0-6,9 maka
disebut asam. Apabila nilainya 7 adalah netra. Dan jika lebih dari 7, yaitu 7,1-14 disebut basa.
2.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan bahan alternative sebagai penurun
pH air sisa cucian.

2.2 Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Memanfaatkan daun ketapang yang banyak terdapat di sekitar kita untuk menurunkan pH air
sisa cucian secara alami.
2. Membuat air sisa cucian menjadi lebih aman untuk dibuang ke lingkungan.
3. Dalam sekala besar dapat diterapkan pada industry laundry.

.
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Umum
Pada percobaan mengenai penurunan pH air sisa cucian dengan alternatif bahan baku
daun ketapang kering ini dilakukan dengan cara sederhana. Teknologi daun ketapang kering ini
telah lama digunakan dalam penurunan pH air karena dapat menurunkan pH air pada akuarium.
Pada percobaan ini akan membahas mengenai proses penurunan pH air sisa cucian dengan
menggunakan daun ketapang kering.
Percobaan ini berlangsung selama 6 hari, dikarenakan proses dilakukan mulai dari
mengeringkan daun ketapang hingga daun ketapang siap untuk digunakan. Proses perendaman
berlangsung selama 3 hari dan setiap harinya dilakukan pengukuran pH.

2.2 Objek Percobaan


Sebagai objek percobaan ini adalah daun ketapang kering sebagai bahan baku penurun pH.
2.3 Bahan dan Alat Percobaan
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. daun ketapang kering


2. air sisa cucian.

b. Alat
Alat yangdigunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Ember/wadah

2. Kertas pH
2.4 Prosedur Kerja
1. Memilih daun ketapang kering yang baik.
2. Membersihkan daun ketapang kering dari kotoran-kotoran yang menempel pada daun.
3. Mengeringkan daun ketapang di bawah sinar matahari agar daun lebih kering lagi.
4. Menyiapkan air sisa cucian sabun di dalam wadah atau ember.
5. Mengukur pH awal air sisa cucian sabun dengan menggunakan kertas lakmus.
6. Menghitung pH awal air sisa cucian sabun.

7. Merendam daun ketapang yang sudah kering kedalam air sisa cucian sabun.
8. Mengukur pH rendaman daun ketapang pada air sabun setiap 1x24 jam selama 3 hari.

2.5 Rencana Anggaran Biaya


Anggaran biaya untuk penurunan pH air sisa cucian menggunakan daun ketapang
kering adalah sebesar Rp 10.000,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1 Anggaran biaya pembuatan alat
No. Nama Barang Harga
1 Air Sisa Cucian Tersedia
2 Daun Ketapang Tersedia
3 5 Kertas pH Rp. 10.000,00
Jumlah Rp. 10.000,00
2.6 Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian yang telah kami lakukan dihasilkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Pengukuran pH dari hari pertama hingga ketiga
Hari
pH
ke-
0 9
1 8
2 8

Air sisa cucian yang mempunyai pH awal 9 setelah direndam dengan daun ketapang
selama 3 hari mengalami penurunan pH, yaitu menjadi 8. Pada air bekas rendaman daun
ketapang berwarna coklat gelap dan keruh oleh serat daun ketapang. Karena warna coklat
tersebut diakibatkan oleh asam tannin pada kandungan daun ketapang kering sehingga tidak
berbahaya bagi lingkungan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain:
 Daun ketapang mengandung asam organik seperti humic dan tannin yang dapat menurunkan
pH air.
 pH air sisa cucian yang pH awal 9 setelah direndam 1 x 24 jam turun menjadi 8.
 Teknologi sederhana ini dapat diterapkan di industri laundri yang banyak menghasilkan
limbah detergen sehingga lebih aman untuk dibuang ke lingkungan.

3.2 Saran
 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penurunan pH dengan penggantian daun
ketapang kering.
 Disarankan pengukuran dilakukan dengan pH meter agar nilai penurunan keasamannya lebih
jelas terlihat.
BAB V
HASIL PRESENTASI

1. Koreksi
Dari hasil presentasi pada Jum’at tanggal 9 Desember 2011 di ruang 9 Fakultas Teknik
Banjarbaru, dapat dikoreksi :
a. Perlu dilakukan percobaan terhadap daun ketapang yang digunakan, yakni daun ketapang yang
masih segar/masih hijau untuk membandingkan dengan pemakaian daun ketapang kering.
b. Perlu dilakukan percobaan mengenai bentuk daun ketapang yang digunakan, yakni daun
ketapang yang berbentuk lain selain berbentuk daun utuh.
c. Perlu dilakukan percobaan yang lebih lama, dalam hal ini adalah perendaman daun ketapang
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan daun ketapang dalam menurunkan pH.
d. Pada saat pengukuran pH rendaman perlu dilakukan pengadukan agar merata keseluruhan
ekstrak daun ketapang.

2. Analisa
Dari koreksi –koreksi seperti diatas dapat dianalisa :
a. Daun ketapang diketahui memiliki asam organic yaitu humic dan tannin yang dapat
menurunkan pH. Pemakaian daun ketapang yang masih segar atau yang masih hijau dilakukan
untuk mengetahui apakah daun tersebut dapat menurunkan pH seperti daun ketapang kering
atau tidak. Jika daun ketapang segar atau yang masih hijau dapat menurunkan pH juga. Dan
membandingkan daun ketapang mana yang memiliki kemampuan lebih besar dalam
menurunkan pH.
b. Bentuk daun ketapang yang digunakan dalam penelitian yaitu berupa lembaran atau daun utuh.
Daun ketapang yang digunakan misalnya dihancurkan terlebih dahulu atau dijadikan serbuk
sebenarnya hanya untuk mempermudah dalam perendaman dan mempermudah dalam hal
penggunaannya. Namun belum dapat dipastikan dosis yang tepat dalam pemberian daun
ketapang yang sudah dihancurkan untuk menurunkan pH.
c. Perendaman daun ketapang yang lebih lama dimungkinkan untuk memaksimalkan
kemampuan daun ketapang dalam menurunkan pH. Semakin lama daun ketapang direndam
kemungkinan akan semakin banyak ekstrak daun ketapang yang bercampur dalam air limbah.
Banyaknya ekstrak tersebut berpengaruh terhadap tingkat keasaman sehingga memungkinkan
pH air limbah semakin turun.
d. Ketika pengukuran rendaman daun ketapang diperlukan pengadukan agar ekstrak daun
ketapang tidak mengendap di dasar sehingga dapat dilakukan pengukuran lebih akurat apabila
dilakukan pengadukan ektrak secara merata untuk mengetahui tingkat penurunan pH.

3. Pembahasan
Dari hasil koreksi dan analisa maka dapat didapatkan bahwa diperlukannya penelitian
lebih lanjut dan penelitian dengan berbagai variable untuk mendapatkan variasi data.
Pemakaian daun ketapang yang segar (masih hijau) dan daun ketapang yang sudah kering
dilakukan untuk mengetahui daun mana yang memiliki kemampuan terbesar dalam
menurunkan pH. Daun ketapang diketahui memiliki kandungan asam organic humic dan
tannin. Namun diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai asam organic terbesar
berada di daun yang mana.
Penggunaan daun ketapang yang berupa lembaran ( utuh ) maupun penggunaan daun
ketapang yang dihancurkan ( serbuk ) sepertinya memiliki kegunaan yang sama, hanya saja
terletak pada efisiensi penggunaannya. Bentuk serbuk sepertinya lebih mudah digunakan
dibandingkan dengan daun yang berbentuk lembaran. Bentuk serbuk memiliki keunggulan
tersendiri misalnya dalam hal pengembangannya yakni lebih mudah untuk dibawa ataupun
dalam hal penyimpanannya dalam skala besar.
Waktu perendaman yang dilakukan ketika penelitian termasuk singkat yakni 2-3 hari.
Perlunya dilakukan perendaman yang lebih lama untuk mengetahui penurunan pH secara
signifikan. Ketika penelitian dengan waktu 2-3 hari hanya menghasilkan penurunan pH dari 9
menjadi 8. Perendaman yang lebih lama kemungkinan akan menghasilkan penurunan pH lebih
dari 1.
Ketika pengukuran pH perlu dilakukan pengadukan agar tercampur antara ekstrak daun
ketapang dan air limbah. Ketika penelitian tidak dilakukan pengadukan pada saat pengukuran
pH. Kandungan asam organic yang dapat menurunkan pH terletak di dasar rendaman maka
untuk itu diperlukan pengadukan agar hasil yang didapat bias semaksimal mungkin.

dalam penelitian ini masih banyak kekurangannya.. Sehingga saran yang membangun sangat
diperlukan untuk menyempurnakan penelitian ini..

Anda mungkin juga menyukai