22
Tutor:
Ns. Hazrina Adelia, S.Kep
Waktu: 2 x 60 menit
Submateri pertemuan:
1. Refleks Fisiologis, Patologis, Primitif/Bayi
2. Pengukuran TTV (Tekanan darah, suhu, frekuensi napas, dan nadi)
3. IPPA Toraks dan Abdomen (Normal dan Patologis)
NO LANGKAH / KEGIATAN
A. PEMERIKSAAN REFLEK BISEPS
1 Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
2 Fleksikanlah lengan bawah klien di sendi siku
3 Letakkanlah tangan klien di daerah perut di bawah umbilikus
4 Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendon biseps klien lalu ketuklah tendon
tersebut dengan palu
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
C. PEMERIKSAANREFLEKS BRAKHIORADIALIS
1 Mintalah klien berbaringdengansantai
2 Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah fleksi dan tangan sedikit
dipronasikan
3 Mintalah klien untuk merelaksasikan lengan bawahnya sepenuhnya
4 Ketuklah pada processusstyloideus
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
NO LANGKAH / KEGIATAN
PEMERIKSAAN REFLEKS DINDING PERUT SUPERFISIALIS (REFLEKS
ABDOMINALIS)
1 Mintalahklien berbaring telentang dengan santai
2 Posisikan kedua lengan pasien berada di samping badan
3 Goreslah dinding perut dengan benda yang agak runcing, misalnya ujung
gagang palu refleks, kayu geretan atau kunci. Penggoresan dilakukan dengan
dari samping menuju ke garis tengah perut pada setiap segmen (pada berbagai
lapangan dinding perut)
4 Segmen epigastrium (otot yang berkontraksi diinervasi oleh Th 6 – Th7)
5 Supra umbilikus (perut bagian atas, diinervasi oleh Th 7– Th 9)
6 Umbilikus (perut bagian tengah, diinervasi oleh Th 9 – Th11)
7 Infraumbilikus (perut bagian bawah, diinervasi oleh Th 11, Th 12 dan
lumbalatas)
8 Lakukan cuci tangan rutin
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
Refleks-refleks patologik itu sebagian bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya
bersifat refleks superfisialis. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologik itu
sebagian besar adalah sama, akan tetapi mendapatkan julukan yang bermacam-macam
karena cara membangkitkannya berbeda-beda. Adapun refleks-refleks patologik yang
sering diperiksa di dalam klinik antara lain :
a. Refleks Hoffmann-Tromner
Cara pemeriksaan : tangan penderita dipegang pada pergelangannya dan suruh
pasien melekukan fleksi ringan jari-jarinya. Kemudian jari tengah pasien diregangkan
dan dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa. Lalu lakukan :
Hoffmann : “Goresan” pada ujung jari tengah pasien reaksi : fleksi dan adduksi ibu
jari disertai dengan fleksi telunjuk dan jari-jari lainnya.
Tromner : “Colekan” pada ujung jari pasien maka akan muncul reaksi yang sama
dengan hoffmann
2. Gordon’ssign
Cara : Pemeriksa menekan oto-otot betis dengan kuat
Reaksi : sama dengan babinski sign
3. Schaeffer’ssign
Cara : Pemeriksa menekan tendo Achilles dengan kuat
Reaksi : sama dengan babinski’s sign
4. Oppenheim’ssign
Cara : Pemeriksa memberi tekanan yang kuat dengan ibu jari dan telunjuk pada
permukaan anterior tibia kemudian digeser ke arah distal
Reaksi : sama dengan babinski’s sign
NO LANGKAH / KEGIATAN
A. PEMERIKSAAN REFLEKS HOFFMANN
1 Mintalah klienberbaring telentang atau duduk dengan santai
2 Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari- jarinya disuruh fleksi-
entengkan
3 Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk danjari tengahkita.
4 Dengan ibu jari kita ”gores kuat” ujung jari tengahklien
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
INTERPRETASI :
Refleks positif (+),bilagoresankuattadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta
fleksidan aduksi ibujari.
Kadang disertai fleksi jarilainnya.
