NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
RITTA RUM RIKA
J 410 110 036
ABSTRAK
Tikus merupakan hewan rodensia yang mempunyai kebiasaan mengerat. Lokasi sarang tikus
biasanya tersembunyi, lembab, tidak tergenang air. Rumah yang tidak rapat tikus dan tidak terawat
maka pada titik-titik tertentu akan menjadi sarang tikus. Sarang tikus di luar rumah biasanya berupa
lubang dalam tanah, di tempat sampah, dan tempat yang kotor. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji hubungan antara lingkungan rumah dan sanitasi makanan dengan keberadaan tikus di
Kabupaten Boyolali. Penelitian menggunakan desain studi kasus kontrol dengan perbandingan 1:1.
Populasi seluruh warga yang tinggal di Kabupaten Boyolali tahun 2014-2015. Sampel kasus adalah
penderita leptospirosis di Kabupaten Boyolali berjumlah 32 orang sedangkan sampel kontrol adalah
tetangga terdekat (samping/belakang rumah penderita). Pengumpulan data menggunakan lembar
observasi, analisis data menggunakan chi square dan fisher exact. Hasil analisis menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan pada variabel jenis lantai (p=0,0 1; OR=11,182; 95% CI=2,580-48,456)
dan jenis dinding (p=0,002; OR=8,400; 95% CI=2,104-33,531). Tidak ada hubungan pada variabel
kebiasaan mematikan lampu (p= 0,507), kondisi tempat sampah (0,742), kontruksi atap (p=0,507),
keberadaan jalur tikus ke atap (p=0,156), kondisi SPAL (p=0,115), kebiasaan menyimpan alat-alat
makanan (p=1,000), kebiasaan menyimpan makanan dan minuman (p=0,574). Disarankan kepada
petugas kesehatan supaya meningkatkan sanitasi dan rumah sehat di kabupaten Boyolali.
ABSTRACT
Rats are animals that have a habit of gnawing rodents. Location rat's nest is usually hidden, moist,
not waterlogged. Houses that are not meeting the rat and is not maintained then at certain points
would be a rat's nest. Rats nest outdoors usually in the form of a hole in the ground, in the trash,
and dirty place. This study aims to examine the relationship between the home environment and
sanitation with the presence of rats in Boyolali. The study used a case-control study design with a
ratio of 1: 1. The entire population of people living in Boyolali district in 2014-2015. Samples are
cases of patients with leptospirosis in Boyolali totaled 32 while the control sample is a nearest
neighbor (side / rear of the house patients). Collecting data using observation sheet, data analysis
using chi square and fisher exact. Results of the analysis concludes that there is a link on variable
kinds of flooring (p =0,001; OR=11,182; 95% CI = 2,580 to 48,456) and the type of wall (p=0,002;
OR=8,400; 95% CI=2,104 to 33,531). No relation to the variable habit of turning off lights
(p=0,507), the condition of bins (0,742), the construction of the roof (p=0,507), the presence of
lines of mice to the roof (p=0,156), the condition SPAL (p=0,115), the habit of saving means of
food (p=1,000), the habit of storing food and beverages (p=0,574). Suggested to health workers in
order to improve sanitation and healthy homes in Boyolali district.
e. Jenis Dinding
Suyono dan Budiman (2010) bahwa METODE PENELITIAN
tikus merupakan hewan pengerat Penelitian kuantitatif dengan desain
sehingga dinding yang terbuat dari studi kasus kontrol dengan perbandingan 1
kayu/anyaman bambu dapat dengan : 1, menggunakan pendekatan retrospektif
mudah tikus masuk ke dalam rumah A. Waktu dan Lokasi Penelitian
dibanding dinding tembok. Penelitian dilakukan pada bulan
f. Kontruksi Atap Oktober 2015 di Kabupaten Boyolali.
Menurut Suyono dan Budiman (2010)
bahwa kontruksi kuda-kuda sebaiknya B. Populasi dan Sampel Penelitian
dibuat sedemikian rupa dan rapat Populasi dalam penelitian ini adalah
sehingga tidak memberi kesempatan seluruh warga yang tinggal di Kabupaten
tikus bersembunyi, bertengger dan Boyolali tahun 2014-2015
bersarang. Sedangkan pada rumah Sampel pada penelitian ini terdiri dari
yang sudah dipasang langit-langit sampel kasus yaitu penderita leptospirosis
sebaiknya tidak ada celah/lubang di Kabupaten Boyolali. Sedangkan sampel
antara atap dengan langit-langit untuk kontrol adalah tetangga terdekat. Besar
mencegah masuknya tikus ke dalam sampel pada penelitian ini adalah 64 yaitu
rumah. 32 kasus dan 32 kontrol.
g. Keberadaan jalur tikus ke atap
Menurut Kasjono (2011) jangan C. Teknik Pengambilan Sampel
menyandarkan tangga bambu dan lain- 1. Sampel Kasus
lain ke atap rumah karena dengan Teknik pengambilan sampel pada
perantara tersebut tikus bisa naik ke penelitian ini dengan menggunakan
atap. teknik total sampling.
h. Kondisi SPAL 2. Sampel Kontrol
Menurut Depkes RI (1990), syarat Sampel kontrol diambil dari tetangga
SPAL yaitu tidak mengotori sumber samping rumah/belakang rumah
air/sumur, tidak menimbulkan kelompok kasus (bersebelahan dengan
comberan dan tidak terjamah vektor rumah kasus).
penyakit.
2. Sanitasi Makanan D. Analisis Data
a. Kebiasaan menyimpan alat-alat Analisis univariat digunakan
makanan menjelaskan atau mendeskripsikan setiap
Menurut Suyono dan Budiman (2010) variabel penelitian dengan tabel distribusi
bahwa penularan penyakit dapat terjadi frekuensi. Analisis bivariat digunakan
karena alat makan/minum kurang untuk mengetahui hubungan antara
bersih. Cara pencucian alat makan dan masing-masing variabel bebas dengan
minum sangat berperan penting dalam variabel terikat dan untuk mengetahui hasil
mencegah timbulnya penyakit. Setelah OR dengan uji statistik Chi-Square/Fisher
dicuci dan dikeringkan maka disimpan exact. Analisis data dilakukan dengan
pada rak penyimpanan yang tertutup perangkat lunak komputer dengan tingkat
rapat supaya bebas dari debu, serangga signifikan α=0,05 (taraf kepercayaan
maupun binatang pengganggu. 95%).
b. Kebiasaan menyimpan makanan
dan minuman HASIL
Tempat masak dan penyimpanan A. Karakteristik Responden
makanan harus bersih dan bebas dari 1. Jenis Kelamin Responden
pencemaran dan ganguan serangga Distribusi karakteristik responden
maupun tikus (Suyono dan Budiman, yang ada tikus jumlah jenis kelamin
2010). laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan yaitu sebanyak 32 orang
C. Konsep Segitiga Epidemiologi (61,5%). Sedangkan yang tidak ada
Pada model segitiga epidemiologi tikus jumlah laki-laki dan perempuan
proses timbulny penyakit dipengaruhi oleh yaitu masing-masing 6 orang (50%).
3 faktor, yaitu adanya pejamu (host), agent
(bibit penyakit) dan lingkungan
(environment).
Fakultas Ilmu Kesehatan 3
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali
n % n
Persentase
%
Frekuens i Persentase
Variabel P OR 95%CI
Value
lampu lebih banyak. Responden pada ada kelompok yang tidak melakukan
kelompok ada tikus sebanyak 36 orang pemisahan dan pembakaran sampah.
(69,2%) dan pada kelompok tidak ada Berdasarkan hasil uji statistik Fisher
tikus sebanyak 7 orang (58.3%). Hal ini exact menunjukkan bahwa tidak ada
sesuai dengan teori Rusmini (2011) hubungan pada semua variabel
bahwa tikus lebih menyukai untuk pengumpulan sampah (p=0,312>0,05),
beraktivitas di malam daripada siang pemisahan sampah (p=0,188>0,05),
hari, sehingga tikus disebut sebagai pembakaran sampah (p=0,584>0,05),
binatang nokturnal. Sehingga pada dan penimbunan sampah (p=1>0,05).
malam hari sebaiknya lampu tidak Dari penelitian di lapangan pada
dimatikan. variabel pengumpulan sampah
Sebagaimana hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pengumpulan
Mayasari (2013) bahwa tidak terdapat sampah pada kelompok Ada tikus lebih
hubungan antara pencahayaan dengan banyak yang tidak memenuhi syarat
jumlah tikus (p=0,018). Penyuluhan yaitu sebesar 36 orang (69,2%).
