KEPERAWATAN KRITIS
i
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
PADA AN. T DENGAN DSS DI RUANG HCU RSI AMINAH BLITAR
Disusun Oleh:
Diah Prameswari
NIM 1812043
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KRITIS
Mengetahui,
Pembimbing Penguji
Ns. RR Dewi Rahmawaty A.P., S.Kep, MNS Ning Arti Wulandari, M.Kep.
iii
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul.......................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ................................................................................................................. ii
Daftar Isi................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 3
2.1 Pengertian .................................................................................................................... 3
2.2 Anatomi dan Fisiologi ................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi ................................................................................................................. 5
2.4 Klasifikasi .................................................................................................................... 7
2.5 Manifestasi Klinis ........................................................................................................ 7
2.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan Fisik ........................................................................................................ 10
2.8 Terapi ........................................................................................................................... 10
2.9 Penatalaksanaan ........................................................................................................... 12
2.10 Pathway ....................................................................................................................... 13
2.11 Pengkajian ................................................................................................................... 13
2.12 Analisa Data ................................................................................................................ 14
2.13 Diagnosa Keperawatan ................................................................................................ 15
2.14 Intervensi Keperawatan ............................................................................................... 15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................. 21
3.1 Format Pengkajian ....................................................................................................... 21
3.2 Analisa Data ................................................................................................................ 27
3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................................................ 28
3.4 Intervensi Keperawatan ............................................................................................... 28
3.5 Implementasi dan Evaluasi .......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 48
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum :
Memberikan gambaran secara umum asuhan kepererawatan pasien dengan Dengue Syok
Syndrom (DSS)
b. Tujuan khusus :
1) Mengenal apa yang dimaksud dengan dengue syok sindrom
2) Mengetahui etiologi, patofisiologi, manifestasi dengue syok sindrom
3) Mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan dengue syok sindrom
1
4) Mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada dengue syok sindrom
5) Memahami rencana keperawatan pada dengue syok sindrom
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak,
remaja atau orang dewasa dengan tanda klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang di
sertai leucopenia dengan atau tanpa ruam, sakit kepala hebat, nyeri pada pergerakan bola
mata, rasa yang mengecap yang terganggu, trombositopenia, dan bintik-bintik perdarahan
spontan (Syaefoellah,1999)
Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, di sebabakan oleh
virus di tandai dengan permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis, dan pada kasus berat
sindrom syok kehilangan protein (Nelson, 1999).
Dengue adalah penyakit demam akut di sebabkan oleh virus dengan gejala demam,
nyeri kepala otot dan sendi, dapat terjadi erupsi kulit berupa rosela di tularkan melalui
nyamuk aedes aegypti dengan masa inkubasi 35 hari (Laksamana, 2003)
Dengue hemorogic fever adalah penyakit yang di sebabakan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti yang terdapat pada anak, orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot,
dan nyeri sendi yang di sertai ruam atau tanpa ruam. (Aristanaoka, 2008)
Jadi kesimpulannya DHF adalah penyakit yang di sebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes
Aegypti yang terdapat pada anak, remaja, orang dewasa dengan gejala demam, nyeri otot,
atau nyeri sendi yang di sertai ruam atau tanpa ruam.
4
Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat di hentikan sama
sekali. Bila kegiatanya tidak berhasil sempurna , maka berarti berkurangnya jumlah sel
darah putih/ kalah sampai 5000 atau kurang/ leukopenia (Pearce,2000).
Menurut Broom (1999) trombosit terdapat kira-kira 250.000 – 500.000 per mm
darah. Trombosit cenderung menutupi kerusakan pemukaan, dan terdapat pelepasan
zat yang perlu untuk koagulasi darah. Trombosit kira kira berumur 4 hari dalam
darah. Trombosit di buang oleh sel-sel fagosit dalam limfa. Normalnya waktu
terobosan dalam endotelium kapiler dengan cepat di tutup oleh kerja trombosit.
Namun bika konsentrasi trombosit turun di bawah kira-kira 40.000 per mm (seperti
terjadi dalam reaksi alergi terhadap obat) perdarahan kapiler telah terjadi pada kulit,
usus dan otak.
Jadi kesimpulannya fisiologi yang akan terganggu pada kasus DHF adalah trombosit.
2.3 PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam
asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001).Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah
dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang
biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi
bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi .
Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan
dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti
pembuluh darah dibawah kulit pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
5
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena. .Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler
dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal
jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan. Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan
dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa
perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakolgis
yang bekerja singkat. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia
dan gangguan koagulasi. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plamsa,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. perdarahan
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan
fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.
Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC
pada DHF/DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat. Terjadinya trombositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF. Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya
6
mega karoisit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit
menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop
membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis
hemoragik, renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma
klien mengalami hipovolemik.
2.4 KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,
yaitu :
- Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
- Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti ptekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi. Ditemukan pula perdarahan kulit.
- Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt)
tekanan nadi sempit , tekanan darah menurun.
- Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur,anggota gerak teraba dingin, berkeringat
dan kulit tampak biru.
9
o Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
8. Foto toraks lateral dekubitus kanan. Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler
2.8 TERAPI
Belum atau tanpa renjatan:
a. Grade I dan II :
1. Oral ad libitum atau
2. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan
BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan
minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.
10
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak-
banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang
diestimasikan sebagai berikut :
- 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
- 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
- Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk antipanas,
darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan ;
b. Grade III
1. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10
mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan
dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk
mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai
berikut :
- 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
- 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
- 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
- 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
2. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut memperoleh plasma atau
plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan
dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
11
3. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam
keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah,
akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30
mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
2.9 PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring atau istirahat baring.
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau
kejang-kejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif/ negatif,
kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
- Panas disertai perdarahan
- Panas disertai renjatan.
b. Diet makan lunak.
c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda- tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
l. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang
hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan
12
yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb
yang mencolok.
2.10 PATHWAY
Resiko syok
2.11 PATHWAY
Hipovolemia
Hipovolemia
Resiko
Resiko perfusi
perfusi perifer
perifer
tidaktidak efektif
efektif
Nyeri akut
Resiko
Resiko Perdarahan
Perdarahan
Pola Pola
nafasnafas
tidaktidak efektif
efektif
Nausea
Keterangan : Diagnosa menurut teori yang terjadi pada pasien : Diagnosa menurut teori
Defisit Nutrisi
2.11 PENGKAJIAN
a. Biodata klien
Meliputi identitas pasien dan keluarga.
b. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang.
13
Biasanya klien demam, lemah, sakit kepala, anemia, nyeri ulu hati dan nyeri otot.
- Riwayat kesehatan keluarga.
Sebelumnya apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
- Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit yang sama.
e. Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis, samnolen, koma (tergantung derajat DHF) TTV :
Biasanya terjadinya penurunan
2. Kepala
- Wajah : Kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis
- Mulut : Perdarahan gusi, muosa bibir kering dan kadang-kadang lidah kotor dan
hiperemia pada tenggorokan
- Leher : Tidak ada masalah
- Thorak
d. Paru : Pernafasan dangkal, pada perkusi dapat ditemukan bunyi redup karena efusi
fleura
- Jantung : Dapat terjadi anemia karena ekurangan cairan
- Abdomen : Nyeri ulu hati, pada palpasi dapat ditemukan pembesaran hepar dan
limpa
e. Ekstremitas : Nyeri sendi
f. Kulit : Ditemukan ptekie, ekimosis, purpura, hematoma, hyperemia
15
Lakukan pendinginan eksternal
(kompres dingin)
Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2 Nausea berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual
dengan distensi keperawatan 1x24 jam Observasi
lambung diharapkan tingkat nausea Identifikasi pengalaman mual
menurun dengan kriteia Identifikasi isyarat non verbal
hasil : ketidaknyamanan (mis : bayi, anak-
Nafsu makan meningkat anak dan yag tidak bisa komunikasi
Keluhan mual menurun secara efektif)
Perasaan ingin muntah Identifikasi dampak mual terhadap
menurun kualitas hidup
Perasaan asam di mulut Identifikasi factor penyebab mual
menurun Identifikasi antiemetic untuk
Jumlah saliva menurun mencegah mual
Monitor mual (mis : frekuensi,
durasi, dan tingkat keparahan )
Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
Kendalikan factor lingkungan
penyebab mual (mis : bau tak
sedap, suara)
Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual (mis : kecemasan,
ketakutan, kelelahan )
16
Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik
Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau, dan tidak
berwarna, jika perlu
Edukasi
Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual (mis :
relaksasi, terapi music )
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetic,
jika perlu
3 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam Observasi
gangguan koagulasi diharapkan tingkat Monitor tanda dan gejala
(trombositopenia) perdarahan menurun perdarahan
dengan kriteria hasil : Monitor nilai hematocrit/ hb
Kelembapan membrane sebelum dan setelah kehilangan
mukosa meningkat darah
Distensi abdomen Monitor tanda-tanda vital ortostatik
menurun Monitor koagulasi
Hemoglobin membaik Terapeutik
Hematocrit membaik Pertahankan bed rest selama
Tekanan darah membaik perdarahan
Denyut nadi apical Hindari pengukuran suhu rektal
17
membaik Edukasi
Suhu tubuh membaik Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari
konstipasi
Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
4 Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovelemia
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam Observasi
kehilangan cairan diharapkan status cairan Periksa tanda dan gejala
aktif membaik dengan kriteria hipovolemia (mis : frekuensi nadi
hasil : meningkat, nadi teraba lemah, TD
Kekuatan nadi menurun, tekanan nadi menyempit,
meningkat turgor kulit menurun, membrane
Turgor kulit meningkat mukosa kering, volume urine
Output urine meningkat menurun, ht meningkat, haus,
menurun trendelenburg
18
Edema perifer menurun Berikan asupan cairan oral
TTV membaik Edukasi
Membrane mukosa Anjurkan memperbanyak asupan
membaik cairan oral
Kadar Hb membaik Anjurkan menghindari perubahan
Kadar ht membaik posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonic (Nacl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (glukosa 2,5%, Nacl
0,4%)
Kolaborasi pemberian produk
darah
Kolaborasi pemberian cairan
isotonic (albumin, plasma)
5. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam Observasi
adanya perdarahan diharapkan tingkat syok Monitor status kardiopulmonal
menurun dengan kriteria (frekuensi dan kekuatan nadi,
hasil : frekuensi nafas, TD, MAP).