B. PEMERIKSAAN REFLEKS TROMNER
1 Mintalah klienberbaring telentang ataududuk dengan santai
2 Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari- jarinya disuruh fleksi-
entengkan
3 Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk danjari tengah (ibu jari)kita.
4 Dengan jari tengah kita mencolek-colek ujung jariklien
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
INTERPRETASI :
Refleks positif (+),bilagoresankuattadi mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta
fleksidan aduksi ibujari.
NO LANGKAH / KEGIATAN
A. PEMERIKSAAN ‘SNOUT REFLEX’
1 Mintalahklien berbaring telentang atau dudukdengansantai
2 Stimulasi klien dengan melakukan perkusi pada bibir atas
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
INTERPRETASI :
Refleks positif (+), bila bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot-otot
di sekitar bibir atau di bawah hidung.
B. PEMERIKSAAN REFLEKS MENGHISAP (ROOTING REFLEX)
1 Mintalah klien berbaring telentang atau dudukdengansantai
2 Stimulasi klien dengan memberikan sentuhan pada bibir / menyentuhkan sesuatu
benda pada bibir
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
INTERPRETASI :
Refleks positif (+) jika tangan klien mengepal
D. REFLEKS GLABELLA
1 Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai
2 Lakukan stimulasi dengan pukulan singkat pada glabella atau sekitar
daerahsupraorbitalis.
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
INTERPRETASI
Refleks positif (+), bila terdapat kontraksi singkat pada kedua otot orbikularis
okuli.
Pada lesi perifer nervus fasialis, refleks ini berkurang atau negatif, sedangkan
pada sindrom Parkinson refleks ini sering meninggi. Pusat refleks ini terletak di
Pons.
INTERPRETASI
Refleks positif (+), bila terdapat kontraksi pada muskulus mentalis dan orbikularis
oris ipsilateral.
2. Reflek Rooting
Jika seseorang mengusapkan sesuatu di pipi bayi, ia akan memutar kepala ke arah benda
itu dan membuka mulutnya. Refleks ini terus berlangsung selama bayi menyusu.
6. Reflek Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.
7. Reflek Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup
dengan rapat
TANDA-TANDA VITAL
Tekanan darah (TD), nadi, suhu/temperature dan respiration rate (RR) adalah pengkajian
dasar pasien, yang diambil dan didokumentasikan dari waktu ke waktu yang menunjukkan
perjalanan kondisi pasien. TD, nadi, suhu dan RR disebut dengan tanda vital (vital sign) atau
cardinal symptoms karena pemeriksaan ini merupakan indikator yang diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan.
Tanda-tanda vital harus diukur dan dan dicatat secara akurat sebagai dokumentasi
keperawatan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien dapat membantu perawat
dalam membuat diagnosa dan perubahan respon pasien. Jenis pemeriksaan tanda-tanda
vital diantaranya:
1. Temperatur/Suhu Tubuh
Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis (produksi panas
tubuh) dan termolisis (panas yang hilang) secara normal diatur oleh pusat
thermoregulator hipothalamus.
Suhu tubuh normal dapat dipengaruhi oleh ritme biologis, hormon-hormon, olahraga dan
usia. Fluktuasi diurnal sekitar 1°C biasa terjadi, dengan suhu terendah pada awal pagi hari
dan tertinggi pada akhir sore hari sampai menjelang malam. Pada wanita, sekresi
progesterone pada saat ovulasi hingga saat menstruasi mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh 0,5°C. Olahraga yang sedang sampai berat juga meningkatkan suhu tubuh.
2. Denyut Nadi
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke
paru(dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta dan
kemudian diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu
gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai
denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi
denyut jantung dalam 1menit.
Pada dewasa, kecepatan jantung kurang dari 60 bpm disebut bradikardia, dan
kecepatan jantung lebih dari 100 bpm disebut takhikardia. Namun, atlet yang baik
kondisinya, dapat menunjukkan kecepatan jantung krang dari 60 bpm, dan kecepatan
janutng lebih dari 100 bpm dapat terjadi pada pasien yang berolahraga atau gelisah.
Selain kecepatan denyut nadi, ritme denyut nadi juga harus dievaluasi.
Normalnya, ritme nadi adalah tetap dan rata. Jika ritme tidak teratur, disebut aritmia.
Jika terdeteksi aritmia ini, suara jantung dapat diauskulatsi dengan stetoskop untuk
dapat lebih akurat menilai.
4. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding arteri. Tekanan
darah tergantung pada luaran kardiak, volume darah yang diejeksi oleh ventrikel
permenit, dan tahanan pembuluh darah perifer. Kecepatan jantung, kontraktilitas dan
volume darahtotal, yang tergantung pada kadar natrium, mempengaruhi luaran jantung
Tekanan darah mempunyai dua komponen: sitolik dan diastolik. Tekanan darah
sistolik menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika kontraksi ventrikel kiri
(atau sistol), dan diatur oleh volume stroke (atau volume darah yang dipompa keluar
pada setiap denyut janutng). Tekanan darah diastolik adalah tekanan saat istirahat yaitu
tekanan dari darah antar kontraksi ventrikel.
Tekanan nadi adalah perbedaan antara sistol dan diastol. Kemampuan tubuh untuk
mengimbangi penurunan jumlah darah tidaklah sempurna. Tubuh bisa meningkatkan
diastol tapi tidak diimbangi dengan peningkatan sistol. Hal ini menyebabkan penurunan
tekanan nadi (ada juga bilang tekanan nadi menyempit).
58 Lepaskan tombol SCAN, angkat thermometer dari dahi klien (Termometer akan
secara otomatis mati dalam 30 detik, untuk mematikannya segera, tekan dan
lepaskan tombolSCAN dengan cepat)
59 Baca hasil pengukuran pada layar
60 Rapikan klien
61 Cuci tangan
62 Dokumentasikan hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN FREKUENSI NAPAS
63 Bantu klien membuka baju, jaga privasi klien
64 Posisikan pasien untuk berbaring/duduk, pastikan klien merasa nyaman
65 Lakukan inspeksi atau palpasi dengan kedua tangan pada punggung / dada untuk
menghitung gerakan pernapasan selama minimal 1 menit
66 Dokumentasikan hasil pemeriksaan (frekuensi napas, irama
napasreguler/ireguler, dan tarikan otot bantu pernapasan)
PEMERIKSAAN NADI
67 Cuci tangan
68 Bantu pasien untuk duduk atau berbaring, pastikan pasien merasa nyaman.
69 Gunakan ujung dua atau tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) untuk
meraba salah satu dari 9 arteri
70 Tekan arteri radialis untuk merasakan denyutan
PEMERIKSAAN PARU
A. INSPEKSI
1. Posisi pasien dapat duduk dan atau berbaring
2. Dari arah atas tentukan kesimetrisan dada, Normalnya: simetris,
3. Dari arah samping dan belakang tentukan bentuk dada. (normal, pigeon chest,
barrel chest, funnel chest)
4. Dari arah depan, catat:gerakan napas dan tanda-tanda sesak napas
Normalnya: Gerak napas simetris 16 – 24 kali, abdominal / thorakoabdominal,
tidak ada penggunaan otot napas dan retraksi interkostae.
Abnormal:
Tarchipneu napas cepat (> 24 kali) , misal ; pada demam, gagal jantung
Bradipneu napas lambat (< 16 kali), misal ;pada uremia, koma DM, stroke
Cheyne Stokes napas dalam, kemudian dangkal dan diserta apneu
berulang-ulang. Misal: pada Srtoke, penyakit jantung, ginjal.
Biot Dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur, misal:
meningitis
Kusmoul Pernapasan lambat dan dalam, misal ; koma DM, Acidosis
metabolic
Hyperpneu napas dalam, dengan kecepatan normal
Apneustik ispirasi megap-megap, ekspirasi sangat pendek, misal pada lesi
pusat pernapasan.
Dangkal emfisema, tumor paru, pleura Efusi.
Asimetris pneumonie, TBC paru, efusi pericard/pleura, tumor paru.
5. Dari arah depan tentukan adanya pelebaran vena dada, normalnya: tidak ada.
B. PALPASI
Tentukan getaran suara dan bedakan kanan dan kiri.
