Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN

SANITASI MAKANAN DENGAN KEBERADAAN


TIKUS DI KABUPATEN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
RITTA RUM RIKA
J 410 110 036

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN SANITASI MAKANAN DENGAN


KEBERADAAN TIKUS DI KABUPATEN BOYOLALI
Ritta Rum Rika, Heru Subaris Kasjono dan Anisa Catur Wijayanti

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS


Jl. A. Yani, Tromol Pos I, Pabelan, Surakarta

ABSTRAK

Tikus merupakan hewan rodensia yang mempunyai kebiasaan mengerat. Lokasi sarang tikus
biasanya tersembunyi, lembab, tidak tergenang air. Rumah yang tidak rapat tikus dan tidak terawat
maka pada titik-titik tertentu akan menjadi sarang tikus. Sarang tikus di luar rumah biasanya berupa
lubang dalam tanah, di tempat sampah, dan tempat yang kotor. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji hubungan antara lingkungan rumah dan sanitasi makanan dengan keberadaan tikus di
Kabupaten Boyolali. Penelitian menggunakan desain studi kasus kontrol dengan perbandingan 1:1.
Populasi seluruh warga yang tinggal di Kabupaten Boyolali tahun 2014-2015. Sampel kasus adalah
penderita leptospirosis di Kabupaten Boyolali berjumlah 32 orang sedangkan sampel kontrol adalah
tetangga terdekat (samping/belakang rumah penderita). Pengumpulan data menggunakan lembar
observasi, analisis data menggunakan chi square dan fisher exact. Hasil analisis menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan pada variabel jenis lantai (p=0,0 1; OR=11,182; 95% CI=2,580-48,456)
dan jenis dinding (p=0,002; OR=8,400; 95% CI=2,104-33,531). Tidak ada hubungan pada variabel
kebiasaan mematikan lampu (p= 0,507), kondisi tempat sampah (0,742), kontruksi atap (p=0,507),
keberadaan jalur tikus ke atap (p=0,156), kondisi SPAL (p=0,115), kebiasaan menyimpan alat-alat
makanan (p=1,000), kebiasaan menyimpan makanan dan minuman (p=0,574). Disarankan kepada
petugas kesehatan supaya meningkatkan sanitasi dan rumah sehat di kabupaten Boyolali.

Kata kunci : tikus, lingkungan rumah, sanitasi

ABSTRACT

Rats are animals that have a habit of gnawing rodents. Location rat's nest is usually hidden, moist,
not waterlogged. Houses that are not meeting the rat and is not maintained then at certain points
would be a rat's nest. Rats nest outdoors usually in the form of a hole in the ground, in the trash,
and dirty place. This study aims to examine the relationship between the home environment and
sanitation with the presence of rats in Boyolali. The study used a case-control study design with a
ratio of 1: 1. The entire population of people living in Boyolali district in 2014-2015. Samples are
cases of patients with leptospirosis in Boyolali totaled 32 while the control sample is a nearest
neighbor (side / rear of the house patients). Collecting data using observation sheet, data analysis
using chi square and fisher exact. Results of the analysis concludes that there is a link on variable
kinds of flooring (p =0,001; OR=11,182; 95% CI = 2,580 to 48,456) and the type of wall (p=0,002;
OR=8,400; 95% CI=2,104 to 33,531). No relation to the variable habit of turning off lights
(p=0,507), the condition of bins (0,742), the construction of the roof (p=0,507), the presence of
lines of mice to the roof (p=0,156), the condition SPAL (p=0,115), the habit of saving means of
food (p=1,000), the habit of storing food and beverages (p=0,574). Suggested to health workers in
order to improve sanitation and healthy homes in Boyolali district.

Keywords: mice, home environment, sanitation

Fakultas Ilmu Kesehatan 1


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

PENDAHULUAN muridae ini merupakan family yang


Tikus merupakan hewan rodensia dominan dari ordo rodentia karena
yang mempunyai kebiasaan mengerat, mempunyai daya reproduksi yang tinggi,
sehingga berakibat rusaknya berbagai pemakan segala macam makanan
perabot rumah tangga. Lokasi sarang tikus (omnivorous) (Rusmini, 2011). Tikus
biasanya tersembunyi, lembab, tidak hidup berkelompok dan menempati di
tergenang air. Rumah yang tidak rapat suatu kawasan yang cukup memberi
tikus (rodent proof) dan tidak terawat perlindungan serta sumber makanan. Di
maka pada titik-titik tertentu akan menjadi dalam setiap kelompok terdapat seekor
sarang tikus. Sarang tikus di luar rumah tikus jantan yang paling kuat dan berkuasa
biasanya berupa lubang dalam tanah, di (Rusmini, 2011).
tempat sampah, dan tempat yang kotor B. Faktor yang Berhubungan dengan
(Rusmini, 2011). Keberadaan Tikus
Di Indonesia ditemukan enam jenis 1. Karakteristik Lingkungan Rumah
penyakit zoonosis yang ditularkan oleh a. Kebiasaan Mematikan Lampu
tikus. Penyakit tersebut adalah pes, Tikus lebih menyukai untuk
schistosomiasis, demam semak, beraktivitas di malam daripada siang
leptospirosis, meningitis eosinofilik, dan hari, sehingga tikus disebut sebagai
echinostomiasis. Di Kabupaten Boyolali, binatang nokturnal (Rusmini, 2011).
keberadaan tikus selalu menjadi perhatian Sehingga pada malam hari sebaiknya
khusus dikarenakan Kabupaten Boyolali lampu tidak dimatikan dan lampu tidak
merupakan salah satu daerah fokus pes remang-remang.
selain Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa b. Kondisi Tempat Sampah
Timur dan Kabupaten Sleman Provinsi Syarat tempat sampah yaitu terbuat
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari bahan yang kedap air, tempat
(Dinkes Boyalali, 2015). Selain penyakit sampah dalam keadaan tertutup rapat
pes yaitu kasus leptospirosis. Menurut (Adnyana, 1986).
Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2015 c. Penanganan Sampah
Kabupaten Boyolali mencapai lima besar Menurut Adnyana (1986)
kasus leptospirosis terbanyak di Jawa pengumpulan sampah sebaiknya tidak
Tengah tahun 2014. lebih dari 3 hari sekali lebih sering
Hasil penelitian Mayasari (2013) maka lebih baik. Menurut Hadiwiyoto
diketahui bahwa tidak terdapat hubungan (1983) memisahkan jenis-jenis
sanitasi rumah warga dengan jumlah tikus sampah, yaitu berupa daun-daunan,
(p=0,581) dan kepadatan pinjal (p=0,565), kertas atau yang tergolong dalam
tidak terdapat hubungan antara atap sampah organik
(p=0,625), ventilasi (p=1,000), MCK disendirikan/dipisahkan dari sampah
(p=0,641), SPAL (p=0,449), pencahayaan yang berupa gelas, keramik, logam,
(p=0,018) dan sampah (p=1,000) dengan plastik (sampah anorganik).
dinding (p=0,681), lantai (p=0,699), Menurut Kasjono (2011) pembuangan
jendela (p=0,199) dan lubang asap dapur sampah harus dibedakan jenis
(p=0,734) dengan jumlah tikus. sampahnya: sampah kering sebaiknya
Hasil penelitian Fadzilah (2014) dibakar sedangkan sampah basah
menunjukkan bahwa ada hubungan (daun-daunan, sayuran, sisa daging dll)
perilaku masyarakat dalam membersihkan dipendam dalam tanah; sampah jangan
lingkungan rumah (p-value=0,000), dibuang di tempat terbuka lebih dari 24
membersihkan dapur (p=0,001), jam karena akan didatangi tikus dan
merapikan barang (p-value=0,030), dan jangan berserakan sehingga perlu
tidak ada hubungan membersihkan saluran membuat tempat sampah. Selain itu
pembuangan air limbah (p-value=0,100), tempat sampah harus tidak
serta membuang sampah (p-value= 0,262) menimbulkan genangan air.
dengan keberadaan tikus. d. Jenis Lantai
Apabila lantai rumah yang hanya
LANDASAN TEORI terdiri dari tanah maka dengan mudah
A. Tikus tikus dapat masuk ke dalam rumah
Tikus adalah binatang yang termasuk (Rusmini, 2011). Salah satu komponen
dalam ordo rodentia, sub ordo rumah sehat yaitu lantai yang kedap air
Myormorpha, family muridae. Family dan tidak lembab (Kasjono, 2011).
Fakultas Ilmu Kesehatan 2
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

