Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

A. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiografi
Untuk pemeriksaan Radiografi Sistem pencernaan meliputi :
a. Rontgen, foto rotgen bisa digunakan untuk :
1) Foto Polos perut : Foto polos perut merupakan foto rontgen standar
untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
a) suatu penyumbatan
b) kelumpuhan saluran pencernaan
c) pola udara abnormal di dalam rongga perut
d) pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa)
Peran Perawat:
Pre:
- menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
- mengedukasi pasien untuk Puasa sebelum dilakukan tindakan,
paling baik 3 hari
- mengedukasi pasien unttuk Diet rendah serat, Tidak merokok
2) Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak
putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan,
menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus
halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya
ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan. Foto rontgen bisa
dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan
barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati
pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa
direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran
pencernaan, dokter dapat menilai ; fungsi kerongkongan dan lambung
sertapenyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi
usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk
menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak
nyaman.
a) Peran perawat
Pre:
- Berikan Inform consent
- Pasien diminta untuk diet rendah residu
Intra:
- Pasien diminta untuk berbaring
- Setelah itu pemeriksa akan memasukkan media kontras yaitu
barium sulphate ke dalam usus besar menggunakan sejenis tub
kecil melalui dubur.
Post:
- Pasien boleh makan seperti biasa
- Pasien dianjurkan untuk minum banyak air karena pemeriksaan
dapat menyebabkan dehidrasi
- Feses pasien akan berwarna putih selama 24-48 jam.

(a) (b)
Gambar 1; (a) Media kontras dimasukkan ke dalam usus besar menggunakan tub
melalui dubur, (b) Imej sistem usus besar yang dipaparkan di skrin monitor.
b. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari
organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai
organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah
abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan, tetapi
USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran
pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab
perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan
prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
a) PeranPerawat
Pre:
- Berikan inform consent
- Penderita obstipasi sebaiknya diberikan laksatif di malam sebelumnya
- Untuk pemeriksaan organ-organ di rongga perut bagian atas,
sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa agar tidak menimbulkan
gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang
diperiksa.
Intra:
- Atur posisi pasien (terlentang)
- Mengolesi jelly atau lubricant pada permukaan perut yang akan
diperiksa
2. Pemeriksaan Analisis Lambung
Pemeriksaan analisis lambung merupakan suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui kondisi keasaman lambung dalam batas pH normal
atau tidak. Pada dasarnya fungsi dari asam lambung adalah untuk pencernaan
makanan dalam lambung akan tetapi bila berlebihan akan merusak dinding
lambung. pH normal asam lambung sekitar 4-6. Pemeriksaan analisis lambung
bisa melalui pemeriksaan HCl bebas,yaitu:
a. Syarat : tidak mengandung lendir
pH< 4 karena HCl bebas dapat terdeteksi pada pH 2,9 – 4.
b. Metode : Indikator Toepfer, Indikator Gunzburg
1) Indikator Toepfer
Tujuan : mengetahui ada tidaknya asam total dalam getah lambung.
Prinsip : asam total dalam getah lambung akan bereaksi dengan
indikator toepfer membentuk warna merah.
Cara kerja :1ml getah lambung dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan 1 tts indicator toepfer,campur.
Baca hasil : (+) warna merah
(-) warna kuning
Harga normal : (+) warna merah
2) Indikator Gunzburg
Tujuan : mengetahui ada tidaknya HCl bebas dalam getah lambung.
Prinsip : HCl bebas dalam getah lambung akan bereaksi dengan indikator
gunzburg membentuk warna merah.