Kekuatan nadi Monitor status oksigenasi
meningkat (oksimetri nadi)
Tingkat kesadaran Monitor status cairan (masukan
meningkat dan haluaran, turgor kulit, CRT)
Saturasi oksigen Monitor tingkat kesadarandan
meningkat respon pupil
Akaral dingin menurun Periksa riwayat alergi
Pucat menurun Terapeutik
Haus menurun Berikan oksigen untuk
Tekanan darah membaik mempertahankan saturasi oksigen
Tekanan nadi membaik >94%
19
Frekuensi nadi membaik Pasang jalur IV, jika perlu
Frekuensi nafas Pasang kateter urine untuk menilai
membaik produksi urine, jika perlu
Lakukan skin test untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi
Jelaskan penyebab/ factor resiko
syok
Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
Anjurkan melapor jika menemukan
atau merasakan tanga dan gejala
awal syok
Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN RS NGUDI WALUYO
BEKERJA SAMA DENGAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
FORMAT PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 17 September 2020 Jam : 07.00 wib
Tanggal MRS : 16 September 2020 NO. RM : 026xxx
Ruang/Kelas : HCU Dx. Masuk : DSS
Dokter yang merawat : Mutia Farah FDF, Sp.A
Nama : An. T Jenis Kelamin :L
Umur : 10 tahun Status Perkawinan : -
Identitas
Keluhan utama :
Sesak dan panas
21
Kardiovaskuler Irama jantung: ● Reguler Ireguler S1/S2 tunggal ● Ya Tidak
Nyeri dada: Ya Tidak
Bunyi jantung: Normal Murmur Gallop lain-lain
CRT: ○ < 3 dt ● > 3 dt
Akral: Hangat Panas Dingin kering Dingin basah
Masalah : -
GCS Eye : 3 Verbal : 4 Motorik : 4 Total: 11
Persyarafan
Masalah: -
Kebersihan: Bersih Kotor
Urin: Jumlah : ±500 cc Warna: kuning Bau: khas
Alat bantu (kateter, dan lain-lain): terpasang kateter
Perkemihan
22
Nafsu makan: Baik Menurun Frekuensi: 2-3 x/hari
Porsi makan: Habis Tidak 2-5 sendok Ket: mual
Diet : BH-TKTP
Minum: ± 500 ml Jenis: air putih
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: Bersih Kotor Berbau
Mukosa Lembab Kering Stomatitis
Pencernaan
Masalah: Nausea
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
Muskuloskeletal/ Integumen
5 5
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik ● Kemerahan Pucat Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/nyeri/fungsiolesa
Lain-lain : pthecia (+) di lengan kiri
Masalah: -
Pembesaran Tyroid Ya Tidak
Higiene Personal Endokrin
23
Orang yang paling dekat: Ibu
Psiko-sosio-spiritual
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: baik
Kegiatan ibadah: baik
Lain-lain :
Masalah: -
24
Laboratorium
Tgl. 16 September 2020
NAMA NILAI NORMAL HASIL
HB 13 – 18 gr/dl 19,8 *
WBC 4000 – 11000/cmm 3400 *
PLT 150000 - 450000 35.000 (duplo) *
HCT 35-47 53 *
Diffcount 1-2/0-1/3-5/54-62/25- 0/0/9/59/29/3
33/3-7
MCV 80 -100 fL 84
MCH 26 – 34 pg 31
MCHC 32 – 36 g/dl 37
Widal O Negatif + 1/160 *
Widal H Negatif + 1/80 *
Widal A Negatif + 1/320 *
Pemeriksaan penunjang
25
Tgl. 18 September 2020
NAMA NILAI NORMAL HASIL
HB 13 – 18 gr/dl 15,2
WBC 4000 – 11000/cmm 4300
PLT 150000 – 450000 19000 *
Radiologi/USG, dll
HCT 35-47 41
Diffcount 0-2/0-1/3-5/54-62/25- 0/0/9/45/35/11
33/3-7
MCV 81 83
MCH 27 31 *
MCHC 32 – 36 g/dl 37 *
*Tidak normal
Thorax :
Efusi pleura dextra, hemidiafragma dextra lebih tinggi
NAMA KEGUNAAN
Inf. RL 200 cc/jam sebagai penurun demam untuk segala penambah
cairan dan elektrolit tubuh untuk mengembalikan
keseimbangannya
Infus sanmol 500 mg k/p segala usia dan pereda nyeri seperti sakit kepala, sakit
gigi dan nyeri ringan lainnya
Inj. Terfacef 2 x 750 mg mengobati berbagai penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri
Inj. Acran 2 x 50 mg mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
kelebihan produksi asam lambung, seperti sakit maag
Terapi:
ANALISA DATA
No Data Etiologi Diagnosa
26
Keperawatan
1 DS :- Peningkatan permeabilitas Hipovolemia
DO : kapiler
Nadi = 100x/menit
Resiko syok
Nadi teraba lemah
Turgor kulit menurun Renjatan hipovolemik dan
Membrane mukosa kering hipotensi
HCT = 49%
Kebocoran plasma
S = 38 0C
Hipovolemia
2 DS : Viremia Hipertermi
Ibu pasien mengatakan 3 hari ini
nyeri perut melilit, hilang timbul Mengaktivasi system
komplemen
dan badannya panas
DO : Membentuk dan
S = 38 0C melepaskan zat C3a, C5a
N = 100 x/menit
Mukosa kering PGE2 Hipotalamus
PLT : 17000
Hipetermia
WBC : 2500
27
Ibu pasien mengatakan 3 hari ini
nyeri perut melilit, hilang timbul Ke ekstravaskuler
dan badannya panas
Hepar
DO :
Tampak meringis Hepatomegali
Gelisah
Nadi : 100x/menit Nyeri akut
6 DS : Kebocoran plasma Nausea
Ibu pasien mengatakan anaknya
mual tapi tidak muntah, nafsu Ekstravaskuler
makan menurun.
Abdomen
DO :
N = 100 x/menit Acites
Pasien tampak mual
Mukosa bibir kering Mual, muntah
Kembung
Nausea
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya pernafasan dibuktikan
dengan dipsneu.
3. Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan peningkatan suhu.
4. Resiko perdarahan dibuktikan dengan trombositopeni.
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan keluhan nyeri.
6. Nausea berhubungan dengan distensi lambung dibuktikan dengan mual.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa SLKI SIKI
1 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
berhubungan tindakan keperawatan 2 Observasi
dengan
peningkatan
x 24 jam status cairan Periksa tanda dan gejala hipovolemia
permeabilitas membaik dengan kriteria Monitor intake dan output cairan
kapiler hasil : Terapeutik
Kekuatan nadi Hitung kebutuhan cairan
meningkat Berikan asupan cairan oral
Turgot kulit membaik Edukasi
Dispnea menurun – Anjurkan memperbanyak asupan cairan
16-20x/menit oral
28
Membrane mukosa Anjurkan menghindari perubahan posisi
membaik : lembab mendadak
Suhu tubuh membaik Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian produk darah
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif tindakan keperawatan 2 Observasi
berhubungan x 24 jam pola nafas Monitor pola nafas
dengan membaik dengan kriteria Monitor sputum
hambatan hasil : Terapeutik
upaya Dipsneu menurun Posisikan semi fowler atau fowler
pernafasan Frekuensi nafas Berikan minum hangat
dibuktikan membaik Berikan oksigen, jika perlu
dengan dipsneu Kedalaman nafas
membaik
3 Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen hipertermi
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan proses 1x6 jam, diharapkan Identifikasi penyebab hipertermia
penyakit termoregulasi normal (misal dehidrasi)
dengan kriteria hasil :
Menggigil menurun Monitor suhu tubuh
29
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Pemberian cairan dan elektrolit int/ravena,
jika perlu
4 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
perdarahan tindakan keperawatan Observasi
dibuktikan
1x24 jam diharapkan Monitor tanda dan gejala perdarahan
dengan
trombositopeni tingkat perdarahan Monitor nilai hematokrit/hemoglobiin
menurun dengan kriteria sebelum dan setelah kehilangan darah
hasil : Monitor tanda-tanda vital ortostatik
Kelembapan Terapeutik
membrane mukosa Pertahankan bed rest selama perdarahan
meningkat Edukasi
Kelembabpan kulit Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
meningkat Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Hemoglobin membaik untuk menghindari konstipasi
13 – 18 gr/dl Anjurkan segera melapor jika terjadi
Hematokrit membaik perdarahan
35-47 % Kolaborasi
Kolaborasi pemberian produk darah,
jika perlu
5 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 2 Observasi
dengan agen
x 24 jam tingkat nyeri Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera fisik
dibuktikan menurun dengan kriteria frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
dengan keluhan hasil : Identifikasi skala nyeri
nyeri
Keluhan nyeri Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun ke skala 0 Identifikasi faktor yang memperberat
Meringis menurun dan memperingan nyeri
Frekuensi nadi
membaik : 80- Terapeutik
88x/menit Berikan teknik nonfarmakologis untuk
30
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
6 Nausea Setelah dilakukan Manajemen mual
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan distensi 2x24 jam diharapkan Identifikasi pengalaman mual
lambung tingkat nausea menurun
Identifikasi isyarat non verbal
dengan kriteria hasil :
Nafsu makan ketidaknyamanan (mis : bayi, anak-anak
31
dan menarik
Berikan makanan dingin, cairan bening,
tidak berbau, dan tidak berwarna, jika
perlu
Edukasi
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Anjurkan sering membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang mual
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (mis : relaksasi, terapi
music )
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetic, jika
perlu
36
Berikan kompres hangat dengan hotpack
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
6 17/9/20 11.2 mengidentifikasi Jam 12.40 wib
0 factor penyebab S :
wib mual Ibu pasien mengatakan anaknya masih mual
memonitor Ibu pasien mengatakan anaknya makan 2-3
frekuensi, durasi, sendok saja
dan tingkat O :
keparahan mual Nadi : 92x/menit
memonitor asupan Pasien tampak pucat
nutrisi dan kalori A : Masalah belum teratasi
memberikan Indikator Awal Akhir Analisa
makanan dalam Nafsu Ibu pasien Ibu pasien Belum
37
Anjurkan memakan makanan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
Berikan injeksi Acran 50 mg
18 September 2020
1 18/9/20 07.2 Memeriksa tanda Jam 15.00 wib
0 dan gejala S:-
wib hipovolemia O:
Nadi : 88x/menit Terpasang oksigen 3 lpm