e. Jenis Dinding
Suyono dan Budiman (2010) bahwa METODE PENELITIAN
tikus merupakan hewan pengerat Penelitian kuantitatif dengan desain
sehingga dinding yang terbuat dari studi kasus kontrol dengan perbandingan 1
kayu/anyaman bambu dapat dengan : 1, menggunakan pendekatan retrospektif
mudah tikus masuk ke dalam rumah A. Waktu dan Lokasi Penelitian
dibanding dinding tembok. Penelitian dilakukan pada bulan
f. Kontruksi Atap Oktober 2015 di Kabupaten Boyolali.
Menurut Suyono dan Budiman (2010)
bahwa kontruksi kuda-kuda sebaiknya B. Populasi dan Sampel Penelitian
dibuat sedemikian rupa dan rapat Populasi dalam penelitian ini adalah
sehingga tidak memberi kesempatan seluruh warga yang tinggal di Kabupaten
tikus bersembunyi, bertengger dan Boyolali tahun 2014-2015
bersarang. Sedangkan pada rumah Sampel pada penelitian ini terdiri dari
yang sudah dipasang langit-langit sampel kasus yaitu penderita leptospirosis
sebaiknya tidak ada celah/lubang di Kabupaten Boyolali. Sedangkan sampel
antara atap dengan langit-langit untuk kontrol adalah tetangga terdekat. Besar
mencegah masuknya tikus ke dalam sampel pada penelitian ini adalah 64 yaitu
rumah. 32 kasus dan 32 kontrol.
g. Keberadaan jalur tikus ke atap
Menurut Kasjono (2011) jangan C. Teknik Pengambilan Sampel
menyandarkan tangga bambu dan lain- 1. Sampel Kasus
lain ke atap rumah karena dengan Teknik pengambilan sampel pada
perantara tersebut tikus bisa naik ke penelitian ini dengan menggunakan
atap. teknik total sampling.
h. Kondisi SPAL 2. Sampel Kontrol
Menurut Depkes RI (1990), syarat Sampel kontrol diambil dari tetangga
SPAL yaitu tidak mengotori sumber samping rumah/belakang rumah
air/sumur, tidak menimbulkan kelompok kasus (bersebelahan dengan
comberan dan tidak terjamah vektor rumah kasus).
penyakit.
2. Sanitasi Makanan D. Analisis Data
a. Kebiasaan menyimpan alat-alat Analisis univariat digunakan
makanan menjelaskan atau mendeskripsikan setiap
Menurut Suyono dan Budiman (2010) variabel penelitian dengan tabel distribusi
bahwa penularan penyakit dapat terjadi frekuensi. Analisis bivariat digunakan
karena alat makan/minum kurang untuk mengetahui hubungan antara
bersih. Cara pencucian alat makan dan masing-masing variabel bebas dengan
minum sangat berperan penting dalam variabel terikat dan untuk mengetahui hasil
mencegah timbulnya penyakit. Setelah OR dengan uji statistik Chi-Square/Fisher
dicuci dan dikeringkan maka disimpan exact. Analisis data dilakukan dengan
pada rak penyimpanan yang tertutup perangkat lunak komputer dengan tingkat
rapat supaya bebas dari debu, serangga signifikan α=0,05 (taraf kepercayaan
maupun binatang pengganggu. 95%).
b. Kebiasaan menyimpan makanan
dan minuman HASIL
Tempat masak dan penyimpanan A. Karakteristik Responden
makanan harus bersih dan bebas dari 1. Jenis Kelamin Responden
pencemaran dan ganguan serangga Distribusi karakteristik responden
maupun tikus (Suyono dan Budiman, yang ada tikus jumlah jenis kelamin
2010). laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan yaitu sebanyak 32 orang
C. Konsep Segitiga Epidemiologi (61,5%). Sedangkan yang tidak ada
Pada model segitiga epidemiologi tikus jumlah laki-laki dan perempuan
proses timbulny penyakit dipengaruhi oleh yaitu masing-masing 6 orang (50%).
3 faktor, yaitu adanya pejamu (host), agent
(bibit penyakit) dan lingkungan
(environment).
Fakultas Ilmu Kesehatan 3
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden 5. Pendidikan tertinggi anggota


Berdasarkan Jenis Kelamin rumah tangga
Jenis Ada tikus Tidak ada
tikus
Distribusi karakteristik responden
Kelamin
Responden
Frekuens i

n % n
Persentase

%
Frekuens i Persentase

berdasarkan pendidikan tertinggi di


Laki-Laki 32 61,5 6 50 rumah tangga diketahui bahwa
Perempuan 20 38,5 6 50 kelompok ada tikus merupakan
Jumlah 52 100 12 100 tamatan SMA yaitu sebanyak 24
2. Umur Responden orang (46,2%). Sedangkan pada
Berdasarkan Tabel 2 dapat kelompok tidak ada tikus terbanyak
diketahui bahwa usia terbanyak pada yaitu pendidikan SMA yaitu 8 orang
umur 26-65 tahun. Pada kelompok ada (66,7%).
tikus sebanyak 41 orang (78,8%). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden
Sedangkan pada kelompok tidak ada Berdasarkan Pendidikan Tertinggi
Anggota Rumah Tangga
tikus sebanyak 12 orang (100%). Ada Tidak ada
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Pendidikan
Menurut Kelompok Umur tikus tikus
Tertinggi Anggota
Tidak ada Rumah Tangga n % n %
Ada tikus tikus
Umur 22 42,3 2 16,7
SMP
(n) (%) (n) (%) SMA 24 46,2 8 66,7
12-25 3 5,80 - - Perguruan Tinggi 6 11,5 2 16,7
26-65 41 78.80 12 100
≥66 8 15,4 - - Jumlah 52 100 12 100
Jumlah 52 100 12 100 B. Analisis Univariat
3. Pekerjaan Responden 1. Kebiasaan Mematikan Lampu
Berdasarkan Tabel 3 dapat Responden yang mematikan
diketahui karakteristik responden lampu lebih banyak. Responden pada
dilihat dari pekerjaan, sebagian besar kelompok ada tikus sebanyak 36
responden yang ada tikus adalah orang (69,2%) dan pada kelompok
petani yaitu 23 orang (44,2%). tidak ada tikus sebanyak 7 orang
Sedangkan kelompok tidak ada tikus (58.3%).
adalah swasta yaitu 4 orang (33,3%). Tabel 7. Distribusi Frekuensi Lingkungan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Rumah Berdasarkan Kebiasaan
Berdasarkan Pekerjaan Mematikan Lampu
Tidak ada Ada Tidak ada
Kebiasaan tikus tikus
Pekerjaan Ada tikus tikus Mematikan
Responden Lampu n % n %
Petani 23 44,2 3 25 Mematikan lampu 36 69,2 7 58,3
PNS 3 5,8 2 16,7 Menyalakan 16 30,8 5 41,7
IRT 4 7,7 1 8,3 Lampu
Swasta 13 25 4 33,3 Jumlah 52 100 12 100
Lain-lain 9 17,3 2 16,7 2. Kondisi Tempat Sampah
Jumlah 52 100 12 100 Berdasarkan Tabel 8 dapat
4. Pendidikan diketahui bahwa kondisi tempat
Berdasarkan Tabel 4 karakteristik sampah pada kelompok ada tikus lebih
responden dilihat dari pendidikan banyak yang tidak memenuhi syarat
diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebesar 34 orang (65,4%).
kelompok ada tikus adalah tidak Sedangkan pada kelompok tidak ada
sekolah yaitu sebanyak 10 orang tikus kondisi tempat sampah di
(19,2%). Sedangkan pada kelompok lingkungan rumah sebagian besar
tidak ada tikus terbanyak yaitu SMA memenuhi syarat yaitu sebesar 7
yaitu 10 orang (16,7%). orang (58,3%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Tabel 8. Distribusi Frekuensi Lingkungan
Berdasarkan Pendidikan Rumah Berdasarkan pada Kondisi
Ada tikus Tidak ada tikus tempat sampah
Pendidikan
n % n % Tidak
Tidak Sekolah 10 19,2 - - Ada ada
Kondisi Tempat tikus
SD 14 26,9 3 25 Sampah tikus
SMP 19 36,5 3 25 n % n %
SMA 8 15,4 4 33 Tidak memenuhi syarat 34 65,4 7 58,3
Perguruan Memenuhi syarat 18 34,6 5 41,7
Tinggi 1 1,9 2 16,7 Jumlah 52 100 12 100
Jumlah 52 100 12 100
Fakultas Ilmu Kesehatan 4
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

