Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tikus
1. Definisi Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo

Myormorpha, family muridae. Family muridae ini merupakan family yang

dominan dari ordo rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang

tinggi, pemakan segala macam makanan (omnivorous) (Rusmini, 2011).


2. Morfologi Tikus
Berdasarkan besar kecilnya ukuran badan, dikenal ada tikus besar, tikus

sedang dan tikus kecil. Pada tikus yang berukuran badan besar dan sedang

ppanjang badannya mencapai 180 mm, sedangkan tikus kecil badannya

hanya berukuran ≤ 180 cm. Pada tikus berukuran besar pada umumnya

mempunyai hidung yang tumpul, mata dan telinga kecil, badan yang

nampak gemuk dan kulit yang lebih tebal serta ekor elatif lebih pendek

dari ukuran badan. Pada tikus berukuran sedang memiliki hidung yang

meruncing, mata dan telinga besar, ukuran badan ramping dan ekor lebih

panjang daripada ukuran badan. Sedangkan tikus yang berukuran kecil,

seperti mencit mempunyai ciri-ciri mirip tikus berukuran sedang tetapi

badannya lebi kecil daripada tikus dewasa dan untuk membedakan mencit

dan tikus muda, dapat diamati pada bagian kepala dan kaki mencit

berukuran kecil, sedangkan pada tikus muda bagian kepala dan kaki

terlihat relatif besar (Rusmini, 2011).


3. Jenis-jenis tikus di sekitar pemukiman manusia
Adapun jenis-jenis tikus yang dapat ditemukan pada lingkungan

pemukiman manusia adalah sebagai berikut:

6
a. Kelompok tikus besar : tikus got, tikus wirok, tikus raksasa (Uromys

caudimaculatus), dan tikus Hydromys chrysogaster.


b. Kelompok tikus sedang : tikus umah, tikus ladang, tikus belukar, tikus

dada putih, dan tikus sawah.


c. Kelompok tikus kecil : mencit rumah, tikus Rattus richaedsoni, tikus

Mallomys rothscildi, dan tikus Mallomys lutillus.


4. Aktivitas tikus di sekitar pemukiman manusia
Mobilitas tikus cukup tinggi (minimal 700 m semalam). Tikus dapat

melakukan migrasi (perpindahan) dari satu daerah ke daerah lain yang

dengan kondisi daerah yang sama atau mirip. Faktor yang mempengaruhi

migrasi ini adalah berkurangnya daya dukung di wilayah semula sehingga

kondisi tersebut tidak lagi menjamin kelangsungan hidup tikus. Tikus

mampu melakukan bermigrasi sejauh 1-2 km. Tikus memiliki kemampuan

fisik seperti menggali, memanjat, meloncat, mengerat, berenang, dan

menyelam.
5. Perilaku makan tikus
Pada keadaan krisis bahan pakan utama, tikus mampu menyesuaikan diri

untuk makan bahan lainnya. Sebelum memakan makanan biasanya tikus

melakukan pengenalan terlebih dahulu, dengan memakan makannya

sedikit demi sedikit dalam rangka merasakan sekaligus mengetahui reaksi

tubuh terhadapmakanan yang masuk. Cara makan tikus cenderung teratur,

tikus makan setiap hari pada waktu dan jumlah tertentu.


6. Perilaku Sosial Tikus
Tikus merupakan rodensia yang umumnya mempunyai perilaku mengerat

sehingga pertumbuhan gigi terhambat dan menjadi tajam. Perilaku

mandinya yaitu dengan cara mengusapkan lidahnya pada kaki depan

kemudian kaki ini diusapkan pada tubuhnya. Sedangkan perilaku sosial

7
terkait pada wilayah kekuasaan. Tikus hidup berkelompok dan menempati

di suatu kawasan yang cukup memberi perlindungan serta sumber

makanan. Di dalam setiap kelompok terdapat seekor tikus jantan yang

paling kuat dan berkuasa (Rusmini, 2011).


7. Tanda-tanda Keberadaan Tikus
Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan mencegah

kemungkinan bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah

sebagai berikut (Depkes RI, 1989):


a. Droping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang

diperiksa. Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas,

tanpa disertai bau yang mencolok, tinja tikus yang masih baru lebih

terang dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak), makin lama

maka tinja akan semakin keras.


b. Run ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat

disebut run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama,

bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya

lambat laun menjadi hitam.


c. Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam

aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun

membuat jalan misalnya lubang dinding.


d. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus

seperti dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.


e. Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau

urinnya.
f. Tikus hidup

8
Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar. Ditemukannya

Bangkai tikus baru atau lama di tempat yang diamati.