Menurun: konsolidasi paru, pneumonie, TBC, tumor paru, ada masa paru
Meningkat: Pleura efusi, emfisema, paru fibrotik, covenrne paru.
C. PERKUSI
1. Gunakan tehnik perkusi, dan tentukan batas – batas paru
Batas paru normal:
Atas: Fossa supraklavikularis kanan-kiri
Bawah: iga 6 MCL, iga 8 MAL, iga 10 garis skapularis, paru kiri lebih tinggi
Abnormal:
Meningkat anak, fibrosis, konsolidasi, efusi, ascites
D. AUSKULTASI
Cara kerja:
1. Atur posisi pasien duduk / berbaring
2. Dengan stetoskop, auskultasi paru secara sistematis pada trachea, bronkus dan paru,
catat:suara napas dan adanya suara tambahan.
Suara napas
Normal:
Trachea brobkhial suara di daerah trachea, seperti meniup besi, inpirasi
lebih keras dan pendek dari ekspirasi.
Bronkhovesikuler suara di daerah bronchus (coste 3-4 di atas sternum),
inpirasi spt vesikuler, ekspirasi seperti trac-bronkhial.
Vesikuler suara di daerah paru, nada rendah inspirasi dan ekspirasi tidak
terputus.
Abnormal:
Suara trac-bronkhial terdengar di daerah bronchus dan paru (misal ;
pneumonie, fibrosis)
Suara bronkhovesikuler terdengar di daerah paru
Suara vesikuler tidak terdengar. Missal: fibrosis, effuse pleura, emfisema
Suara tambahan
Normal: bersih, tidak ada suara tambahan
Abnormal:
Ronkhi suara tambahan pada bronchus akibat timbunan lender atau secret
pada bronchus.
Krepitasi / rales berasal daru bronchus, alveoli, kavitas paru yang berisi
cairan (seperti gesekan rambut / meniup dalam air)
Whezing suara seperti bunyi peluid, karena penyempitan bronchus dan
alveoli.
PEMERIKSAAN JANTUNG
A. INSPEKSI
Hal – hal yang perlu diperhatikan:
1. Bentuk perkordial
2. Denyut pada apeks kordis
3. Denyut nadi pada daerah lain
1. Denyut vena
Cara Kerja:
1. buka pakaian dan atur posisi pasien terlentang, kepala ditinggikan 15-30
2. Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien setinggi bahu pasien
3. Motivasi pasien tenang dan bernapas biasa
4. Amati dan catat bentuk precordial jantung
Normal datar dan simetris pada kedua sisi,
AbnormalCekung,Cembung (bulging precordial)
5. Amati dan catat pulsasi apeks cordis
Normalnampak pada ICS 5 MCL selebar 1-2 cm (selebar ibu jari).
Sulit dilihat payudara besar, dinding toraks yang tebal, emfisema, dan efusi
perikard.
Abnormalbergeser kearah lateroinferior , lebar > 2 cm, nampak meningkat dan
bergetar (Thrill).
6. Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal, trikuspidalis, dan ephygastrik
Normal Hanya pada daerah ictus
7. Amati dan cata pulsasi denyut vena jugularis
Normal tidak ada denyut vena pada prekordial. Denyut vena hanya dapat dilihat
pada vena jugularis interna dan eksterna.
B. AUSKULTASI
Hal – hal yang perlu diperhatikan:
1. Irama dan frekwensi jantung
Normal: reguler (ritmis) dengan frekwensi 60 – 100 X/mnt
2.Intensitas bunyi jantung
C. PALPASI
Cara Kerja:
1. Dengan menggunakan 3 jari tangan dan dengan tekanan ringan, palpasi daerah
aorta, pulmo dan trikuspidalis. catat: adanya pulsasi.
D. PERKUSI
Cara Kerja:
1. lakukan perkusi dan catat perubahan suara perkusi redup.