Turgor kulit Nadi : 84x/menit, regular dan kuat
menurun TD : 110/75 mmHg
Membran mukosa Turgor kulit menurun
kering Membran mukosa kering
0
Suhu : 37,4 C
Suhu : 37 0C
Memonitor intake
A : Masalah teratasi Sebagian
cairan : 2819,5
Indikator Awal Akhir Analisa
cc/7 jam dan
Kekuatan Lemah Kuat Belum
output cairan : nadi teratasi
1494 cc/7jam : meningkat
39
Menganjurkan Menggigi Pasien Pasien Teratasi
l menurun menggigil tidak
banyak minum
menggigil
Memberikan
Takikardi 30x/menit 24x/menit Teratasi
kompres hangat menurun
Memberi sanmol Suhu 37,40 C 370 C Teratasi
infus 500 mg tubuh
membaik
Memberikan cairan
Suhu Dingin Cukup Teratasi
infus RL 200
kulit basah hangat
ml/jam membaik
P : Intervensi dihentikan
4 18/9/20 07.5 Memonitor tanda Jam 15.30 wib
0 dan gejala S : -
wib perdarahan O:
Memonitor nilai Kekuatan nadi meningkat
hematokrit/hemogl Akral hangat
oblin sebelum dan Pasien tidak pucat
setelah kehilangan N : 84 x/menit
darah PLT : 19.000 g/dl
Memonitor tanda- A : masalah tidak menjadi aktual
tanda vital Indikator Awal Akhir Analisa
ortostatik
Kelembaban Kering kering Belum
Mempertahankan membrane teratasi
mukosa
bed rest selama
meningkat
perdarahan
Kelembaban Kering kering Belum
Menganjurkan kulit teratasi
meningkatkan meningkat
asupan cairan Hemoglobin 16,5 15,2 g/dl Teratasi
membaik g/dl
untuk menghindari
konstipasi Hematokrit 49% 41% Teratasi
membaik
menganjurkan
P : Lanjutkan intervensi
segera melapor jika
Monitor tanda dan gejala perdarahan
terjadi perdarahan
Monitor nilai hematokrit/hemoglobiin sebelum
40
Berkolaborasi dan setelah kehilangan darah
pemberian TC 2 Monitor tanda-tanda vital ortostatik
kolf Pertahankan bed rest selama perdarahan
Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
5 18/6/20 08.0 Mengidentifikasi Jam 15.40 wib
0 lokasi, karakteristik, S :
wib durasi, P : Ibu pasien mengatakan nyeri perut
frekuensi,kualitas, berkurang banyak
intensitas nyeri Q : ibu pasien mengatakann nyerinya melilit
Mengidentifikasi R : ibu pasien mengatakan nyerinya di perut
skala nyeri : 4 S : Ibu pasien mengatakan nyerinya skala 3
Mengidentifikasi T: Ibu pasien mengatakan nyeri hilang timbul
respons nyeri non O :
verbal : meringis Pasien sesekali tampak meringis
Mengidentifikasi Nadi : 84x/menit
faktor yang A : masalah teratasi sebagian
memperberat dan Indikator Awal Akhir Analisa
memperingan nyeri Keluhan ibu pasien Ibu pasien Belum
Memberikan nyeri mengataka mengataka teratasi
kompres hangat menurun n anaknya n nyeri
dengan hotpack sesekali perut agak
Kontrol lingkungan tampak berkurang
yang memperberat meringis
rasa nyeri kesakitan
Meringis Meringis Meringis Belum
Menjelaskan
menurun teratasi
penyebab, periode, Frekuensi 92x/menit 84x/menit Teratasi
dan pemicu nyeri nadi
Menjelaskan membaik
41
strategi meredakan P : Lanjutkan intervensi
nyeri Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Berikan kompres hangat dengan hotpack
6 18/9/20 08.1 memonitor Jam 12.40 wib
0 frekuensi, durasi, S :
wib dan tingkat Ibu pasien mengatakan mual sudah berkurang
keparahan mual Ibu pasien mengatakan anaknya makan habis ¼
memonitor asupan porsi
nutrisi dan kalori O:
memberikan Nadi : 84x/menit
makanan dalam Kulit pasien tampak pucat
jumlah kecil dan A : Masalah teratasi Sebagian
menarik Indikator Awal Akhir Analisa
menganjurkan Nafsu Ibu pasien Ibu pasien Teratasi
membersihkan porsi
Keluhan Ibu pasien Ibu pasien Belum
mulut
mual mengatakan mengatakan teratasi
menganjurkan
menurun anaknya anaknya
memakan
mual masih mual
makanan tinggi Pucat Pasien Pasien Belum
karbohidrat dan membaik tampak tampak teratasi
rendah lemak pucat pucat
memberikan Takikardi 92x/menit 84x/menit Teratasi
42
Monitor asupan nutrisi dan kalori
Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Anjurkan sering membersihkan mulut
Anjurkan memakan makanan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
Berikan injeksi Acran 50 mg
19 September
2020
1 19/9/20 07.3 Memeriksa tanda Jam 15.00 wib
0 dan gejala S:-
wib hipovolemia O:
Nadi : 84x/menit Nadi : 84x/menit, regular dan kuat
Turgor kulit TD : 105/75 mmHg
membaik Turgor kulit menurun
Membran mukosa Membran mukosa lembab
lembab Suhu : 36,7 0C
Suhu : 36,90C A : Masalah teratasi
Memonitor intake Indikator Awal Akhir Analisa
cairan : dan output
Kekuatan Kuat Kuat Teratasi
cairan : nadi
Menghitung meningkat
43
perubahan posisi
mendadak
Berkolaborasi
pemberian cairan
IV RL 200/jam
2 19/9/20 07.4 Memonitor pola Jam 12.00 wib
0 nafas : 24 x/menit S : Ibu pasien mengatakan sesak anaknya berkurang
wib memposisikan O:
semi fowler Terpasang oksigen 3 lpm
Memberikan SpO2 : 99%
minum hangat RR : 24x/menit
Memberikan A : Masalah teratasi
oksigen 3 lpm Indikator Awal Akhir Analisa
Dipsneu 24x/menit 24x/menit Teratasi
menurun
Frekuens 24x/menit 24x/meni Teratasi
i nafas t
membaik
P : Hentikan intervensi
4 19/6/20 07.5 Memonitor tanda Jam 12. 30 wib
0 dan gejala S : -
wib perdarahan O:
Memonitor nilai Kekuatan nadi meningkat
hematokrit/hemogl Akral hangat
oblin sebelum dan Pasien tidak pucat
setelah kehilangan N : 84 x/menit
darah PLT : 19.000 g/dl
Memonitor tanda- A : masalah tidak menjadi aktual
tanda vital
ortostatik
Mempertahankan Indikator Awal Akhir Analisa
bed rest selama Kelembaban kering lembab Teratasi
perdarahan membrane
mukosa
44
Menganjurkan meningkat
meningkatkan Kelembaban kering lembab Teratasi
asupan cairan kulit meningkat
46
Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Anjurkan sering membersihkan mulut
Anjurkan memakan makanan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
Berikan injeksi Acran 50 mg
47
DAFTAR PUSTAKA
Laksamana,T.Hendra.(2003).Kamus Kedokteran.Jakarta:FKUI
48
LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME SISTEM
CARDIOVASCULER
GAWAT DARURAT DI UGD RSI AMINAH BLITAR
Disusun Oleh :
Diah Prameswari
NIM 1812043
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
49
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME SISTEM CARDIOVASKULER
KEPERAWATAN KRITIS
Mengetahui,
Pembimbing
50
Ns. RR Dewi Rahmawaty Aktyani Putri, S.Kep., MNS
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik
miokard tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna untuk
mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Walaupun patogenesa angina mengalami
perubahan dari tahun ke tahun, akan tetapi pada umumnya dapat dibedakan 3 tipe angina
yaitu :
inotropik jantung sehingga kebutuhan O akan bertambah seperti pada aktifitas fisik,
2
udara dingin dan makan yang banyak.
51
Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada patologi biasanya
ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri tersendiri.
Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik miokard akut
yang berada di antara angina pektoris stabil dan infark miokard akut. ATS adalah suatu
sindroma klinik yang berbahaya dan merupakan tipe angina pektoris yang dapat
berubah menjadi infark miokard ataupun kematian.
Sindroma ATS telah lama dikenal sebagai gejala awal dari infark miokard akut
(IMA).
Terminologi ATS harus tercakup dalam kriteria penampilan klinis sebagai berikut :
b. Angina progresif
Angina timbul saat aktifitas fisik yang berubah polanya dalam 1 bulan terakhir, yaitu
menjadi lebih sering, lebih berat, lebih lama, timbul dengan pencetus yang lebih ringan
dari biasanya dan tidak hilang dengan cara yang biasa dilakukan. Penderita sebelumnya
menderita angina pektoris stabil.
1.2 Penyebab
Penyebab angina pektoris antara lain adalah aterosklerosis, spasme pembuluh koroner,
latihan fisik, pajanan terhadap dingin, makan makanan berat dan stres.
53
1.3 Pengenalan Klinis
1. Gejala
Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit, tetapi
dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa terbakar.
Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara tulang skapula,
daerah rahang ataupun lengan. Sewaktu angina terjadi, penderita dapat sesak napas
atau rasa lemah yang menghilang setelah angina hilang. Dapat pula terjadi palpitasi,
berkeringat dingin, pusing ataupun hampir pingsan.
2. Pemeriksaan fisik
Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi dapat
terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi
denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada waktu serangan angina.
3. EKG
EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat normal,
stress test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer. Tujuan dari
stress test adalah :
54
menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk
menyingkirkan adanya IMA.
1.4 Patofisologi
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak menetap
akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O miokard. Beberapa keadaan
2
yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersama- sama yaitu :
suplai O ke miokard.
2
3. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah
sehingga menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk
trombus dan keadaan ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh
darah.
55
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik sehingga
penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi mikroemboli dan
menyumbat pembuluh darah yang lebih distal. Trombosis akut ini diduga berperan
dalam terjadinya ATS.
Beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses aterosklerosis antara
lain adalah :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah : Umur, jenis kelamin dan riwayat penyakit
dalam keluarga.
2. Faktor risiko yang dapat diubah : Merokok, hiperlipidemi, hipertensi, obesitas dan
DM.
Foto thoraks pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto thoraks lebih
sering menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat infark miokard atau
penderita dengan nyeri dada yang bukan berasal dari jantung. Manfaat pemeriksaan foto
thorak secara rutin pada penderita angina masih dipertanyakan.
56
Uji latih beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang sudah baku. Dari segi
biaya, tes ini merupakan termurah bila dibandingkan dengan tes echo. Untuk
mendapatkan informasi yang optimal, protocol harus disesuaikan untuk masing- masing
penderita agar dapat mencapai setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi, tekanan
darah harus dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan juga pada saat
abnormallitas segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban yaitu dengan
menggunakan treadmill dan sepeda statis. Interpretasi EKG uji latih beban yang
paling penting adalah adanya depresi dan elevasi segmen ST lebih dari 1 mm. Biasanya
uji latih beban dihentikan bila mencapai 85% dari denyut jantung maksimal berdasarkan
umur, namun perlu diperhatikan adanya variabilitas yang besar dari denyut jantung
maksimal pada tiap individu. Indikasi absolute untuk menghentikan uji beban adalah
penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg dari tekanan darah awal meskipun
beban latihan naik jika diikuti tanda ischemia yang lain : angina sedang sampai berat,
ataxia yang meningkat, kesadaran menurun, tanda-tanda penurunan perfusi seperti
sianosis.
Pada penderita yang tidak bisa di diagnosa dengan uji latih beban berdasarkan EKG,
maka dilakukan uji latih beban dengan pencitraan. Isotop yang biasa digunakan adalah
thalium-210.
Tes uji latih ekokardiografi dianalisa berdasarkan penilaian penebalan miokard pada
saat uji latih dibandingkan dengan saat istirahat. Gambaran ekokardiografi yang
mendukung adanya ischemia miokard adalah : penurunan gerakan dinding pada 1 atau
lebih segmen ventrikel kiri, berkurangnya ketebalan dinding saat sistol atau lebih segmen
pada saat uji latih beban, hiperkinesia kompensasi pada segmen dinding yang berkaitan
atau yang tidak ischemia.
Tindakan untuk angiografi koroner diagnostic secara langsung pada penderita dengan
nyeri dada yang diduga karena ischemia miokard, dapat dilakukan jika ada kontra
indikasi untuk test non invasive.
1.6 Penatalaksanaan
57
Pada dasarnya bertujuan untuk memperpanjang hidup dan memperbaiki kualitas
hidup dengan mencegah serangan angina baik secara medikal atau pembedahan.
1. Pengobatan medikal
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina. Ada 3 jenis obat
yaitu :
1. Golongan nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut.
Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner.
Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat
meningkatkan toleransi exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoktesia
miokard. Bila di berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina.
2. Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi
serangan pada beberapa bentuk angina.
Cara kerjanya :
3. Beta Bloker
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang
menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan
curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering
digunakan sebagai pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris
pada sebagian besar penderita.
2. Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk :
58
1. Memberi darah yang lebih banyak kepada otot jantung
2. Memperbaiki obstruksi arteri koroner. Ada 4 dasar jenis pembedahan :
1) Ventricular aneurysmectomy : Rekonstruksi terhadap kerusakan ventrikel
kiri
2) Coronary arteriotomy : Memperbaiki langsung terhadap obstruksi
arteri koroner
3) Internal thoracic mammary : Revaskularisasi terhadap miokard.
4) Coronary artery baypass grafting (CABG) : Hasilnya cukup memuaskan dan
aman yaitu 80%-90% dapat menyembuhkan angina dan mortabilitas hanya 1
% pada kasus tanpa kompilasi.
2. Sirkulasi
59
Gejala : Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan
3. Makanan/ cairan
Gejala : Mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan, diet tinggi
kolesterol/lemak, kafein, minuman keras
4. Integritas ego
Gejala : Stresor kerja, keluarga
5. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu
dan ekstremitas atas kiri. Kualitas ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan,
terjepit, terbakar.
Durasi : biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-
rata 3 menit)
6. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat kerja, riwayat merokok
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke, penggunaan/
kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual bebas
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya pernafasan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
60
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot jantung,
berkurangnya curah jantung.
6. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap status
kesehatan.
3. Intervensi
DIAGNOSA SLKI SIKI PARAF
KEPERAWATA
N
1. Penurunan Setelah dilakukan Perawatan jantung akut
curah jantung tindakan Observasi
berhubungan keperawatan 3 x 24
Identifikasi karakterisitik nyeri
dengan jam curah jantung
dada
perubahan meningkat dengan
Monitor aritmia
kontraktilitas kriteria hasil :
Monitor elektrolit yang dapat
Takikardi
meningkatkan risiko aritmia
menurun
Monitor enzim jantung
Lelah menurun
Monitor saturasi oksigen
Dispnea menurun
Terapeutik
Batuk menurun
Pertahankan tirah baring
minimal 12 jam
Pasang akses intravena
Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan stress
Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk beristirahat dan
pemulihan
Edukasi
61
valsava
Jelaskan tindakan yang dijalani
pasien
Ajarkan Teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan
Kolaborasi
Kolaborasi pencegahan
thrombus dengan antikoagulan,
jika perlu
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan Observasi
dengan agen keperawatan 3 x 24 Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera jam tingkat nyeri durasi, frekuensi,kualitas,
fisiologis menurun dengan intensitas nyeri
kriteria hasil : Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri Identifikasi respons nyeri non
menurun ke skala verbal
0 Identifikasi faktor yang
Meringis memperberat dan memperingan
menurun nyeri
Kesulitan tidur Terapeutik
menurun Berikan teknik nonfarmakologis
Frekuensi nadi untuk mengurangi rasa nyeri
membaik Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
62
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif tindakan Observasi
keperawatan 2 x 24
jam pola nafas Monitor pola nafas
berhubungan
dengan membaik dengan Monitor sputum
hambatan kriteria hasil :
Terapeutik
Dipsnea menurun
upaya Posisikan semi fowler atau
Frekuensi nafas
pernafasan membaik fowler
Kedalaman nafas Berikan minum hangat
membaik
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran dan
mukolitik
4. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur
tidur tindakan Observasi
keperawatan 2 x 24
tidur Identifikasi pola aktivitas dan
berhubungan
jam pola
dengan nyeri membaik dengan tidur
akut kriteria hasil : Identifikasi faktor pengganggu
1. Keluhan sulit
tidur menurun tidur
2. Keluhan sering Identifikasi makanan dan
terjaga menurun minuman yang menggangu tidur
3. Keluhan pola
Terapeutik
tidur menurun
4. Keluhan istirahat Batasi waktu tidur siang
tidak cukup Tetapkan jadwal tidur rutin
menurun
Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
Anjurkan menepati kebiasaan
63
waktu tidur
Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menggangu tidur
64
1.8 Pathway
darah
Penyempitan Lumen Pemb.
Fibrosa
Iskemik Miokard
Suplai O2 ke miokard
terganggu
Metabolisme anaerob
Energi yg dihasilkan sedikit
Suplai O2 ke jaringan ↓
Intoleransi aktivitas
Metabolisme ↓
Kontraksi jtg ↓
Kelemahan
tidak efektif/
cairan ke paru
Perembesan
Pertukaran
Pola napas
pernapasan
Gangguan
ventrikel ↑
Vol. Residu
tik kapiler
Hydrosta
kerja jtg
Odema
paru ↑
Fungsi
Dyspn
Beban
Gas
paru
Tek
ea
↑
Pelepasan Kontraksi
mediator kimia miokardium me↑
Krisis Situasi
Merangsang SSO
Ansietas/Cemas
Aktivitas Norepineprin
Klien terjaga
REM Menurun
Aktivitas kerja organ tubuh
S.Simpatis terangsang
Gangguan Pola Tidur
Aktivitas RAS
65
ROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN GAWAT DARURAT
IDENTITAS
Mekanisme Cedera :
-
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
AIRWAY Diagnosa :
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten Kriteria Hasil : -
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing
Intervensi : -
N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor
Stridor N/A
Keluhan Lain: tidak ada
Diagnosa:
BREATHING Pola nafas tidak efektif b.d hambatan
upaya pernafasan d.d dipsneu
Gerakan dada : Simetris Asimetris Kriteria Hasil :
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal 1. Dipsneu menurun
2. Frekuensi nafas membaik
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur
3. Kedalaman nafas membaik
Retraksi otot dada : Ada N/A
Sesak Nafas : Ada N/A RR : Intervensi :
1. Pasang oksigen 5 lpm
40x/menit 2. Posisikan semifowler
Keluhan Lain: tidak ada 3. Kolaborasi pemberian farbiven
nebules 2,5 ml
Diagnosa :
CIRCULATION
DISABILITY Diagnosa :
EXPOSURE Diagnosa :
Deformitas : Ya Tidak Kriteria Hasil : -
Contusio : Ya Tidak
Abrasi : Ya Tidak Intervensi : -
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan Lain: tidak ada
SECONDARY SURVEY
Diagnosa :
ANAMNESA Nyeri Akut b/d agen pencedera
fisiologis d.d keluhan nyeri
Riwayat Penyakit Saat Ini : Kriteria Hasil :
Px datang pada tgl. 11 September 2020 jam 07.15 Keluhan nyeri menurun ke skala 5
wib ke UGD RSI Aminah mengeluh nyeri dada Frekuensi nadi membaik : 80-
yang hilang jika untuk istirahat sejak 3 hari yang 88x/menit
lalu. Mulai semalam jam 22.00 wib, nyeri dada
sebelah kiri muncul kembali menjalar ke punggung
seperti di tusuk-tusuk skala nyeri 6 dan hilang jika Intervensi :
1. Kaji skala nyeri
untuk istirahat. Keluar keringat dingin dan dada
2. Posisikan semi fowler
terasa sesak. Px mengatakan punya riwayat
hipertensi dan minum obat HCT 1x1 jika tensinya
tinggi yang didapat dari kakaknya (bidan)
Alergi :
Tidak ada
Medikasi :
Fasorbid 1 x 5 mg
Bisoprolol 1 x 5 mg
67
Farbivens nebules 2,5 ml
Even/Peristiwa Penyebab: -
Tanda Vital :
TD : 180/100 mmHg N : 92 x/mnt SpO2 : 94%
S : 36,8 0C RR : 40x/menit
B2 (BLOOD)
Nadi: 92x/menit
RegulerIregulerAdekuatLemah
Suhu : 36,8C TD :180/100mmHg CRT : <2detik
Ekstremitas : Hangat Dingin Cianosis
Perdarahan : Ya Tidak Oedema Lemah
Pucat
68
Infus Perifer : Ya Tidak
Lokasi Infus : Tangan kiri Kaki Kepala
Irama Jantung : Teratur Tidakteratur
Suara Jantung : S1 S2 Murmur Lain-lain
Konjungtiva : Anemis Hipoprotein
B3 (BRAIN)
Kesadaran : CM, GCS : 456
Kejang : Ya Tidak
B4 (BLADDER)
BAK : Spontan Cateter
Produksi urine : -
WarnaUrine : Jernih Keruh Bau Lain
B5 (BOWEL)
Abdomen : Kembung Tegang Asites
Lain-lain
Lidah : Lembab Kering Kotor Lesi Lain-
lain
Turgor : Baik Sedang Buruk
BAB : LembekKerasDiare
BisingUsus : Ada Tidak Hiperstaltik
SECONDARY SURVEY
( 20x/menit)
Muntah : YaTidak
Kesukaran menelan : YaTidak
B6 (BONE)
Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Keadaan Kulit / integritas kulit : Normal Bulla
NekrosisEritemaPtechiaeLesiMegelupas
Warna kulit : Kemerahan Pucat Sianosis
Hiperpigmentasi
Ekstremitas TidakFraktur Fraktur
69
Lokasi: -
ParasPlegiParaplegiTetraplegi
Kepala: Bersih Kotor Bau Ket .....
Mata : Sekret Ya Tidak
Turgor : BaikBuruk
Oedema : Ada Tidak
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosa : -
RONTGEN CT-SCAN USG EKG
ENDOSKOPI Lain-lain, ... ...
Hasil :
1. Rontgen
Kes. : Bronchitis non specifica
2. EKG : iskemik lateral
3. Hasil Laborat :
TERAPI
N NAMA OBAT DOSIS AKSES INDIKASI KET
70
O
1. Inf. NS 20 tpm Intra menggantikan cairan tubuh
vena yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit,
dan menjaga tubuh agar tetap
terhidrasi dengan baik
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS : Kontraksi miokardium Penurunan curah
meningkat jantung
Px mengatakan mulai semalam jam
22.00 wib, nyeri dada muncul
Fungsi ventrikel
kembali menjalar ke punggung
terganggu
seperti di tusuk-tusuk serta keluar
keringat dingin dan dada terasa
Perubahan
sesak.
hemodinamika
DO :
T : 180/100 mmHg
N : 92 x/menit Penurunan curah
jantung
Hasil EKG : iskemik lateral
Px tampak pucat
Px tampak lelah
2.
DS :
Pelepasan mediator Nyeri akut
P : Px mengatakan nyeri dada kimia
berkurang sedikit
Q : Px mengatakan nyerinya Merangsang nosiseptor
seperti ditusuk-tusuk
R : Px mengatakan nyeri di Proses
dada sebelah kiri Transmisi, transduksi,
S : Px mengatakan nyerinya modulasi
skala 5
T: Px mengatakan nyeri hilang Persepsi nyeri
saat istirahat hypothalamus
71
DO :
Nyeri akut
Px tampak meringis sambil
memegang dadanya
Px tampak gelisah
Px tampak pucat
3.
DS :
Pola nafas tidak
Px mengatakan mulai semalam jam Beban kerja jantung efektif
22.00 wib, nyeri dada muncul meningkat
kembali menjalar ke punggung
seperti di tusuk-tusuk serta keluar Vol. Residu ventrikel
keringat dingin dan dada terasa meningkat
sesak..
DO : Tek Hydrostatik
Suara nafas : vesikuler kapiler paru meningkat
RR = 40x/menit
Px terpasang O2 5 lpm nasal Perembesan cairan ke
SpO2 = 94% paru meningkat
Farbiven nebules 2 x 2,5 ml
Odema paru
Hasil Rontgen : Bronchitis non
specifica Fungsi pernapasan
menurun
Dyspnea
PRIORITAS MASALAH
N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya pernafasan
72
INTERVENSI KEPERAWAATAN
NO DX TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Setelah Takikardi menurun Perawatan jantung akut
dilakukan Dispnea menurun Observasi
tindakan
keperawatan 1 Identifikasi karakterisitik
x 6 jam curah nyeri dada
jantung Monitor aritmia
meningkat Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
Pasang akses intravena
Edukasi
Anjurkan segera
melaporkan nyeri dada
Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pencegahan
thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
2. Setelah Keluhan nyeri
dilakukan menurun ke skala 5
tindakan Meringis menurun Manajemen Nyeri
keperawatan 1 Frekuensi nadi Observasi
x 4 jam tingkat membaik Identifikasi lokasi,
nyeri menurun karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas, intensitas
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri
non verbal
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
73
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Setelah Dipsnea menurun Manajemen jalan nafas
dilakukan Frekuensi nafas Observasi
tindakan membaik 20- Monitor pola nafas
keperawatan 1 24x/menit (frekuensi, kedalaman,
x 30 menit pola Kedalaman nafas usaha napas)
nafas membaik membaik Monitor bunyi nafas
tambahan (mis.gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
Posisikan semi fowler atau
fowler
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran dan
mukolitik
74
Takikard40 90 x 88x/menit Teratasi
i /menit
menurun
Dispnea 40 40 30x/menit Belum
menurun x/menit eratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
Monitor aritmia
Monitor saturasi oksigen
Pasang akses intravena
2. Berikan terapi relaksasi dalam
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Batasi jumlah penunggu satu orang saja
durasi, frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
Mengidentifikasi skala nyeri : skala 6
Mengidentifikasi respons nyeri non verbal :
S:
meringis
P : Px mengatakan nyeri dada berkurang
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
sedikit
mengurangi rasa nyeri : relaksasi dalam
Q : Px mengatakan nyerinya seperti
Membatasi jumlah penunggu 1 orang saja
ditusuk-tusuk
Menjelaskan penyebab, periode, dan
R : Px mengatakan nyeri di dada sebelah
pemicu nyeri
kiri
Mengajarkan terapi relaksasi dalam
S : Px mengatakan nyerinya skala 5
Memberikan Fasorbid tab. 5 mg
T: Px mengatakan nyeri hilang saat tiduran
,bisoprolol tab. 5 mg
O:
Px tampak meringis
N : 88 x/menit
A : masalah teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Analisa
Keluhan40 Px Px Belum
nyeri mengel mengatak teratasi
menurun uh an nyeri
nyeri dada
berkurang
75
sedikit
Meringis Px Px Belum
menurun tampak tampak teratasi
meringi meringis
s
76
nafas x/meni t teratasi
membaik t
Kedalama 40 Px Px Teratas
n nafas tampa tampak i
membaik k berkuran
sesak g
sesaknya
P : Lanjutkan intervensi
Posisikan semi fowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada
Berikan oksigen 5 lpm
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi pemberian Farbiven nebules
2,5 ml
77
RESUME SISTEM CARDIOVASCULER
GAWAT DARURAT DI UGD RSI AMINAH
BLITAR
Disusun Oleh :
78
Diah Prameswari
NIM 1812043
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
RESUME SISTEM CARDIOVASKULER
KEPERAWATAN KRITIS
79
NAMA : Diah Prameswari
NIM : 1812043
HARI : Senin
TANGGAL : 5 Oktober 2020
Mengetahui,
Pembimbing
80
ROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN GAWAT DARURAT
IDENTITAS
Sesak ngrongsong
Mekanisme Cedera :
-
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
AIRWAY Diagnosa :
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten Kriteria Hasil : -
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing
Intervensi : -
N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor
Stridor N/A
Keluhan Lain: tidak ada
Diagnosa:
BREATHING Pola nafas tidak efektif b.d hambatan
upaya pernafasan d.d dipsneu
Gerakan dada : Simetris Asimetris Kriteria Hasil :
1. Denyut nadi perifer meningkat
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal
2. Warna kulit pucat meningkat
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur 3. Pengisian kapiler membaik
Retraksi otot dada : Ada N/A 4. Akral meningkat
Sesak Nafas : Ada N/A RR : 40x/menit
Intervensi :
Keluhan Lain: tidak ada 4. Pasang oksigen 5 lpm
5. Posisikan semifowler
Diagnosa :
CIRCULATION
1
Pendarahan : Ya Tidak ada
Keluhan Lain: Tidak ada
DISABILITY Diagnosa :
Diagnosa :
ANAMNESA Pola nafas tidak efektif b.d hambatan
upaya pernafasan d.d dipsneu
Riwayat Penyakit Saat Ini : Kriteria Hasil :
Px datang pada tgl. 11 September 2020 jam 12.05 4. Dipsneu menurun
wib ke UGD RSI Aminah mengeluh sesak 5. Frekuensi nafas membaik
ngrongsong sudah 1 bulan ini kambuhan dan 6. Kedalaman nafas membaik
memberat pada 6 hari ini. Batuk kering 3 hari ini,
demam mulai kemarin. Riwayat perokok aktiv dan Intervensi :
suka minum kopi, 1-3x/hari. Tidak pernah berobat 4. Pasang oksigen 5 lpm
dan minum obat. 5. Posisikan semifowler
Alergi :
Tidak ada
Medikasi :
Infus NaCl lifetime
Inj. Pumpitor 1 x 40 mg
Furosemide 1 x 40 mg
2
Even/Peristiwa Penyebab: -
Tanda Vital :
TD : 162/90 mmHg N : 100 x/mnt SpO2 : 95%
S : 37,1 0C RR : 34 x/menit
B2 (BLOOD)
Nadi: 100x/menit RegulerIregulerLemah
Suhu : 37,1 0C TD :162/90mmHg CRT : <2detik
Ekstremitas : Hangat Dingin Cianosis
Perdarahan : Ya Tidak Oedema Lemah
Pucat
Infus Perifer : Ya Tidak
Lokasi Infus : Tangan kiri Kaki Kepala
Irama Jantung : Teratur Tidakteratur
Suara Jantung : S1 S2 Murmur Lain-lain
Konjungtiva : Anemis Hipoprotein
3
B3 (BRAIN)
Kesadaran : CM, GCS : 456
Kejang : Ya Tidak
B4 (BLADDER)
BAK : Spontan Cateter
Produksi urine : -
WarnaUrine : Jernih Keruh Bau Lain
B5 (BOWEL)
Abdomen : Kembung Tegang Asites
Lain-lain
Lidah : Lembab Kering Kotor Lesi Lain-
lain
Turgor : Baik Sedang Buruk
BAB : LembekKerasDiare
BisingUsus : Ada Tidak Hiperstaltik
( 16x/menit)
SECONDARY SURVEY
Muntah : YaTidak
Kesukaran menelan : YaTidak
B6 (BONE)
Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Keadaan Kulit / integritas kulit : Normal Bulla
NekrosisEritemaPtechiaeLesiMegelupas
Warna kulit : Kemerahan Pucat Sianosis
Hiperpigmentasi
Ekstremitas TidakFraktur Fraktur
Lokasi: -
ParasPlegiParaplegiTetraplegi
Kepala: Bersih Kotor Bau Ket .....
Mata : Sekret Ya Tidak
Turgor : BaikBuruk
Oedema : Ada Tidak, di kaki
4
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosa : -
RONTGEN CT-SCAN USG EKG
ENDOSKOPI Lain-lain, ... ...
Hasil :
4. Rontgen : kardiomegali
5. EKG : sinus takikardi
6. Hasil Laborat :
TERAPI
N NAMA OBAT DOSIS AKSES INDIKASI KET
5
O
1. Inf. NaCl 20 tpm Intra menggantikan cairan tubuh
vena yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit,
dan menjaga tubuh agar tetap
terhidrasi dengan baik
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS : Gagal pompa ventrikel Pola nafas tidak
Pasien mengeluh sesak ngrongsong kanan efektif
sudah 1 bulan ini kambuhan dan
memberat pada 6 hari ini Tekanan diastole
DO : meningkat
Suara nafas : vesikuler
RR = 34x/menit Bendungan atrium kanan
Px terpasang O2 3 lpm nasal dan vena sistemik
SpO2 = 94%
Hasil rontgen : kardiomegali Splenomegaly,
hepatomegaly
Mendesak diafragma
Dipsneu
2. DS :
Pasien mengeluh sesak ngrongsong Gagal pompa ventrikel Penurunan curah
sudah 1 bulan ini kambuhan dan kiri jantung
memberat pada 6 hari ini
DO : Forward failure
T : 162/90 mmHg
Suplai oksigen turun
N : 100 x/menit
Hasil EKG : sinus takikardi
6
Px tampak pucat Sinkop
Px tampak lelah
Penurunan curah
jantung
PRIORITAS MASALAH
N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya pernafasan
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
INTERVENSI KEPERAWAATAN
NO DX TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Setelah Dipsnea menurun Manajemen jalan nafas
dilakukan Frekuensi nafas Observasi
tindakan membaik 20- Monitor pola nafas
keperawatan 1 24x/menit (frekuensi, kedalaman,
x 1 jam pola Kedalaman nafas usaha napas)
nafas membaik membaik Monitor bunyi nafas
tambahan (mis.gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
Posisikan semi fowler atau
fowler
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran dan
mukolitik
7
Anjurkan segera
melaporkan nyeri dada
Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
2
S:
Mengidentifikasi karakterisitik nyeri dada Px mengatakan sesak berkurang
dengan PQRST O:
Memonitor aritmia T : 164/95 mmHg
Memonitor saturasi oksigen, SpO2 : 95% N : 88 x/menit
Memasang akses intravena RR : 28 x/menit
8
Memberikan terapi relaksasi dalam A:
Membatasi jumlah penunggu satu orang Masalah teratasi Sebagian
saja Indikator Awa Akhir Analisa
l
Menganjurkan segera melaporkan nyeri
Takikard40 90 x 88x/menit Teratasi
dada
i /menit
Menjelaskan tindakan yang dijalani pasien menurun
Dispnea 34 28x/menit Belum
menurun x/menit eratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
Monitor aritmia
Monitor saturasi oksigen
Pasang akses intravena
Berikan terapi relaksasi dalam
Batasi jumlah penunggu satu orang saja
Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
9
RESUME SISTEM CARDIOVASCULER
GAWAT DARURAT DI UGD RSI AMINAH BLITAR
Disusun Oleh :
Diah Prameswari
NIM 1812043
PROFESI NERS
10
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
RESUME SISTEM CARDIOVASKULER
KEPERAWATAN KRITIS
Mengetahui,
Pembimbing
11
Ns. RR Dewi Rahmawaty Aktyani Putri, S.Kep., MNS
Sesak
Mekanisme Cedera :
-
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
AIRWAY Diagnosa :
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten Kriteria Hasil : -
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing
Intervensi : -
N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor
Stridor N/A
Keluhan Lain: tidak ada
Diagnosa:
BREATHING Pola nafas tidak efektif b.d hambatan
upaya pernafasan d.d dipsneu
Gerakan dada : Simetris Asimetris Kriteria Hasil :
5. Denyut nadi perifer meningkat
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal
6. Warna kulit pucat meningkat
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur 7. Pengisian kapiler membaik
Retraksi otot dada : Ada N/A 8. Akral meningkat
Sesak Nafas : Ada N/A RR : 32x/menit
Intervensi :
Keluhan Lain: tidak ada 6. Pasang oksigen 5 lpm
7. Posisikan semifowler
8. Kolaborasi pemberian farbiven
nebules 2,5 ml
12
Diagnosa :
CIRCULATION
DISABILITY Diagnosa :
EXPOSURE Diagnosa :
Deformitas : Ya Tidak Kriteria Hasil : -
Contusio : Ya Tidak
Abrasi : Ya Tidak Intervensi : -
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan Lain: tidak ada
SECONDARY SURVEY
Diagnosa :
ANAMNESA Nyeri Akut b/d agen pencedera
fisiologis d.d keluhan nyeri
Riwayat Penyakit Saat Ini : Kriteria Hasil :
Pasien datang tanggal 12 September 2020 jam Keluhan nyeri menurun ke skala 3
12.05 wib ke UGD RSI Aminah mengeluh sesak Frekuensi nadi membaik : 80-
sejak 2 hari yang lalu disertai nyeri ulu hati seperti 88x/menit
ditusuk-tusuk hilang timbul dengan skala nyeri 4
dan perut terasa mual sehingga nafsu makan
menurun. Pasien mengatakan punya riwayat Intervensi :
3. Kaji skala nyeri
hipertensi dan rutin berobat ke dr Rina, Sp.JP sejak
4. Posisikan semi fowler
5 tahun ini
13
Alergi :
Tidak ada
Medikasi :
Inf. NaCl 10 tpm
Inj. Ranitidin 2 x 2 ml
HCT 1 x 25 mg
Amlodipin 1 x 10 mg
Valsartan 1 x 160 mg
Even/Peristiwa Penyebab: -
Tanda Vital :
TD : 146/79 mmHg N : 113 x/mnt SpO2 : 93%
S : 36,4 0C RR : 32x/menit
14
Pernapasa CPH : YaTidak
B2 (BLOOD) 3. Kriteria Hasil :
Nadi: 113x/menit Takikardi menurun
Dipsneu menurun
RegulerIregulerAdekuatLemah
3. Intervensi :
Suhu : 36,4C TD :146/79mmHg CRT : <2detik Pasang oksigen 5 lpm
Ekstremitas : Hangat Dingin Cianosis Posisikan semifowler
B3 (BRAIN)
Kesadaran : CM, GCS : 456
Kejang : Ya Tidak
B4 (BLADDER)
BAK : Spontan Cateter
Produksi urine : -
WarnaUrine : Jernih Keruh Bau Lain
B5 (BOWEL)
Abdomen : Kembung Tegang Asites
Lain-lain
Lidah : Lembab Kering Kotor Lesi Lain-
SECONDARY SURVEY
lain
Turgor : Baik Sedang Buruk
BAB : LembekKerasDiare
BisingUsus : Ada Tidak Hiperstaltik
( 20x/menit)
Muntah : YaTidak
Kesukaran menelan : YaTidak
15
B6 (BONE)
Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Keadaan Kulit / integritas kulit : Normal Bulla
NekrosisEritemaPtechiaeLesiMegelupas
Warna kulit : Kemerahan Pucat Sianosis
Hiperpigmentasi
Ekstremitas TidakFraktur Fraktur
Lokasi: -
ParasPlegiParaplegiTetraplegi
Kepala: Bersih Kotor Bau Ket .....
Mata : Sekret Ya Tidak
Turgor : BaikBuruk
Oedema : Ada Tidak
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosa : -
RONTGEN CT-SCAN USG EKG
ENDOSKOPI Lain-lain, ... ...
Hasil :
1. EKG : iskemik lateral
2. Hasil Laborat :
16
GDA 176
TERAPI
N
NAMA OBAT DOSIS AKSES INDIKASI KET
O
1. Inf. NaCl 10 tpm IV menggantikan cairan tubuh
yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit,
dan menjaga tubuh agar tetap
terhidrasi dengan baik.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS : Gagal Pompa Ventrikel Penurunan curah
Kiri jantung
Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari
yang lalu disertai nyeri ulu hati
Forward Failure
seperti ditusuk-tusuk hilang timbul
dengan skala nyeri 4 dan perut
terasa mual sehingga nafsu makan Suplay darah jaringan
menurun
menurun
17
DO : Penurunan curah
jantung
T : 146/79 mmHg
N : 113 x/menit
SpO : 93 %
Hasil EKG : iskemik lateral
Pasien tampak pucat
Hb = 8,1 gr/dl
2. Bendungan Vena Pola nafas tidak
DS : Sistemik efektif
Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari Hepatosplenomegali
yang lalu disertai nyeri ulu hati
seperti ditusuk-tusuk hilang timbul Mendesak diafragma
dengan skala nyeri 5 dan perut
terasa mual sehingga nafsu makan Sesak nafas
menurun
DO : Pola napas tidak
RR = 32x/menit efektif
Pasien terpasang O2 5 lpm
nasal
SpO2 = 93%
3. Hepatosplenomegali Nyeri akut
DS :
P : Px mengatakan nyeri ulu Mendesak gaster
hati
Peningkatan tekanan intra
Q : Px mengatakan nyerinya
abdominal
seperti ditusuk-tusuk
R : Px mengatakan nyeri di ulu
Nyeri akut
hati
S : Px mengatakan nyerinya
skala 5
T: Px mengatakan nyeri hilang
timbul
DO :
Px tampak meringis sambil
memegang perutnya
Px tampak gelisah
Px tampak pucat
4. Hepatosplenomegali Nausea
DS :
Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari Mendesak gaster
yang lalu disertai nyeri ulu hati
hilang timbul dengan skala nyeri 4 Peningkatan tekanan intra
dan perut terasa mual sehingga abdominal
18
nafsu makan menurun
Mual
DO :
Pasien tampak mual Nausea
Kembung (+)
N : 113 x/m
PRIORITAS MASALAH
N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya pernafasan
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. Nausea berhubungan dengan peningkatan intraabdominal
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Setelah Dipsnea menurun Manajemen jalan nafas
dilakukan Frekuensi nafas Observasi
tindakan membaik 20- Monitor pola nafas
keperawatan 1 24x/menit Monitor sputum
x 30 menit pola Kedalaman nafas Terapeutik
nafas membaik membaik Posisikan semi fowler atau
fowler
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran dan
mukolitik
19
dijalani pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pencegahan
thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
3. Setelah
dilakukan Keluhan nyeri Manajemen Nyeri
tindakan menurun ke skala 4 Observasi
keperawatan 1 Meringis menurun
Identifikasi lokasi,
x 4 jam tingkat Frekuensi nadi
karakteristik, durasi,
nyeri menurun membaik
frekuensi,kualitas, intensitas
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri
non verbal
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. Setelah
dilakukan Keluhan mual Manajemen mual
tindakan membaik Observasi
keperawatan 1 Perasaan ingin Identifikasi factor penyebab
x 3 jam muntah menurun mual
diharapkan Perasaan asam di Monitor mual (mis :
tingkat nausea mulut menurun frekuensi, durasi, dan
menurun tingkat keparahan )
Terapeutik
Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
Edukasi
Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
20
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
21
menurun tampak tampak
sesak berkurang
sesaknya
Frekuensi 40x/meni 28x/menit Teratasi
nafas t
membaik
Kedalaman 40 Pasien Belum
nafas Pasien tampak teratasi
membaik tampak berkurang
sesak sesaknya
P : intervensi dilanjutkan
Monitor aritmia
3 Monitor saturasi oksigen
Batasi jumlah penunggu satu orang saja
Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
durasi, frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
Mengidentifikasi skala nyeri
Mengidentifikasi respons nyeri non verbal S:
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk P : Px mengatakan nyeri ulu hati berkurang
mengurangi rasa nyeri sedikit
mengontrol lingkungan yang memperberat Q : Px mengatakan nyerinya seperti ditusuk-
rasa nyeri tusuk
Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu R : Px mengatakan nyeri di ulu hati
nyeri S : Px mengatakan nyerinya skala 3
Menjelaskan strategi meredakan nyeri T: Px mengatakan nyeri hilang timbul
O:
Px tampak meringis
N : 88 x/menit
A : masalah teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Analisa
Keluhan40 Px Px Belum
nyeri mengel mengatak teratasi
menurun uh an nyeri
nyeri dada
berkurang
sedikit
Meringis Px Px Belum
menurun tampak tampak teratasi
meringi meringis
s
22
si nadi x/menit 88x/menit i
membai
k
P : Lanjutkan intervensi
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Berikan teknik non farmakologis untuk
4. mengurangi rasa nyeri
Batasi jumlah penunggu 1 orang saja
Mengidentifikasi factor penyebab mual Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
Memonitor mual : di RS masih mual nyeri
Memberikan makanan dalam jumlah kecil Ajarkan terapi relaksasi dalam
dan menarik
Menganjurkan istirahat dan tidur yang
cukup S:
Menganjurkan makanan tinggi karbohidrat Ibu Pasien mengatakan mual sudah berkurang
dan rendah lemak O:
Berkolaborasi pemberian antiemetic, jika Perasaan ingin muntah menurun
perlu A : masalah teratasi sebagian
Indikator A Akhir Analisa
wal
Keluhan Mual Mual Teratasi
mual Menurun Sebagian
Perasaan Mual Teratasi
ingin Mual menurun Sebagian
muntah
menurun
P:
Intervensi dilanjutkan :
Monitor mual (mis : frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan )
Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
Kolaborasi pemberian ranitidin injeksi 2 mg
IV
23
LAPORAN PENDAHULUAN DAN
RESUME SISTEM PERNAFASAN
GAWAT DARURAT DI UGD RSI AMINAH BLITAR
Disusun Oleh :
Diah Prameswari
NIM 1812043
24
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
RESUME SISTEM PERNAFASAN
KEPERAWATAN KRITIS
Telah disetujui Resume Sistem Pernafasan Gawat Darurat Pada Pasien Ny. I
dengan Pneumothorax di UGD RSI Aminah
25
HARI : Kamis
TANGGAL : 8 Oktober 2020
Mengetahui,
Pembimbing
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada punggung kiri dan tangan kiri
Mekanisme Cedera : Pasien tertabrak sepeda motor saat menyebrang jalan
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
AIRWAY Diagnosa : -
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing N/A
Suara Nafas : vesikuler Snoring Gurgling Stridor
Stridor N/A
Keluhan Lain: ... ...
Diagnosa:
Pola nafas tidak efektif b.d hambatan
BREATHING
upaya pernafasan d.d dipsneu
Gerakan dada : Simetris Asimetris Kriteria Hasil :
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal 7. Dipsneu menurun
8. Frekuensi nafas membaik
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur
26
Retraksi otot dada : Ada N/A 9. Kedalaman nafas membaik
Sesak Nafas : Ada N/A RR : 36 x/mnt
Intervensi :
Keluhan Lain: - 9. Pemberian terapi oksigen nasal 3 lpm
10.Posisi semifowler
CIRCULATION Diagnosa : -
Nadi : Teraba Tidak teraba
Sianosis : Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
Pendarahan : Ya Tidak ada
Keluhan Lain: Pasien terlihat pucat dan keringat dingin
Diagnosa : -
DISABILITY
Respon : Alert Verbal Pain Unrespon
Kesadaran: CM Delirium Somnolen ... ... ...
GCS : Eye 4 Verbal 5 Motorik 6
(456)
Pupil : Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis
Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada
Keluhan Lain : … …
Diagnosa
EXPOSURE
Deformitas: Ya Tidak Kriteria Hasil : -
Contusio : Ya Tidak
Abrasi : Ya Tidak Intervensi : -
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan Lain: terdapat luka
dan memar pada tangan
sebelah kiri
SECONDARY SURVEY
Diagnosa :
ANAMNESA Nyeri Akut b/d agen pencedera
fisiologis d.d keluhan nyeri
Riwayat Penyakit Saat Ini : Kriteria Hasil :
Pasien datang ke UGD RSI Aminah tanggal 15/9/20 jam Keluhan nyeri menurun ke skala 6
07.45 WIB dengan keluhan nyeri pada punggung sebelah Frekuensi nadi membaik : 80-
kiri dan lengan kiri, nyeri terasa. Pasien juga mengatakan 88x/menit
dadanya terasa sesak. Pasien mengalami kecelakaan lalu
lintas ditabrak sepeda motor saat pasien sedang Intervensi :
mengendarai sepeda motor dari arah belakang saat pasien 5. Mengajari teknik nafas dalam
mau berbelok arah pada pukul 06.30 WIB pada hari yang
27
sama. 6. Memberikan injeksi Tofedex 25 mg
IV
Pengkajian nyeri:
P : ketika dibuat bergerak
Q : nyeri seperti tertimpa benda berat
R : pada punggung dan tangan kiri
S : skala nyeri 7
T : terus menerus
Medikasi : -
Tanda Vital :
TD : 95/50 mmHg N : 80 x/mnt S: 36,2 C
RR : 36x/mnt SpO2 : 92%
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa :
Pola nafas tidak efektif b.d hambatan
upaya pernafasan d.d dipsneu
B1 (BREATH) Kriteria Hasil :
Spontan Trakeostomi Ventilator 1. Dipsneu menurun
Frekuensi : 36x/menit 2. Frekuensi nafas membaik
Jenis : DyspneuKusmaulCeyne stoke Lain- 3. Kedalaman nafas membaik
lain ........
SuaraNapas :BersihVesikuler Stridor Wheezing Intervensi :
Ronki 1. Pasang oksigen 5 lpm
Penggunaan O2 : Tidak ya,nasal canul 3lpm 2. Posisikan semifowler
Gerakan Dada :
SimetrisAsimetrisRetraksi Intercosta
Pernapasa CPH : YaTidak
B2 (BLOOD)
Nadi: 81x/menit RegulerIregulerAdekuatLemah
Suhu : 36,2C TD :93/50mmHg CRT : <2detik
Ekstremitas : Hangat Dingin Cianosis
Perdarahan : Ya Tidak Oedema Lemah Pucat
Infus Perifer : Ya Tidak
Lokasi Infus : Tangan Kaki Kepala
Irama Jantung : Teratur Tidakteratur
Suara Jantung : S1 S2 Murmur Lain-lain
KonjungtivaAnemisHipoprotein
SURVEY
28
B3 (BRAIN)
Kesadaran : CM, GCS: 456
Kejang : Ya Tidak
B4 (BLADDER)
BAK : Spontan Cateter
Produksi urine : ±800 CC
WarnaUrine : Jernih Keruh Bau Lain
B5 (BOWEL)
Abdomen : Kembung Tegang Asites Lain-
lain
Lidah : Lembab Kering Kotor Lesi Lain-lain
Turgor : Baik Sedang Buruk
BAB : LembekKerasDiare
BisingUsus : Ada Tidak Hiperstaltik
( 10x/menit)
Muntah: YaTidak
Kesukaran menelan : YaTidak
B6 (BONE)
Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Keadaan Kulit / integritas kulit : Normal Bulla
NekrosisEritemaPtechiaeLesiMegelupas
Warna kulit : Kemerahan Pucat Sianosis
Hiperpigmentasi
Ekstremitas TidakFraktur Fraktur
Lokasi: antebrachii sinistra
ParasPlegiParaplegiTetraplegi
Kepala : Bersih Kotor Bau Ket .....
