Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Skizofrenia (schizophrenia; dibaca “skit-se-fri-nia) adalah salah satu

gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku

individu. Skizofrenia adalah gangguan dari psikosis yang terutama ditandai

dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya tilik diri

(insight).1
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab

(bayak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis

atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.2

Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA)

adalah sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara

klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya

distress (misalnya gejala nyeri menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan

pada salah satu bagian atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan

resiko secara bermagna untuk mati, sakit, ketidakmampuan, atau kehilangan

kebebasan.3

1
Sadock dkk, 2014 dalam buku D. Surya Yudhantara dkk, sinopsis skizofenia untuk mahasiswa kedokteran,
UB Press, Malang, 2018, Hlm 1.
2
Depkes RI 1998 dalam buku D. Surya Yudhantara dkk, 2018, sinopsis skizofenia untuk mahasiswa
kedokteran, UB Press, Malang, Hlm 1.
3
APA( American Psychiatric Association) 1994

1
2

Menurut organisasi kesehatan dunia / World Health Organization

(WHO) masalah kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang

sangat serius. WHO menyatakan paling tidak, ada satu dari empat orang di

dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada tahun 2016 terdapat

sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta

orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. skizofrenia

merupakan gangguan mental yang berat yang mempengaruhi sekitar 7 per

1.000 dari populasi orang dewasa, terutama di kelompok usia 15-35 tahun.

Data tersebut menunjukkan bahwa dalam proses penyembuhan pasien, sangat

diperlukan dukungan keluarga dalam bentuk emosional, informasi, penilaian

dan instrumental. WHO menyatakan.4

Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2013 adalah

236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan

0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.

Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15 – 24 tahun mengalami gangguan

jiwa. Tahun 2013 Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI)

menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa 1 – 2 orang per 1.000

penduduk.5

Di Provinsi Aceh orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dari tahun

2016 tercatat mencapai 22.033 kasus, Pidie merupakan penyumbang

4
WHO 2016
5
Depkes RI, 2013
3

terbanyak, mencapai 2.820 kasus. Sedangkan Kabupaten Bireuen berada di

urutan ke dua, dengan jumlah ODMK mencapai 2.586 kasus.6

Di Daerah Istimewa Yogakatra (DIY), berdasarkan data yang dihimpun

oleh Dinas Kesehatan DIY pada tahun 2016, dengan total penduduk DIY

sekitar 3.594 juta orang, terdapat 12.322 diantaranya Orang Dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ).7

Di Jawa Barat, permasalahan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)

ringan tercatat sebanyak 4.324.221 orang dari total penduduk 46.497.000

orang. Sedangkan ODGJ berat sebanyak 74.395 orang. Pasung ada 10.638

orang.8

Di kota tasikmalaya, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Tasikmalaya, jumlah penderita penyakit jiwa tercatat 1.021 orang

dari total penduduk 690.495 orang.9

Di kota cimahi, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Cimahi

jumlah penderita jangguan jiwa mencapai 375 orang dari total penduduk

521.909 orang.10

6
http://aceh.tribunnews.com/2017/03/27/22033-warga-aceh-terganggu-jiwa. diakses pada tanggal 23
Desember 2018 pukul 15.22
7
http://jogja.tribunnews.com/2018/02/21/jumlah-penderita-gangguan-jiwa-di-diy-tertinggi-di-indonesia .
diakses pada tanggal 23 Desember 2018 pukul 15.47
8
http://www.tribunnews.com/regional/2017/10/09/10-persen-warga-jabar-alami-gangguan-jiwa-10638-
orang-dipasung. diakses pada tanggal 23 Desember 2018 pukul 14.33
9
https://www.jawapos.com/jpg-today/08/10/2017/duh-1095-warga-tasikmalaya-alami-gangguan-jiwa diakses
pada tanggal 23 Desember 2018 pukul 15.12
10
https://limawaktu.id/news/jumlah-penderita-gangguan-jiwa-di-kota-cimahi-mengkhawatirkan diakses pada
tanggal 23 desember 2018 pukul 18.23
4

Kasus gangguan jiwa di Garut lebih tinggi dibandingkan daerah lain di

Provinsi Jawa Barat. Kasus gangguan jiwa yang paling menonjol terjadi di

Kecamatan Kersamanah dan di Kecamatan Cibatu.11

Jumlah penduduk Kabupaten Garut tahun 2017 adalah 2.588.839 jiwa

yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.303.638 jiwa atau

sebesar 50,3% dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.285.201 jiwa

atau sebesar 49.6%.12 Jumlah kunjungan gangguan jiwa di daerah Garut

sekitar 238.330.13

Dari perbandingan antara Puskesmas Kadungora, Puskesmas Cibatu

Dan Puskesmas Kersamanah mengenai jumlah penderita Orang Dengan

Gangguan Jiwa (ODGJ), didapatkan hasil, pendeita tertinggi dengan gangguan

jiwa berada di puskesmas Kersamanah.

