Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang bila
dikenai radiasi akan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang
telah dibahas sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa suatu bahan yang
sensitif terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis
radiasi yang lain. Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum tentu
dapat mendeteksi radiasi neutron.
Ion-ion yang dihasilkan oleh ion primer disebut sebagai ion sekunder.
Bila medan listrik di antara dua elektroda semakin tinggi maka jumlah
ion yang dihasilkan oleh sebuah radiasi akan sangat banyak dan disebut
proses ‘avalanche’.
Terdapat tiga jenis detektor isian gas yang bekerja pada daerah yang
berbeda yaitu detektor kamar ionisasi, detektor proporsional, dan
detektor Geiger Mueller (GM).
Detektor Proporsional
Detektor Sintilasi
Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator
dan photomultiplier. Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat,
cair maupun gas, yang akan menghasilkan percikan cahaya bila dikenai
radiasi pengion. Photomultiplier digunakan untuk mengubah percikan
cahaya yang dihasilkan bahan sintilator menjadi pulsa listrik.
Mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi
menjadi dua tahap yaitu :
proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi
percikan cahaya di dalam bahan sintilator dan
proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam
tabung photomultiplier
Bahan Sintilator
Kristal NaI(Tl)
Kristal ZnS(Ag)
Kristal LiI(Eu)
Sintilator Organik
Tabung Photomultiplier
Detektor Semikonduktor
Pengetahuan tentang inti isotop radioaktif dapat diperoleh dengan menganalisa partikel-
partikel yang dipancarkan oleh inti tersebut. Analisa ini diantaranya digunakan untuk
mengetahui informasi jenis partikel radiasi, arah gerak, kecepatan, momentum, muatan,
massa dan spin. Dengan demikian, untuk mengetahui informasi tentang partikel radiasi
diperlukan suatu eksperimen menggunakan peralatan deteksi radiasi. Namun sayangnya
semua informasi ini tidak dapat diperoleh jika hanya menggunakan satu jenis peralatan
deteksi.
Semua jenis peralatan deteksi partikel radiasi memiliki prinsip yang sangat mirip, yaitu
partikel radiasi memasuki detektor dan terjadilah interaksi antara partikel radiasi dengan
material detektor, sehingga terjadi proses eksitasi atau ionisasi molekul-molekul material
detektor. Apabila material detektor tersebut terbuat dari gas, maka interaksi antara semua
partikel radiasi alpha (α), beta positif (β+), beta negatif (β-), gamma (γ) dan netron dengan
gas akan terjadi proses ionisasi yang menghasilkan ion positif dan elektron. Dengan
demikian, diperlukan teknik untuk memisahkan dua jenis partikel tersebut dalam waktu yang
sangat singkat, karena apabila kedua jenis partikel ini tetap berdekatan maka mereka akan
bergabung kembali sehingga tidak menimbulkan sinyal listrik. Pemilihan material detektor
sangat bergantung pada jenis partikel radiasi yang akan dideteksi serta tujuan yang ingin
diperoleh dari pendeteksian. Partikel alpha (α) memiliki daya tembus kecil, sehingga detektor
untuk partikel radiasi alpha (α) memiliki ukuran sangat tipis. Berdasarkan daya tembus
partikel, maka biasanya detektor partikel beta (β) memiliki ketebalan sekitar 0,1 mm - 1 mm
sedangkan detektor gamma (γ) memiliki ketebalan sekitar 5 cm.
1. Elektroskup
Elektroskup merupakan peralatan yang paling awal untuk mendeteksi ionisasi radiasi dari dua
buah kepingan emas tipis. Bahan radioaktif ditempatkan di dalam wadah electroscope
bermuatan. Radiasi yang dihasilkan oleh bahan radioaktif tersebut menyebabkan gas yang
ada di dalam electroscope tersebut terionisasi.
Muatan-muatan yang terkumpul pada kepingan itu menyebabkan kepingan itu menyatu
(converge). Laju konvergensi itu secara langsung sebanding dengan jumlah ionisasi dan juga
sebanding dengan jumlah radiasi.
2. Kamar Ionisasi
Kamar ionisasi tersusun atas sejumlah volume gas kecil pada tekanan atmosfer dalam kamar,
I dan di dalamnya terdapat dua elektroda, E dan E’, dipertahankan pada beta potensial tinggi
menggunakan sumber tegangan, V.
Berkas radiasi masuk ke dalam chamber sehingga menyebabkan ionisasi. Ion yang dihasilkan
pada ionisasi itu dikumpulkan pada elektroda + dan - . Tegangan dijaga tetap tinggi, sehingga
tidak ada rekombinasi partikel.
1. Pencacah Proporsional
Pencacah Proporsional merupakan bentuk modifikasi dari kamar ionisasi, perbedaannya
terdapat pada dua aspek.
i. Pada pencacah proporsional salah satu elektroda berupa silinder berlubang (hollow
cylinder), dan satu elektroda lagi berupa kawat di dalam silinder sepanjang sumbu silinder
itu.
ii. Tegangan yang terpasang pada pencacah proporsional lebih besar daripada kamar ionisasi.
Ukuran pulsa akan meningkat sejalan dengan kenaikkan tegangan sampai dengan batas
tegangan tertentu. Ukuran pulsa berbanding langsung dengan jumlah ionisasi primer partikel.
2. Detektor NaI(Tl)
Detektor NaI(Tl) merupakan detektor jenis sintilasi. Bahan sintilator berupa kristal tunggal
Natrium Iodida yang didopping dengan sedikit Tallium. Sinar gamma yang terdeteksi
berinteraksi dengan atom-atom bahan sintilator berupa interaksi efek fotolistrik, hamburan
Compton dan efek pembentukan pasangan. Elektron bebas hasil interaksi selanjutnya akan
mengalami proses ionisasi dan penetralan (excitasi).
1. Detektor Isian Gas
Interaksi semua partikel radiasi dengan gas adalah proses ionisasi dan menimbulkan ion
positif dan elektron. Untuk memisahkan kedua jenis partikel yang berlainan tersebut
digunakan medan listrik yang ditimbulkan oleh dua buah elektroda yaitu anoda yang
bermuatan listrik positif dan katoda yang bermuatan listrik negatif. Prinsip ionisasi gas oleh
partikel radiasi dapat digunakan untuk mengembangkan detektor radiasi. Detektor dengan
prinsip ionisasi gas ini disebut detektor isian gas (gas-filled detector) Bentuk fisik dari
detektor isian gas terdiri dari tabung gas yang berisi gas yang akan terionisasi oleh kehadiran
pertikel radiasi. Gas yang biasa digunakan adalah gas mulia dengan campuran gas poliatomik
sebagai ‘quench gas’, tetapi ada juga yang hanya diisi dengan udara biasa dengan tekanan
sedikit lebih rendah dari pada tekanan udara diluar. Tutup silinder yang terletak di bagian
depan detektor terbuat dari material sejenis polimer tipis sedemikian sehingga partikel alpha
(α) dapat menembusnya. Selongsong silinder berfungsi sebagai katoda dan kawat yang
terletak di sumbu silinder dan terisolasi dengan dinding silinder sebagai anoda. Beda
tegangan (V) dipasangkan antara dinding silinder dengan anoda melalui hambatan (R).
Siklus pembentukan sinyal listrik berakhir ketika ion sampai di katoda. Namun demikian, ionion ini
dapat menumbuk katoda sehingga dapat menumbuk katoda sehingga dapat dihasilkan elektron dari
katoda sehingga dapat memicu terjadinya proses ionisasi sekunder. Untuk menghindari agar proses ini
tidak terjadi maka gas pengisi pada detektor adalah gas dengan struktur molekul sederhana misalnya
gas argon dan gas dengan struktur molekul kompleks seperti ethanol.