Mata : Sekret Ya Tidak
Turgor : BaikBuruk
Oedema : Ada Tidak
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosa : -
RONTGEN CT-SCAN USG EKG
ENDOSKOPI Lain-lain pemeriksaan darah
Hasil :
Tanggal 9 September 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 9,3 gr/dl * 14,0 – 18,0 gr/dl
Lekosit 20.400/cmm * 4000 -
11000/cmm
Hematokrit 31% * 40 – 54 %
Trombosit 266.000/cmm 150000-
450000/cmm
Diffcount 0/0/8/72/15/5 1-2/0-1/3-5/54-
29
62/25-33/3-7
IGG Covid -19 negative Negative
IGM Covid -19 negative negative
SGOT 50 U/L 37 U/L
SGPT 47 U/L 41 U/L
Hbs Ag negative Negative
Urea 43 mg/dl * 8 – 25 mg/dl
Serum 1,2 mg/dl * 60 – 150 mg/dl
creatinin
Uric acid 5,20 mg/dl 3,4 – 7,0 mg/dl
PTT 11,1 second * 60-70 second
APTT 27,2 second * 30-40 second
Keterangan :
*: tidak normal
Hasil ECG : sinus rythm
Hasil Rontgen : terdapat pneumothorax sinistra
Tanggal Pengkajian : 15 September 2020 TANDA TANGAN PENGKAJI:
Jam : 07.45 WIB
Keterangan : NAMA TERANG : Diah Prameswari
TERAPI
ANALISA DATA
RR 36 x/mnt
Pernafasan cuping hidung (+) Udara terisap kedalam ruang
intra pleural
30
Peningkatan tekanan
intrapleural
T : terus menerus
PRIORITAS MASALAH
N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2 Nyeri akut berhubungan dengan meningkatnya ambang nyeri
INTERVENSI KEPERAWAATAN
N
O TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
DX
1 Setelah dilakukan Dyspnea menurun Manajemen jalan nafas
tindakan Frekuensi nafas Observasi
keperawatan membaik Monitor pola nafas ( frekuensi,
selama 1x6 jam pernafasan cuping kedalaman , usaha nafas )
diharapkan pola hidung menurun Terapeutik
nafas membaik penggunaan otot bantu Posisikan semi-fowler / fowler
31
nafas menurun berikan oksigen
N
O IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 Tanggal 15/9/20 Jam 10.00 WIB
Jam 08.30 WIB S : pasien mengatakan sesaknya agak
Memonitor pola nafas berkurang
Melakukan TTV O:
RR 22 x/mnt
Dyspneu berkurang
SPO2 99 %
Pernafasan cuping hidung berkurang
Memposisikan semi fowler
Penggunaan otot bantu nafas berkurang
Memberikan Oksigen dengan nasal kanul 3
Lpm
Melakukan TTV ulang
RR 22 x/mnt
32
SPO2 99%
Pro rujuk RSSA
A : masalah belum teratasi
Indikator Awal Akhir Analisa
Dipsnea 40 30x/menit Belum
menurun x/menit teratasi
Frekuensi 40 30x/menit Belum
nafas x/menit teratasi
membaik
Kedalama Nafas Nafas Teratasi
n nafas dalam dalam
membaik
P : lanjutkan intervensi
2 Tanggal 15/9/20 Jam 10.05 WIB
Jam 09.05 WIB S : Pasien mengatakan nyeri agak berkurang
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, O:
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas Pasien gelisah (+)
nyeri Nadi 88 x/mnt
mengidentifikasi skala nyeri TD 100/55 mmhg
mengidentifikasi factor yang RR 28x/mnt
memperberat dan memperingan nyeri Pengkajian nyeri :
melatih nafas dalam P : ketika dibuat bergerak
membatasi pengunjung Q : nyeri seperti tertimpa benda berat
menjelaskan penyebab, periode dan R : pada punggung dan tangan kiri
pemicu nyeri S : skala nyeri 6
memberikan injeksi tofedex 25 mg IV T : terus menerus
A : masalah teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Analisa
Takikard 90 x 88x/menit Teratasi
/menit
i
menurun
Dispnea 40x/menit 30x/menit Belum
menurun teratasi
P : lanjutkan intervensi
33
RESUME SISTEM GASTROINTESTINAL
GAWAT DARURAT DI UGD RSI AMINAH BLITAR
Disusun Oleh :
Diah Prameswari
34
NIM 1812043
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
RESUME SISTEM GASTROINTESTINAL
KEPERAWATAN KRITIS
35
HARI : Senin
TANGGAL : 5 Oktober 2020
Mengetahui,
Pembimbing
Keluhan Utama :
Nyeri perut melilit
Mekanisme Cedera :
-
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
AIRWAY Diagnosa :
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten Kriteria Hasil : -
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing
Intervensi : -
N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor
Stridor N/A
Keluhan Lain: tidak ada
BREATHING Diagnosa:
Gerakan dada : Simetris Asimetris Kriteria Hasil : -
36
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal Intervensi : -
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur
Retraksi otot dada : Ada N/A
Sesak Nafas : Ada N/A RR : 20x/menit
Keluhan Lain: tidak ada
Diagnosa :
CIRCULATION
DISABILITY Diagnosa :
EXPOSURE Diagnosa :
Deformitas : Ya Tidak Kriteria Hasil : -
Contusio : Ya Tidak
Abrasi : Ya Tidak Intervensi : -
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan Lain: tidak ada
Diagnosa :
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera
ANAMNESA fisiologis d.d keluhan nyeri
2. Nausea b.d distensi lambung d.d
mual
Riwayat Penyakit Saat Ini : 1. Kriteria Hasil :
Pasien datang jam 08.25 wib ke UGD RSI Aminah Keluhan nyeri menurun ke skala
mengeluh nyeri perut melilit hilang timbul skala 6 5
37
Frekuensi nadi membaik : 80-
SECONDARY SURVEY
B2 (BLOOD)
Nadi: 95x/menit
RegulerIregulerAdekuatLemah
Suhu : 36,2C TD :108/90mmHg CRT : <2detik
Ekstremitas : Hangat Dingin Cianosis
38
Perdarahan : Ya Tidak Oedema Lemah
Pucat
Infus Perifer : Ya Tidak
Lokasi Infus : Tangan kiri Kaki Kepala
Irama Jantung : Teratur Tidakteratur
Suara Jantung : S1 S2 Murmur Lain-lain
Konjungtiva : Anemis Hipoprotein
B3 (BRAIN)
Kesadaran : CM, GCS : 456
Kejang : Ya Tidak
B4 (BLADDER)
BAK : Spontan Cateter
Produksi urine : -
WarnaUrine : Jernih Keruh Bau Lain
B5 (BOWEL)
Abdomen : Kembung Tegang Asites
Lain-lain
Lidah : Lembab Kering Kotor Lesi Lain-
lain
Turgor : Baik Sedang Buruk
BAB : LembekKerasDiare
BisingUsus : Ada Tidak Hiperstaltik
( 20x/menit)
SECONDARY SURVEY
Muntah : YaTidak
Kesukaran menelan : YaTidak
B6 (BONE)
Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Keadaan Kulit / integritas kulit : Normal Bulla
NekrosisEritemaPtechiaeLesiMegelupas
Warna kulit : Kemerahan Pucat Sianosis
39
Hiperpigmentasi
Ekstremitas TidakFraktur Fraktur
Lokasi: -
ParasPlegiParaple9g iTetraplegi
Kepala: Bersih Kotor Bau Ket .....
Mata : Sekret Ya Tidak
Turgor : BaikBuruk
Oedema : Ada Tidak
TERAPI
N NAMA OBAT DOSIS AKSES INDIKASI KET
40
O
1. Inf. NaCl 20 tpm IV menggantikan cairan tubuh
yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit,
dan menjaga tubuh agar tetap
terhidrasi dengan baik
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
.
41
1. DS : Peningkatan distensi Nyeri akut
usus
P : Pasien mengatakan nyeri
Q : Pasien mengatakan Peningkatan tekanan
nyerinya melilit intra abdomen
R : Pasien mengatakan nyeri di
perut Nyeri akut
S : Pasien mengatakan
nyerinya skala 5
T: Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul
DO :
TD : 108/90 mmHg
N : 95 x/m
SpO : 98 %
Pasien tampak pucat
Nyeri tekan di ulu hati
PRIORITAS MASALAH
N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Nausea berhubungan dengan distensi lambung
INTERVENSI KEPERAWAATAN
NO DX TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Setelah Keluhan nyeri Manajemen Nyeri
dilakukan menurun ke skala 5 Observasi
tindakan Frekuensi nadi Identifikasi lokasi,
42
keperawatan 1 meningkat karakteristik, durasi,
x 30 menit frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri intensitas nyeri.
menurun Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri
non verbal
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik , jika perlu.
3. Setelah
Keluhan mual Manajemen mual
dilakukan Observasi
membaik
tindakan Identifikasi factor penyebab
keperawatan 1 Perasaan ingin
mual.
x 3 jam muntah menurun
Monitor mual (mis :
diharapkan frekuensi, durasi, dan
tingkat nausea tingkat keparahan )
menurun Terapeutik
Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
Edukasi
Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
43
Mengidentifikasi skala nyeri : skala 6 berkurang sedikit
Mengidentifikasi respons nyeri non verbal : Q : Pasien mengatakan nyerinya seperti
meringis melilit
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk R : Pasien mengatakan nyeri di ulu hati
mengurangi rasa nyeri : relaksasi dalam S : Pasien mengatakan nyerinya skala 5
Membatasi jumlah penunggu 1 orang saja T: Pasien mengatakan nyeri hilang saat
Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu tiduran
nyeri O:
Mengajarkan terapi relaksasi dalam Pasien tampak meringis
Memberikan injeksi sagestam 4 mg N : 88 x/menit
A : masalah belum teratasi
Indikator Awal Akhir Analisa
Keluhan40 Px Px Belum
nyeri mengel mengatak teratasi
menurun uh an nyeri
nyeri perut
berkurang
sedikit
Meringis Px Px Belum
menurun tampak tampak teratasi
meringi meringis
s
44
Perasaan Mual Mual Teratasi
ingin sering jarang
muntah
menurun
P:
Lanjutkan Intervensi:
Monitor mual
Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Kolaborasi pemberian acaran injeksi
ranitidine 2 mg
45