Cara kerja :
a) Masukkan 5-10 tts indikator gunzburg kedalam cawan.
b) Panaskan mendidih sampai kering, timbul bercak berwarnakuning.
c) Tambahkan beberapa tetes getah lambung yang diperiksadiatas
bercak yang telah kering,panaskan lagi sampai kering.
d) Amati hasil : (+) warna merah jambu
(-) tidak terjadi warna merah jambu
e) Harga normal : (+) warna merah jambu
Peran perawat :
Pre tindakan :
- Menyiapkan informed consent ke pasien
- Mempersiakan pasien untuk puasa selama + 12 jam dan bebas
dari obat-obatan yang mempengaruhi lambung
- Mengedukasi pasien untuk tidak menggosok gigi pada pagi hari
untuk menghindari kontaminasi perdarahan
- Mengedukasi pasien ketika tindakan dilakukan untuk tidak
menelan saliva atau sputum karena dapat mempengaruhi
keasaman lambung

3. Pemeriksaan Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.Endoskopi adalah pemeriksaan
penunjang yang memakai alat endoskop untuk mendiagnosis kelainan–kelainan
organ didalam tubuh antara lain saluran cerna,saluran kemih,rongga mulut,
rongga abdomen, dan lain-lain dan langsung dapat melihat pada layar monitor
(skop evis),sehingga kelainan yang terdapat pada organ tersebut dapat dilihat
dengan jelas.Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan
panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan,
daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan
yang abnormal.
Tujuan pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas antara lain:
a. Untuk menentukan dengan lebih pasti atau tepat kelainan radiologis yang
didapatkan pada esofagus, lambung, duodenum
b. Bila pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya kelainan misalnya
tukak,keganasan atau obstrukasi pada esofagus, indikasi endoskopi yaitu
memastikan lebih lanjut dan untuk membuat pemeriksaan fotografi, biopsi
atau sitologi.
c. Pada pasien-pasien paska gastrektomi dengan gejala atau keluhan-keluhan
saluran cerna bagian atas diperlukan pemeriksaan endoskopi karena
interpretasi radiologis biasanya sulit: ireguralitas dari lambung dapat di
evaluasi paling baik dengan visualisasi langsung melalui endoskopi.
d. Pemakaian obat anti –inflamasi non –stroid atau (OAINS) dan riwayat
kanker pada keluarga.
Tujuan pemeriksaan endoskopi pada saluran cerna bawah:
a. Mengevaluasi kelainan yang didapat pada hasil pemeriksaan edema barium
missal striktur
b. Pendarahan rectum yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, indikasi
mutlak kolonoskopi.
c. Penyakit radang usus besar (crohn, colitis ulserosa, colitis mikroskopik)
d. Keganasan dan kolip pada kolon
e. Evaluasi diaknosis keganasan rectum atau kolom yang dibuat sebelumnya
f. Kolonoskopi pascabedah: evaluasi anastomosis
g. Prosedur terapiotik seperti polipektomi pengambilan benda asing dan lain-
lain
PeranPerawat:
Pre:
- Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya
dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam
lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan
selama pemeriksaan dilakukan.
- Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita
biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus
besar.
Intra:
- Pasien diberikan obat kumur anestetik local atau semprot.
- Pasien diposisikan dalam posisi lateral kiri untuk memfasilitasi
pembersihan sekresi paru dan memudahkan pemeriksaan.
- Dokter akan memasukkan tabung melalui mulut, pasien tetap dapat
bernafas secara normal.
- Dokter melihat kedalam tabung yang sudah dimasukkan kedalam
system pencernaan Anda
Post:
- Pasien mungkin akan merasa kembung
- Pasien baru diperbolehkan makan atau minum satu jam setelah tindakan
endoskopi.
- Kerongkongan pasien akan terasa sakit selama beberapa jam
- Obat-obatan yang diberikan selama pemeriksaan endoskopi membuat
pasien merasa mengantuk untuk itu pasien tetap berada di kamar pasien
sampai efek obat-obatan menghilang

B. Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis Getah Lambung
a. Rangkaian Uji
Analisis getah lambung hendaknya hanya dikerjakan untuk indikasi-
indikasi yang jelas berkenan dengan penyakit peptik-asam di lambung dan
duodenum, diantaranya:
1) Menemukan anasiditas untuk mendiagnosis anemia pernisiosa atau
karsinoma lambung.
2) Mengukur sekresi asam jika diduga tukak peptik.
3) Menemukan keadaan hipersekretorik pada sindroma Zollinger-Ellison.
4) Menetapkan perlu tidaknya dilakukan tindakan bedah vagotomi melalui
uji insulin.
b. Persiapan Pasien
Pasien harus dipersiapkan dengan baik untuk analisis getah lambung, di
mana persyaratan minimum adalah puasa semalam 12 jam, tidak minum
obat-obatan yang tidak mempengaruhi sekresi lambung, seperti antacid,
obat-obat antikolinergik, reserpine, alcohol, zat-zat penghambat adrenergic,
dan adrenokortikosteroid. Di samping itu, pasien juga tidak boleh melihat
atau mencium bau makanan dan hendaknya tidak dipengaruhi oleh
rangsangan yang menimbulkan reaksi-reaksi emosional yang kuat.
Setelah intubasi, volume sisa (residual) getah lambung dikumpulkan.
Getah lambung dikumpulkan selama 2 jam. Jam pertama memberikan kesan
sekresi lambung dalam keadaan basal. Jam kedua memberikan kesan sekresi
lambung setalah rangsangan dan dikumpulkan setelah pemberian histamine,
pentagastrin, atau benzole (Histalog).
Uji hipoglikemia-insulin dikerjakan dengan mengumpulkan getah
lambung selama 2 jam sebelum dan sesudah pemberian insulin. Adanya
hipoglikemia (glukosa serum kurang dari 50 mg/100 ml) harus dicatat.
c. Manajemen
Pasien boleh dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan vagotomi lengkap
jika curah asam setelah pemberian insulin kurang dari curah asam sebelum
insulin.
2. Uji Stimulasi Sekretin dan Gastrin Serum
a. Rangkaian Uji
Jika kadar basal gastrin serum meningkat, hendaknya dilakukan uji
stimulasi sekretin. Uji stimulasi kalsium juga dapat dilakukan, namun
dibandingkan uji stimulasi kalsium, uji stimulasi sekretin mempunyai
beberapa keuntungan, diantaranya:
1) Sekretin tidak mempunyai efek-efek samping berbahaya, sedangkan
kalsium secara potesial berbahaya untuk system kardiovaskuler.
2) Uji sekretin dapat dilakukan dalam waktu 15 menit hingga 30 menit,
sedangkan kalsium memerlukan waktu 3 hingga 4 jam.
3) Pemisahan pasien dengan gastrinoma lebih jelas dengan sekretin
disbanding dengan kalsium.
4) Lebih sedikit kemungkinan negative palsu dengan sekretin.
b. Persiapan Pasien serta Pengumpulan dan Penanganan Spesimen
Uji stimulasi sekretin dilakukan dengan memberikan sekretin2 U/kgBB,
sebagai suntikan bolus intravena. Darah untuk penetapan kadar gastrin serum
diambil sebelum suntikan dan pada 2, 5, 15, 30, dan 60 menit sesudahnya.
Sampel-sampel darah untuk penetapan kadar gastrin dikumpulkan dalam
tabung-tabung tanpa pengawet (heparin akan mengganggu) dan plasma tidak
cocok untuk analisis. Specimen-spesimen serum harus dibekukan segera
untuk mencegah kerusakan gastrin oleh enzim proteolitik. Gastrin serum
diukur dengan cara radioimmunoassay (RIA).
c. Interpretasi
Kadar basal gastrin serum lebih besar dari 500 pg/ml pada pasien yang
mensekresi asam lambung berlebihan dan tidak menderita gagal ginjal
merupakan petunjuk yang kuat untuk gastrinoma. Sekitar 40% pasien dengan
sindroma Zollinger-Ellison mempunyai konsentrasi gastrin serum puasa 100
hingga 500 pg/ml, sedangkan sekitar 10% pasien dengan tukak peptik tanpa
bukti gastrinoma mempunyai konsentrasi gastrin puasa dalam batas-batas
tersebut
3. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan laboratorium darah yang bisa dilakukan meliputi pemeriksaan
kadar hemoglobin (Hb), leukosit, eritrosit, dan laju endap darah. Spesimen darah
yang biasa digunakan diambil dari darah vena. Pemeriksaan kadar hemoglobin
bertujuan untuk menetapkan atau mengetahui kadar hemoglobin dalam darah.