Tentukan batas-batas jantung
No. TINDAKAN
1 Persiapan alat
1. Sarungtangan
2. Penggaris
3. Stetoskop
4. Ballpoint
5. Lembardokumentasi
2 Persiapan perawat:
1. Memperkenalkandiri
2. Menjelaskan maksud dan tujuanpemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman padapasien
3 Persiapan lingkungan:
1. Ciptakan lingkungan yangnyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, jaga privasiklien
4 Cuci tangan
PEMERIKSAAN THORAKS
5 Inspeksi bentuk dan kesimetrisan dada dari sudut pandang posterior dan
lateral, bandingkan diameter anteroposterior dengan diameter
transversum/lateral.
(gbr bentuk dada normal) (gbr dada barrel chest/pada PPOK, terjadi
peningkatan diameter anteroposterior)
12 Auskultasi dada, lakukan urutan seperti langkah yang digunakan dalam perkusi
yang dimulai dari bronki diantara sternum dan klavikula
Pemeriksaan thorak posterior (posisi pasien duduk)
13 Palpasi thorak posterior (ekspansi thorak): letakkan kedua telapak tangan
diatas thorak bagian bawah, kedua ibu jari didekatkan diatas spina dan jari-jari
diregangkan kearah lateral. Minta klien menarik napas dalam, amati
pergerakan kedua tangan.
(normalnya gerakan simetris kanankiri)
14 Lakukan palpasi fremitus taktil (seperti langkah 12) untuk bagian posterior
(sesuai gambar)
15 Lakukan perkusi secara sistematis pd area yang digambarkan di atas
16 Auskultasi dada, lakukan urutan langkah pada area yang digambarkan di atas,
bandingkan antara sisi kanan dankiri
18 Palpasi impuls ventrikel kanan pada parasternum kiri dan area epigastrik
(kuatnya impuls diduga pembesaran ventrikel kanan)
19 Perkusi jantung
Batas kiri jantung: lakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan
antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai
batas jantung kiri. Normalnya:
- Atas: ICS II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggangjantung)
- Bawah: ICS V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri (tempat
iktus)
Batas kanan jantung: dilakukan dari arah lateral ke medial. agak sulit
menentukan batas jantung kanan karena letaknya agak jauh dari dinding
depan thorak. Normalnya:
- Atas: ICS II kanan linea parasternaliskanan
- Bawah: ICS III-IV kanan,di linea parasternaliskanan.
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan ini
berbeda dengan tahapan pemeriksaan pada organ lain. Auskultasi dilakukan terlebih dahulu
sebelum palpasi dan perkusi, agar hasil pemeriksaan lebih akurat karena belum dilakukan
manipulasi pada abdomen. Pembagian topografi abdomen dapat di amati pada gambar
dibawah ini:
A. INSPEKSI
Cara Kerja :
1. Kandung kencing dalam keadaan kosong
2. Posisi berbaring, bantal dikepala dan lutut sedikit fleksi
3. Kedua lengan, disamping atau didada
4. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah sakit untuk dilakukan pemeriksaan
terakhir
5. Lakukan inspeksi, dan perhatikan Kedaan kulit dan permukaan perut
Normalnya : datar, tidak tegang, Strie livide/gravidarum, tidak ada lesi
Abnormal :
Strie berwarna ungu syndrome chusing
Pelebaran vena abdomen Chirrosis
Dinding perut tebal odema
Berbintil atau ada lesi neurofibroma
Ada masa / benjolan abnormal tumor
6. Perhatikan bentuk perut
Normal : simetris
Abnormal :
Membesar dan melebar ascites
Membesar dan tegang berisi udara (ilius)
B. AUSKULTASI
Cara Kerja :
1. Gunakan stetoskop sisi membrane dan hangatkan dulu
2. Lakukan auskultasi pada satu tempat saja (kwadaran kanan bawah), cata bising dan
peristaltic usus.
Normal : Bunyi “Klikc Grugle”, 5 – 35 kali/menit
Abnormal :
Bising dan peristaltic menurun / hilang illeus paralitik, post operasi
Bising meningkat “ metalik sound “ illius “obstruktif”
Peristaltik meningkat dan memanjang (borboritmi) diare, kelaparan
3. Dengan mengubah posisi/menggerakkan abdomen, catat gerakan air (tanda ascites).
Normalnya : tidak ada
4. Letakkan stetoskop pada daerah ephigastrik, catat bising aorta,
Normal : tidak ada.
C. PERKUSI
Cara Kerja :
1. Lakukan perkusi dari kwadran kanan atas memutar searah jarum jam, catat adanya
perubahan suara perkusi :
Normalnya : tynpani, redup bila ada organ di bawahnya (misal hati)
Abnormal :
Hypertympani terdapat udara
Pekak terdapat Cairan
2. Lakukan perkusi di daerah hepar untuk menentukan batas dan tanda pembesaran
hepar.
Cara :
D. PALPASI
Cara Kerja :
1. Beritahu pasien untuk bernapas dengan mulut, lutut sedikit fleksi.
2. Lakukan palpasi perlahan dengan tekanan ringan, pada seluruh daerah perut
3. Tentukan ketegangan, adanya nyeri tekan, dan adanya masa superficial atau masa
feces yang mengeras.
4. Lanjutkan dengan pemeriksaan organ
Hati
Letakkan tangan kiri menyangga belakang penderita pada coste 11 dan 12
Tempatkan ujung jari kanan (atas - obliq) di daerah tempat redup hepar bawah/di
bawah kostae.
Mulailah dengan tekanan ringan untuk menentukan pembesaran hepar, tentukan
besar, konsistensi dan bentuk permukaan.
Minta pasien napas dalam, tekan segera dengan jari kanan secara perlahan, saat
pasien melepas napas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran, konsistensi dan
bentuk permukaannya.
Normal : tidak teraba / teraba kenyal, ujung tajam.
Abnormal :
Teraba nyata (membesar), lunak dan ujung tumpul hepatomegali
Teraba nyata (membesar), keras tidak merata, ujung ireguler hepatoma
Lien
Letakkan tangan kiri menyangga punggung kanan penderita pada coste 11 dan 12
Tempatkan ujung jari kanan (atas - obliq) di bawah kostae kanan.
Mulailah dengan tekanan ringan untuk menentukan pembesaran limfa
Minta pasien napas dalam, tekan segera dengan jari kanan secara perlahan, saat
pasien melepas napas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran, konsistensi dan
bentuk permukaannya.
Normal : Sulit di raba, teraba bila ada pembesaran
Pemeriksaan Ballottement
17 Berikan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen dan dengan cepat
tangan ditarik kembali
18 Amati gerakan/pantulan abdomen (cairan asites akan berpindah untuk
sementara sehingga massa yang membesar dalam rongga abdomen dapat
terasa saat memantul)
19 Dokumentasikan hasil pemeriksaaan
Pemeriksaan Gelombang Cairan (Undulating Fluid Wave)
20 Letakkan satu tangan pada satu sisi perut pasien
21 Tangan yang lain mendorong/menekan sisi perut yang berlawanan
No TINDAKAN
1 Persiapan alat
1. Stetoskop
2. Bakinstrumen
3. Sarung tangan/handscoensteril
4. Kassasteril
5. Selimut
6. Penggaris
7. Bullpen
8. Lembardokumentasi
2 Persiapan perawat
1. Memperkenalkandiri
2. Menjelaskan maksud dan tujuanpemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman padapasien
3 Persiapan lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yangnyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukanprosedur
4 Cuci tangan
HEPATOMEGALI
5 Posisikan pasien supine (telentang)
6 Buka baju pasien, turunkan celana hingga simfisis
7 Tutup dada dan daerah simfisis pasien dengan selimut
10 Buat garis imajiner dari midclavikula ke arcus costa kemudian hubungkan
umbilicus, bagi menjadi 3bagian
Buat garis imajiner pada processus xypoideus menuju umbilicus, bagi
menjadi 3 bagian pada anak dan 2 bagian pada anak > 5 tahun dandewasa
11 Lakukan palpasi pada tepi hepar sambil memotivasi pasien untuk inspirasi (tepi
yang keras menunjukkan sirosis). Perhatikan adanya nyeri tekan dan massa.
12 Ukur jaraknya dari margin kosta pada garis mid klavikula
b. Posisi pasien berbaring miring ke kanan dengan posisi kedua tungkai fleksi
pada pinggang danlutut