Secara sepintas bintang-bintang di langit tampak sama warnanya, yaitu putih. Akan tetapi bila
kita amati lebih teliti lewat teleskop, ternyata bintang-bintang itu memiliki warna, ada yang
merah, biru, kuning dan sebagainya. Warna bintang menunjukkan temperatur bintang yang
bersangkutan. Semakin biru warna suatu bintang, semakin panas bintang tersebut. Matahari
kita merupakan bintang berwarna kuning yang temperaturnya sekitar 6000 oK.
Informasi yang kita peroleh tentang suatu bintang akan lebih lengkap kalau kita memiliki
prisma yang dipasangkan pada teleskop sehingga cahaya bintang yang datang bisa terurai.
Dari sini kita bisa memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang bintang itu, misalnya
mengenai komposisi kimia, rotasi dan pergerakannya. Spektrum suatu bintang sangat penting
dan digunakan sebagai salah satu cara untuk mengklasifikasikan bintang
Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang dinyatakan
dengan huruf O, B, A, F, G, K, M yang juga menunjukkan urutan suhu, warna dan
komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh Observatorium Universitas
Harvard dan Annie Jump Cannon pada tahun 1920an dan dikenal sebagai sistem
klasifikasi Harvard. Untuk mengingat urutan penggolongan ini biasanya digunakan
kalimat "Oh Be A Fine Girl Kiss Me". Dengan kualitas spektrogram yang lebih baik
memungkinkan penggolongan ke dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh sebuah
bilangan (0 hingga 9) yang mengikuti huruf. Sudah menjadi kebiasaan untuk
menyebut bintang-bintang di awal urutan sebagai bintang tipe awal dan yang di akhir
urutan sebagai bintang tipe akhir. Jadi, bintang A0 bertipe lebih awal daripada F5, dan
K0 lebih awal daripada K5.
Berikut ini adalah daftar kelas bintang dari yang paling panas hingga yang paling
dingin (dengan massa, radius dan luminositas dalam satuan Matahari)
___________________________________________________________________________
___________________________
Diagram Hertzsprung-Russell
Diagram Hertzsprung-Russell atau diagram H-R (seringkali disebut juga sebagai diagram
warna-magnitudo) adalah diagram hubungan antara magnitudo mutlak/luminositas dan kelas
spektrum bintang/indeks warna. Diagram ini dikembangkan secara terpisah oleh astronom
Denmark, Eijnar Hertzsprung pada tahun 1911 dan astronom Amerika Serikat, Henry Norris
Russell pada tahun 1913. Diagram ini sangat penting artinya dalam astrofisika terutama
dalam bidang evolusi bintang.
Diagram Hertzsprung-Russell hasil plot dari 22 000 bintang yang datanya berasal dari katalog
Hipparcos dan 1000 dari katalog Gliese. Tampak bahwa bintang-bintang cenderung
berkelompok di bagian tertentu diagram. Yang paling dominan adalah kelompok yang
membentuk diagonal diagram dari kiri atas (panas dan cemerlang) hingga kanan bawah
(dingin dan kurang cemerlang) yang disebut deret utama. Matahari terletak di deret utama
dengan luminositas 1 (magnitudo sekitar 5), dan temperatur permukaan sekitar 5400K (kelas
spektrum G2). Berdasar konsensus, sumbu x dari kiri ke kanan menyatakan suhu tinggi ke
suhu rendah (tetapi 'warna' dari kecil ke besar).
___________________________________________________________________________
___________________________
Di bawah ini disajikan ciri-ciri dari tiap kelas. Harap diingat bahwa ciri-ciri ini terutama
mendasarkan diri pada penampakan garis-garis serapan pola spektrumnya (bukan pada warna
atau temperatur-efektifnya).
Kelas O
Kelas B
Spektrum dari bintang kelas B2II
Bintang kelas B adalah bintang yang cukup panas dengan temperatur permukaan antara
11.000 hingga 25.000 Kelvin dan berwarna putih-biru. Dalam pola spektrumnya garis-garis
serapan terkuat berasal dari atom Helium yang netral. Garis-garis Balmer untuk Hidrogen
(hidrogen netral) nampak lebih kuat dibandingkan bintang kelas O. Bintang kelas O dan B
memiliki umur yang sangat pendek, sehingga tidak sempat bergerak jauh dari daerah dimana
mereka dibentuk, dan karena itu cenderung berkumpul bersama dalam sebuah asosiasi OB.
Dari seluruh populasi bintang deret utama terdapat sekitar 0,13 % bintang kelas B.
Contoh : Rigel, Spica
Kelas A
Kelas F
Kelas G
Kelas K
Kelas M
Klasifikasi ini mendasarkan diri pada ketajaman garis-garis spektrum yang sensitif pada
gravitasi permukaan bintang. Gravitasi permukaan berhubungan dengan luminositas yang
merupakan fungsi dari radius bintang.
Klasifikasi Yerkes atau kelas luminositas membagi bintang-bintang ke dalam kelas berikut :
0 Maha Raksasa (hypergiants) (penambahan yang dilakukan belakangan)
IV sub-raksasa (subgiants)
VI sub-katai (subdwarfs)
Klasifikasi Yerkes yang menyatakan luminositas dan radius sebuah bintang, melengkapi
klasifikasi Harvard yang menyatakan temperatur permukaan. Kelas sebuah bintang biasanya
dinyatakan dalam dua klasifikasi ini. Dengan demikian kelas sebuah bintang menjadi 'dua
dimensi' yang memberikan gambaran letaknya di dalam diagram HR dan selanjutnya dapat
memberikan gambaran tahap evolusi bintang tersebut. Sebagai contoh, Matahari adalah
bintang dengan kelas G2V, yang berarti merupakan bintang dengan temperatur permukaan
sekitar 6000 Kelvin dan merupakan bintang katai yang sedang melakukan pembangkitan
energi dari pembakaran hidrogen. Sebagai contoh lainnya, Betelgeuse merupakan bintang
dengan kelas M2Iab, yang berarti bintang yang yang sudah ber-evolusi dari bintang katai
menjadi maharaksasa di pojok kanan atas diagram HR.
Bintang hypergiant memiliki radius antara sekitar 1000 hingga 1700 kali radius Matahari. VY
Canis Majoris, bintang maha raksasa (hypergiant) merah, memiliki radius (jari-jari) 1,420
kali radius matahari. Seperti bintang deret utama, hypergiants juga terdiri dari beberapa
spektral: ada hypergiants biru, hypergiants kuning, dan hypergiants merah.
Perbandingan ukuran dari hypergiant biru, hypergiant kuning, super-raksasa merah, dan
hypergiant merah dengan tata surya.
Bintang hypergiant berumur pendek, hanya beberapa juta tahun sebelum mereka ber
hypernova. Akibatnya, mereka relatif jarang dan teori tentang hypergiants dibatasi oleh data
yang langka. Di antara kelas hypergiants yang paling langka adalah hypergiants kuning,
dimana hanya ada sekitar tujuh buah di galaksi kita.
___________________________________________________________________________
___________________________
Bintang Super Raksasa (Supergiant) dapat memiliki massa 10-70 massa matahari dan
kecerahan dari 30.000 hingga ratusan ribu kali luminositas matahari.
Mereka sangat bervariasi dalam jari-jari, biasanya 30-500, atau bahkan lebih dari 1.000 kali
jari-jari matahari.
Karena massa nya yang ekstrim, mereka memiliki rentang hidup singkat hanya 10 sampai 50
juta tahun dan hanya terlihat dalam struktur kosmik muda seperti cluster terbuka, lengan
galaksi spiral, dan galaksi tidak teratur.
Mereka kurang melimpah di tonjolan galaksi spiral, dan tidak teramati di galaksi elips, atau
gugus bola, yang semuanya diyakini terdiri dari bintang-bintang tua.
Saat ini, bintang-bintang terbesar yang diketahui dalam hal ukuran fisiknya, bukan massa
atau luminositas nya, adalah supergiants VV Cephei, V354 Cephei, KW Sagitarii, KY Cygni,
dan Garnet Star.
Ia memiliki massa sekitar 20 kali massa Matahari dan luminositasnya 117000 kali matahari.
Meskipun mereka langka dan hidup mereka singkat, bintang super-raksasa biru ini lebih
terlihat dan mudah ditemukan diantara bintang-bintang yang terlihat dengan mata telanjang,
kecerahan mengalahkan kelangkaan mereka.
Super raksasa biru mewakili fase pembakaran yang melambat dalam kematian sebuah
bintang masif. Karena reaksi nuklir inti menjadi sedikit lebih lambat, bintang berkontraksi,
menyebabkan jumlah energi yang sama datang dari daerah yang jauh lebih kecil (fotosfer)
maka permukaan bintang menjadi jauh lebih panas.
Bintang-bintang ini memiliki temperatur permukaan yang relatif sangat dingin (3500-4500
K), dan jari-jari yang sangat besar.
Jari-jari bintang raksasa merah pada umumnya adalah antara 200 hingga 800 kali matahari,
yang masih cukup untuk menelan jarak bumi-matahari.
Raksasa merah yang paling umum ada adalah bintang cabang raksasa merah yang lapisan
luarnya masih memfusikan hidrogen dengan helium, sementara intinya terdiri dari helium
yang tidak aktif. Bentuk raksasa merah yang lain adalah bintang cabang raksasa asimptotik
yang menghasilkan karbon dari helium melalui proses alfa-tiga.
Raksasa merah yang sering terlihat di langit malam contohnya adalah Aldebaran (Alpha
Tauri), Arcturus (Alpha Bootis), dan Gamma Crucis (Gacrux).