3. Penanganan Sampah sampah sebagian besar memenuhi


Berdasarkan Tabel 9 diketahui syarat. Pada kelompok ada tikus
bahwa semua responden tidak sebanyak 46 orang (88,5%) dan
memenuhi syarat baik pada kelompok tidak ada tikus yaitu sebanyak 12
ada tikus maupun kelompok tidak ada orang (100%).
tikus yaitu 52 orang (100%). Tabel 12. Distribusi Frekuensi Lingkungan
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah Berdasarkan Pembakaran
Rumah Berdasarkan Penanganan Sampah
Sampah Ada Tidak ada
Pembakaran tikus tikus
Tidak Sampah
Ada tikus ada n % n %
Penanganan tikus Tidak memenuhi
Sampah syarat 6 11,5 - -
n % n % Memenuhi syarat 46 88,5 12 100
Tidak memenuhi Jumlah 52 100 12 100
syarat 52 100 12 100
d. Penimbunan Sampah
Memenuhi syarat - - - - Berdasarkan Tabel 13 dapat
Jumlah 52 100 12 100 diketahui bahwa penimbunan
a. Pengumpulan Sampah sampah sebagian besar tidak
Berdasarkan Tabel 10 dapat memenuhi syarat. Pada kelompok
diketahui bahwa pengumpulan ada tikus yaitu sebesar 45 orang
sampah pada kelompok ada tikus (84,5%). Sedangkan pada
lebih banyak yang tidak memenuhi kelompok tidak ada tikus yaitu
syarat yaitu sebesar 36 orang sebesar 11 orang (91,7%).
(69,2%). Sedangkan pada Tabel 13. Distribusi Frekuensi Lingkungan
kelompok tidak ada tikus yang Rumah Berdasarkan Penimbunan
memenuhi syarat dan yang tidak Sampah
memenuhi syarat jumlahnya sama Ada Tidak
Penimbunan tikus ada tikus
yaitu 6 orang (50%). Sampah
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Lingkungan n % n %
Rumah Berdasarkan Pengumpulan Tidak memenuhi 45 84,5 11 91,7
Sampah syarat
Ada Tidak Memenuhi syarat 7 13,5 1 8,3
Pengumpulan tikus ada tikus Jumlah 52 100 12 100
Sampah 4. Jenis Lantai
n % n %
Tidak memenuhi syarat 36 69,2 6 50 Berdasarkan Tabel 14 dapat
Memenuhi syarat 16 30,8 6 50 diketahui bahwa responden pada
Jumlah 52 100 12 100 kelompok ada tikus yang tidak
b. Pemisahan Sampah memenuhi syarat sebanyak 41 orang
Berdasarkan Tabel 11 dapat (78,8%). Sedangkan pada kelompok
diketahui bahwa pemisahan tidak ada tikus sebagian besar jenis
sampah pada kelompok ada tikus lantai memenuhi syarat sebanyak 9
semuanya yang tidak memenuhi orang (75%).
syarat yaitu sebesar 52 orang Tabel 14. Distribusi Frekuensi Responden
(100%). Sedangkan pada kelompok Berdasarkan Jenis Lantai
tidak ada tikus pemisahan Ada Tidak ada
sampahnya sebagian besar juga Jenis Lantai tikus tikus
tidak memenuhi syarat yaitu n % n %
Tidak memenuhi 41 78,8 3
sebesar 11 orang (91,7%). syarat (Tanah) 25
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Lingkungan Memenuhi syarat 11 21,2 9 75
Rumah Berdasarkan Pemisahan Jumlah 52 100 12 100
Sampah
Ada Tidak a. Lantai Dapur
Pemisahan tikus ada tikus Berdasarkan Tabel 15 dapat
Sampah
n % n % diketahui bahwa responden
Tidak memenuhi
sebagian besar jenis lantai tidak
syarat 52 100 11 91,7 memenuhi syarat. Pada kelompok
Memenuhi syarat - - 1 8,3 ada tikus sebanyak 3 7 orang
Jumlah 52 100 12 100 (71,2%). Sedangkan pada
c. Pembakaran Sampah kelompok tidak ada tikus sebanyak
Berdasarkan Tabel 12 dapat 9 orang (75%).
diketahui bahwa pembakaran
Fakultas Ilmu Kesehatan 5
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Tabel 18. Distribusi Frekuensi Responden


Responden Berdasarkan Jenis Berdasarkan Jenis Dinding
Lantai Dapur Tidak ada
Ada Tidak Jenis Dinding Ada tikus tikus
Jenis Lantai tikus ada tikus
Dapur n % n %
n % n % Tidak memenuhi syarat 42 80,8 4 33,3
Tidak memenuhi 37 71,2 3 25 Memenuhi syarat 10 19,2 8 66,7
syarat (tanah)
Memenuhi syarat 15 28,8 9 75 Jumlah 52 100 12 100
Jumlah 52 100 12 100 a. Dinding Dapur
b. Lantai Gudang Berdasarkan Tabel 19
Berdasarkan Tabel 16 dapat distribusi karakteristik lingkungan
diketahui bahwa responden yang rumah berdasarkan jenis dinding
ada tikus sebagian besar jenis lantai dapur dapat diketahui bahwa
tidak memenuhi syarat. Pada responden pada kelompok ada
kelompok ada tikus sebanyak 38 tikus sebagian besar tidak
orang (73,1%). Dan pada memenuhi syarat yaitu 32 orang
kelompok tidak ada tikus yang (61,5%). Sedangkan pada
memenuhi syarat sebanyak 9 orang kelompok tidak ada tikus sebagaian
(75%). besar memenuhi syarat sebanyak
Tabel 16. Distribusi Frekuensi 10 orang (83,3%).
Responden Berdasarkan Tabel 19. Distribusi Frekuensi
Jenis Lantai Gudang Responden Berdasarkan
Tidak Jenis Dinding Dapur
Jenis Lantai ada Ada Tidak
Ada tikus tikus Jenis Dinding tikus ada tikus
Gudang Dapur
n % n % n % n %
Tidak memenuhi Tidak memenuhi 32 61,5 2 16,7
syarat (tanah) 38 73,1 3 25 syarat
Memenuhi syarat 14 26,9 9 75 Memenuhi syarat 20 38,5 10 83,3
1 Jumlah 52 100 12 100
Jumlah 52 100 2 100 b. Dinding Gudang
c. Lantai Kamar Mandi Berdasarkan Tabel 20
Berdasarkan Tabel 17 dapat distribusi karakteristik lingkungan
diketahui bahwa responden yang rumah berdasarkan jenis dinding
ada tikus sebagian besar jenis lantai gudang dapat diketahui bahwa
kamar mandi memenuhi syarat. responden pada kelompok ada
Pada kelompok ada tikus sebanyak tikus sebagian besar tidak
42 orang (80,8%). Sedangkan pada memenuhi syarat yaitu 38 orang
kelompok tidak ada tikus sebanyak (73,1%). Sedangkan pada
9 orang (75%). kelompok tidak ada tikus sebagaian
Tabel 17. Distribusi Frekuensi besar memenuhi syarat sebanyak
Responden Berdasarkan 10 orang (83,3%).
Jenis Lantai Kamar Mandi Tabel 20. Distribusi Frekuensi
Ada Tidak ada Responden Berdasarkan
Jenis Lantai tikus tikus
Kamar Mandi Jenis Dinding Gudang
n % n % Ada Tidak
Tidak memenuhi 10 19,2 Jenis Dinding tikus ada tikus
syarat (tanah) 3 25 Gudang
n % n %
Memenuhi syarat 42 80,8 9 75 Tidak memenuhi 38 73,1 2 16,7
Jumlah 52 100 12 100 syarat
5. Jenis Dinding Memenuhi syarat 14 26,9 10 83,3
Berdasarkan Tabel 18 distribusi Jumlah 52 100 12 100
karakteristik lingkungan rumah c. Dinding Kamar Mandi
berdasarkan jenis dinding dapat Berdasarkan Tabel 21
diketahui bahwa responden pada distribusi karakteristik lingkungan
kelompok ada tikus sebagian besar rumah berdasarkan jenis dinding
tidak memenuhi syarat yaitu 42 orang kamar mandi dapat diketahui
(80,8%). Sedangkan pada kelompok bahwa responden pada kelompok
tidak ada tikus sebagaian besar ada tikus sebagian besar tidak
memenuhi syarat sebanyak 8 orang memenuhi syarat yaitu 34 orang
(66,7%). (65,4%). Sedangkan pada
Fakultas Ilmu Kesehatan 6
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