Nilai normal kadar hemoglobin pada laki-laki sekitar 14-18 gram/dL, sedangkan
pada wanita adalah sekitar 12-16 gram/dL. Pemeriksaan leukosit bertujuan
untuk menghitung jumlah leukosit dalam darah dengan nilai normal sekitar
5.000-10.000/mm3. Pemeriksaan eritrosit bertujuan untuk menghitung jumlah
eritrosit dalam darah dengan nilai normal pada laki-laki sekitar 4,5-5,5 juta/mm3
darah, sedangkan pada wanita 4-5 juta/ mm3 darah.
Prinsip pemeriksaan laju endap darah adalah mengendapkan sel-sel darah
pada darah yang sudah diberi koagulan setelah didiamkan dalam waktu tertentu.
Dalam pemeriksaan ini yang dihitung adalah kecepatan waktu mengendapnya.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui sel-sel darah yang mengendap
dalam waktu tertentu, dengan prosedur:
a. Sediakan tabung/botol yang telah diisi dengan 0,4 ml larutan natrium sitrat
3,8%.
b. Isap darah vena sebanyak 1,6 ml dan masukan ke dalam botol yang berisi
natrium sitrat tersebut.
c. Campur larutan dengan gerakan melingkar secara perlahan-lahan.
d. Isap campuran darah tersebut ke dalam pipet Westregren dengan bantuan
karet pengisap sampai garis bertanda 0 mm.
e. Biarkan pipet dalam posisi tegak lurus pad arak Westergren selama 60
menit.
f. Bacalah tingginya lapisan plasma pada jam pertama dan jam kedua dari 0
sampai batas plasma dengan endapan darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan
dalam millimeter per jam dan 2 jam. Nilai normal pada laki-laki 0-10
mm/jam, sedangkan pada wanita 1-20 mm/jam.
Peran perawat :
Pre :
- Mengkaji status kesehatan pasien
- Mempersiapkan pasien dan alat yang akan digunakan untuk
pengambilan spesimen
- Menjelaskan tujuan dilakukannya tindakan
Intra :
- Mengumpulkan spesimen darah atau cairan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan
- Memberkan label pada tabung yang berisi nama pasien dan
tanggal
Post :
- Memberikan sampel / spesimen darah ke bagian medis seperti
analis untuk dilakukan pemeriksaan
- Melakukan dokumentasi
4. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau
tidak.
5. Pemeriksaan Darah Samar
a. Deskripsi
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan oleh iritasi
ringan maupun kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi
muntah darah, tinja terdapat darah segar atautinja berwarna kehitaman
(melena). Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak
merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa
merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Darah segar dari rectum merupakan indikasi adanya perdarahan dari usus
besar bagian bawah (misalnya hemoroid), dan feses berwarna coklat hitam
menunjukkan kehilangan > 50 ml darah saluran pencernaan bagian atas.
b. Prosedur Pemeriksaan Darah Samar
1) Berbagai regen untuk pemeriksaan darah dapat digunakan. Ortolidin
(Occultest) dianggap sebagai pemeriksaan yang paling sensitif.
2) Hindari makan daging, unggas, dan ikan selama 2-3 hari sebelum
pemeriksaan feses.
3) Catat obat-obat yang diminum klien pada formulir laboratorium.
4) Dapatkan specimen feses (sedikit), dan kirimkan ke laboratorium atau
periksa dengan menggunakan sebuah kit untuk mendeteksi darah samar.
Specimen feses diperoleh dari pemeriksaan rektal.
Peran perawat :
Pre :
- Mengedukasi pasien untuk menghindari makanan daging, unggas
dan ikan 2-3 hari
- Mencatat obat-obat yang diminum pasien
Intra :
- Gunakan sarung tangan dan mengambil spesimen feses untuk
dilakukan pemeriksaan darah samar
- Memberikan label berisi tanggal pemeriksaan, nama
pasien dan jenis spesimen
Post :
- Mengirim spesimen ke laboratorium
- Melakukan dokumentasi
6. Tes Feses
Dalam melakukan tes feses tedapat tujuan pemeriksaan,antara lain :
a. Melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac
b. Analisa produk diet dan sekresi saluran cerna.
Feses mengandung banyak lemak: steatorrhea, kemungkinan ada
masalah dalam penyerapan lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar
empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung
empedu.
c. Mengetahui adanya telur cacing atau cacing dalam tinja
Pemeriksaan telur-telur cacing dari tinja terdiri dari dua macam cara
pemeriksaan, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif
dilakukan dengan menggunakan metode natif, metode apung, dan metode
harada mori. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan metode kato.
1) Pemeriksaan Kualitatif
a) Metode Natif
Metode ini digunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik
untuk infeksi berat. Cara pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl
fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaa eosin 2% dimaksudkan
untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran
disekitarnya.
Maksud :Menemukan telur cacing parasit pada feces yang
diperiksa.
Tujuan :Mengetahui adanya infeksi cacing parasit pada seseorang
yang diperiksa fecesnya.
Kekurangan :dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit
terdeteksi.
Kelebihan : mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua
spesies, biaya yang di perlukan sedikit, peralatan yang di gunakan
sedikit.
b) Metode Apung (Flotation method)
Metode ini menggunakan larutan NaCl jenuh, larutan gula atau
larutan gula jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur
sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati. Metode ini
digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur.
Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan,
sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk
memisahkan partikel-partikelbesar yang terdapat dalam tinja.
Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda,
Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori dari famili
Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang
infertil.
Maksud : Mengetahui adanya telur cacing parasit usus untuk infeksi
ringan.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada
seseorang yang diperiksa fecesnya.
Kekurangan : penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang
lama, perlu ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak
turun lagi
Kelebihan : dapat di gunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur
dapat terlihat jelas.
c) Metode Harada Mori
Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi
larva cacing Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus,
Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus yang didapatkan dari
feses yang diperiksa. Teknik ini memungkinkan telur cacing dapat
berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama
kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan didalam air
yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Maksud : Mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale,
Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus
sp. atau mencari larva cacing-cacing parasit usus yang menetas diluar
tubuh hospes.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing tambang.
Kekurangan : Dilakukan hanya untuk identifikasi infeksi cacing
tambang,waktu yang dibutuhkan lama dan memerlukan peralatan yang
banyak.
Kelebihan : lebih mudah dilakukan karena hanya untuk
mengidentifikasi larva infektif mengingat bentuik larva jauh lebih
besar di bandingkan dengan telur.
2) Pemeriksaan Kuantitatif
a) Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique)
atau disebut teknik Kato. Teknik ini dianjurkan untuk pemeriksaan
secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur
cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa.
Maksud : Menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung
jumlah telur
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk
mengetahui berat ringannya infeksi cacing parasit usus
Kekurangan : Bahan feses yang di gunakan banyak.
Kelebihan : Dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita
berdasar jumlah telur dan cacing, baik di kerjakan di lapangan, dapat
digunakan untuk pemeriksaan tinja masal karena murah dan
sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi sehingga dapat di
diagnosis.
Peran perawat :
Pre :
- Mempersiapkan pasien dan alat yang akan digunakan
- Menjelaskan tujuan dari tindakan yang dilakukan
- Mengedukasi pasien untuk hanya mengambil sampel feses, tidak
harus semuanya
- Perawat mengingatkan ke pasien untuk defekasi pada secara
bersih (tidak terkena air kencing, darah menstruasi, jatuh, dsb)
agar spesimen tidak terkontaminasi dan tidak mempengaruhi
hasil pemeriksaan
Intra :
- Gunakan sarung tangan ketika mengambil spesimen, mengambil
jumlah spesimen tergantung pemeriksaan yang akan dilakukan
- Memberikan label berisi tanggal pemeriksaan, nama pasien dan
jenis spesimen
Post :
- Mengirim sampel feses ke laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan
- Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Denden, Rahayuningsih, T. (2010).KeperawatanMedikalBedah(


SistemPencernaan ).Jogjakarta :Gosyen Publishing
Linton, A.D. (2012). Introduction to Medical Surgical Nursing. 5th Ed Philadelphia:
Elsevier Sounders.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W. d., 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai