Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Telah dilaporkan seorang perempuan berusia 48 tahun dengan diagnosis okupasi


Dermatitis Kontak Iritan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis
dimana pasien memiliki keluhan gatal kemerahan di punggung, perih dan panas.
Keluhan tersebut muncul setelah pasien pulang bekerja. Pasien bekerja sebagai
buruh spraying di PT X divisi I. Tugasnya adalah menyemprot tanaman dengan
pestisida. Ia melakukan pekerjaannya sehari – hari dengan menggendong alat
sprayingnya, kemudian ada seorang pekerja yang akan menuangkan cairan
pestisida ke dalam alat semprot di punggung pasien. Setelah tabung spraying
penuh, secara tidak sengaja cairan pestisida yang dituangkan ke dalam tabung di
punggung pasien tumpah mengenai punggungnya. Sehingga kulit pasien menjadi
gatal kemerahan, dan terasa perih.

Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil pada regio punggung, tampak lesi
berbentuk macula eritema dan hiperpigmentasi, berbatas tidak tegas dan asimetris
disertai daerah eksoriasi.

Beberapa faktor pemicu yang diperberat oleh pekerjaan antara antara lain yaitu:
 Pajanan fisik : suhu panas area perkebunan tebu
 Pajanan kimiawi : cairan pestisida
 Biologis : terkena gigitan hewan seperti ular
 Psikologis : area penyemprotan seluas 0,5 hektar per orang
menjadi beban pekerja
 Ergonomi : Beban muatan di punggung, 1 tabung sebesar 16 L
volume cairan pestisida

30
Berdasarkan diagram fishbone ditemukan akar sebab terjadinya penyakit akibat
kerja adalah tiga faktor man, material, dan method.

1. Faktor Manusia
Sebagian pekerja harian di areal perkebunan termasuk pasien ini memiliki latar
belakang pendidikan dasar. Ini mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
kepedulian mereka terhadap kesehatan. Sehingga, faktor manusia yang
berperan menimbulkan penyakit akibat kerja pada pasien terjadi akibat
kurangnya pengetahuan mengenai zat –zat iritan yang dapat menyebabkan
dermatitis kontak iritan. Pengetahuan ini berupa pengetahuan jenis – jenis
pestisida maupun bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh pestisida
tersebut. Rendahnya kesadaran pekerja untuk menggunakan APD yang sesuai
juga menjadi sebab terjadinya masalah.

2. Faktor Metode
Faktor metode yang berperan menimbulkan penyakit akibat kerja pada pasien
ini adalah metode penuangan herbisida secara manual oleh pekerja lain rentan
untuk terjadinya tumpahan ke punggung pekerja spraying. Ketika menuang,
cairan herbisida dapat terciprat dan kontak dengan punggung pekerja.

Selain itu, proses spraying dengan menggunakan tabung dan handle di sisi
samping tubuh pasien, rentan untuk menimbulkan gesekan anatara handle dan
kulit. Ketika berlangsung terus menerus, gesekan tersebut dapat menimbulkan
lesi pada punggung samping pasien.

3. Faktor Material
Baju pekerja spraying yang digunakan adalah baju kaos lengan panjang dengan
sarung tangan kaos. Bahan – bahan tersebut dapat dengan mudah menyerap air,
termasuk menyerap cairan yang terciprat di punggung pekerja spraying ketika
herbisida dituangkan dalam tabung semprot di punggunggnya. Ketika cairan
itu terserap lewat bahan kain tersebut, maka terjadi pula kontak antara
herbisida dengan kulit punggung pasien.

31
Pada pasien kemudian diberikan terapi medikamentosa dan non medikamentosa.
Terapi medikamentosa diantaranya peberian obat analgetik dan steroid topikal dan
sistemik. Terapi non medikamentosa dengan edukasi kepada pekerja untuk :
1. Mengenali jenis – jenis pestisida dan bahayanya bagi kesehatan diri.
Sehingga pekerja memiliki kesadaran untuk melakukan proses kerja dengan
aman.
2. Mencegah kontak langsung dengan zat-zat yang dapat menimbulkan DKI.
Seperti dengan memakai APD untuk menghindari kontak kulit dengan cairan
atau zat-zat kimia lain. Diantaranya ialah sarung tangan kulit, topi, google,
masker, baju panjang, celana panjang, kaos kaki, sepatu boots dilengkapi
dengan apron atau baju plastik supaya terhindar kontak langsung terhadap
kulit maupun terhirup.
3. Menggunakan pompa manual pada saat menuangkan pestisida dari drum ke
dalam tabung semprot pekerja spraying.

32

Anda mungkin juga menyukai