kelompok tidak ada tikus sebagaian 8. Kondisi SPAL


besar memenuhi syarat sebanyak 8 Distribusi karakteristik
orang (66,7%). lingkungan rumah berdasarkan kondisi
Tabel 21. Distribusi Frekuensi SPAL dapat diketahui bahwa sebagian
Responden Berdasarkan besar tidak memenuhi syarat. Pada
Jenis Dinding Kamar Mandi
Ada Tidak ada
kelompok ada tikus yang tidak
Jenis Dinding tikus tikus memenuhi syarat sebanyak 48 orang
Kamar Mandi (92,39%). Sedangkan pada kelompok
n % n %
Tidak memenuhi 34 65,4 4 33,3
tidak ada tikus yang tidak memenuhi
syarat syarat sebanyak 9 orang (75%).
Memenuhi syarat 18 34,6 8 66,7 Tabel 24. Distribusi Frekuensi Responden
Jumlah 52 100 12 100 Berdasarkan Kondisi SPAL
6. Kontruksi Atap Ada Tidak ada
Distribusi karakteristik Kondisi SPAL tikus tikus
lingkungan rumah berdasarkan n % n %
kontruksi atap dapur dapat diketahui Tidak memenuhi 48 92,3 9 75
bahwa kontruksi atap pada responden syarat
lebih banyak yang tidak memenuhi Memenuhi syarat 4 7,7 3 25
Jumlah 52 100 12 100
syarat. Pada kelompok ada tikus yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 36 9. Kebiasaan Menyimpan Alat-alat
orang (69,2%) dan pada kelompok Makanan
tidak ada tikus sebeanyak 7 orang Berdasarkan Tabel 25 dapat
(58,3%). diketahui bahwa kebiasaan menyimpan
Tabel 22. Distribusi Frekuensi Responden alat-alat makanan pada responden
Berdasarkan Kontruksi Atap lebih banyak yang tidak memenuhi
Ada Tidak ada syarat. Pada kelompok ada tikus
Kontruksi Atap tikus tikus sebanyak 48 orang (92,3%) sedangkan
n % n % pada kelompok tidak ada tikus 11
Tidak memenuhi orang (91,7%).
syarat 36 69,2 7 58,3 Tabel 25. Distribusi Frekuensi Responden
Memenuhi syarat Berdasarkan Kebiasaan
Menyimpan Alat-alat Makanan
Tidak
Kebiasaan Ada ada
Menyimpan Alat- tikus tikus
Alat Makanan
n % n %
16 30,8 5 41,7 Tidak tertutup rapat 48 92,3 11 91,7
Tertutup rapat 4 7,7 1 8,3
Jumlah 52 100 12 100
Gambar 9. Kontruksi
kuda-kuda 10. Kebiasaan Menyimpan Makanan
Sumber: Suyono dan dan Minuman
Budiman (2010) Berdasarkan Tabel 26 dapat
Jumlah 52 100 12 100
diketahui bahwa kebiasaan menyimpan
7. Keberadaan Jalur Tikus ke Atap makanan dan minuman pada
Distribusi karakteristik responden lebih banyak yang tidak
lingkungan rumah berdasarkan memenuhi syarat. Pada kelompok ada
keberadaan jalur tikus ke atap dapat tikus sebanyak 47 orang (90,4%)
diketahui bahwa sebagian besar tidak sedangkan pada kelompok tidak ada
ada jalur tikus ke atap. Responden tikus 12 orang (100%).
pada kelompok ada tikus sebanyak 41 Tabel 26. Distribusi Frekuensi Responden
orang (78,8%) dan kelompok tidak ada Berdasarkan Kebiasaan
tikus sebanyak 7 orang (58,3%). Menyimpan Makanan dan
Tabel 23. Distribusi Frekuensi Responden Minuman
Berdasarkan Keberadaan Jalur Kebiasaan Ada Tidak
Tikus ke Atap Menyimpan tikus ada tikus
Ada Tidak ada Makanan dan
Keberadaan Jalur tikus tikus Minuman n % n %
Tikus ke Atap Tidak tertutup rapat 47 90,4 12 100
n % n % Tertutup rapat 5 9,6 - -
Ada 11 21,2 5 41,7 Jumlah 52 100 12 100
Tidak ada 41 78,8 7 58,3
Jumlah 52 100 12 100
Fakultas Ilmu Kesehatan 7
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

C. Analisis Bivariat tidak ada hubungan antara


1. Analisis hubungan antara kebiasaan penimbunan sampah dengan
mematikan lampu dengan keberadaan tikus di Kabupaten
keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali.
Boyolali. 4. Analisis hubungan antara jenis
Berdasarkan hasil uji Fisher exact lantai dengan keberadaan tikus di
tingkat kepercayaan 95% diperoleh Kabupaten Boyolali
nilai p-value sebesar 0,507 (p-value > Berdasarkan hasil uji Fisher exact
0,05) dapat diketahui bahwa tidak ada tingkat kepercayaan 95% diperoleh
hubungan antara kebiasaan mematikan nilai p-value sebesar 0,001 (p-value ≤
lampu terhadap keberadaan tikus di 0,05) dapat diketahui bahwa ada
Kabupaten Boyolali. hubungan antara lantai dengan
2. Analisis hubungan antara kondisi keberadaan tikus di Kabupaten
tempat sampah dengan Keberadaan Boyolali. Nilai Odd Ratio yang
Tikus di Kabupaten Boyolali diperoleh yaitu sebesar 11,182 (95%
Berdasarkan hasil uji Fisher exact CI=2,580-48,456) sehingga dapat
tingkat kepercayaan 95% diperoleh diartikan bahwa lantai merupakan
nilai p-value sebesar 0,742 (p-value > faktor risiko terdapat tikus. Lantai
0,05) dapat diketahui bahwa tidak ada tanah berisiko terdapat tikus sebesar
hubungan antara kondisi tempat 11,182 kali dibanding lantai kedap air.
sampah dengan keberadaan tikus di a. Lantai Dapur
Kabupaten Boyolali. Berdasarkan hasil uji Fisher exact
3. Analisis hubungan antara tingkat kepercayaan 95% diperoleh
penanganan sampah dengan nilai p-value sebesar 0,006 (p-value
keberadaan tikus di Kabupaten ≤ 0,05) dapat diketahui bahwa ada
Boyolali hubungan antara lantai dapur dengan
a. Pengumpulan Sampah keberadaan tikus di Kabupaten
Berdasarkan hasil uji Fisher exact Boyolali. Nilai Odd Ratio yang
tingkat kepercayaan 95% diperoleh diperoleh yaitu sebesar 7,40 (95%
nilai p-value sebesar 0,312 (p-value CI=1,757-31,164) sehingga dapat
> 0,05) dapat diketahui bahwa diartikan bahwa lantai dapur yang
tidak ada hubungan antara tidak memenuhi syarat merupakan
pengumpulan sampah dengan faktor risiko terdapat tikus sebesar
keberadaan tikus di Kabupaten 7,40 kali daripada lantai gudang
Boyolali. yang memenuhi syarat
b. Pemisahan Sampah b. Lantai Gudang
Berdasarkan hasil uji Fisher exact Berdasarkan hasil uji Fisher exact
tingkat kepercayaan 95% diperoleh tingkat kepercayaan 95% diperoleh
nilai p-value sebesar 0,188 (p-value nilai p-value sebesar 0,005 (p-value
> 0,05) dapat diketahui bahwa ≤ 0,05) dapat diketahui bahwa ada
tidak ada hubungan antara hubungan antara lantai gudang
pemisahan sampah dengan dengan keberadaan tikus di
keberadaan tikus di Kabupaten Kabupaten Boyolali. Nilai Odd Ratio
Boyolali. yang diperoleh yaitu sebesar 8,143
c. Pembakaran Sampah (95% CI=1,923-34,478) sehingga
Berdasarkan hasil uji Fisher exact dapat diartikan bahwa lantai gudang
tingkat kepercayaan 95% diperoleh yang tidak memenuhi syarat
nilai p-value sebesar 1,000 (p-value merupakan faktor risiko terdapat
> 0,05) dapat diketahui bahwa tikus sebesar 8,143 kali daripada
tidak ada hubungan antara lantai gudang yang memenuhi syarat.
pembakaran sampah dengan c. Lantai Kamar Mandi
keberadaan tikus di Kabupaten Berdasarkan hasil uji Fisher exact
Boyolali. tingkat kepercayaan 95% diperoleh
d. Penimbunan Sampah nilai p-value sebesar 0,697 (p-value
Berdasarkan hasil uji Fisher exact > 0,05) dapat diketahui bahwa tidak
tingkat kepercayaan 95% diperoleh ada hubungan antara lantai kamar
nilai p-value sebesar 1,000 (p-value mandi dengan keberadaan tikus di
> 0,05) dapat diketahui bahwa Kabupaten Boyolali.
Fakultas Ilmu Kesehatan 8
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

5. Analisis hubungan antara jenis hubungan antara kontruksi atap dengan


dinding dengan keberadaan tikus di keberadaan tikus di Kabupaten
Kabupaten Boyolali. Boyolali.
Berdasarkan hasil uji Fisher exact 7. Analisis hubungan antara
tingkat kepercayaan 95% diperoleh keberadaan jalur tikus ke atap
nilai p-value sebesar 0,002 (p-value≤ dengan keberadaan tikus di
0,05) dapat diketahui bahwa ada Kabupaten Boyolali
hubungan antara dinding dengan Berdasarkan hasil uji Fisher exact
keberadaan tikus di Kabupaten tingkat kepercayaan 95% diperoleh
Boyolali. Nilai Odd Ratio yang nilai p-value sebesar 0,156 (p-value >
diperoleh yaitu sebesar 8,400 (95% 0,05) dapat diketahui bahwa tidak ada
CI=2,104-33,531) sehingga dapat hubungan antara keberadaan jalur tikus
diartikan bahwa dinding yang tidak ke atap dengan keberadaan tikus di
memenuhi syarat merupakan faktor Kabupaten Boyolali.
risiko sebesar 8,400 kali terdapat tikus. 8. Analisis hubungan antara kondisi
a. Dinding Dapur SPAL dengan keberadaan tikus di
Berdasarkan hasil uji chi square Kabupaten Boyolali
tingkat kepercayaan 95% diperoleh Berdasarkan hasil uji Fisher exact
nilai p-value sebesar 0,005 (p-value≤ tingkat kepercayaan 95% diperoleh
0,05) dapat diketahui bahwa ada nilai p-value sebesar 0,115 (p-value >
hubungan antara dinding dengan 0,05) dapat diketahui bahwa tidak ada
keberadaan tikus di Kabupaten hubungan antara kondisi SPAL dengan
Boyolali. Nilai Odd Ratio yang keberadaan tikus di Kabupaten
diperoleh yaitu sebesar 8,000 (95% Boyolali.
CI=2,104-40,332) sehingga dapat 9. Analisis hubungan antara kebiasaan
diartikan bahwa dinding dapur yang menyimpan alat-alat makanan
tidak memenuhi syarat merupakan dengan keberadaan tikus di
faktor risiko sebesar 8 kali terdapat Kabupaten Boyolali
tikus daripada dinding dapur yang Berdasarkan hasil uji Fisher exact
memenuhi syarat. tingkat kepercayaan 95% diperoleh
b. Dinding Gudang nilai p-value sebesar 1,000 (p-value >
Berdasarkan hasil uji Fisher exact 0,05) dapat diketahui bahwa tidak ada
tingkat kepercayaan 95% diperoleh hubungan antara kebiasaan menyimpan
nilai p-value sebesar 0,000 (p-value alat-alat makanan dengan keberadaan
≤ 0,05) dapat diketahui bahwa ada tikus di Kabupaten Boyolali.
hubungan antara dinding dengan 10. Analisis hubungan antara kebiasaan
keberadaan tikus di Kabupaten menyimpan makanan dan minuman
Boyolali. Nilai Odd Ratio yang dengan keberadaan tikus di
diperoleh yaitu sebesar 13,571 (95% Kabupaten Boyolali
CI=2,640-59,766) sehingga dapat Berdasarkan hasil uji Fisher exact
diartikan bahwa dinding gudang tingkat kepercayaan 95% diperoleh
merupakan faktor risiko sebesar nilai p-value sebesar 0,574 (p-value >
13,571 kali terdapat tikus. 0,05) dapat diketahui bahwa tidak ada
c. Dinding Kamar Mandi hubungan antara kebiasaan menyimpan
Berdasarkan hasil uji Fisher exact makanan dan minuman dengan
tingkat kepercayaan 95% diperoleh keberadaan tikus di Kabupaten
nilai p-value sebesar 0,055 (p-value Boyolali.
> 0,05) dapat diketahui bahwa tidak
ada hubungan antara dinding kamar
mandi dengan keberadaan tikus di
Kabupaten Boyolali.
6. Analisis hubungan antara kontruksi
atap dengan Keberadaan Tikus di
Kabupaten Boyolali
Berdasarkan hasil uji Fisher exact
tingkat kepercayaan 95% diperoleh
nilai p-value sebesar 0,507 (p-value >
0,05) dapat diketahui bahwa tidak ada
Fakultas Ilmu Kesehatan 9
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

Tabel 12. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Variabel Bebas dengan


Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali

Variabel P OR 95%CI
Value

1. Kebiasaan Mematikan Lampu 0,507 - -


2. Kondisi Tempat Sampah 0,742 - -
3. Penanganan sampah - - -
a. Pengumpulan 0,312 - -
b. Pemisahan Sampah 0,188 - -
c. Pembakaran 0,584 - -
Sampah
d. Penimbunan 1,000 - -
Sampah
4. Lantai 0,001 11,182 2,58-48,456
a. Lantai Dapur 0,006 7,40 1,757-31,164
b. Lantai Gudang 0,005 8,143 1,923-34,478
c. Lantai Kamar 0,697
Mandi
5. Dinding 0,002 8,400 2,104-33,531
a. Dinding Dapur 0,005 8,000 1,587-40,332
b. Dinding Gudang 0,000 13,571 2,64-59,766
c. Dinding Kamar 0,055 - -
Mandi
6. Kontruksi atap 0,507 - -
7. Keberadan Jalur Tikus ke Atap 0,156 - -
8. Kondisi SPAL 0,115 - -
9. Kebiasaan Menyimpan Alat-Alat Makanan 1,000 - -
10.Kebiasaan Menyimpan Makanan dan 0,574 - -
Minuman

PEMBAHASAN bahwa sebagian besar kelompok ada


A. Analisis Univariat tikus adalah tidak sekolah (Tidak tamat
1. Jenis Kelamin Responden SD) yaitu sebanyak 10 orang (19,2%).
Distribusi karakteristik responden Sedangkan pada kelompok tidak ada
yang ada tikus jumlah jenis kelamin tikus terbanyak yaitu pendidikan SMA
laki-laki lebih banyak dari pada yaitu 10 orang (16,7%).
perempuan yaitu sebanyak 32 orang 5. Pendidikan tertinggi anggota RT
(61,5%). Sedangkan yang tidak ada Distribusi karakteristik responden
tikus jumlah laki-laki dan perempuan berdasarkan pendidikan tertinggi di
yaitu masing-masing 6 orang (50%). rumah tangga diketahui bahwa
2. Umur Responden kelompok ada tikus merupakan
Distribusi karakteristik umur tamatan SMA (Sekolah Menengah
responden dapat diketahui bahwa usia Atas) yaitu sebanyak 24 orang
terbanyak pada umur 26-65 tahun. (46,2%). Sedangkan pada kelompok
Pada kelompok ada tikus sebanyak 41 tidak ada tikus terbanyak yaitu
orang (78,8%). Sedangkan pada pendidikan SMA yaitu 8 orang
kelompok tidak ada tikus sebanyak 12 (66,7%).
orang (100%). B. Analisis Bivariat
3. Pekerjaan Responden 1. Hubungan antara Kebiasaan
Distribusi karakteristik pekerjaan Mematikan Lampu dengan
responden diketahui bahwa sebagian Keberadaan Tikus
besar responden yang ada tikus adalah Berdasarkan hasil uji statistik
petani yaitu 23 orang (44,2%). Fisher exact menunjukkan bahwa tidak
Sedangkan kelompok tidak ada tikus ada hubungan antara jenis lantai dengan
adalah swasta yaitu 4 orang (33,3%). keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali
4. Pendidikan (nilai p value 0,507 atau > 0,05). Dari
Distribusi karakteristik responden penelitian di lapangan didapatkan hasil
dilihat dari pendidikan diketahui bahwa responden yang mematikan

Fakultas Ilmu Kesehatan 10


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

lampu lebih banyak. Responden pada ada kelompok yang tidak melakukan
kelompok ada tikus sebanyak 36 orang pemisahan dan pembakaran sampah.
(69,2%) dan pada kelompok tidak ada Berdasarkan hasil uji statistik Fisher
tikus sebanyak 7 orang (58.3%). Hal ini exact menunjukkan bahwa tidak ada
sesuai dengan teori Rusmini (2011) hubungan pada semua variabel
bahwa tikus lebih menyukai untuk pengumpulan sampah (p=0,312>0,05),
beraktivitas di malam daripada siang pemisahan sampah (p=0,188>0,05),
hari, sehingga tikus disebut sebagai pembakaran sampah (p=0,584>0,05),
binatang nokturnal. Sehingga pada dan penimbunan sampah (p=1>0,05).
malam hari sebaiknya lampu tidak Dari penelitian di lapangan pada
dimatikan. variabel pengumpulan sampah
Sebagaimana hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pengumpulan
Mayasari (2013) bahwa tidak terdapat sampah pada kelompok Ada tikus lebih
hubungan antara pencahayaan dengan banyak yang tidak memenuhi syarat
jumlah tikus (p=0,018). Penyuluhan yaitu sebesar 36 orang (69,2%).
kesehatan merupakan suatu kegiatan Sedangkan pada kelompok tidak ada
yang dapat mempengaruhi perubahan tikus yang memenuhi syarat dan yang
perilaku responden meliputi perubahan tidak memenuhi syarat jumlahnya sama
pengetahuan dan sikap. Responden yang yaitu 6 orang (50%). Hal ini
mendapatkan informasi mengenai menunjukkan bahwa masih banyak yang
habitat tikus diharapkan melakukan tidak memenuhi syarat.
perubahan dengan menyalakan lampu Dari penelitian di lapangan pada
ketika malam hari untuk mencegah tikus variabel pengumpulan sampah
berkeliaran di dalam rumah. didapatkan hasil bahwa pada kelompok
2. Hubungan antara Kondisi Tempat ada tikus semuanya yang tidak
Sampah dengan Keberadaan Tikus memenuhi syarat yaitu sebesar 52 orang
Berdasarkan hasil uji Fisher exact (100%). Sedangkan pada kelompok
diketahui bahwa tidak ada hubungan tidak ada tikus pemisahan sampahnya
antara kondisi tempat sampah dengan sebagian besar juga tidak memenuhi
keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali syarat yaitu sebesar 11 orang (91,7%).
(p > 0,05). Hasil penelitian di lapangan Hal ini menunjukkan bahwa masih
menunjukkan bahwa kondisi tempat banyak yang tidak memenuhi syarat.
sampah pada kelompok ada tikus lebih Dari penelitian di lapangan pada
banyak yang tidak memenuhi syarat variabel pembakaran sampah didapatkan
yaitu sebesar 34 orang (65,4%). hasil bahwa pembakaran sampah
Sedangkan pada kelompok tidak ada sebagian besar memenuhi syarat. Pada
tikus kondisi tempat sampah di kelompok ada tikus sebanyak 46 orang
lingkungan rumah sebagian besar (88,5%) dan tidak ada tikus jumlahnya
memenuhi syarat yaitu sebesar 7 orang sama yaitu sebanyak 12 orang (200%).
(58,3%). Hal ini sesusai dengan teori Dari penelitian di lapangan pada
Depkes RI (1986) bahwa tempat sampah variabel penimbunan sampah didapatkan
yang tertutup dan kedap air tidak hasil penimbunan sampah sebagian besar
menarik bagi serangga dan tikus. Upaya tidak memenuhi syarat. Pada kelompok
kesehatan yaitu dengan penyuluhan ada tikus yaitu sebesar 45 orang
kepada responden mengenai kondisi (84,5%). Sedangkan pada kelompok
tempat sampah yang bisa menjadi tidak ada tikus yaitu sebesar 11 orang
sumber berbagai masalah kesehatan. (91,7%). Sedangkan pada kelompok
3. Hubungan antara Penanganan tidak ada tikus pemisahan sampahnya
Sampah dengan Keberadaan Tikus sebagian besar juga tidak memenuhi
Berdasarkan hasil univariat syarat yaitu sebesar 11 orang (91,7%).
didapatkan hasil bahwa semua Hal ini menunjukkan bahwa masih
responden tidak memenuhi syarat banyak yang tidak memenuhi syarat.
penanganan sampah. Adapun syarat Teori yang disampaikan oleh Indan
penanganan sampah meliputi : (2000) rumah-rumah yang kotor, banyak
pengumpulan sampah, pemisahan, sisa-sisa makanan berceceran, banyak
pembakaran dan penimbunan. Yang sampah, terutama garbage akan lebih
menyebabkan tidak memenuhi syarat disenangi oleh tikus. Menurut Kasjono
adalah pada penimbunan sampah dimana (2011) pembuangan sampah harus
Fakultas Ilmu Kesehatan 11
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

dibedakan jenis sampahnya: sampah gudang menunjukkan bahwa ada


kering sebaiknya dibakar sedangkan hubungan antara jenis lantai gudang
sampah basah (daun-daunan, sayuran, dengan keberadaan tikus di Kabupaten
sisa daging dll) dipendam dalam tanah; Boyolali (nilai p value 0,005 atau ≤
sampah jangan dibuang di tempat 0,05). Nilai estimasi yang diperoleh
terbuka lebih dari 24 jam karena akan Odd Ratio sebesar 8,143 (95%
didatangi tikus dan jangan berserakan CI=1,923-34-478) sehingga dapat
sehingga perlu membuat tempat sampah. diartikan bahwa jenis lantai dapur yang
Selain itu tempat sampah harus tidak tidak memenuhi syarat merupakan
menimbulkan genangan air. faktor risiko keberadaan tikus sebesar
Upaya pencegahan yaitu dengan 8,143 kali dibanding dengan jenis lantai
melakukan penyuluhan kepada gudang yang memenuhi syarat. Dari
responden mengenai penanganan penelitian di lapangan didapatkan hasil
sampah yang baik dan benar. Sehingga bahwa responden yang ada tikus
diharapkan responden dapat melakukan sebagian besar jenis lantai tidak
perubahan untuk mencegah berbagai memenuhi syarat. Pada kelompok ada
penyakit yang bisa disebabkan oleh tikus sebanyak 38 orang (73,1%). Dan
penanganan sampah yang kurang tepat pada kelompok tidak ada tikus yang
yang disebabkan oleh vektor tikus. memenuhi syarat sebanyak 9 orang
4. Hubungan antara Jenis Lantai (75%).
dengan Keberadaan Tikus Berdasarkan hasil uji statistik
Berdasarkan hasil uji statistik Fisher exact pada variabel lantai kamar
Fisher exact menunjukkan bahwa ada mandi menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis lantai dengan hubungan antara jenis lantai dapur
keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali dengan keberadaan tikus di Kabupaten
(nilai p value 0,001 atau ≤ 0,05). Nilai Boyolali (nilai p value 0,697 atau ≤
estimasi yang diperoleh Odd Ratio 0,05). Dari penelitian di lapangan
sebesar 11,182 (95% CI=2,58 -48,456) didapatkan hasil bahwa responden yang
sehingga dapat diartikan bahwa jenis ada tikus sebagian besar jenis lantai
lantai yang tidak memenuhi syarat kamar mandi memenuhi syarat. Pada
merupakan faktor risiko keberadaan kelompok ada tikus sebanyak 42 orang
tikus. Dari penelitian di lapangan (80,8%). Sedangkan pada kelompok
didapatkan hasil bahwa responden pada tidak ada tikus sebanyak 9 orang (75%).
kelompok ada tikus sebagian besar jenis Hal ini sejalan dengan Rusmini
lantai tidak memenuhi syarat sebanyak (2011) yang menyatakan bahwa apabila
41 orang (78,8%). Sedangkan pada lantai rumah yang hanya terdiri dari
kelompok tidak ada tikus sebagian tanah maka dengan mudah tikus dapat
besar jenis lantai memenuhi syarat masuk ke dalam rumah.
sebanyak 9 orang (75%). Hasil 5. Hubungan antara Jenis Dinding
penelitian dapat menggambarkan bahwa dengan Keberadaan Tikus
jenis lantai yang tidak memenuhi syarat Jenis dinding yang memenuhi syarat
merupakan faktor risiko keberadaan yaitu tidak ada celah dan kedap air.
tikus. Berdasarkan hasil uji statistik Fisher
Berdasarkan hasil uji statistik exact menunjukkan bahwa ada hubungan
Fisher exact pada variabel lantai dapur antara jenis dinding dengan keberadaan
menunjukkan bahwa tidak ada tikus di Kabupaten Boyolali (nilai p
hubungan antara jenis lantai dapur value 0,002 atau ≤ 0,05). Nilai estimasi
dengan keberadaan tikus di Kabupaten yang diperoleh Odd Ratio sebesar 8,400
Boyolali (nilai p value 0,006 atau > (95% CI=2,104-33,531). Jenis dinding
0,05). Dari penelitian di lapangan yang tidak memenuhi syarat mempunyai
didapatkan hasil bahwa responden risiko sebesar 8,400 kali keberadaan
sebagian besar jenis lantai tidak tikus dibanding dengan responden yang
memenuhi syarat. Pada kelompok ada jenis dindingnya memenuhi syarat. Dari
tikus sebanyak 27 orang (84,4%). penelitian di lapangan didapatkan hasil
Sedangkan pada kelompok tidak ada bahwa responden pada kelompok ada
tikus sebanyak 19 orang (59,4%). tikus sebagian besar tidak memenuhi
Berdasarkan hasil uji statistik syarat yaitu 42 orang (80,8%).
Fisher exact pada variabel jenis lantai Sedangkan pada kelompok tidak ada
Fakultas Ilmu Kesehatan 12
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

tikus sebagaian besar memenuhi syarat responden pada kelompok ada tikus
sebanyak 8 orang (66,7%). Hal ini sebagian besar tidak memenuhi syarat
disebabkan karena jenis dinding pada yaitu 34 orang (65,4%. Pada kelompok
responden kasus sebagian besar tidak tidak ada tikus yangmemenuhi syarat
kedap air yaitu anyaman bambu dan sebanyak 8 orang (66,7%).
kayu. Pada penelitian yang telah Hasil analisis penyebab
dilakukan pada jenis dinding dapur, ketidakadanya hubungan antara dinding
gudang dan kamar mandi menunjukkan dengan keberadaan tikus diperkuat oleh
hasil bahwa yang terdapat hubungan teori Ristiyanto dan Hadi (1992) bahwa
pada dinding dapur dan dinding gudang. tikus merupakan hewan pengerat
Berdasarkan hasil uji statistik sehingga dinding yang terbuat dari
Fisher exact menunjukkan bahwa ada kayu/anyaman bambu dapat dengan
hubungan antara jenis dinding dapur mudah tikus masuk ke dalam rumah
dengan keberadaan tikus di Kabupaten dibanding dinding tembok. Upaya
Boyolali (nilai p value 0,005 atau ≤ pencegahannya yaitu dengan
0,05). Nilai estimasi yang diperoleh melakukan penyuluhan kepada
Odd Ratio sebesar 8,000 (95% responden agar menutup celah pada
CI=1,587-40,332) sehingga dapat tembok dan memperbaiki tembok yang
diartikan bahwa jenis dinding dapur belum memenuhi syarat.
yang tidak memenuhi syarat 6. Hubungan antara kontruksi atap
mempunyai risiko sebesar 8,000 kali dengan keberadaan tikus
terdapat tikus dibanding dengan Berdasarkan hasil uji statistik Fisher
responden yang jenis dinding dapurnya exact menunjukkan bahwa tidak ada
memenuhi syarat. Dari penelitian di hubungan antara kontruksi atap dengan
lapangan didapatkan hasil bahwa keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali
responden pada kelompok ada tikus (nilai p value 0,507 atau > 0,05). Dari
sebagian besar tidak memenuhi syarat penelitian di lapangan didapatkan hasil
yaitu 32 orang (61,5%). Sedangkan pada kelompok ada tikus yang tidak
pada kelompok tidak ada tikus yang memenuhi syarat sebanyak 36 orang
memenuhi syarat sebanyak 10 orang (69,2%) dan pada kelompok tidak ada
(83,3%). tikus sebanyak 7 orang (58,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik Sebagaimana hasil penelitian Mayasari
Fisher exact menunjukkan bahwa ada (2013) bahwa tidak terdapat hubungan
hubungan antara jenis dinding gudang antara atap dengan jumlah tikus
dengan keberadaan tikus di Kabupaten (p=0,625). Upaya kesehatan yaitu
Boyolali (nilai p value 0,000 atau ≤ dengan melakukan penyuluhan kepada
0,05). Nilai estimasi yang diperoleh masyarakat.
Odd Ratio sebesar 13,571 (95% 7. Hubungan antara keberadaan jalur
CI=2,640-59,766). Jenis dinding kamar tikus ke atap dengan keberadaan
mandi yang tidak memenuhi syarat tikus
mempunyai risiko sebesar 13,571 kali Berdasarkan hasil uji statistik Fisher
terdapat tikus dibanding dengan exact menunjukkan bahwa tidak ada
responden yang jenis dinding kamar hubungan antara keberadaan jalur tikus
mandinya memenuhi syarat. Dari ke atap dengan keberadaan tikus di
penelitian di lapangan didapatkan hasil Kabupaten Boyolali (nilai p value 0,156
bahwa responden pada kelompok ada atau > 0,05). Dari penelitian di
tikus sebagian besar tidak memenuhi lapangan didapatkan hasil bahwa pada
syarat yaitu 38 orang (73,1%). kelompok ada tikus sebanyak 41 orang
Sedangkan pada kelompok tidak ada (78,8%) dan kelompok tidak ada tikus
tikus sebagaian besar memenuhi syarat sebanyak 7 orang (58,3%). Hal ini
sebanyak 10 orang (83,3%). sesuai dengan teori yang disampaikan
Berdasarkan hasil uji statistik oleh Kasjono (2011) bahwa
Fisher exact menunjukkan bahwa tidak menyandarkan tangga bambu dan lain-
ada hubungan antara jenis dinding lain ke atap rumah dapat menjadi
kamar mandi dengan keberadaan tikus perantara tikus bisa naik ke atap.
di Kabupaten Boyolali (nilai p value Sehingga upaya untuk pencegahannya
0,055 atau > 0,05). Dari penelitian di yaitu menghimbau masyarakat supaya
lapangan didapatkan hasil bahwa
Fakultas Ilmu Kesehatan 13
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

tidak menyandarkan tangga bambu dan menyimpan makanan dengan


lain-lain ke atap. keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali
8. Hubungan antara kondisi SPAL (nilai p value 0,574 atau > 0,05). Dari
dengan keberadaan tikus penelitian di lapangan didapatkan hasil
Berdasarkan hasil uji statistik Fisher bahwa bahwa pkelompok ada tikus
Exact menunjukkan bahwa tidak ada sebanyak 47 orang (90,4%) sedangkan
hubungan antara kondisi SPAL dengan pada kelompok tidak ada tikus 12 orang
keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali (100%). Hasil penelitian dapat
(nilai p value 0,115 atau > 0,05). Dari menggambarkan bahwa kebiasaan
penelitian di lapangan didapatkan hasil menyimpan makanan pada responden
bahwa sebagian besar tidak memenuhi kasus dan kontrol relatif sama yaitu
syarat. Pada kelompok ada tikus yang tidak memenuhi syarat yaitu tidak
tidak memenuhi syarat sebanyak 48 disimpan pada almari, atau ditutup rapat
orang (92,39%). Sedangkan pada sehingga terhindar dari jangkauan
kelompok tidak ada tikus yang tidak vektor tikus. Sebagaimana teori Suyono
memenuhi syarat sebanyak 9 orang dan Budiman (2010) bahwa tempat
(75%). Hal ini sesuai dengan hasil masak dan penyimpanan makanan harus
penelitian Fadzilah (2014) bahwa tidak bersih dan bebas dari pencemaran dan
terdapat hubungan antara saluran ganguan serangga maupun tikus. Upaya
pembuangan limbah dengan keberadaan kesehatan yaitu dengan cara menyimpan
tikus (p=0,001). Upaya pencegahan semua makanan dan bahan makanan
yaitu dengan melakukan penyuluhan dengan rapi di tempat yang kedap tikus,
kepada responden mengenai kondisi seperti lemari kaca yang tertutup rapat.
SPAL yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit. Sehingga responden SIMPULAN DAN SARAN
yang mendapatkan informasi A. Simpulan
diharapkan dapat melakukan perubahan 1. Tidak ada hubungan antara
dengan cara menutup SPAL dan kebiasaan mematikan lampu
meresapkannya. terhadap keberadaan tikus di
9. Hubungan antara kebiasaan Kabupaten Boyolali (p=0,507).
penyimpanan alat makan dan minum 2. Tidak ada hubungan antara kondisi
dengan keberadaan tikus tempat sampah dengan keberadaan
Berdasarkan hasil uji statistik tikus di Kabupaten Boyolali
Fisher exact menunjukkan bahwa tidak (p=0,742).
ada hubungan antara kebiasaan 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa
menyimpan alat makan dan minum tidak ada yang memenuhi syarat
dengan keberadaan tikus di Kabupaten penanganan sampah.
Boyolali (nilai p value 1,000 4. Ada hubungan antara lantai dengan
atau>0,05). Dari penelitian di lapangan keberadaan tikus di Kabupaten
didapatkan hasil bahwa pada kelompok Boyolali (p=0,001; OR=11,182;
ada tikus sebanyak 48 orang (92,3%) 95% CI=2,580-48,456)
sedangkan pada kelompok tidak ada 5. Ada hubungan antara dinding
tikus 11 orang (91,7%). dengan keberadaan tikus di
Penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Boyolali (p=0,002; OR=
sebagian besar responden tidak 8,400; 95% CI=2,104-33,531)
meyimpan alat-alat makanan tidak 6. Tidak ada hubungan antara
tertutup rapat, sehingga upaya untuk kontruksi atap dengan keberadaan
pencegahan penyakit yaitu melakukan tikus di Kabupaten Boyolali
penyimpanan alat makanan pada rak (p=0,507).
penyimpanan yang tertutup rapat supaya 7. Tidak ada hubungan antara
tidak terjamah oleh tikus maupun vektor keberadaan jalur tikus ke atap
lainya. dengan keberadaan tikus di
10. Hubungan antara penyimpanan Kabupaten Boyolali (p=0,156).
makanan dan minuman dengan 8. Tidak ada hubungan antara kondisi
keberadaan tikus SPAL dengan keberadaan tikus di
Berdasarkan hasil uji statistik Kabupaten Boyolali (p=0,115).
Fisher exact menunjukkan bahwa tidak 9. Tidak ada hubungan antara
ada hubungan antara kebiasaan kebiasaan menyimpan alat-alat
Fakultas Ilmu Kesehatan 14
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali

makanan dengan keberadaan tikus


di Kabupaten Boyolali (p=1,000). Fadzilah, Vita. 2014. Hubungan Perilaku
10. Tidak ada hubungan antara Masyarakat tentang Kebersihan
kebiasaan menyimpan makanan dan Lingkungan dengan Keberadaan
minuman dengan keberadaan tikus Tikus di Desa Lencoh Kecamatan
di Kabupaten Boyolali (p=0,574). Selo Kabupaten Boyolali. [Skrpsi].
Surakarta: FIK UMS.
B. SARAN
1. Bagi Dinas Kesehatan Boyolali Hadiwiyoto S. 1983. Penanganan dan
Bagi Dinas Kesehatan supaya Pemanfaatan Sampah. Jakarta:
memberikan penyuluhan mengenai Yayasan Idayu.
syarat-syarat rumah sehat khususnya
pada lantai dan dinding. Sedangkan Indan E. 2000. Ilmu Kesehatan
bagi masyarakat yang tidak mampu, Masyarakat. Bandung : PT Citra
dinas kesehatan bisa bekerja sama Aditya Bakti.
dengan lintas sektoral maupun dari
kelompok swasta seperti Lembaga Kasjono H.S. 2011. Penyehatan
Swadaya Masyarakat dan gotong- Pemukiman. Yogyakarta : Gosyen
royong masyarakat dalam rehab rumah Publishing.
sehat sederhana.
2. Bagi Masyarakat Mayasari, A.D. 2013. Hubungan antara
Bagi masyarakat umum supaya Sanitasi Rumah Warga dengan
dapat melakukan pengendalian tikus Jumlah Tikus dan Kepadatan Pinjal
yaitu dengan cara mengelola sampah di Desa Selo Boyolali. [Skripsi].
dengan baik, menutup celah lobang Surakarta: FIK UMS.
pada dinding, serta menyimpan semua
makanan dan bahan makanan di tempat Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
yang kedap tikus. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
3. Bagi peneliti lain Rineka Cipta.
Peneliti selanjutnya dapat
melakukan penelitian lebih lanjut Noor, N.N. 2008. Epidemiologi. Jakarta :
mengenai faktor-faktor yang Rineka Cipta.
mempengaruhi keberadaan tikus.
Nugrahaeni. 2012. Konsep Dasar
DAFTAR PUSTAKA Epidemiologi. Jakarta : EGC.
Adnyana IME. 1986. Pengelolaan Sampah. Ristiyanti dan Hadi. 1992. Dinamika
Bali : Pusat Penerbitan Akademi populasi tikus dan pinjal di
Penelitian Kesehatan Teknologi pelabuhan pelabuhan disekitar
Sanitasi Denpasar. daerah enzootik pes di Jawa Timur.
Jakarta : Pusat Penelitian Ekologi
Depkes RI. 1986. Pedoman Teknis Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengawasan Sanitasi Kapal dan Pengembangan Kesehatan.
Pesawat Udara. Jakarta: Depkes RI.
Rusmini. 2011. Bahaya Leptospirosis.
Depkes, RI. (1989). Manual Kantor Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Kesehatan Pelabuhan . Jakarta :
Dirjen PPM&PLP. Soejoedi. 2005. Pengendalian Rodent Suatu
Tindakan Karantina. Jurnal
Depkes RI. 1990. Pedoman Penggunaan Kesehatan Lingkungan. Vol. 2, No. 1,
dan Peneliharaan Sarana Juli 2005:53-66.
Penyediaan Air Bersih dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Suyono dan Budiman. 2010. Ilmu
Jakarta: Depkes RI. Kesehatan Masyarakat dalam
Konteks Kesehatan Lingkungan.
Dinkes Boyolali. 2015. Profil Kesehatan Jakarta: EGC.
Boyolali Tahun 2014. Boyolali:
Dinkes Boyolali.
Fakultas Ilmu Kesehatan 15
Universitas Muhammadiya Surakarta

Anda mungkin juga menyukai