kesehatan merupakan suatu kegiatan Sedangkan pada kelompok tidak ada
yang dapat mempengaruhi perubahan tikus yang memenuhi syarat dan yang
perilaku responden meliputi perubahan tidak memenuhi syarat jumlahnya sama
pengetahuan dan sikap. Responden yang yaitu 6 orang (50%). Hal ini
mendapatkan informasi mengenai menunjukkan bahwa masih banyak yang
habitat tikus diharapkan melakukan tidak memenuhi syarat.
perubahan dengan menyalakan lampu Dari penelitian di lapangan pada
ketika malam hari untuk mencegah tikus variabel pengumpulan sampah
berkeliaran di dalam rumah. didapatkan hasil bahwa pada kelompok
2. Hubungan antara Kondisi Tempat ada tikus semuanya yang tidak
Sampah dengan Keberadaan Tikus memenuhi syarat yaitu sebesar 52 orang
Berdasarkan hasil uji Fisher exact (100%). Sedangkan pada kelompok
diketahui bahwa tidak ada hubungan tidak ada tikus pemisahan sampahnya
antara kondisi tempat sampah dengan sebagian besar juga tidak memenuhi
keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali syarat yaitu sebesar 11 orang (91,7%).
(p > 0,05). Hasil penelitian di lapangan Hal ini menunjukkan bahwa masih
menunjukkan bahwa kondisi tempat banyak yang tidak memenuhi syarat.
sampah pada kelompok ada tikus lebih Dari penelitian di lapangan pada
banyak yang tidak memenuhi syarat variabel pembakaran sampah didapatkan
yaitu sebesar 34 orang (65,4%). hasil bahwa pembakaran sampah
Sedangkan pada kelompok tidak ada sebagian besar memenuhi syarat. Pada
tikus kondisi tempat sampah di kelompok ada tikus sebanyak 46 orang
lingkungan rumah sebagian besar (88,5%) dan tidak ada tikus jumlahnya
memenuhi syarat yaitu sebesar 7 orang sama yaitu sebanyak 12 orang (200%).
(58,3%). Hal ini sesusai dengan teori Dari penelitian di lapangan pada
Depkes RI (1986) bahwa tempat sampah variabel penimbunan sampah didapatkan
yang tertutup dan kedap air tidak hasil penimbunan sampah sebagian besar
menarik bagi serangga dan tikus. Upaya tidak memenuhi syarat. Pada kelompok
kesehatan yaitu dengan penyuluhan ada tikus yaitu sebesar 45 orang
kepada responden mengenai kondisi (84,5%). Sedangkan pada kelompok
tempat sampah yang bisa menjadi tidak ada tikus yaitu sebesar 11 orang
sumber berbagai masalah kesehatan. (91,7%). Sedangkan pada kelompok
3. Hubungan antara Penanganan tidak ada tikus pemisahan sampahnya
Sampah dengan Keberadaan Tikus sebagian besar juga tidak memenuhi
Berdasarkan hasil univariat syarat yaitu sebesar 11 orang (91,7%).
didapatkan hasil bahwa semua Hal ini menunjukkan bahwa masih
responden tidak memenuhi syarat banyak yang tidak memenuhi syarat.
penanganan sampah. Adapun syarat Teori yang disampaikan oleh Indan
penanganan sampah meliputi : (2000) rumah-rumah yang kotor, banyak
pengumpulan sampah, pemisahan, sisa-sisa makanan berceceran, banyak
pembakaran dan penimbunan. Yang sampah, terutama garbage akan lebih
menyebabkan tidak memenuhi syarat disenangi oleh tikus. Menurut Kasjono
adalah pada penimbunan sampah dimana (2011) pembuangan sampah harus
Fakultas Ilmu Kesehatan 11
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali
tikus sebagaian besar memenuhi syarat responden pada kelompok ada tikus
sebanyak 8 orang (66,7%). Hal ini sebagian besar tidak memenuhi syarat
disebabkan karena jenis dinding pada yaitu 34 orang (65,4%. Pada kelompok
responden kasus sebagian besar tidak tidak ada tikus yangmemenuhi syarat
kedap air yaitu anyaman bambu dan sebanyak 8 orang (66,7%).
kayu. Pada penelitian yang telah Hasil analisis penyebab
dilakukan pada jenis dinding dapur, ketidakadanya hubungan antara dinding
gudang dan kamar mandi menunjukkan dengan keberadaan tikus diperkuat oleh
hasil bahwa yang terdapat hubungan teori Ristiyanto dan Hadi (1992) bahwa
pada dinding dapur dan dinding gudang. tikus merupakan hewan pengerat
Berdasarkan hasil uji statistik sehingga dinding yang terbuat dari
Fisher exact menunjukkan bahwa ada kayu/anyaman bambu dapat dengan
hubungan antara jenis dinding dapur mudah tikus masuk ke dalam rumah
dengan keberadaan tikus di Kabupaten dibanding dinding tembok. Upaya
Boyolali (nilai p value 0,005 atau ≤ pencegahannya yaitu dengan
0,05). Nilai estimasi yang diperoleh melakukan penyuluhan kepada
Odd Ratio sebesar 8,000 (95% responden agar menutup celah pada
CI=1,587-40,332) sehingga dapat tembok dan memperbaiki tembok yang
diartikan bahwa jenis dinding dapur belum memenuhi syarat.
yang tidak memenuhi syarat 6. Hubungan antara kontruksi atap
mempunyai risiko sebesar 8,000 kali dengan keberadaan tikus
terdapat tikus dibanding dengan Berdasarkan hasil uji statistik Fisher
responden yang jenis dinding dapurnya exact menunjukkan bahwa tidak ada
memenuhi syarat. Dari penelitian di hubungan antara kontruksi atap dengan
lapangan didapatkan hasil bahwa keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali
responden pada kelompok ada tikus (nilai p value 0,507 atau > 0,05). Dari
sebagian besar tidak memenuhi syarat penelitian di lapangan didapatkan hasil
yaitu 32 orang (61,5%). Sedangkan pada kelompok ada tikus yang tidak
pada kelompok tidak ada tikus yang memenuhi syarat sebanyak 36 orang
memenuhi syarat sebanyak 10 orang (69,2%) dan pada kelompok tidak ada
(83,3%). tikus sebanyak 7 orang (58,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik Sebagaimana hasil penelitian Mayasari
Fisher exact menunjukkan bahwa ada (2013) bahwa tidak terdapat hubungan
hubungan antara jenis dinding gudang antara atap dengan jumlah tikus
dengan keberadaan tikus di Kabupaten (p=0,625). Upaya kesehatan yaitu
Boyolali (nilai p value 0,000 atau ≤ dengan melakukan penyuluhan kepada
0,05). Nilai estimasi yang diperoleh masyarakat.
Odd Ratio sebesar 13,571 (95% 7. Hubungan antara keberadaan jalur
CI=2,640-59,766). Jenis dinding kamar tikus ke atap dengan keberadaan
mandi yang tidak memenuhi syarat tikus
mempunyai risiko sebesar 13,571 kali Berdasarkan hasil uji statistik Fisher
terdapat tikus dibanding dengan exact menunjukkan bahwa tidak ada
responden yang jenis dinding kamar hubungan antara keberadaan jalur tikus
mandinya memenuhi syarat. Dari ke atap dengan keberadaan tikus di
penelitian di lapangan didapatkan hasil Kabupaten Boyolali (nilai p value 0,156
bahwa responden pada kelompok ada atau > 0,05). Dari penelitian di
tikus sebagian besar tidak memenuhi lapangan didapatkan hasil bahwa pada
syarat yaitu 38 orang (73,1%). kelompok ada tikus sebanyak 41 orang
Sedangkan pada kelompok tidak ada (78,8%) dan kelompok tidak ada tikus
tikus sebagaian besar memenuhi syarat sebanyak 7 orang (58,3%). Hal ini
sebanyak 10 orang (83,3%). sesuai dengan teori yang disampaikan
Berdasarkan hasil uji statistik oleh Kasjono (2011) bahwa
Fisher exact menunjukkan bahwa tidak menyandarkan tangga bambu dan lain-
ada hubungan antara jenis dinding lain ke atap rumah dapat menjadi
kamar mandi dengan keberadaan tikus perantara tikus bisa naik ke atap.
di Kabupaten Boyolali (nilai p value Sehingga upaya untuk pencegahannya
0,055 atau > 0,05). Dari penelitian di yaitu menghimbau masyarakat supaya
lapangan didapatkan hasil bahwa
Fakultas Ilmu Kesehatan 13
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan tikus di Kabupaten
ARTIKEL PENELITIAN Boyolali