8. Penyakit yang ditularkan oleh tikus
Berdasarkan Rusmini (2011) bahwa penyakit yang langsung ditularkan

lewat kontak antara tikus dengan manusia, misalnya lewat gigitan tikus,

dapat menyebabkan penyakit rabies dan demam gigitan tikus. Penyakit

yang tidak langsung ditularkan lewat kontak antara tikus dengan manusia,

misalnya lewat urin dan kotoran tikus (bakteri leptospira sp menyebabkan

penyakit leptospirosis).
9. Pengendalian Tikus
Menurut Husada (2008) usaha pengendalian tikus meliputi :
a. Minimalisasi tempat bersarang antara lain: eliminasi rumput/semak

belukar
b. Meletakkan sampah dalam tempat sampah yang memiliki konstruksi

yang rapat, kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan

terpelihara dengan baik.


c. Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi

ditempat yang kedap tikus.


d. Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari.
e. Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat sehingga tidak

dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.


f. Memelihara binatang pemangsa tikus (predator), seperti kucing.
g. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang

memungkinkan tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang

pembuangan air, atau dari bawah saluran air, mengeliminasi sarang

atau tempat persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon yang

menjulur kebagunan, tidak membuat taman terlalu dekat dengan

struktur bangunan.
h. Menggunakan perangkap tikus.

9
B. Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Tikus
Faktor uang berhubungan dengan keberadaan tikus yaitu lingkungan

rumah dan sanitasi makan.


1. Karakteristik Lingkungan Rumah
Rumah merupakan pusat kesehatan keluarga. Itu sebabnya kesehatan harus

dimulai dari rumah, untuk ini rumah dan pengaturannya harus memenuhi

syarat-syarat kesehatan. Tikus merupakan binatang reservoir yang sering

tinggal di rumah warga yang merupakan vektor penyakit dan harus

dibasmi (Indan, 2000).


a. Kebiasaan Mematikan Lampu
Lampu neon sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan

penerangan karena pada kuat penerangan yang relatif rendah mampu

menghasilkan cahaya yang baik. Apabila ingin mempergunakan lampu

pijar sebaiknya dipilih yang berwarna putih. Selain itu sumber cahaya

tersebut tidak berkedip-kedip, lampu bergoyang-goyang atau kena

bayangan yang bergerak (Kasjono, 2011). Sedangkan tikus lebih

menyukai untuk beraktivitas di malam daripada siang hari, sehingga

tikus disebut sebagai binatang nokturnal (Rusmini, 2011). Sehingga

pada malam hari sebaiknya lampu tidak dimatikan dan lampu tidak

remang-remang.
b. Kondisi Tempat Sampah
Syarat tempat sampah yaitu terbuat dari bahan yang kedap air, tempat

sampah dalam keadaan tertutup rapat (Adnyana, 1986). Penelitian

Ramadhani dan Yunianto (2010) menunjukkan bahwa jenis tempat

sampah yang terbuka berhubungan dengan kejadian leptospirosis (p-

value= 0,045). Rumah yang mempunyai tempat sampah di dalam

rumah maupun di luar rumah dengan kondisi terbuka berisiko terpapar

10
leptospirosis 3,556 kali dibandingkan dengan rumah yang tempat

sampahnya tertutup (OR=3,556; 95%; CI= 0,968-13,070).

Gambar 1. Tempat sampah tertutup rapat


Sumber: Kasjono (2011)
c. Penanganan Sampah
Menurut Hadiwiyoto (1983) tahap penanganan sampah meliputi :

pengumpulan sampah, pemisahan, pembakaran dan penimbunan.

Menurut Adnyana (1986) tidak terangkutnya sampah pada tempat

penampungan sementara yang umumnya terbuka dapat menyebabkab

terbiaknya lalat, dan serangga lainnya, menimbulkan bau yang kurang

sedap, estetika jelek, tidak jarang dijumpai sampah yang berceceran

diluar bak tempat penampungan sampah. Pengumpulan sampah

sebaiknya tidak lebih dari 3 hari sekali lebih sering maka lebih baik,

tempat pembuangan akhir yang kurang saniter (open dump/tempat

terbuka dan dumping in the water/pembuangan sampah di air), tempat

pembuangan akhir yang saniter yaitu sanitary landfill (sampah

dipadatkan dan ditutup setiap hari), pembakaran sampah bertujuan

untuk mengurangsi sampah yang padat. Menurut Hadiwiyoto (1983)

maksud pemisahan ialah memisahkan jenis-jenis sampah, yaitu berupa

daun-daunan, kertas atau yang tergolong dalam sampah organik

disendirikan/dipisahkan dari sampah yang berupa gelas, keramik,

logam, plastik (sampah anorganik).


Menurut Indan (2000) rumah-rumah yang kotor, banyak sisa-sisa

makanan berceceran, banyak sampah, terutama garbage akan lebih

11
disenangi oleh tikus. Menurut Kasjono (2011) pembuangan sampah

harus dibedakan jenis sampahnya: sampah kering sebaiknya dibakar

sedangkan sampah basah (daun-daunan, sayuran, sisa daging dll)

dipendam dalam tanah; sampah jangan dibuang di tempat terbuka lebih

dari 24 jam karena akan didatangi tikus dan jangan berserakan

sehingga perlu membuat tempat sampah. Selain itu tempat sampah

harus tidak menimbulkan genangan air.


d. Jenis Lantai
Apabila lantai rumah yang hanya terdiri dari tanah maka dengan

mudah tikus dapat masuk ke dalam rumah. Tikus mempunyai

kebiasaan membuat sarang di dalam tanah sehingga menimbulkan

gangguan bahkan merusak pondasi bangunan terletak dekat dengan

kebun (Rusmini, 2011). Salah satu komponen rumah sehat yaitu lantai

yang kedap air dan tidak lembab (ubin, plesteran) (Kasjono, 2011).

e. Jenis Dinding
Suyono dan Budiman (2010) bahwa menutup celah-celah pada dinding

merupakan upaya rat proof. Tikus merupakan hewan pengerat

sehingga dinding yang terbuat dari kayu/anyaman bambu dapat dengan

mudah tikus masuk ke dalam rumah dibanding dinding tembok.


f. Kontruksi Atap
Menurut Suyono dan Budiman (2010) bahwa kontruksi kuda-kuda

sebaiknya dibuat sedemikian rupa dan rapat sehingga tidak memberi

kesempatan tikus bersembunyi, bertengger dan bersarang. Sedangkan

pada rumah yang sudah dipasang langit-langit sebaiknya tidak ada

12
celah/lubang antara atap dengan langit-langit untuk mencegah

masuknya tikus ke dalam rumah.

Gambar 2. Kontruksi kuda-kuda


Sumber : Suyono dan Budiman (2010)

g. Keberadaan jalur tikus ke atap


Menurut Kasjono (2011) jangan menyandarkan tangga bambu dan

lain-lain ke atap rumah karena dengan perantara tersebut tikus bisa

naik ke atap.
h. Kondisi SPAL
Kondisi SPAL yang baik adalah yang tertutup, sehingga tidak mudah

menjadi tempat persembunyian serangga seperti kecoa, tikus, dan

sebagainya (Depkes RI, 2002). Menurut Kasjono (2011) Air dari

dapur, kamar mandi dan tempat cuci diairkan ke parit. Usahakan agar

tetap mengalir atau menyerap dalam tanah. Kalau terpaksa membuat

paceran (comberan) usahakan agar airnya meresap. Air limbah jangan

dibuang ke kolong rumah karena akan mengganggu dari segi baunya

dan situasi rumah menjadi lembab.

13
Menurut Depkes RI (1990), syarat SPAL yaitu tidak mengotori sumber

air/sumur, tidak menimbulkan comberan dan tidak terjamah vektor

penyakit. Pramono (2009), bahwa lokasi yang paling disukai tikus

sebagai tempat persembunyian antara lain adalah sekitar aliran air atau

irigasi, got atau selokan, waduk irigasi, dan juga sungai.


i. Keberadaan hewan ternak
Menurut Rusmini (2011) bahwa pada hewan ternak ayam, kambing,

sapi dan sebagainya gangguan tikus terutama pada persedian pakan

ternak. Menurut Pramono (2009), bahwa faktor pendukung keberadaan

tikus salah satunya adalah tersedianya makanan bagi tikus.


j. Penataan barang-barang
Menurut teori Soejoedi (2005), meningkatkan sanitasi tempat

penyimpanan alat atau barang yang dapat digunakan tikus sebagai

tempat persembunyiannya dapat menjadikan tikus tidak suka tinggal.

Hal itu diartikan apabila di dalam rumah terdapat banyak barang-

barang yang tidak diperhatikan kondisinya, maka dapat menarik tikus

untuk bersarang di dalamnya.


2. Sanitasi Makanan
Menurut Suyono dan Budiman (2010) dalam sanitasi makanan yang

berhubungan dengan habitat tikus antara lain :


a. Kebiasaan menyimpan alat-alat makanan
Menurut Suyono dan Budiman (2010) bahwa penularan penyakit dapat

terjadi karena alat makan/minum kurang bersih. Cara pencucian alat

makan dan minum sangat berperan penting dalam mencegah timbulnya

penyakit. Setelah dicuci dan dikeringkan maka disimpan pada rak

penyimpanan yang tertutup rapat supaya bebas dari debu, serangga

maupun binatang pengganggu.


b. Kebiasaan menyimpan makanan dan minuman

14
Tempat masak dan penyimpanan makanan harus bersih dan bebas dari

pencemaran dan ganguan serangga maupun tikus (Suyono dan

Budiman, 2010).

C. Konsep Segitiga Epidemiologi


Pada model segitiga epidemiologi proses timbulnya penyakit dipengaruhi

oleh 3 faktor, yaitu adanya pejamu (host), agent (bibit penyakit) dan

lingkungan (environment). Pada keadaan normal, kondisi keseimbangan

proses interaksi tersebut dapat dipertahankan, baik melalui intervensi alamiah

terhadap salah satu dari ketiga unsur tersebut di atas, maupun melalui usaha

tertentu manusia dalam bidang pencegahan maupun bidang peningkatan

derajat kesehatan (Noor, 2008).

Host

Gambar 3. Hubungan Interaksi Host, Agent dan Environment


Sumber : Nugrahaeni (2012)

1. Host Environment Agent


Faktor pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada diri

manusia yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit serta perjalanan

suatu penyakit (Nugrahaeni, 2012).


2. Agent
Faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit hanya virus, bakteri,

dan yang sejenisnya, tetapi sebenarnya itu hanya sebagian kecil dari bibit

penyakit. Agent dari Leptospirosis adalah Bakteri Leptospira sp.

3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap habitat tikus

adalah lingkungan rumah dan sanitasi makanan. Faktor lingkungan

15
tersebut antara lain: kondisi tempat sampah, jenis lantai rumah, jenis

dinding rumah, kondisi SPAL, kebersihan alat makan, dan kebisaan

menyimpan makanan.

16
D. Kerangka Teori

Host

Faktor Leptospirosis
Agent Leptospira. sp
Risiko
Lingkungan rumah :
1. Kebiasaan Mematikan
Lampu
2. Kondisi Tempat Sampah
3. Penanganan Sampah
4. Jenis Lantai
5. Jenis Dinding
6. Kontruksi Atap
Environtment 7. Keberadaan Jalur Tikus Habitat Tikus
ke Atap
Sanitasi makanan:
8. Kondisi SPAL
1.9. Kebiasaan
Keberadaan Menyimpan
hewan ternak
10.Alat-alat
PenataanMakanan
barang-barang
Gambar 4. Kerangka Teori
2. Kebiasaan Menyimpan
Sumber: Rusmini (2011), Indan (2000), Kasjono (2011), Adnyana (1986),
Makanan dan Minuman
Ramadhani dan Yunianto (2010), Hadiwiyoto (1983), Suyono dan
Budiman (2010), Depkes RI (2002), Depkes RI (1990), Noor (2008),
Pramono (2009), Soejoedi (2005)

17
E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


Variabel Independent Variabel Dependent

- Kebiasaan Mematikan Lampu


- Kondisi Tempat Sampah
- Penanganan Sampah
- Jenis Lantai Keberadaan Tikus
- Jenis Dinding
- Kontruksi Atap
- Keberadaan Jalur Tikus ke Atap
- Kondisi SPAL
- Kebiasaan Menyimpan Alat-Alat
Makanan
- Kebiasaan Menyimpan Makanan
dan Minuman
Variabel Pengganggu

- Keberadaan hewan ternak


- Penataan barang-barang

Gambar 5. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

1. Ada hubungan kebiasaan mematikan lampu dengan keberadaan tikus di

Kabupaten Boyolali.

2. Ada hubungan kondisi tempat sampah dengan keberadaan tikus di

Kabupaten Boyolali.

3. Ada hubungan penanganan sampah dengan keberadaan tikus di Kabupaten

Boyolali.

4. Ada hubungan jenis lantai dengan keberadaan tikus di Kabupaten

Boyolali.

18
5. Ada hubungan jenis dinding dengan keberadaan tikus di Kabupaten

Boyolali.

6. Ada hubungan kontruksi atap dengan keberadaan tikus di Kabupaten

Boyolali.

7. Ada hubungan keberadaan jalur tikus ke atap dengan keberadaan tikus di

Kabupaten Boyolali.

8. Ada hubungan SPAL dengan keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali.

9. Ada hubungan kebiasaan menyimpan alat-alat makanan dengan

keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali.

10. Ada hubungan kebiasaan menyimpan makanan dan minuman dengan

keberadaan tikus di Kabupaten Boyolali

19

Anda mungkin juga menyukai