Anda di halaman 1dari 4

PEMANFAATAN BEKAS LAHAN HUTAN YANG TERBAKAR SEBAGAI BAHAN BAKU

PEMBUATAN PULP DAN KERTAS

Abstrak

Industri pulp dan kertas merupakan industri dengan perkembangan yang baik, banyak
upaya telah dilakukan untuk mengembangkan industri pulp dan kertas. Tanaman kayu yang sering
digunakan untuk bahan baku pembuatan pulp adalah akasia. Selain kayu akasia, ada juga kayu akasia
yang telah terbakar tetapi tetap memiliki nilai guna karna masih memiliki potensi sebagai bahan baku
industri pulp dan kertas. Namun pemanfaatannya belum dioptimalkan.

Penelitian terhadap bekas kayu akasia yang terbakar bertujuan untuk mengetahui apakah
kayu bekas terbakar mempengaruhi hasil dari kualitas pulp maupun kertas. Kebakaran hutan
menyebabkan menurunkan komponen kimia kayu dan sifat kertas pulp. Umumnya, kayu yang terbakar
memiliki kandungan ektraktif yang lebih besar daripada kayu yang tidak terbakar. Panas dari kebakaran
hutan hanya berpengaruh pada sifat fisik pulp, sedangkan sifat fisik dan mekanik kertas tidak
berpengaruh.

I. Pendahuluan

Industri pulp dan kertas merupakan industri dengan perkembangan yang baik, dilihat
dari masih terbuka luas tingkat konsumsi kertas perkapita penduduk Indonesia yang terus
meningkat (Wulandari F, 2007). Ke depan, Indonesia sebagai negara manufaktur pulp dan kertas
berencana menjadi salah satu dari 10 produsen pulp terbesar Di dalam dunia. Banyak upaya telah
dilakukan dalam implementasinya. Salah satunya adalah pengembangan program perkebunan
dengan menanam spesies terpilih, misalnya: Acacia mangium, Gmelina arborea, Paraserianthes
falcataria dan Eucalyptus deglupta. Program ini dimaksudkan untuk menemukan bahan baku yang
dibutuhkan industri pulp dan kertas di Indonesia (Kordsachia. dkk., 2009).
Tanaman kayu yang sering digunakan untuk bahan baku pembuatan pulp adalah Acacia
crassicarpa dan Acacia mangium. Kayu Acacia termasuk kedalam tanaman berdaun lebar. Tanaman ini
tumbuh baik pada tanah yang subur, tanah yang mengalami erosi dan tanah bekas perladangan, dan
juga tanaman ini sangat baik untuk memberantas alang-alang karena cepat menutupi tanah (Kholik,
Agus. dkk., 2005)
Penelitian Susi (2015) Acacia crassicarpa umur 4, 5, 6 tahun memiliki panjang serat menengah
sampai sedang, yaitu 1,51-1,76 mm, dan lebih panjang dibandingkan dengan Acacia mangium 1,19 mm.
Kadar Holoselulosa kayu Acacia crassicarpa termasuk tinggi bila dibandingkan dengan Acacia mangium.
Secara umum kualitas pulp kayu Acacia crassicarpa umur 4, dan 5 tahun dapat memenuhi spesifikasi
Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal itu menunjukan berarti holoselulosa yang terdiri dari selulosa dan
hemiselulosa memiliki kadar serat tinggi yang terbebas dari lignin (Supartini, 2009)
Selain kayu akasia yang kita jumpai pada umumnya, ada juga kayu akasia yang telah
terbakar karna kebakaran hutan tetapi tetap memiliki nilai guna karena tidak seluruh bagiannya
terbakar total. Bagian dari daerah ini masih memiliki potensi berupa batang kering dan diameternya
besar untuk digunakan. Terutama sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Namun masyarakat di
sekitar hutan yang terbakar hanya memanfaatkan kayu sebagai kayu bakar. Sehingga pemanfaatan dari
kayu yang terbakar belum dioptimalkan. Dalam penelitian ini, potensi kayu yang terbakar dapat
digunakan untuk bahan baku industri pulp dan kertas.

II. BAHAN DAN METODE


A. BAHAN

Ada beberapa bahan kimia yang digunakan dalam penelitian Yuliansyah. dkk.,2005 untuk
menguji kualitas kayu akasia yang terbakar akibat kebakaran hutan yaitu NaOH, 𝑁𝑎2 𝑆, 𝐻2 𝑆𝑂4 , KI,
𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 , KMn𝑂4 ,Pati dan Aquades. Kemudian untuk alat alatnya adalah digester, refiner, screener,
sentifugal, pencetak kertas dan pemotong kertas, serta menggunakan test kekuatan tarik dan kekuatan
robek.

B. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian Yuliansyah. dkk.,2005 pertama-tama, kayu akasia
dipotong hingga ketebalannya 3-5 cm, dibersihkan dari kulit kayu dan bagian yang terbakar dibuang.
Kemudian, diubah menjadi dimensi (20-30) x (15-20) x (2-6) mm. kemudian dikeringkan untuk mencapai
kelembapan konstan sebesar 10-12% dan disimpan di ruangan konstan, dan diukur faktor
kelembabannya

Penelitian yang dilakukan Yuliansyah. dkk.,2005 ini menggunakan pulping dalam kondisi 14%
alkali aktif, 25% sulfida, rasio chip dan larutan 1: 4, pada 175 ˚C selama satu jam serta penambahan
0,05% dan 0,10% AQ. AQ adalah senyawa aromatic dengan formula 𝐶14 𝐻8 𝑂2, biasanya digunakan dalam
pemutih pulp untuk pembuatan kertas. Hasil pengujian pulp dan kertas menggunakan metode
zellcheming dan merkblat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. SIFAT FISIK PULP

Sifat fisik pulp dari kayu akasia tanaman hutan yang terbakar masih memiliki nilai yang baik.
Sebenarnya, bahan baku yang tidak terbakar memiliki sifat fisik pulp yang lebih tinggi daripada bahan
baku yang terbakar, kecuali pada kayu akasia menurut Yuliansyah. dkk., 2005. Angka hasil saring
menunjukkan nilai lebih tinggi pada bahan baku yang tidak dibakar, seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini.

Kode Dibakar Tidak dibakar


Ak – 1 dengan AQ 0,05 54,83% 53,94%
Ak – 2 dengan AQ 0,10 54,29% 54,06%

Menurut penelitian Muladi, Sipon. dkk., 2005, kayu yang terbakar memiliki hasil penyaringan
yang lebih rendah daripada kayu yang tidak terbakar. Kepadatan kertas dan kekuatan kertas dari kayu
bakar lebih rendah dari pada yang tidak terbakar. Umumnya, kekuatan kertas dipengaruhi oleh serat
panjang, tebal dinding serat, serat total pada lembaran kertas dan kekuatan ikatan antar serat. Dinding
serat yang lebih tebal memperoleh kertas dengan kekuatan tarik dan kuat yang tinggi. sehingga jumlah
kappa pada kayu bakar menjadi tinggi. Perbedaan kandungan komponen kimia kayu akibat panas dari
kebakaran hutan sehingga komponen kimia kayu berubah. Haygreen dan bowyer (1993) menyatakan
bahwa pemanasan kayu sampai 100˚C menyebabkan perubahan pada komponen kimia kayu.

Kondisi kayu merupakan faktor utama yang mempengaruhi kualitas pulp dan kertas. Kayu yang
terbakar tidak memiliki kondisi normal seperti kayu yang tidak terbakar. Kondisi fisik lainnya adalah
diameter dan umur pohon, dimana perbedaan ini mempengaruhi komponen kimia kayu. Umumnya, di
kayu yang tidak terbakar mendapatkan sifat fisik pulp yang lebih baik dari pada kayu yang terbakar.

B. SIFAT FISIK DAN MEKANIS KERTAS

Menurut penelitian Yuliansyah. dkk., 2005 Tiga jenis kayu dalam penelitian menunjukkan
variasi kekuatan yang berbeda, namun terlihat lebih menonjol pada sengon diikuti oleh akasia dan leda,
karena dimensi serat yang berbeda. Penelitian Suwinarti (1999) menunjukkan bahwa dimensi serat
memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kekuatan kertas daripada serat lainnya. Serat panjang
sengon dan mangium berkisar 900-1600m yang tergolong serat pendek. Oleh karena itu, sengon dan
akasia cenderung memiliki kadar kekuatan yang lebih baik daripada leda.

Penambahan AQ tidak memberi pengaruh signifikan terhadap perubahan kekuatan kertas.


Meskipun kebakaran hutan panas hanya berpengaruh pada kondisi fisik kayu dan komponen kimia kayu
namun tidak berpengaruh terhadap serat. Serat yang baik adalah yang tidak mengalami degradasi
selama proses pulping sehingga berpotensi menghasilkan kertas dengan kualitas bagus menurut Azhary
(2010)

IV. KESIMPULAN

Kebakaran hutan menyebabkan degradasi pada kayu yang menurunkan komponen kimia kayu
dan sifat kertas pulp. Umumnya, kayu yang terbakar memiliki kandungan ektraktif yang lebih besar
daripada kayu yang tidak terbakar.

Panas dari kebakaran hutan hanya berpengaruh pada sifat fisik pulp, sedangkan sifat fisik dan
mekanik kertas tidak berpengaruh. AQ hanya berpengaruh terhadap sifat fisik pulp sedangkan sifat fisik
dan mekanik kertas tidak berpengaruh.

V. DAFTAR PUSTAKA

Azhary, 2010. PEMBUATAN PULP DARI BATANG ROSELLA DENGAN PROSES SODA (KONSENTRASI NAOH,
TEMPERATUR PEMASAKAN DAN LAMA PEMASAKAN). Universitas Sriwijaya.

Haygreen dan bowyer, 1993. Forest product and wood science. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kholik, Agus. dkk, 2005. QUALITY AND USE OF THREE YEARS ACACIA AURICULIFORMIS
A.CUNN.EX BENTH. TREE CULTIVATION. Tropical Wood: properties and utilization.

Kordsachia, Othar. dkk, 2009. The prospect for acacia mangium willd as raw material of pulp and
paper in Indonesia. Kyoto University.

Muladi, Sipon. dkk, 2005. Elementary chlorine free bleacing in kraft pulping process for several
timber speciss in east Kalimantan. Tropical Wood: properties and utilization.

Supartini, 2009. KOMPONEN KAYU MERANTI KUNING (shorea macrobalanos). Jurnal penelitian
dipterokarpa. Vol. 3 No. 1

Susi, 2015. Potensi Acacia crassicarpa sebagai Bahan Baku Pulp Kertas untuk Hutan Tanaman Industri.
Jurnal selulosa Vol. 5 No. 1.

Suwinarti, 1999. Proses pulping campuran beberapa jenis kayu dari hutan tanaman industri dengan
campuran beberapa jenis kayu dari hutan pascasarjana fakultas kehutanan Universitas
Mulawar-man. Samarinda.

Wulandari, 2007. STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI KERTAS DAN PULP DI INDONESIA: SEBELUM DAN
PASCAKRISIS. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8, No. 2.

Yuliansyah. dkk, 2005. Utilization of three timber species from the plantation forest (leda, sengon,
dan mangium) after forest fire as raw material for pulp and paper. Tropical Wood:
properties and utilization.

Anda mungkin juga menyukai