Tabel 1.1
Data perbandingan 3 Puskesmas di Garut

No Puskesmas Jumlah
1 Cibatu 90 orang
2 Kadungora 51 orang
3 Sukamerang 117 orang

Berdasarkan data awal yang diperoleh pada tanggal 10 November 2018

di wilayah kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah, jumlah

penderita yang mengalami gangguan jiwa tercatat sebanyak 106 orang. Desa

11
Gangguan jiwa tertinggi di jabar dalam http://www.garutnews.com/4-805-penduduk-garut-gangguan-jiwa-
tertinggi-jabar.html diakses pada 19 November 2018 pukul 15.22
12
Profil Dinas Kesehatan 2017
13
Profil Jiwa, Dinas Kesehatan 2018
5

– desa yang mengalami gangguan kejiwaan di Kecamatan Kersamanah adalah

Desa Kersamanah, Desa Sukamaju, Desa Nanjungjaya, Desa Sukamerang,

dan Desa Mekarraya..14

Tabel 1.2
Data jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja
Puskesmas Sukamerang

No Data Desa Jumlah Penderita


1 Desa Kersamanah 52 Orang
2 Desa Nanjungjaya 27 Orang
3 Desa Sukamerang 9 Orang
4 Desa Mekarraya 9 Orang
5 Desa Sukamaju 9 Orang
Jumlah 106 Orang

Dari hasil studi pendahuluan yang lakukan pada tangga 5 Desember

2018 berdasarkan survey kelapangan dengan teknik wawancara tentang

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan

dukungan informasi dalam pengobatan kepada 10 keluarga penderita

skizoferenia di Desa Kersamanah, di dapatkan hasil 1 keluarga mendukung

dengan baik, 3 keluarga cukup mendukung dan 6 keluarga kurang

mendukung.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Gambaran Dukungan Keluarga Dalam Pengobatan Terhadap Penderita

Skizofrenia di Desa Kersamanah Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerang

Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut Tahun 2019“

1.2 Rumusan Masalah

14
Profil Puskesmas Sukamerang 2018
6

Yang menjadi rumusan masalahnya adalah “Gambaran Dukungan

Keluarga Dalam Pengobatan Terhadap Penderita Skizofrenia di Desa

Kersamanah Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah

Kabupaten Garut Tahun 2019 “

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui “Gambaran Dukungan Keluarga Dalam

Pengobatan Terhadap Penderita Skizofrenia di Desa Kersamanah

Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah

Kabupaten Garut Tahun 2018”

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendapat gambaran dukungan emosional dari keluarga dalam

pengobatan penderita skizofernia di Desa Kersamanah wilayah

kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah Kabupaten

Garut Tahun 2019.


2. Mendapat bagaimana dukungan penghargaan dari keluarga dalam

pengobatan penderita skizofernia di Desa Kersamanah wilayah

kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah Kabupaten

Garut Tahun 2019.


3. Mendapat bagaimana dukungan instrumental dari keluarga dalam

pengobatan penderita skizofernia di Desa Kersamanah wilayah

kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah Kabupaten

Garut Tahun 2019.


4. Mendapat bagaimana dukungan informasi dari keluarga dalam

pengobatan penderita skizofernia di Desa Kersamanah wilayah


7

kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah Kabupaten

Garut Tahun 2019.


1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan pengembangan

dalam keperawatan jiwa, khususnya dalam dukungan keluarga dalam

pengobatan penderita skizofernia di Desa Kersamanah wilayah kerja

Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut

Tahun 2019.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan, menambah ilmu kesehatan

jiwa serta mengetahui dukungan keluarga dalam pengobatan

penderita skizofenia.

1.4.2.2. Bagi Institusi

Dapat memberikan informasi bagi pendidikan dan

mahasiswa program Akademi Keperawatan Bidara Mukti

Garut tentang gambaran dukungan keluarga dalam pengobatan

terhadap penderita skizofernia di Desa Kersamanah tahun

2019. Sehingga dapat digunakan sebagai data dasar penelitian-

penelitan berikutnya.

1.4.2.3. Bagi Puskesmas


8

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan

bagi petugas kesehatan dalam melibatkan keluarga dalam

proses penyembuhan pasien gangguan jiwa.

1.4.2.4. Bagi Responden

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi


atau gambaran dalam memberikan dukungan dalam
pengobatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai