Anda di halaman 1dari 18

10

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Dukungan Keluarga

2.1.1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan

antara keluarga dengan lingkungan sosial.

Dalam semua tahap, dukungan keluarga menjadikan keluarga

mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga

akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

Studi–studi tentang dukungan keluarga telah

mengkonseptualisasi dukungan social sebagai koping keluarga, baik

dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti

sangat bermanfaat.

2.1.2. Jenis Dukungan Keluarga

1. Dukungan Emosional
Berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan emosional serta meningkatkan moral

keluarga. Dukungan emosianal melibatkan ekspresi empati,

perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau

bantuan emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong

perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa

ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia

untuk memberikan perhatian. Seperti memberikan pujian ketika


11

penderita rutin dalam melakukan pengobatan di pelayanan

kesehatan dan lain – lain..


2. Dukungan Informasi
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Dukungan

informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk

nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi jika

penderita marah – marah, cara mengatasi ketika penderita melihat

bayangan yang tidak nyata dan lain – lain.


3. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis

dan konkrit. Dukungan instrumental merupakan dukungan yang

diberikan oleh keluarga secara langsung yang meliputi bantuan

material seperti memberikan tempat tinggal, membiayai untuk

pengobatan dan lain – lain.


4. Dukungan Penghargaan
Keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai sistem

pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai

pemecahan masalah dan merupakan sumber validator identitas

anggota. Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi

penghargaan yang positif seperti penderita selalu meminum

obatnya, penderita bersikap baik kepada orang lain dan lain –

lain.15

2.1.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga16

15
http://eprints.umpo.ac.id/3853/4/bab%202.pdf diakses pada tanggal 13 desember 2018 pukul
16.14
16
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=935 diakses pada tanggal 13 desember 2018 pukul
17.09
12

a. Faktor Internal
1) Tahap Perkembangan
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia

dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan

demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman

dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.


2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan

terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan,

latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang

termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan

tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.


3) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan

terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya.

Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap

perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai

tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan

bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.

Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin

mempunyai respons emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara

emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan


13

menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau

menjalani pengobatan.

4) Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang

menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang

dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan

kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

b. Faktor Eksternal
1) Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan

biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan

kesehatannya. Misalnya: klien juga kemungkinan besar akan

melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan

hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya

untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika

punya anak dia akan melakukan hal yang sama.

2) Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko

terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang

mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel

psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan

lingkungan kerja. Sesorang biasanya akan mencari dukungan

dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan

mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara


14

pelaksanaannya.Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang

biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit

yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan

ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

3) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai

dan kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk

cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.2. Konsep Dasar Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Duval menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang

yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta social

individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang regular dan

ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai

tujuan umum.

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di

suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.

2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga

Cir-ciri keluarga di Indonesia :


15

1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandai oleh

semangat kegotongroyongan
2. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya

ketimuran yang kental yang mempunyai tanggup jawab besar


3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang

dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui

musyawarah dan mufakat


4. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan,

keluarga dipedesaan masih bersifat tradisional, sederhana, dan

saling menghormati satu sama lain dan sedikit sulit menerima

inovasi baru.

2.2.3 Tipe Keluarga

1. Nuclear family (keluarga inti) terdiri dari orang tua dan anak yang

masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah,

terpisah dari sanak keluarga lainnya.


2. Extended family (keluarga besar) satu keluarga ynag terdiri dari

satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan

saling menunjang satu sama lain


3. Single parent family satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala

keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih

bergantng kepadanya
4. Nuclear dyed keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa

anak, tinggal dalam satu rumah yang sama


5. Blanded family suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan

pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa

anak hasil perkawinan terdahulu


16

6. Three generation family keluarga yang terdiri dari tiga generasi,

yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah
7. Single adult living one bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu

orang dewasa yang hidup didalam rumahnya


8. Middle age atau elderly couple keluarga yang terdiri dari sepasang

suami istri paruh baya. 17

2.2.4 Peran Perawat dalam Keperawatan Keluarga

1. Pendidik : perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada

keluarga agar a) keluarga dapat melakukan program asuhan

kesehatan secara mandiri b) bertanggung jawab terhadap masalah

kesehatan keluarga.
2. Koordinator : koordinasi diperlukan pada perawatan agar

pelayanan comprehensive dapat dicapai. Koordinasi juga

diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dan

berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan

pengulangan.
3. Pelaksana : perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada

klien dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.


4. Pengawas kesehatan : sebagai pengawas kesehatan harus

melaksanakan home visite yang teratur untuk mengidentifikasi dan

melakukan pengkajian tenaga kesehatan keluarga.


5. Konsultan : perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat

kepada perawat, hubungan perawat dank lien harus terbina dengna

baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi dan

17
H. Zaidin Ali, 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga.. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlmn
4-7
17

kualitas dari informasi yang disampaikan secara terbuka dan dapat

dipercaya.
6. Kolaborasi : bekerjasama dengan pelayanan kesehatan seperti

rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mecapai

kesehatan keluarga yang optimal.


7. Fasilitator : membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti

masalah social ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistrm

pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana

kesehatan.
8. Penemu kasus : menemukan dan mengidentifikasi masalah secara

dini di masyrakat sehingga menghindari dari ledakan kasus atau

wabah.
9. Modifikasi lingkungan : mampu memodifikasi lingkungan baik

lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan

yang sehat.18

2.5. Konsep Skizofernia

2.5.1. Pengertian Skizofernia

Skizofrenia (schizophrenia; dibaca “skit-se-fri-nia”) adalah

salah satu gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi pikiran,

perasaan dan perilaku individu. Skizofrenia adalah bagian dari

gangguan psikosis yang terutama ditandai dengan kehilangan

pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya tilik diri.

18
Wendy Goxil, Peran Perawat Keluarga. Dalam http://id.scribd.com
/Document/219487670/Peran-Perawat-Keluarga. Diakses Pada Tanggal 21 Desember 2018 Pukul
20.23
18

Menurut Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan

Jiwa-III (PPDGJ - III), skizofrenia adalah suatu deskripsi sindroma

dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan

penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas,

serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh

genetic, fisik, dan sosial budaya (Departemen Kesehatan RI, 1998).

Pada gangguan psikosis, termasuk juga skizofrenia, dapat

ditemukan gejala gangguan jiwa berat seperti halusinasi, waham,

perilaku yang kacau, dan pembicaraan yang kacau, serta gejala

negative.19

2.5.2 Tipe-Tipe Skizofrenia

1. Skizofrenia tipe hebefrenik


a. Inkoherensi, yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat

dimengerti apa maksud perkataanya.


b. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi
c. Perilaku ketawa dan senyum-senyum sendiri
d. Waham (delusion) tidak jelas dan tidak sistematik dan tidak

terorganisir sebagai suatu kesatuan.


2. Skizofrenia tipe katatonik
a. Stupor katatonik, yaitu pengurangan diri atau aktivitas spontan

sehingga tampak seperti patung atau diam membisu


b. Negativisme katatonik, yaitu perlawanan tanpa motif terhadap

suatu perintah
c. Sikap tubuh katatonik, yaitu sikap yang aneh dan tidak wajar
3. Skizofrenia paranoid
a. Waham kebesaran, misalnya mengaku utusan Tuhan dan

sebagainya
b. Halusinasi yang mengandung isi kejaran atau kebesaran
19
D.Surya Yudhantara & Rati Istiqomah, 2018. Synopsis Skizofrenia Untuk Mahasiswa
Kedokteran. UB Press: Malang, hlmn 1
19

c. Gangguan alam perasaan dan perilaku


4. Skizofrenia tipe residual
Tipe ini merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala yang tidak menonjol
5. Skizofrenia tipe tidak tergolongkan
Tipe ini tidak bisa dimasukan dalam tipe-tipe yang lain, hanya

gambaran klinisnya waham, neologisme, halusinasi dan inkohereni. 20

2.5.3 Faktor Penyebab Skizofrenia

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang

pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain

tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak

ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian

mutakhir antara lain :

1. Faktor genetic
2. Virus
3. Auto antibody
4. Malnutrisi

Sejauh manakah peran genrtik pada skizofrenia? Dari penelitian

diperoleh gambaran sebagai berikut :

1. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 2,6% saudara

kandung 10,1% anak-anak 12,8% dan penduduk secara

keseluruhan 0,9%
2. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar

identity 59,20% sedangkan kembar fraternal 15,2%

Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada

perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya

20
Wahyu Wiji Nugroho. 2017. Karakteristik Bahasa Toni Blank. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hlmn 26
20

skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya,

karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal.

Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen

yang abnormal, skizofrenaia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-

faktor lainnya yang disebut epigenetic faktor. Kesimpulannya adalah

bahwa skizofrenia muncul bila terjadi interaksi anatara abnormal gen

dengan :

a. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu

perkembangan otak janin


b. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama

kehamilan
c. Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimestr

kehamilan.

Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai

faktor epigenetic tersebut, bila mengalami stressor psikososial dalam

kehidupannya, maka resikonya lebih besar untuk mengalmai

skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetic

sebelumnya.21

2.5.4 Tanda dan Gejala Skizofrenia

1. Gejala positif
a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional

(tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif

bahwa keyakinannya itu tidak rasional, tetapi penderita tetap

meyakini kebenarannya.

21
H.Iyus Yosep & dkk.2007. buku ajar keperawatan jiwa.PT Refika Aditama: Bandung. hlm 63
21

b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada

rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-

suara/bisikan-bisikan ditelinganya padahal tidak ada sumber

dari suara/bisikan itu.


c. Fight oof Ideas atau kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat

dari isi pembicarannya. Misalnya, bicara kacau sehingga tidak

dapat diikuti alur pikirannya.


d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif,

bicara dengan semnagat, dan gembira berlebihan.


e. Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba

hebat dan sejenisnya.


f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada

ancaman terhadap dirinya.


g. Menyimpan rasa permusuhan
2. Gejala negative
a. alam perasaan (effect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran

alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak

menunjukan ekspresi
b. menarik diri atau mengasingkan diri (with-drawn) tidak mau

bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day

dreaming)
c. kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan social
e. Sulit dalam berfikir abstrak
f. Pola pikir stereoti
g. Tidak kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada

inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas,

monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan

nafsu). 22
22
Wahyu Wiji Nugroho. 2017. Karakteristik Bahasa Toni Blank. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hlmn 25-26
22

2.5.5 Prinsip Implementasi Keperawatan

Secara umum klien skizofrenia akan mengalami beberapa

masalah keperawatan seperti halusinasi, harga diri rendah, isolasi

social, perilaku kekerasan, waham, depresi dan sebagainya.

Masalah tersebut dibahas secara rinci pada bab tersendiri. Prinsip

perencanaan keperawatan yang perlu dipetimbangkan adalah :

a. Pentingnya perawatan dirumah sakit dan menumbuhkan

kemandirian (Hospitalization, Indepedency)


b. Perawat melakukan identifikasi dan pemenuhan kebutuhan

dasar selama di rumah sakit (Identify long-team care basic

needs)
c. Terapi medis yang tuntas (Adequate medical therapy)
d. Merencanakan tindak lanjut dan proses rujukan klien dan peran

serta keluarga (Identify and provide proper referrals for

patient and family)


e. Merencanakan keterampilan dan perangkat kehidupan setelah

kembali ke masyarakat seperti sumber penghasilan dan

ekonomi, dukungan social, hubungan kekeluargaan dan

ketahanan apabila mendapatkan stress (Follow up Living

arrangements, economi resources, social supports, family

relationship, vulnerabity to stress)


f. Memberikan terapi modalitas (modality therapy) dan melatih

terapi kerja (occupational therapy)


g. Pendidikan masyarakat dalam mencegah stigma (prevention to

stigma). 23

23
H.Iyus Yosep & dkk.2007. buku ajar keperawatan jiwa.PT Refika Aditama: Bandung. hlm 217-
220
23

2.5.6 Pengobatan Skizofrenia

2.5.6.1 Terapi Modalitas

Terapi modalitas adalah berbagai macam alternatif

terapi yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa.

Gangguan jiwa merupakan berbagai bentuk penyimpangan

perilaku dengan penyebab pasti belum jelas. Oleh

karenanya, diperlukan pengkajian secara mendalam untuk

mendapatkan faktor pencetus dan pemicu terjadinya

gangguan jiwa. Selain itu, masalah kepribadian awal,

kondisi fisik pasien, situasi keluarga, dan masyarakat juga

memengaruhi terjadinya gangguan jiwa.

Maramis mengidentifikasi penyebab gangguan

dapat berasal dari masalah fisik, kondisi kejiwaan

(psikologis), dan masalah sosial (lingkungan). Apabila

gangguan jiwa disebabkan karena masalah fisik, yaitu

terjadinya gangguan keseimbangan neurotransmiter yang

mengendalikan perilaku manusia, maka pilihan pengobatan

pada farmakologi. Apabila penyebab gangguan jiwa karena

masalah psikologis, maka dapat diselesaikan secara

psikologis. Apabila penyebab gangguan karena masalah

lingkungan sosial, maka pilihan terapi difokuskan pada

manipulasi lingkungan. Dengan demikian, berbagai macam


24

terapi dalam keperawatan kesehatan jiwa dapat berupa

somatoterapi, psikoterapi, dan terapi lingkungan.

2.5.6.2 Psikofarmaka

Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang

bekerja pada susunan saraf pusat. Efek utamanya pada

aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan

untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Terdapat banyak

jenis obat psikofarmaka dengan farmakokinetik khusus

untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien

gangguan jiwa. Golongan dan jenis psikofarmaka ini perlu

diketahui perawat agar dapat mengembangkan upaya

kolaborasi pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan

mengantisipasi terjadinya efek samping, serta memadukan

dengan berbagai alternatif terapi lainnya.

Berdasarkan efek klinik, obat psikotropika dibagi

menjadi golongan antipsikotik, antidepresan, antiansietas,

dan antimanik (mood stabilizer).

1. Antipsikotik

Obat ini dahulu disebut neuroleptika atau major

tranqullizer. Indikasi utama obat golongan ini adalah

untuk penderita gangguan psikotik (skizofrenia atau

psikotik lainnya).
25

2. Antidepresan

Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai

khasiat mengurangi atau menghilangkan gejala depresif.

Pada umumnya bekerja meningkatkan neurotransmitter

norepinefrin dan serotonin.

3. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)


Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi

ansietas/kecemasan yang patologis tanpa banyak

berpengaruh pada fungsi kognitif. Secara umum, obat-obat

ini berefek sedatif dan berpotensi menimbulkan

toleransi/ketergantungan terutama pada golongan

Benzodiazepin.
4. Antimanik (Mood Stabilizer)
Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk

kasus gangguan afektif bipolar terutama episodik mania

dan sekaligus dipakai untuk mencegah kekambuhannya.24


2.5.6.3 Terapi Kejang Listrik (Electroconvulsife-ECT)
Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan

pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menggunakan aliran

listrik untuk menimbulkan bangkitan kejang umum,

berlangsung sekitar 25–150 detik dengan menggunakan alat

khusus yang dirancang aman untuk pasien.


Pada prosedur tradisional, aliran listrik diberikan pada

otak melalui dua elektroda dan ditempatkan pada bagian

temporal kepala (pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan

aliran terapeutik untuk menimbulkan kejang. Kejang yang


24
Ah Yusuf & dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Keperawatan Jiwa. Jakarta. Hlmn 280-284
26

timbul mirip dengan kejang epileptik tonik-klonik umum.

Namun, sebetulnya yang memegang peran penting bukanlah

kejang yang ditampilkan secara motorik, melainkan respons

bangkitan listriknya di otak yang menyebabkan terjadinya

perubahan faali dan biokimia otak.

Indikasi pemberian terapi ini adalah sebagai berikut :

1. Depresi berat dengan retardasi motorik, waham (somatik

dan bersalah, tidak ada perhatian lagi terhadap dunia

sekelilingnya, ada ide bunuh diri yang menetap, serta

kehilangan berat badan yang berlebihan).


2. Skizofrenia terutama yang akut, katatonik, atau

mempunyai gejala afektif yang menonjol.


3. Mania.25

Bagan 2.1
Kerangka Konsep Dukungan
Dukungan Keluarga :
Faktor Eksternal
Internal 1. Dukungan emosional
- Praktik di keluarga
Tahap 2. Dukungan
- Faktor
25
sosio290
Ibid, hlmn peghargaan
perkembangan
- Pendidikan
ekonomi 3. Dukungan
- Faktorbelakang
Latar emosi instrumental
- spiritual 4. Dukungan informasi
budaya
27

Gambaran Dukungan
Keluarga Dalam
Pengobatan Pada
Penderita Skizofrenia Di
Desa Kersamanah
Wilayah Kerja
Puskesmas Sukamerang
Kecamatan Kersamanah
Kabupaten Garut Tahun
2019

: variabel yang diteliti


: variabel yang tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai