Anda di halaman 1dari 147

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.

T
USIA 26 TAHUN P3A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS HASMIATI BAHRI, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh:

N a m a : ANDRIYANI
Nim 201207002

AKADEMI KEBIDANAN ADILA


BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.T
USIA 26 TAHUN P3A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS HASMIATI BAHRI, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan


Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh:

N a m a : ANDRIYANI
Nim 201207002

AKADEMI KEBIDANAN ADILA


BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Di terima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada:

Hari : Kamis
Tanggal : 30 Juli 2015

Penguji I Penguji II

Zendri Julistia, S.Kep.M.Kes Ervina Irawati Harianja, S.ST


NIK : 2015501065 NIK : 2009111020

Direktur Akademi Kebidanan Adila


Bandar Lampung

dr. Wazni Adila, MPH


NIK : 201041008

iii
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.T
USIA 26 TAHUN P3A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS HASMIATI BAHRI, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

Andriani, Zendri Julistia, S.Kep.M.Kes, Ervina Irawati Harianja, S.ST

INTISARI

Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-
perubahann fisiologis maupun psikologis, yaitu: perubahan fisik, involusi uterus dan
pengeluaran lokhia, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan
perubahan psikis, karena pada masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami
berbagai beberapa kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis.
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari Kabupaten kota tahun 2012 sebesar
115,8 per 100.000 Kelahiran Hidup, namun angka ini tidak dapat dipergunakan karena
angka tidak menggambarkan seluruh kematian ibu yang ada di populasi (data hanya dari
fasilitas kesehatan saja). Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi
Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian
ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179
kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat persalinan dan
70,95% terjadi pada usia 20–34 tahun. Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi lampung
tahun 2012 disebabkanoleh perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain. Tujuan penelitian,
dapat memberikan asuhan kebidanan kepada ibu nifas.
Metode penelitian, menggunakan metode penulisan penelitian deskriptif. Subyek
penelitian, Ibu nifas. Tempat penelitian, BPS Hasmiati Bahri, S.ST Bandar Lampung.
Hasil penelitian, Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas terhadap Ny.T
P3A0 tidak terdapat satu kesenjangan antara teori dan kasus. Saran utama, hasil penelitian
ini dapat digunakan untuk mengetahui pentingnya asuhahan pada ibu nifas terutama
pada 6-8 jam postpartum yang dilakukan oleh petugas kesehatan difasilitas kesehatan.

Kata Kunci : Ibu Nifas, 6-8 jam postpartum


Kepustakaan : 18 Referensi (2005-2015)
Jumlah halaman : 130 halaman

iv
CURRICULUM VITAE

Nama : Andriyani
Nim 201207002
Tempat/Tanggal lahir : Baradatu Way kanan, 16 Agustus 1993
Alamat : Baradatu Way kanan
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan VII
Biografi :
1. SDN 1 Setia Negara : 2000 - 2006
2. SMP YP 17 Baradatu Waykanan : 2006 - 2009
3. SMA PGRI Bukit Kemuning : 2009 - 2012
4. Saat ini Penulis Sedang Menyelesaikan Pendidikan di
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung

v
MOTTO

Tidak Ada Yang Tidak Bisa Jika Kita Berani Maju


Melawan Kegagalan

By.
Andriyani

vi
PERSEMBAHAN
‫حره لا لا ميح‬ ْ ‫َم‬ ‫مس‬
‫اللََََ نره‬
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau Ya
ALLAH...Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu ya Allah, saya bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis ilmiah ini ku persembahkan
untuk :
1. Terima kasih buat Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan
motivasi, dukungan, dan selalu mendoakan untuk keberhasilan anak mu ini
serta terimakasih buat Kakak dan Adik-adik tersayang yang selalu memberi
semngat.
2. Teman-teman seperjuangan angkatan ke-VII dan Sahabat-sahabatku,terima
kasih atas motivasi dan semangat yang telah kalian berikan kepada saya
selama pendidikan di AKBID ADILA serta selalu mendukung hingga
terselesai tugas akhir ini.
3. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung sebagai
tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun.
4. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas
dukungannya selama saya menyelesaikan tugas akhir Diploma Kebidanan ini.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk
Studi Kasus yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
TERHADAP NY.T USIA 26 TAHUN P3A0 6-8 JAM POST PARTUM DI
BPS HASMIATI BAHRI,S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015”. Penulis
menyadari karena keterbatasan pengetahuan Karya Tulis Ilmiah ini, dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:

1. dr. Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Andestyana Septiyaningsih, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis
Ilmiah
3. Margareta Rinjani, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah
4. Hasmiati Bahri, S.ST selaku pemilik BPS yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
5. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi pembaca.

Bandar Lampung, Juli 2015

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................. iii
CURICULUM VITAE .......................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3. Tujuan Penulis....................................................................... 3
1.4. Ruang Lingkup ...................................................................... 5
1.5. Manfaat Penulisan ................................................................. 5
1.6. Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data .......................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Teori Medis ........................................................... 9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ....................................... 58
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan ................................. 78

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ............................................................................. 80
3.2 Matriks .................................................................................. 89

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ............................................................................. 98
4.2 Interpretasi Data .................................................................... 116
4.3 Antisipasi Masalah Potensial ................................................ 117
4.4 Tindakan Segera .................................................................... 118
4.5 Perencanaan........................................................................... 118
4.6 Implementasi ......................................................................... 121
4.7 Evaluasi ................................................................................. 125

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................... 128
5.2 Saran ..................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Program Masa Nifas ................................................................ 14


Tabel 2.2 Involusi Uterus ....................................................................... 16
Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri ............................................................... 73
Tabel 3.1 Matriks ................................................................................... 89

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1 Struktur Payudara ........................................................................ 37

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin penelitian


Lampiran 2 : Surat balesan
Lampiran 3 : Jadwal penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : Lembar konsul

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Word Health Organization (WHO) sebanyak 99% kematian ibu

akibat masalah persalinan terjadi di negara berkembang. Rasio kematian ibu

di Negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 425 kematian ibu

per 100 ribu persalinan hidup. Menurut WHO, 25% selama masa post partum.

Faktor lansung penyebab tingginya Angka Kematian Ibu adalah perdarahan

(35%), infeksi (25%), gestosis (15-17%), dan lain-lain (5%). (Manuaba

et.all,2010;h.29).

Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat

mencapai 359 per 100 kelahiran hidup. Rata- rata kematian ini jauh melonjak

disbanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 kelahiran hidup

(Data SDKI 2012 28-06-2015 ; 15.00 WIB).

Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung Tahun 2012

berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu

(kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya

sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar ( 59,78% ) terjadi

pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun. Penyebab

kasus kematian ibu di provinsi lampung tahun 2012 disebabkan oleh

perdarahan 40,23%, eklamsi 59,33%, infeksi 4,2%, dan lain-lain sebanyak

75,42% ( Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012 ).

xiii
Menurut data dari Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Angka

Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari kabupaten kota tahun 2012

sebesar 115,8 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan Profinsi

Lampung 2012 16-04-2015 ; 14.56 WIB)

Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu ( 42 hari ) setelah itu ( Dewi & Sunarsih , 2011. h; 01 ).

Sekitar 60 % kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50 % dari

kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan ,

diantaranya desebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas

(Saleha, 2009; h.95).

Periode pasca persalinan meliputi masa trasnsisi kritis bagi ibu, bayi dan

keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. perdarahan pasca

persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap

tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pasca

persalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan dalam waktu satu jam

setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus

berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar.

Bila perdarahan berat, tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk

menyelamatkan ibu. Penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia

melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di negara

berkembang. Sebagian besar kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam

xiv
persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat

dengan persalinan kala III (Sarwono Prawirohardjo, 2010; h.357-358).

Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan

yang dilakukan, hal ini menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk

mencegah ,mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang terjadi

(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.4).

Berdasarkan prasurvey pada tanggal 7 Juli 2015 di BPS Hasmiati Bahri

,S.ST terdapat 1 ibu postpartem 6 – 8 jam postpartem. Untuk mencegah

resiko perdarahan karena atonia uteri, maka Ny. T perlu diberi Asuhan

kebidanan dan memberikan konseling.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk memberikan “Asuhan

kebidanan pada ibu nifas 6 – 8 jam post partum terhadap Ny. T umur 26 tahun

P3A0 di BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015”.

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 - 8 jam post partum

terhadap Ny. T umur 26 tahun P3A0 DI BPS Hasmiati Bahri, S.ST Bandar

Lampung Tahun 2015 ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada Ny T umur 26 tahun P3A0 di

BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015.

xv
1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu

nifas 6 - 8 jam normal khususya pada Ny.T umur 26 tahun

P3A0 di BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun

2015.

1.3.2.2 Mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga mampu

menyusun diagnosa kebidanan , masalah dan kebutuhan pada

ibu nifas normal khususya pada Ny. T umur 26 tahun P3A0 di

BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015.

1.3.2.3 Mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu nifas

normal khususya pada Ny.T umur 26 tahun P3A0 di BPS

Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015.

1.3.2.4 Mampu melaksanakan identifikasi kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera pada asuhan kebidanan ibu

nifas normal khususya pada Ny. T umur 26 tahun P3A0 di

BPS Hasmiati Bahri Bandar lampung tahun 2015.

1.3.2.5 Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas

normal khususya pada Ny. T umur 26 tahun P3A0 di BPS

Hasmiati Bahri,S.ST Bandar lampung tahun 2015.

1.3.2.6 Mampu melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan

kebutuhan dan masalah khususya pada Ny. T umur 26 tahun

P3A0 di BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar lampung tahun

2015.

xvi
1.3.2.7 Mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus

ibu nifas normal khususya pada Ny. T umur 26 tahun P3A0 di

BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015.

1.4. Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu

Ny.T umur 26 tahun P3A0.

1.4.2 Tempat

Penilitian dilakukan di BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung

1.4.3 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2015.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan referensi, keterampilan dan ilmu pengetahuan bagi

mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam

penatalaksanaan asuhan kebidanan khususnya pada 6 - 8 jam post

partum.

1.5.2 Bagi Lahan Praktek

Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan

bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang

berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif dan

preventif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan

xvii
atau KIE untuk mencegah terjadinya komplikasi pada 6 - 8 jam post

partum.

1.5.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

mengaplikasikan pendididkan penulis khususnya tentang

penatalaksanaan 6 - 8 jam post partum pada ibu nifas.

1.5.4 Bagi Masyarakat

Dapat di jadikan masukan pada masyarakat agar lebih mengerti

tentang perawatan ibu selama masa nifas pada umumnya dapat

dijadikan referensi khususnya pada Ny T tentang bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1.6.1. Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, menggunakan metode

penelitian deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau

memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan

sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas

tertentu

xviii
1.6.2. Teknik memperoleh data

Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut:

1.6.2.1 Data primer

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan

keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang

sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap

berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut

( Notoatmodjo, 2012;h.137- 139).

Wawancara dilakukan dengan cara:

a) Auto Anamnesa

Auto anamesa merupakan anamesa yang dilakukan

kepada pasien secara langsung .

b) Allo Anamnesa

Allo anamesa merupakan anamesa yang dilakukan

kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang

pasien (Sulistyawati, 2009;h. 166).

b. Pengkajian Fisik

Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada

klien mulai dari kepala sampai kaki dengan tehnik inspeksi,

palpasi, auskultasi, dan perkusi (Soepardan, 2006;h.98).

xix
1.6.2.2 Data Sekunder

a. Studi Pustaka

Adalah bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat

penting dalam menunjang latar belakang teoritis suatu

penelitian dari buku-buku, laporan, majalah ilmiah, jurnal dan

sebagainya dapat memperoleh informasi baik berupa teori –

teori, generasi, maupun konsep yang telah dikemukakan oleh

berbagai ahli

b. Studi Dokumenter

Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan

maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung

jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan–

catatan di dalam kartu klinik (Notoatmodjo, 2005; h.62-63).

xx
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS

2.1.1 NIFAS

2.1.1.1 Pengertian

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009;h.1).

Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari

menurut hitungan awam merupakan masa nifas. Masa ini

penting sekali untuk terus dipantau. Nifas merupakan masa

pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid.

Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Saleha, 2009; h.2).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2

jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42

hari) (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h.1)

2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

xxi
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu

dan bayi. Dengan diberikan asuhan, ibu akan mendapatkan

fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk

menyusuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu

dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan keluaga

dalam membuat bentuk dan pola baru dengan anak

kelahiran berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini

dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayi

pun akan meningkat.

b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi

pada ibu. Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas,

kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi

akan lebih cepat terdeteksi sehingga penangananpun dapat

lebih maksimal.

c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.

Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan

kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun

tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka

lebih memilih untuk tidak datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan karena pertimbangan tertentu.Jika bidan

senantiasa mendampingi pasien dan keluarga maka

keputusan tepat dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien

sehingga kejadian mortalitas dapat dicegah.

xxii
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta

memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya

dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.

Pada saat memberikan asuhan nifas, keterampilan seseorang

bidan sangat dituntut dalam memberikan pendidikan

kesehatan terhadap ibu dan keluarga. Keterampilan yang

harus dikuasai oleh bidan, antara lain berupa materi

pendidikan yang sesuai dengan kondisi pasien, teknik

penyampaian, media yang digunakan, dan pendekatan

psikologis yang efektif sesuai dengan budaya setempat. Hal

tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena banyak

pihak yang beranggapan bahwa jika bayi telah lahir dengan

selamat, serta secara fisik ibu dan bayi tidak ada masalah

maka tidak perlu lagi dilakuakn pendampingan bagi ibu.

Padahal bagi para ibu (terutama ibu baru), beradaptasi

dengan peran barunya sangatlah berat dan membutuhkan

suatu kondisi mental yang maksimal.

e. Imunisasi ibu terhadap tetanus.

Dengan pemberian asuhan maksimal pada ibu nifas,

kejadian tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini

angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami

penurunan.

xxiii
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang

pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan

hubungan yang baik antara ibu dan anak.

Saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan

pemantauan yang diberikaan tidak hanya sebatas pada

lingkup permasalah ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap

ibu dan anak. Kesempatan untuk berkonsultasi tentang

kesehatan, termasuk kesehatan anak dan keluarga akan

sangat terbuka. Bidan akan mengkaji pengetahuan ibu dan

keluarga mengenai upaya mereka dalam rangka peningkatan

kesehatan keluarga. Upaya pengembangan pola hubungan

psikologis yang baik antara ibu, anak, dan keluarga juga

dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan asuhan ini

(Sulistyawati,2009; h.2-3).

2.1.1.3 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:

a. Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai

cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,

menjaga gizi yang baik,serta mempraktekan kebersihan yang

aman.

c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi

d. Memulai dan mendorong pemberian ASI

xxiv
(Ambarwati dan Wulandari, 2010: h.3).

2.1.1.4 Tahapan masa nifas

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan

berdiri dan berjalan ,serta menjalankan aktivitas layaknya

wanita normal lainya.

b. Puerperium intermediate, yaitu suatu kepulihan menyeluruh

alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu

c. Puerperium remote, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau

persalinan mempunyai komplikasi

(Dewi dan Sunarsih, 2011; h 4).

2.1.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Table 2.1 Program Masa Nifas

xxv
Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam 1. Pencegah perdarahan masa nifas karena atonia


setelah uteri.
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
prdarahan;rujuk jika perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hypotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
selama 2 jam pertama setelah klahiran atau
sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
2 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan
setelah normal:uterus berkontraksi, funus dibawah
persalinan umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,infeks, atau
perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
mmperlihatkan tanda tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti diatas
setelah
prsalinan
6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan
setelah yang ia atau bayinya alami.
persalinan 2. Memberikan konseling Kb secara dini
(Sulistyawati,2009;h.6-7)

2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

2.1.2.1 Perubahan sistem reproduksi

xxvi
a. Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah

proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah

plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut.

1. Iskemia miometrium.

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-

menerus dari uterus setelah penegluaran plasenta

membuat uterus relative anemia dan menyebabkan

serat otot atrofi.

2. Autolysis.

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang tejadi di dalam otot uterus.

3. Efek oksitosin.

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah

ke uterus.

Tabel 2.2 Involusi Uterus

Tinggi Fundus Berat Keadaan Serviks


Involusi Uteri Uterus
(gr)

xxvii
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah 750 Lembek
pusat
Satu minggu Pertengahan 500 Beberapa hari
puat dan setelah postpartum
simpisis dapat dilalui 2 jari.
Dua minggu Tak teraba 350 Akhir minggu
diatas simpisis pertama dapat
Enam Bertambah kecil 50-60 dimasuki 1 jari.
minggu
Delapan Sebesar normal 30
minggu
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.55-57)

b. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas.Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua

yang nekrotik dari dalam uterus.Lochea mempunyai reaksi

basa atau alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada

pada vagina normal. Lochea berbau amis atau anyir dengan

volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang

berbau dan tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea

mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya

proses involusi.

Lokhea di bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan

waktu keluar nya

1) Lokhea rubra / merah

xxviii
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke -4

masa pospartem. Cairan yang keluar berwarna merah

karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan

Lokhea mekonium.

2) Lokhea sanguinolenta

ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta

berlangsung, dari hari keempat sampai hari ketujuh post

partum.

3) Lokhea serosa

Lokea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum , leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post

partum.

4) Lokhea alba / putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desi dua, sel epitel,

selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang mati.

Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu

postpartum

2.1.2.2 Perubahan pada servik

xxix
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak

menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini

disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga

seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik

berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi

sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara

perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk

ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki

2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik sudah menutup

kembali.

a. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ

ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva

dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,

sementara labia menjadi lebih menonjol.

b.Perenium

Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena

sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak

maju. Pada post natal hari kelima, perineum sudah

xxx
mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap

kendur daripada keadaan sebelum hamil

2.1.2.3 Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan

hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat

pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon

menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu

persalinan,kurangnya asupan cairan dan makanan, serta

kurangnya aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali

normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan

asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil,

selama 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain

konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan

dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi

perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang

menyebabkan kurang nafsu makan

2.1.2.4 Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan

sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.

Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat

spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah

bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala

xxxi
janin dan tulang pubis selama persalinan berlansung.Urine

dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam

postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan

air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan

tersebut disebut “deuresis”. Ureter yang berdilatasi akan

kembali normal dalam 6 minggu.

Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan

hyperemia, kadang-kadang odem trigonum yang

menimbulkan aloktasi dari uretra sehingga retensio

urine.Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang

sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali

kencing masih tertinggal urine desidua (normal kurang

lebih 15 cc). Dalam hal ini ,sisa urine dan trauma pada

kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan

infeksi.

2.1.2.5 Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang

meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus

jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena

ligamentum rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara

sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan

(Sulistyawati, 2009; h.77-79).

xxxii
2.1.2.6 Perubahan Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan

pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang

berperan dalam proses tersebut.

a. Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian

belakang.Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin

berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan

kontraksi, sehingga mencegah pendarahan.Isapan bayi

dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.Hal

tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.

b. Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan

prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran

payudara untuk merangsang produksi susu.

c. Estrogen dan Progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti.

Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi

memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan

volume darah.Di samping itu, progesteron mempengaruhi

otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan

xxxiii
pembuluh darah.Hal ini sangat mempengaruhi saluran

kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum

dan vulva, serta vagina (Saleha, 2009; h. 60).

2.1.2.7 Perubahan Tanda-Tanda Vital

a. Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat

celcius. Pasca melahirkan, Kenaikan suhu badan ini

akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,kemungkinan

payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi

pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun

system lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat

celcius, waspada terhadap infeksi post partum

b. Nadi

Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali

karena pengaruh partus lama. Denyut nadi dan curah

jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi

lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang

tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah

melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum

hamil.

c. Tekanan darah

xxxiv
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada

pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke

seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal

manusia adalah sistolik antara 90-80 mmHg. Sedangkan

tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda

terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian,

hal tersebut sangat jarang terjadi

d. Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah

16-24 kali permenit. Pada ibu post partum umumnya

pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu

dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Bila pernafasan pada masa post

partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-

tanda syok.

2.1.2.8 Perubahan Sistem Kardiovaskulers

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan

kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan

tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar

hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.Meskipun

kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar

selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih

xxxv
tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu

mengandung cairan dengan demikian daya koagulasi

meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan

penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi

dini

2.1.2.9 Perubahan Sistem Hematologi

Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan

kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan

plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktu

kehamilan diasosikan denganpeningkatan hematoktir dan

haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah

persalinan (Rukiya et.all, 2011; h.68-71).

2.1.3 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas

Pengalaman menjadi orang tua khusus nya menjadi seorang ibu

tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap

wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai

seorang ibu setelah melahirkan bayi seringkali menimbulkan konflik

dalam diri seorang wanita dan merupakan faktor pemicu munculnya

gangguan emosi, intelektual, dan tingkah laku pada seorang wanita.

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami

fase-fase sebagai berikut :

2.1.3.1 Fase taking in : periode ketergantungan yang berlangsung

pada hari 1-2 setelah melahirkan. Pada saat itu fokus

xxxvi
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman

selama proses persalinan barulang kali diceritakannya. Hal

ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap

lingkungan nya.

2.1.3.2 Fase Taking Hold : Periode ini berlangsung pada hari 3-10

hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir

akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya

dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat

sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah

sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi

dengan ibu.

2.1.3.3 Fase Letting Go : merupakan fase menerima tanggung

jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah

melahirkan. Ibu sudah dapat meyesuaikan diri, merawat diri

dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah menigkat.

Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase

sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri

dalam memenuhi kebutuhan dan dirinya (Dewi dan

Sunarsih, 2011; h.65-66).

2.1.4 Kebutuhan dasar ibu masa nifas

2.1.4.1 Makanan.

xxxvii
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang

dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan

cukup mengandung gizi yang diperlukan akan

mempengaruhi produksi ASI , karena kelenjar pembuat

ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan

yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik ,

makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori , protein , dan

lemak , dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu

ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12

gelas/hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.27).

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian

yang serius , karena dengan nutrisi yang baik dapat

mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi

susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,

bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak

mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi akan kebutuhan gizi

sebagai berikut:

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan

protein mineral dan vitamin yang cukup

c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

xxxviii
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya 40 hari pasca persalinan

e. Minum kapsul vit A 200.000 unit agar dapat

memberikan vit A kepada bayinya melalui ASI

2.1.4.2 Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar

secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum

bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat

mungkin untuk berjalan.Sekarang tidak perlu lagi

menahan ibu postpartum terlentang ditempat tidurnya

selama 7-14 hari setelah melahirkan.Ibu postpartum sudah

diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya dalam 24-48

jam postpartum.

Keuntungan (early ambulation) adalah sebagai berikut:

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early

ambulation.

b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan

ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah

sakit. Misalnya memandikan, mangganti pakaian dan

memberi makan.

Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( sosial

ekonomis). Menurut penalitian-penelitian yang seksama,

xxxix
early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk,

tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak

mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka

diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus

atau retrotexto uteri.

Early ambulation tentu tidak dibanarkan pada ibu

postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit

jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya

Panambahan kegitan dengan early ambulation harus

berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera

setelah bangun dibanarkan mencuci, memasak dan

sebagainya Saleha, 2009; h.71-72).

2.1.4.3 Eliminasi

a. Buang Air Kecil

Miksi di anggap normal bila dapat BAK spontan tiap

3-4 jam (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.73).

Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam

postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum

berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100

cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi jika

kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam

untuk kateterisasi.

xl
Berikut ini sebab-sabab terjadinya kesulitan berkemih

(retensio urine) pada ibu postpartum.

1) Berkurangnya tekanan intraabdominal

2) Otot-otot perut masih lemah

3) Edema dan uretra

4) Dinding kandung kemih kurang sensitive (Saleha,

2009; h.72-73).

b. Buang Air Besar

Harus ada 3 hari postpartum. Bila ada obstipsi dan

timbul koprostase hingga skibala (feses yang

mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi

febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan

klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).

Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.

1) Diet teratur

2) Pemberian cairan yang banyak

3) Ambulasi yang baik

4) Bila takut buang air besar secara episiotomi ,

maka diberikan laksan supposotoria

(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.73-74).

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum.

xli
Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan

diet teratur, cukup cairan, konsumsi makanan berserat,

olahraga, berikan obat rangsanagan per oral atau per

rectal atau klisma bilamana perlu (Yanti dan

Sundawati 2011; h. 83).

2.1.4.4 Personal Hygiene

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga

kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama

perineum.

b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah

kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu

c. mengerti untuk membersihkan membersihkan

daerah disekitar vulva terlebih dahulu , dari depan ke

belakang , kemudian membersihkan daerah sekitar

anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap

kali selesai buang air kecil atau besar.

d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain

pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat

digunakan ulang setelah dicuci dengan baik dan

dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.

xlii
e. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun

dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat

kelaminnya.

f. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,

sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh

daerah tersebut Saleha, 2009; h.73-74).

2.1.4.5 Istirahat dan Tidur

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang

berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan

fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan

kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup

sebagai persiapan untuk energy menyusui bayinya

nanti.

Kurangnya istirahat pada ibu post partum akan

mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b. Memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan.

c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri.

Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan

keluarga bahwa untuk kembali melakukan kegiatan

rumah tangga harus dilakukan secara perlahan –

xliii
lahan dan bertahap. Pasien juga perlu diingatkan

untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi

bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu

menyusui minimal 8 jam sehari yang dapat dipenuhi

melalui istirahat siang dan malam (Sulistyawati,

2009; h.103).

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien ,

berapa jam pasien tidur , kebiasaan sebelum tidur

misalnya membaca , mendengarkan music ,

kebiasaan mengkonsumsi obat tidur , kebiasaan tidur

siang , penggunaan waktu luang. Istirahat sangat

penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat

cukup dapat mempercepat penyembuhan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136) .

2.1.4.6 Aktivitas seksual

Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas

harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami

istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina

tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai

melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

xliv
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda

hubungan suami istri sampai masa waktu terrtentu,

misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan

yang bersangkutan (Saleha,2009; h.75).

2.1.4.7 Latihan dan senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu

setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih

kembali. senam nifas bertujuan untuk:

a. Mempercepat penyembuhan

b. Mencegah timbulnya komplikasi

c. Memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung,

otot dasar panggul dan otot perut

Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta

vagina telah teregang dan melemah.Latihan senam

nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-

otot tersebut.Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri

punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan

pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu

tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini

dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga

yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan

xlv
terus menerus (kontinue). Lakukan pengulangan setiap

5 gerakan dan tingkatkan setiap hari sampai 10 kali

(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.81).

2.1.5 Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa

ada seseuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari hal-

hal berikut ini, maka ibu tersebut akan perlu menemui

seseorang bidan dengan segera:

2.1.5.1 Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara

tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan

tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter

dalam waktu setengah jam)

2.1.5.2 Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang

keras.

2.1.5.3 Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung

2.1.5.4 Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik,

atau masalah penglihatan

2.1.5.5 Pembengkakan pada wajah dan tangan

2.1.5.6 Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni,

atau merasa tidak enak badan

2.1.5.7 Payudara yang memerah, panas dan atau sakit

2.1.5.8 Kehilangan selera makan untuk waktu yang

berkepanjangan

xlvi
2.1.5.9 Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau

pembengkakan pada kaki

2.1.5.10 Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri

sendiri atau bayi

2.1.5.11 Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah

(Rukiyah et.all, 2013; h. 154)

2.1.6 Proses Laktasi Dan Menyusui

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.

Laktasi merupakan bagian integral dan siklus reproduksi

mamalia termasuk manusia . Masa laktasi mempunyai tujuan

meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan

pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan

benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami

(Ambarwati dan Wulandari, 2010: h.6) .

2.1.6.1 Anatomi Payudara

Payudara yang matang adalah salah satu tanda

kelamin sekunder dari seorang gadis dan salah satu

organ yang indah dan menarik.Lebih dari itu, untuk

mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya,

maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan,

karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi

xlvii
yang paling penting terutama pada bulan-bulan

pertama kehidupan.

Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah

kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah

memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia yang

mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang

beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600

gram, dan saat menyusui 800 gram. Payudara

disebut juga glandula mamalia yang ada baik pada

wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak

berkembang kecuali jika dirangsang oleh hormon.

Pada wanita terus berkembang pada pubertas,

sedangkan selama kehamilan terutama berkembang

pada saat menyusui.

xlviii
Gambar. 2.1 Struktur Payudara

a. Letak : Setiap payudara terletak pada sternum

danmeluas setinggi kosta kedua dan keenam.

Payudara ini terletak pada fascia superficialis

dinding rongga dada yang disangga oleh

ligamentum sospensorium

b. Bentuk : Bentuk masing-masing payudara

berbentuk tonjolan setengah bola dan

mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang

meluas ketiak atau aksila

c. Ukuran : Ukuran payudara berbeda pada setiap

individu, juga tergantung pada stadium

perkembangan dan umur. Tidak jarang salah

satu payudara ukurannya agak lebih besar

daripada yang lainya

xlix
2.1.6.2 Fisiologi Laktasi

a. Pembentukan Air Susu

Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek

yang masing-masing berperan sebagai

pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu

sebagai berikut:

1) Reflek prolaktin: pada akhir kehamilan ,

hormone prolaktin memegang peranan

untuk membuat kolostrum, namun jumlah

kolostrum yang terbatas karena aktivitas

prolaktin dihambat oleh esterogen dan

progesteron yang kadarnya memang tinggi.

Setelah partus, lepasnya plasenta dan

kurang berfungsinya korpus luteum

membuat esterogen dan progesteron

berkurang , ditambah dengan adanya isapan

bayi yang merangsang putting susu dan

kalang payudara yang akan merangsang

ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi

sebagai reseptor mekanik rangsangan air ini

dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla

spinalis hipotalamus yang akan menekan

pengeluaran factor-faktor yang

l
menghambat sekresi prolaktin dan

sebaliknya merangsang pengeluaran factor-

faktor yang memacu sekresi prolaktin.

Factor-faktor yang memacu sekresi

prolaktin akan merangsang hipofisis

anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon

ini merangsang sel-sel alveoli yang

berfungsi untuk membuat air susu (Dewi

dan Sunarsih, 2011, h.7-12).

2) Releks Let Down: dengan dibentuknya

hormon prolaktin rangsangan yang berasal

dari isapan bayi akan dilanjutkan ke

neurohipofise yang kemudian dikeluarkan

oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini

akan menuju uterus yang dapat

menimbulkan kontraksi pada uterus

sehingga terjadi involusi pada organ

tersebut. Oksitosin yang sampai pada

alveoli akan mempengaruhi selmiopitelium.

Kontraksi sel akan memeras air susu yang

telah terbuat keluar dari alvoli dan masuk

ke sistem duktus yang untuk selanjutnya

akan mengalir melalui duktus laktiferus

li
masuk ke mulut bayi (Rukiyah dan

Yulianti, 2013, h.14)

Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let

down adalah sebagai berikut :

1) Melihat bayi

2) Mendengarkan suara bayi

3) mencium bayi

4) Memikirkan untuk menyusui bayinya

Faktor-faktor yang menghambat reflek let

down adalah stres,seperti keadaan bingung/

pikiran kacau,takut,dan cemas.

b. Mekanisme Menyusui

1) Reflek mencari ( rooting reflek)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau

daerah sekeliling mulut merupakan

rangsangan yang menimbulkan reflek

mencari pada bayi. Keadaan ini

menyebabkan kepala bayi berputar menuju

puting susu yang menempel tadi diikuti

dengan membuka mulut dan kemudian

puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.

lii
2). Reflek Menghisap (sucking reflek)

Puting susu yang sudah masuk ke dalam

mulut dengan bantuan lidah ditarik lebih

jauh dan rahang menekan kalang payudara

di belakang puting susu yang pada saat itu

sudah terletak pada langit- langit keras.

Tekanan bibir dan gerakan rahang yang

terjadi secara berirama membuat gusi akan

menjepit kalang payudara dan sinus

laktiferus sehingga air susu akan mengalir

ke puting susu, selanjutnya bagian belakang

lidah menekan puting susu pada langit-

langit yang mengakibatkan air susu keluar

dari puting susu.

3) Refleks menelan (swallowing reflek)

Pada saat air susu keluar dari puting susu,

akan disusul dengan gerakan menghisap

yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi

sehingga pengeluaran air susu akan

bertambah dan diteruskan dengan

mekanisme menelan masuk ke lambung

(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.13-14).

liii
2.1.7 Manfaat pemberian ASI

Pemberian Air susu ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera

sampai berumur sedikitnya 2 tahun akan memberi manfaat,

baik untuk bayi, ibu maupun masyarakat, pada umumnya.

2.1.7.1 Manfaat bagi bayi

Kandungan gizi paling sempurna untuk

pertumbuhan bayi dan perkembanan kecerdasannya,

pertumbuhan sel otak secara optimal terutama

kandungan protein khusus yaitu taurin, selain

mengandung laktosa dan asam lemak ikatan

panjang lebih banyak susu sapi/kaleng ,mudah

dicerna, penyerapan lebih sempurna, terdapat

kandungan berbagai enzim untuk penyerapan

makanan , komposisi selalu menyesuaikan diri

dengan kebutuhan bayi; mengandung zat anti diare,

protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang

menyebabkan alergi untuk manusia, membantu

pertumbuhan gigi, mengandung zat antibodi

mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem

kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin ibu

dan bayi.

liv
2.1.7.2 Bagi ibu

Manfaat untuk ibu yakni: mudah, murah, praktis,

tidak merepotkan selalu tersedia kapan saja

(Rukiyah et.all, 2013:17-18)

2.1.7.3 Manfaat Bagi Keluarga

a. Mudah dalam proses pemberianya

b. Mengurangi biaya rumah tangga

c. Bayi yang mendapat asi jarang sakit , sehingga

dapat menghemat biaya untuk berobat

(Saleha, 2009; h,33)

2.1.8 Stadium ASI

ASI dibedakan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut :

a. Kolostrum

Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah

kolostrum yang mengandung campuran kaya akan

protein, mineral, antibodi daripada ASI yang telah

matang. ASI dimulai ada kira – kira pada hari ke 3 atau

hari ke 4. Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang

kira – kira 15 hari sesudah bayi lahir.Kolostrum

merupakan cairan dengan viskosis kental, lengket, dan

berwarna kekuningan.

lv
b. ASI transisi

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum

sampai ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke

10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak

dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar

imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak

dan laktosa meningkat.

c. ASI matur

ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya.ASI

matur tanpak berwarna putih. Kandungan ASI matur

relatif konstan, tidak mengumpal bila dipanaskan. Air

susu yang mengalir pertama kali atau lima menit pertama

disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai

kandungan lemak rendah, tinggi laktosa, gula, protein,

mineral, dan air.

2.1.9 Cara Menyusui Yang Benar.

Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara

memberikan ASI kepada bayi dengan perleketan dan posisi

ibu dan bayi dengan benar (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.

20-21,30).

lvi
Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar:

a. Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan

kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan

punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya

c. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi

diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi

diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh

tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak

tangan ibu

d. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan

yang satu didepan

e. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi

menghadap payudara

f. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

g. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

h. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat

jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola

i. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting

reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu

atau menyentuh sisi mulut bayi

lvii
j. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola

dimasukkan ke mulut bayi

k. Melepas isapan bayi

a. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa

kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara

yang lain.Cara melepas isapan bayi :

1) Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi

melalui sudut mulut atau

2) Dagu bayi ditekan kebawah

b. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang

belum terkosongkan (yang dihisap terakhir).

c. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit

kemudian dioleskan pada putting susu dan areola

sekitarnya. Biarkan kering dengan sendiri nya

d. Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi

adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya

bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui.

Cara menyendawakan bayi :

1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu

ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan

2) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan

ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi

lviii
bersendawa (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.

40).

2.1.10 Rawat Gabung

2.1.10.1 Pengertian rawat gabung

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan, dimana

ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,

melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan

kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam

penuh dalam seharinya . sehingga setiap kali bayi

memerlukan , ibunya dapat segera memberikan

perhatian

2.1.10.2 Tujuan rawat gabung

a. Agar bayi segera mendpatkan kolostrum / ASI.

b. Memberikan kesempatan kepada ibu yang baru

melahirkan dan suaminya untuk mendapatkan

pengalaman cara merawat bayi segera segera

sesudah kelahiran.

c. Stimulasi mental dini dalam tumbuh kembang

anak (Maryunani, 2009.h; 107-109).

lix
2.1.10.3 Manfaat rawat gabung

a. Aspek Psikologis

Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan

terjalin proses lekat (bonding) . hal ini sangat

mempengaruhi perkembangan psikologis bayi

selanjutnya.kehangatan tubuh ibu merupakan

stimulasi mental mutlak diperlukan oleh bayi.

b. Aspek fisik

Dengan rawat gabung ,ibu dengan mudah

menyusui kapan saja bayi menginginkanya

dengan demikian ,ASI juga akan cepat keluar.

c. Aspek Fisiologis

Dengan rawat gabung , bayi dapat disusui dengan

frekuensi yang sering dan menimbulkan reflek

prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan

reflek oksitosin yang membantu pengeluaran ASI

dan mempercepat involusi rahim. Pemberian ASI

eksklusif dapat juga dipergunakan sebagai

metode keluarga berencana (metode amenorea

laktasi) asal memenuhi syarat yaitu usia bayi

belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan

bayi masih diberi ASI secara eksklusif.

lx
d. Aspek Eduatif

Dengan rawat gabung, terutama yang primipara,

akan mempunyai pengalaman menyusui dan

merawat bayinya. Juga memberi kesempatan bagi

perawat untuk tugas penyuluhan, antara lain

posisi dan perlekatan bayi untuk menyusui dan

tanda-tanda bahaya pada bayi.

e. Aspek Medis

Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya

sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak

petugas sehingga infeksi nosokomial dapat

dicegah

f. Aspek ekonomi

Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat

dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran

pengeluaran untuk membeli susu formula dan

peralatan untuk membuatnya dapat dihemat

(Prawirohardjo, 2010; h.386-387).

2.1.10.4 Jenis Rawat Gabung

a. Rawat gabung purna waktu ( penuh/kontinu)

Adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi

dirawat bersama-sama secara terus menerus

lxi
selama 24 jam . Bayi tetap berada di samping

ibunya terus-menerus.

b. Rawat gabung parsial

Adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi

dirawat secara terpisah pada saat tertentu

2.1.10.5 Syarat / Kriteria Rawat Gabung

a. Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala

maupun bokong.

b. Bila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat

gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat ,

reflek menghisap baik, tidak ada tanda infeksi

dan sebagainya.

c. Bayi yang lahir secara seksio caesaria dengan

anastesi umum, rawat gabung dapat dilakukan

segera setelah ibu sadar penuh.

d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai

apgar minimal 7)

e. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih

g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

h. Bayi dan ibu sehat

lxii
2.1.10.6 Kontra indikasi rawat gabung

Rawat gabung tidak dianjurkan pada kondisi-kondisi

berikut ini :

a. Ibu

1) ibu dengan kondisi jantung –parunya tidak

baik

2) ibu dengan pasca eklamsia

3) ibu dengan penyakit infeksi akut, TBC

terbuka.

4) Ibu dengan penyakit hepatitis B, infeksi HIV

(masih kontroversi)

b. Bayi

1) bayi dengan kejang atau kesadaran menurun

2) bayi dengan sakit jantung dan paru berat

3) bayi dengan cacat bawaan sehingga tidak mau

menyusu

4) bayi yang dalam pengawasan intensif atau

perlu terapi khusus.

2.1.10.7 Pelaksanaan rawat gabung

a. Di poliklinik kebidanan

Bidan/perawat dapat melakukan kegiatan dengan:

Memberikan penyuluhan tentang ASI dan rawat

gabung

lxiii
b. Di kamar bersalin

Bidan /perawat harus mengetahui Kritera bayi

baru lahir yang dapat dilakukan rawat gabung

bersama ibunya, dengan criteria antara lain :

1. Nilai apgar > 7

2. Berat badan bayi > 2000 gram

3. Masa kehamilan > 36 minggu

4. Bayi lahir spontan

5. Ibu sehat (Maryunani,2009;.h.108-116)

2.1.10.8 Mempertahankan Suhu Tubuh BBL Dan Mencegah

Hipotermi

Untuk mencegah terjadinya hipotermi , bayi yang

baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus

dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup

diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari

dekapan ibu (Dewi dan Sunarsih, 2011.h;4)

2.1.10.9 Mekanisme Kehilangan Panas

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat

menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas

tubuhnya.

a Konduksi, panas dihantarkan dari tubuh bayi ke

benda sekitarnya yang kontak langsung dengan

lxiv
tubuh bayi. Contoh: ketika menimbang bayi tanpa

alas timbangan, memegang bayi saat tangan

dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk

pemeriksaan BBL.

b Konveksi, panas hilang dari tubuh bayi ke udara

sekitarnya yang sedang bergerak. Contoh,

konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau

menempatkan BBL dekat jendela, atau

membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas

angin.

c Radiasi, panas dipancarkan dari BBL keluar

tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin,

contoh: membiarkan BBL dalam ruangan AC

tanpa diberikan pemanas,membiarkan BBL dalam

keadaan telanjang atau menidurkan BBL

berdekatan dengan ruangan yang dingin ( dekat

tembok).

d Evaporasi, panas hilang melalui proses

penguapan yang bergantung pada kecepatan dan

kelembapan udara

lxv
2.1.11 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas

2.1.11.1 Hemoragi

a. Perdarahan Pasca – Persalinan Primer

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml

setelah bersalin didefinisikan sebagai

perdarahan pasca-persalinan, akan tetapi

terdapat beberapa masalah mengenai definisi

ini, yaitu sebagai berikut :

1. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak

sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang

hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut

bercampur dengan cairan amnion atau

dengan urine.

2. Volume darah yang hilang juga bervariasi

akibatnya sesuai dengan kadar Haemoglobin

ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal

akan dapat menyesuaikan diri terhadap

kehilangan darah dimana sebaliknya akan

berakibat fatal pada ibu yang mengalami

anemia.

3. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat

untuk jangka waktu beberapa jam dan

lxvi
kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi

syok.

Berikut adalah faktor resiko dari komplikasi

ini :

1) Partus lama

2) Over distensi uterus ( Hidramnion,

Kehamilan kembar, Makrosomnia)

3) Perdarahan antepartum

4) Pasca-induksi oksitosin atau MgSO4

5) Korioamnionitis

6) Mioma uteri

7) Anastesia

2.1.11.2 Infeksi Masa Nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah

persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan

penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI).

Infeksi luka jalan lahir pasca-persalinan,biasanya

dari endometrium bekas insersi plasenta. demam

dalam masa nifas sering juga di sebut morbiditas

nifas dan merupakan indek infeksi nifas.

lxvii
a. Jenis jenis Infeksi

1) Endometritis

Jenis infeksi yang paling sering ialah

Endometritis. Kuman-kuman yang memasuki

Endometrium, Biasanya melalui insersio

plasenta, Dan dalam waktu singkat

Mengikutsertakan seluruh Endometrium.

2) Parametritis

Parametritis adalah infeksi jaringan velvis

yang dapat terjadi melalui beberapa cara :

penyebara melalui limfe dari luka serviks

yang terinfeksi atau dari Endometritis,

Penyebaran langsung Dari luka pada serviks

yang meluas sampai ke dasar ligamentum,

serta penyebaran sekunder dari

trombofeblitis.

3) Peritonitis

Peritonitis dapat berasal dari penyebaran

melalui Pembuluh limfe uterus, Parametritis

yang meluas ke Peritoneum,Salpingo-

ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung

sewaktu tindakan perabdominal.

lxviii
4) Infeksi Saluran Kemih

Kejadian infeksi saluran kemih pada masa

Nifas Relatif tinggi dan hal ini di hubungkan

dengan Hipotoni kandung kemih Akibat

Trauma kandung Kemih saat persalinan,

Pemeriksaan dalam yang sering, Kontaminasi

kuman dari Perineum, Atau kateterisasi yang

serinng.

5) Trombofeblitis Dan Emboli

Paru Trombofeblitis pasca partum lebih

umum terjadi pada wanita penderita

varikositis atau yang mungkin secara Genetik

rentan terhadap Relaksasi dinding vena dan

statis vena.

6) Hematoma

Hematoma adalah pembengkakan jaringan

yang berisi darah. Bahaya Hematoma adalah

kehilangan sejumlah darah karena hemoragi,

Aanemia, Dan infeksi. Hematoma terjadi

karena Ruptur pembuluh darah Spontan atau

akibat trauma (Dewi dan Sunarsih, 2011.h;

13-14,107,117).

2.2 TEORI ASUHAN KEBIDANAN

lxix
2.2.1 Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering di sebut mana

jemen kebidanan suatu metode berfikir dan bertindak secara

sistemmatis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar

menemukan kedua belah pihak baik kelain maupun memberi

asuhan.

Manajemen kebidanan di adaptasi dari sebuah konsep yang di

kembngkan oleh helen parney dalam buku midwifery varney’s

midwifery, edisi ketiga tahun 1997; menggambar kan proses

menejemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah

yang berurut secara sistem matis dan siklik (Soepardan, 2008:

h.96)

2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney

2.2.2.1 Langkah 1: Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

A. Data subjektif

1. Anamnesa

Anamnesa dapat dilakukan melalui cara, yaitu

sebagai berikut:

a) Nama

lxx
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama

panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam

memberikan penanganan

b) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya

resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat

reproduksi belum matang, mental dan psikisnya

belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun

rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam

masa nifas

c) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut

untuk membimbing atau mengarahkan pasien

dalam berdoa

d) Suku/bangsa

Berpengauh pada adat istiadat atau kebiasaan

sehari-hari.

e) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan

untuk mengetahui sejauh mana tingkat

intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan

konseling sesuai pendidikannya

f) Pekerjaan

lxxi
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur

tingkat social ekonominya, karena ini juga

mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut

c) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan

rumah bila diperlukan

2. Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang

berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa

mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada

perineum

1. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat atau penyakit

akut, kronis seperti : Jantung, DM, Hipertensi,

Asma yang dapat mempengaruhi pada masa

nifas ini

b. Riwayat kesehatan sekarang

lxxii
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang diderita

pada saat ini yang ada hubungannya pada masa

nifas dan bayinya

c. Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit kelurga

terhadap gangguan kesehatan pasien dan

bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga

yang menyertainya

2. Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status

menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan

tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan

psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses

nifas

3. Riwayat obstetrik

a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang

lalu.

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,

jumlah anak, cara perslinan yang lalu, penolong

persalinan, keadaan nifas yang lalu.

b. Riwayat persalinan sekarang

lxxiii
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis

kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB,

penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk

mengetahui apakah proses persalinan mengalami

kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada

masa nifas saat ini

4. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB

dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah

keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta

rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke

kontrasepsi apa

5. Kehidupan sosial budaya

Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang

menganut adat istiadat yang akan menguntungkan

atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas

misalnya pada kebiasaan pantang makan

6. Data psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap

bayinya. Wanita banyak mengalami perubahan

emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia

menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering

ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah

lxxiv
kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai post

partum blues. Post partum blues sebagian besar

merupakan perwujudan fenomena psikologis yang

dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan

bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh

sejumlah faktor.

Penyebab paling menonjol adalah :

a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas

dan takut yang dialami kebanyakan wanita

selama kehamilan dan persalinan.

b. Rasa sakit masa nifas awal.

c. Kelelahan selama kurang tidur selam persalinan

dan post partum.

d. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat

bayinya setelah meninggalkan rumah sakit

e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi

suaminya.

Menjelaskan pengkajian psikologisnya

a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.

b. Respon ibu terhadap bayinya.

c. Respon ibu terhadap dirinya

(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.131-135).

7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

lxxv
a. Nutrisi

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup , gizi

seimbang, terutama kebutuhan protein dan

karbohidrat.

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya

dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan

untuk tumbuh kembang janin.

Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional

dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan

lebih tinggi selama ibu menyusui dibandingkan

selama ibu hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI

yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70

kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu

untuk tiap 100 ml yang dihasilkan rata-rata ibu

menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan

pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua

untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata

ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kla ketika

menyusui.Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein

diatas kebutuhan normal ketika menyusui jumlah ini

hanya 16 % dari tambahan 500 kalori yang

dianjurkan . Protein diperlukan pertumbuhan dan

penggantian sel-sel yang rusak atau mati.Sumber

lxxvi
protein diperoleh dari protein hewani ndan nabati.

Protein hewani antara lain :seperti telur, danging,

ikan, udang, kerang, susu dan keju. Sementara itu

protein nabati banyak terkandung dalam tahu,

tempe, kacang-kacangan.

Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah

asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3

liter perhari dalam bentuk air putih, susu, dan jus

buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk

melindungi tubuh dari serangan penyakit dan

mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh.

Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari

semua jenis sayur dan buah-buahan segar.

Pil zat besi (FE) harus diminum , untuk menambah

zat besi selama 40 hari pascapersalinan. Minum

kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali

yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam

setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada

bayinya melalui ASI (Dewi dan Sunarsih.2011;

h.72).

b. Eliminasi

lxxvii
1) Miksi

Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan

secepatnya, miksi normal bila dapat BAK spontan

setiap 3-4 jam.

2) Defekasi

Ibu diharapkan dapat BAB 3-4 hari post partum

c. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat

tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada

malam hari dan 1 jam pada siang hari (Yanti dan

Sundawati ,2011.h;83-84)

d. Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,

karena pada masa nifas masih mengelurkan lokia

e. Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.

Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap

kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat

mempercepat proses pengembalian alat-alat

reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi,

seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan

lxxviii
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan

ambulasi (Ambarwati dan Wulandari , 2010; h.137).

f. Seksual

Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu

masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini:

1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan

suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu

dapat memasukkan satu-satu dua jarinya ke

dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman

untuk memulai melakukan hubungan suami istri

kapan saja ibu siap.

2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda

hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,

misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan ini bergantung pada

pasangan yang bersangkutan

(Saleha,2009;h.75).

B. Data objektif

untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosis,

bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui

pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi

yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009;

h.121)

lxxix
Langkah-langkah pemeriksaanya sebagai berikut:

1. Keadaan umum.

Untuk mengetahui data ini bidan perlu mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan

akan bidan laporkan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Baik

Jika pasien memperlihatkan respon yang baik

terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara

fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam

berjalan.

b. Lemah

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang

atau tidak memberikan respons yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak

mampu lagi untuk berjalan sendiri

c. Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran

pasien, bidan dapat melakukan pengkajian drajat

kesadaran pasien dari keadaan composmentis

( kesadaran maksimal ) sampai dengan koma (pasien

tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009;

h.121-122).

lxxx
2. Vital sign

Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan

dengan kondisi yang dialaminya

(Ambarwat dan Wulandari,2010; h.121-122)

a. Temperatur/suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2

derajat celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat

naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan

normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja

keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan

maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post

partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini

diakibatkan ada ASI, kemungkinan payudara

membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada

endometrium , mastitis, traktus genetalis ataupun

system lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat

celcius, waspada terhadap infeksi post partum

(Rukiyah et.all, ,2013,h; 68).

b. Nadi dan pernafasan

1) Nadi berkisar antara 60-80x/m. denyut nadi

diatas 100x/m pada masa nifas adalah

mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini

lxxxi
salah satunya bisa diakibatkan oleh proses

persalinan sulit atau karena kehilangan darah

yang berlebihan.

2) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan

disebabkan karena adanya vitium kordis.

3) Beberapa ibu post partum kadang-kadang

mengalami bradikardi puerperal, yang denyut

nadinya mencapai serendah rendahnya 40

sampai 50x/m, beberapa alasan telah diberikan

sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum

ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu

adalah suatu kelainan.

4) Pernafasan harus berada dalam rentang yang

normal, yaitu sekitar 20-30x/m

(Ambarwati dan wulandari , 2010;h.138-139).

c. Tekanan darah

1) Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan

darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena

ada perdarahan (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.60)

2) Tekanan darah adalah tekanan yang dialami

darah pada pembuluh arteri ketika darah

dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh

manusia. Tekanan darah normal manusia adalah

lxxxii
sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80

mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal,

tekanan darah biasanya tidak berubah.

Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah

pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh

perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi

pada post partum merupakan tanda terjadinya

pre eklamsia post partum (Rukiyah et.all, 2013.

h;69).

3. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Organ tubuh yang perlu di kaji

karena pada kepala terdapat organ organ yang sangat

penting pengkajian di awali dengan inspeksi lalu

palpasi

b. Muka : pada daerah muka kesimetrisan

muka, apakah kulitnya normal, pucat.

Ketidaksemitrisan muka menunjukan adanya

gangguan pada saraf ke tujuh

c. Mata :Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata,

teknik yang digunakan inspeksi dan palpasi (Eviana

S. Tambunan dan Deswani Kasim, 2011; h.66-67).

d. Payudara : Pada saat bidan melakukan pemeriksaan

payudara sebelumnya lakukan pemeriksaan pandang

lxxxiii
(Inspeksi) pada kedua payudara dimana ibu dalam

posisi duduk kedua tangan dibelakang kepala, lihat

simetris atau tidaknya, warna kulit, penonjolan puting

susu, warna sekitar areola mamae. Selanjutnya bidan

melakukan palpasi pada payudara ibu, dimana ibu

dalam posisi tidur dan perhatikan tingkat kenyamanan

ibu , raba payudara yang terjauh dari bidan dengan

tangan kanan dapat secara melingkar searah jarum

jam, tanya saat nyeri saat diraba, raba ada tidaknya

benjolan atau bisa juga meraba payudara pada empat

kuadran atas, bawah, kiri, kanan dengan tangan kiri

menyanggah payudara tangan kanan memeriksanya

begitu juga dengan payudara yang sebelahnya

dilakukan dengan langkah yang sama.

e. Perut : Uterus

Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan

pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu

periksa pandang warna perut, pembesaran pada

perut, kemudian lakukan pemeriksaan raba ( palpasi)

periksa rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi

uterus, kemudian raba tinggi fundus (Rukiyah et.all,

2013; h.99).

lxxxiv
Tabel. 2.3 Tinggi Fundus Uteri

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Keadaan Serviks


Uterus
(gr)
Bayi Setinggi pusat 1000
lahir
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 Lembek
Satu Pertengahan pusat dan 500 Beberapa hari
minggu simpisis setelah
Dua Tak teraba diatas 350 postpartum
minggu simpisis dapat dilalui 2
Enam Bertambah kecil 50-60 jari.
minggu Akhir minggu
Delapan Sebesar normal 30 pertama dapat
minggu dimasuki 1 jari.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; hal 57)

d. Kandung kemih : Kondisi kandung kemih sangat

berpengaruh terhadap keadaan kontraksi uterus,

sehingga pemeriksaan kandung kemih jangan

diabaikan karena jika kontraksi terhambat oleh

kandung kemih yang penuh bisa berakibat keluar

darah yang cukup banyak.

e. Punggung : Nyeri tekan, nyeri ketuk

f. Genetalia : Lakukan pemeriksaan raba pada

daerah genetalia dan perinium apakah ada rasa

nyeri,ada tidaknya pembekakan, buka daerah lobang

vagina ibu perhatikan ada tidaknya tanda-tanda

infeksi dan raba ada tidaknya rasa nyeri dan

pembekakan, pengeluaran lokhia, penjahitan

laserasi atau luka episiotomi, pembukakan, luka, ada

tidaknya hemoroit.

lxxxv
g. Ekstremitas bawah : Pada pemeriksaan ekstremitas

ibu masa nifas yang dilakukan seperti halnya

pemeriksaan ekstremitas pada umumnya akan tetapi

lakukan pemeriksaan terutama ada tidaknya odema,

tanda-tanda trombofleblitis, nyeri tungkai dengan

melakukan pemeriksaan raba betis ibu ada tidaknya

nyeri tekan, ada tidaknya varises, kemerahan pada

daerah tersebut

(Rukiyah et.all, 2013; h.99).

2.1.1 Interpretasi data

Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan

intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan

menjadi diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan

karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan

dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan

dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan

1. Diagnosa Kebidanan

Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan

para,abortus,anak hidup,umur ibu,dan keadaan nifas

2. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.

lxxxvi
2.1.2 Diagnosa potensial

Mengidentifikasi dianosa atau masalah potensial yang mungkin

akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau

diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa,

hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila

memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap bila hal

tersebut benar-benar terjadi

2.1.3 Antisipasi Masalah

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai

dengan kondisi pasien.

2.1.4 Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari

kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga

berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita

tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan

Wulandari ; h.141-143).

lxxxvii
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Asuhan 6-8 jam post partum sebagai berikut:

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

bila perdarahan berlanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri

4. Pemberian ASI awal

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

(Dewi dan sunarsih, 2011; h.4-5).

2.1.5 Melaksanakan perencanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana

sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis

yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilaksanakan oleh bidan

secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan

lainnya

2.1.4 Evaluasi

Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni

dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun

pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari

proses yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan

lxxxviii
pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan

kondisi atau kebutuhan klien (Wildan dan Hidayat,2009; h.39).

2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik

Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal:

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana

2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang

tidak memiliki dokter.

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh

bidan. Kewenangan ini meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu

a. Ruang lingkup:

1.) Pelayanan konseling pada masa pra hamil

2.) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

3.) Pelayanan persalinan normal

4.) Pelayanan ibu nifas normal

5.) Pelayanan ibu menyusui

lxxxix
6.) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

b. Kewenangan:

1.) Episotomi

2.) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

3.) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan

perujukan

4.) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

5.) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan

promosi air susu ibu (ASI) eksklusif

6.) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

7.) Penyuluhan dan konseling

8.) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

9.) Pemberian surat keterangan kematian

10.) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id)

xc
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.T


UMUR 26 TAHUN P3A0 6-8 JAM POSPARTEMDI
BPS HASMIATI BAHRI,S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 07 Juli 2015

Jam : 10.30 WIB

Tempat : BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung

Oleh : Andriyani

NIM 201207002

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

a. Biodata

Istri Suami

Nama : Ny. T : Tn.Y

Umur : 26 tahun : 32 tahun

Agama : Islam : Islam

Suku : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga :Wiraswasta

Alamat : Jl.darusalam kemiling Bandar Lampung

xci
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa mulas.

3. Riwayat kesehatan :

a. Riwayat kesehatan sekarang

Hipertensi : Tidak ada

DM : Tidak ada

Jantung : Tidak ada

Asma : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Hepatitis : Tidak ada

TBC : Tidak ada

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Hipertensi : Tidak ada

DM : Tidak ada

Jantung : Tidak ada

Asma : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Hepatitis : Tidak ada

TBC : Tidak ada

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Hipertensi : Tidak ada

DM : Tidak ada

Jantung : Tidak ada

xcii
Asma : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Hepatitis : Tidak ada

TBC : Tidak ada

4. Riwayat Perkawinan

Status perkawinan : Syah

Usia nikah pertama : 18 Tahun

Lamanya pernikahan : 8 Tahun

5. Riwayat obstetri

a. Riwayat haid

1) Menarche : 14 Tahun

2) Siklus : 28 Hari

3) Lama : 4-6 Hari

4) Volume : 2- 3 kali ganti pembalut/hari

5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal

6) Disminorhea : Tidak ada

b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.

Tahun Tempat Umur Jenis penolong penyulit Keadaan


Persal Persalinan Kehamilan Persalina nifas anak
inan n
1. 2008 RB Hasmiati Aterm Sepontan Bidan Tidak ada Baik Hidup,
sehat
2. 2011 RB Hasmiati Cukup bulan Sepontan Bidan Tidak ada Baik Hidup
sehat
3 2015 RB Hasmiati Cukup bulan Sepontan Bidan Tidak ada Baik Hidup
sehat

c. Riwayat persalinan sekarang

Jenis persalinan : Partus spontan

xciii
Tanggal : 07 Juli 2015

Jam : 10.30 WIB

Jenis kelamin : Laki-laki

Panjang badan : 50 cm

Berat badan : 4000 gram

Keadaan bayi : Hidup, sehat

d. Riwayat KB : Ibu mengatakan pernah menggunakan alat

kontrasepsi KB suntik 3 bulan

6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari

a. Pola Nutrisi

Selama hamil : Ibu makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur

dan lauk pauk, serta minum susu 1 gelas per hari

Selama nifas :Ibu baru makan 1 kali dari

setelahmelahirkan, dengan menu nasi, sayur

sop, lauk pauk 1 potong ayam dan 1 potong

tempe dan air putih

b. Pola eliminasi

Selama hamil

BAK : Ibu mengatakan BAK 2-4 kali bau nya khas

BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dengan

konsistensi lunak pada saat 1 hari sebelum

melahirkan.

Selama nifas

xciv
BAK : Ibu mengatakan BAK 1 kali pada 6 jam post

partum.

BAB : Ibu belum BAB selama pemantauan 6 jam

post partum .

c. Pola aktivitas

Selam hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti

memasak, menyapu, mengepel, dan mencuci.

Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu ke

kamar mandi sendiri pada 6 jam post partum

d. Pola istirahat

Selam hamil : Ibu tidur malam selam 6-8 jam dan tidur siang

selama 1-2 jam

Selama nifas : Dari setelah melahirkan ibu istirahat di tempat

tidur

e. Pola personal hygine

Selam hamil : Ibu mandi 2 kali perhari, keramas 3 kali dalam

seminggu ganti pakaian setiap mandi dan

mengganti celana dalam 3x sehari atau jika

lembab.

Selam nifas : Ibu mengganti pembalut 1 kali dari setelah

melahirkan

f. Pola seksual

xcv
Selam hamil : Ibu jarang melakukan hubungan seksual, yaitu 1

minggu sekali.

Selama nifas : Ibu tidak melakukan hubungan seksual

7. Psikososial

a. Tanggapan ibu terhadap dirinya : Ibu bahagia setelah dia mampu

melahirkan secara normal

b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya: Ibu tidak tau bahwa

rasa mules yang masih ia rasa kan adalah hal yangnormal

c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Keluarga bahagia

dengan kelahiran bayi Ny.T

d. Pengambilan Keputusan : Pengambilan keputusan dilakukan secara

bermusyawarah dalam keluarga

e. Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg

xcvi
Pernafasan : 23 kali/menit

Nadi : 83 kali/menit

Suhu : 36,50c

2. Pemeriksaan fisik

Kepala

a. Wajah

Oedema : Tidak ada

Pucat : Tidak ada

b. Mata

Simetris : Ya kanan dan kiri

Kelopak mata : Tidak odema

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

c. Hidung

Simetris : Ya kanan dan kiri

Polip : Tidak ada pembesaran

Kebersihan : Bersih

d. Mulut

Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan

Lidah : Bersih

e. Payudara

Pembesaran : Ada, pada payudara kanan dan kiri

Puting Susu : Menonjol, bersih

xcvii
Simetris : Ya, antara kanan dan kiri

Benjolan : Tidak ada

Pengeluaran : Ada, kolostrum

Rasa Nyeri : Tidak ada

f. Abdomen

Bekas luka operasi : Tidak ada

Pembesaran : Ada, sesuai hari nifas

Konsistensi : Keras

Benjolan : Tidak ada

Kandung Kemih : Kosong

Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat

g. Anogenital

Vulva : Warna merah kehitaman

Perenium : Tidak Ada luka jahitan

Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra

Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan

Anus : Tidak ada hemoroid

h. Ekstremitas Bawah

Oedema : Tidak ada

Kemerahan : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Reflek patela : Tidak dikaji

3. Pemeriksaan penunjang

xcviii
Tidak dilakukan

4. Data penunjang

a. Riwayat Persalinan sekarang

1) Tempat Melahirkan :BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung

2) Penolong : Bidan

3) Jenis Persalinan : Spontan, pervaginam

4) Tanggal Persalinan : 7 Juli 2015

5) Komplikasi : Tidak ada

6) Lamanya persalinan

Kala 1 : 10 jam

Kala II : 10 menit

Kala III : 0 Jam 10 Menit

Kala IV : 2 Jam 0 Menit +

Lama : 12 Jam 10 Menit

7) Obat - obatan yang diberikan selama persalinan : Oksitosin

8) Obat – obatan yang diberikan setelah persalinan : Paracetamol

500 mg, tablet Fe dengan dosis 60 mg, Vitamin A dengan dosis

200.000 IU

9) Plasenta :

Lahir : Spontan

Insersia : Sentralis

Panjang Tali Pusat : ± 50 cm

xcix
Diameter : 20 cm

Kelainan : Tidak ada

10) Perenium : Tidak ada laserasi

a. Bayi

Lahir tanggal/pukul : 7-7-2015/10.30 WIB

Nilai APGAR : 9/10

Jenis kelamin : Laki-laki

Masa gestasi : 39 minggu 6 hari

c
TABLE 3.1
MATRIKS
Tgl /jam Pengkajian Interpretasi Dx Antisipas Intervensi Implementasi Implementasi
data potensial i/
(diagnose, masalah tindakan
masalah potensial segera
dan dan
kebutuhan )
07 Juli DS: DX: Ny.T Tidak ada Tidak ada 1. Jelaskan tentang 1. Menjelaskan keadaan ibu saat 1. Ibu mengerti
2015 Ibu umur 26 kondisi ibu saat ini Ini dalam keadaan baik sesuai keadaannya saat ini
pukul mengatakan tahun P3A0 dengan pemeriksaan fisik yaitu dalam keadaan
07:00WI senang atas 6 jam post keadaan ibu baik. baik.
B kelahiran partum TD : 110/80 mmhg
anak ke Tiga DS: RR : 22x/i
nya Ibu T : 36,50C
mengatak N :82 x/i
Ibu an ini TFU : 2 jari dibawah
mengatakan adalah pusatkontraksi baik lokhea
mules persalinan rubra
dibagian ke Tiga perineum ada luka jahitan
perut nya Sudah
pernah 2. Jelaskan tentang 2. Menjelaskan pada ibu bahwa 2. Ibu mengerti
DO: melahirka keluhan yang rasa mulas yang dialami adalah bahwa keluhan
KU ibu baik n dan dialami ibu hal yang normal, hal ini yang dialaminya
kesadaran belum dikarenakan proses adalah normal
compomentis pernah pengembalian rahim kebentuk
Tekanan keguguran semula.
Darah
110/80 3. Ajarkan pada ibu 3. Mengajarkan ibu atau salah satu 3. ibu dan keluarga
mmhg atau salah satu anggota keluarga untuk telah melakukan
Nadi:82x/i anggota keluarga mencegah perdarahan karena masase perut ibu.
Pernapasan:2 untuk mencegah atonia uteri dengan cara

89
2x/i perdarahan karena memasase perut ibu
Suhu:36,50C atonia uteri menggunakan telapak tangan
TFU 2 jari dengan meletakan diperut dan
bawah pusat sedikit ditekan dan diputar agar
Pengeluaran tidak terjadi perdarahan.
lokhea rubra
4. Anjurkan ibu untuk 4. Menganjurkan ibu untuk 4. Ibu sudah miring
mobilisasi dini. melakukan mobilisasi dini yaitu ke kanan dan kiri
belajar miring kiri,
kanan,duduk,kemudian jalan
kekamar mandi secara perlahan-
lahan untuk membantu
menguatkan otot-otot perut
sehingga ibu cepat pulih.

5. Anjurkan ibu untuk 5. Menganjurkan ibu untuk 5. Ibu bersedia


memberikan asi memberikan asi awal pada menyusui bayinya
awal bayinya karena cairan pertama seawal mungkin.
yang diperoleh bayi dari ibunya
adalah kolostrum yang yang
mengandung kadar protein yang
tinggi dan mengandung zat
antibody sehingga mampu
melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk
jangka waktu s/d 6 bulan

6. Lakukan rawat 6. Melakukan rawat gabung antara 6. ibu bersedia dan


gabung ibu dan ibu dan bayi yaitu menempatkan mengerti tentang
bayi bayi dan ibu dalam satu ruangan rawat gabung.
agar hubungan ibu dan bayi

90
lebih dekat dan ibu dapat
memberikan ASI secara dini dan
sesering mungkin.

7. Lakukan 7. Melakukanpencegahan 7. Bayi dalam


pencegahan hipotermi dengan meletakkan keadaan hangat.
hipotermi pada bayi pada ruangan hangat yang
bayi. bersuhu > 25o, ganti popok
setiap kali basah, bayi harus
tetap berpakaian kering dan
diselimuti setiap saat agar tetap
hangat.

8. Jelaskan pada ibu 8. Menjelaskan pada ibu tentang 8. Ibu bersedia untuk
tentang kebutuhan kebutuhan istirahat pada Ibu istirahat
istirahat nifas yaitu memerlukan istirahat
yang cukup, sekitar 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada
siang hari untuk memberitahu
ibu apabila kurang istirahat
dapat menyebabkan produksi
ASI berkurang,proses involusi
berjalan lambat sehingga dapat
menyebabkan perdarahan.

9. Anjurkan ibu untuk 9. Ibu mengerti


tetap memenuhi 9. Menganjurkan ibu untuk tetap tentang kebutuhan
kebutuhan nutris memnuhi kebutuhan nutrisi nutrisi

91
selama masa nifas ini , makanan
yang dikonsumsi ibu haruslah
makanan yang memiliki nilai
gizi tinggi seperti karbohidrat
pada nasi jagung dan kentang,
protein pada tahu, tempe, telor
,ikan ,daging, vitamin pada buah
dan sayur serta mineral , agar
kondisi ibu cepat pulih

10.Ajarkan pada ibu 10. Mengajarkan pada ibu tentang 10. Ibu mengerti
tentang personal cara personal hygiene yaitu : tentang cara
hygiene personal hygiene
a. Anjurkan kebersihan yang baik
seluruh tubuh terutama
perineum.
b. Ajarkan ibu bagaimana
membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan
air bersih .pastikan bahwa
ia mengerti untuk
membersihkan daerah
sekitar vulva terlebih
dahulu dari depan ke
belakang,baru kemudian
dibersihkan daearah anus.
c. Sarankan ibu untuk
mengganti pembalut atau
kain pembalut setidaknya 2
kali sehari.

92
d. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan
sabun dan air,sebelum dan
sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi
sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh
daerah tersebut.

11.Beritahu ibu 11.Memberitahu ibu tentang tanda-


tentang tanda-tanda tanda bahay masa nifas yaitu 11. Ibu sudah
bahaya pada masa penglihatan kabur,pusing mengerti tanda
nifas berkepanjangan, lochea berbau, bahaya masa
demam tinggi suhu lebih dari nifas
38oC, payudara nyeri, merah,
panas.

10 juli DS :
2015 - Ibu Ny.T usia Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu kondisi 1. Memberitahu kondisi ibu saat ini 1.ibu sudah
pukul mengataka 26 tahun ibu saat ini dalam keadaan baik sesuai mengetahui
09.00 n perutnya P3A0 8 jam dengan pemeriksaan fisik yaitu: kondisinya saat ini.
WIB terasa post partum TD : 110/70 mmhg
mulas DS : RR : 22x/i
DO Ibu T : 36,5C
- Ibu mengataka N :82 x/i
terlihat n perutnya TFU : 2 jari dibawah
sedikit terasa Pusat

93
cemas mulas Kontraksi : baik
- Dari hasil Lokhea : rubra
pemeriksa DO: Perineum : ada lukajahitan
an Masalah :
diperoleh tidak ada
hasil kebutuhan :
tidak ada
TD : 110/70 2. Evaluasi kembali 2. Mengevaluasikan kembali
RR : 22 x/i keluhan yang keluhan yang dialami ibu bahwa 2. Ibu mengerti bahwa
Nadi: 82x/i dialami ibu rasa mulas yang dirasakan adalah rasa mulas yang
S : hal yang normal. dialami adalah hal
36,50C. yang normal, hal ini
TFU : 2 jari dikarenakan proses
dibawah pengembalian rahim
pusat ke bentuk semula.
Kontraksi :
baik 3. Evaluasi 3. Mengevaluasi pencegahan 3. Ibu dan Keluarga
Lokhea : pencegahan perdarahan yang telah diajarkan telah melakukan
rubra perdarahan yang dengan melakukan masase pada massase perut ibu,
telah diajarkan uterus ibu. kontraksi uterus ibu
kepada keluarga. baik dan tidak terjadi
perdarahan.

4. Evaluasi ibu 4. Mengevaluasi pada ibu tentang 4. Ibu telah mampu


tentang mobilisasi mobilisasi dini . miring kiri dan
dini. kanan dan berjalan
kekamar mandi
secara perlahan.

94
5. Evaluasi kepada ibu 5. Mengevaluasi ibu tentang 5. Ibu telah menyusui
tentang pemberian pemberian asi awal . bayinya 3 kali
ASI awal selama 6-8 jamdan
bayi telah
mendapatkan cairan
yang pertama kali
keluar yaitu
kolostrum
mengandung kadar
protein yang tinggi
dan zat antibodi
sehingga mampu
melindungi tubuh
bayi dari berbagai
infeksi s/d 6 bulan.

6. Evaluaasi 6. Mengevaluasi pencegahan 6. Bayi dalam keadaan


pencegahan hipotermi baik dan telah
hipotermi dibedong dengan
menggunakan
pakaian yang kering.

7. Evaluasi kebutuhan 7.Mengevaluasi kembali 7. Dalam 6-8 jam


istirahat ibu kebutuhan istirahat ibu postpartum ibu
sudah tidur kurang
lebih 5 jam.

8. Evaluasi kebutuhan 8. Mengevaluasi kembali 8. Selama 8 jam post

95
nutrisi ibu kebutuhan nutrisi ibu partum ibu telah
makan dengan menu
setengah porsi nasi,
2 potong tempe, 1
potong ayam, dan 1
mangkuk sayur.
serta minum air
putih dan buah -
buahan

9. Evaluasi kembali 9.Mengevaluasi kembali tentang 9. Ibu sudah


tentang pola pola personal hygiene ibu sesuai melakukan pola
personal hygiene yang telah diajarkan kebersihan diri
ibu sesuai dengan yang
telah diajarkan dan
dianjurkan oleh
bidan yaitu selama 6
jam postpartum ibu
telah mengganti
pembalut 1 kali.

10.
valuasi tanda-tanda 10. Mengevaluasi tanda bahaya masa 10. Ibu tidak
bahaya masa nifas nifas pada ibu menunjukkan tanda-
pada ibu tanda bahaya masa
nifas selama 6-8 jam
postpartum

11.Anjurkan ibu untuk 11. Menganjurkan ibu untuk 11. Ibu mengatakan

96
melakukan melakukan kunjungan ulang 1 bersedia untuk
kunjungan ulang minggu kemudian atau jika ibu melakukan
merasakan ada keluhan kunjungan ulang

97
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.T Umur 26

Tahun P3A0 dengan 6-8 jam postpartum di dapatkan hasil sebagai berikut :

4.1 PENGKAJIAN

Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan

pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas yaitu

Ny.T Umur 26 Tahun P3A0

4.1.1 DATA SUBJEKTIF

4.1.1.1 Identitas Pasien

1. Nama

a. Tinjauan Teori

Nama pasien di kaji untuk membedakan pasien satu

dengan yang lain

b. Tinjauan kasus

Dalam kasus ini nama ibu adalah Ny.T

c. Pembahasan

Dalam kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan praktik karena Ny.T memiliki nama jelas yang dapat

membedakan dengan klien lain.

98
99

2. Umur ibu

a. Tinjauan teori

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko

seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum

matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan

umur lebih dari 25 tahun rentan sekali untuk terjadi

sperdarahan pada masa nifas

b. Tinjauan kasus

Pada kasus ini Ny.T berumur 26 tahun

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

terjadi kesenjangan karna pada kasus ini, Ny.T berumur

26 tahun dan dalam teori usia 20-35 tahun masih di

katagorikan usia reproduksi sehat.

3. Agama

a. Tinjauan teori

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdo’a.

b. Tinjauan kasus

Dalam kasus ini Ny.T beragama islam

c. Pembahasan

Dalam kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara

tinjauan kasus dan tinjauan teori dikarenakan antara

bidan dan pasien mempunyai keyakinan yang sama

99
100

sehingga mempermudah bidan dalam memberikan

bimbingan.

Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

karena ibu tidak memiliki kebiasaan adat istiadat yang

berpengaruhterhadap kehamilan persalinan dan nifas.

4. Suku/ bangsa

a. Tinjauan teori

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-

hari

b. Tinjauan kasus

Ibu bersuku jawa.

c. Pembahasan

Dari pembahasan di atas tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan hasil pemeriksaan karena ibu tidak

memiliki kebiasaan adat istiadat yang berpengaruh

terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas

5. Pendidikan

a. Tinjauan Teori

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,

sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

pendidikannya

b. Tinjauan Kasus

Pendidikan terakhir Ny. T adalah SMA

100
101

c. Pembahasan

Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan karena Ny.T

memiliki pendidikan terakhir SMA namun ketika

petugas kesehatan memberikan penyuluhan atau

konseling Ny.T cukup mudah dalam memahaminya.

6. Pekerjaan

a. Tinjauan Teori

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi

dalam gizi pasien tersebut

b. Tinjauan kasus

Pekerjaan Ny.T sebagai Ibu Rumah Tangga

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

terdapat kesenjangan, meskipun Ny.T hanya bekerja

sebagai IRT namun suami Ny.T bekerja sebagai

wiraswasta, Jadi pemenuhan nutrisi dan kebutuhan

sehari-hari Ny.T terpenuhi di karenakan di dukung

oleh penghasilan suami.

7. Alamat

a. Tinjauan Teori

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan

rumah bila diperlukan

b. Tinjauan Kasus

101
102

alamat rumah Ny.T adalah Jl.Darusalam kemiling

Bandar Lampung.

c. Pembahasan

Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori

dan tinjauan kasus karena Ny.T memiliki alamat

rumah yang lengkap untuk mempermudah dalam

melakukan kunjungan rumah bila diperlukan.

4.1.1.2 Keluhan Utama

a. Tinjauan Teori

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang

berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien

merasa mulas, dan ibu belum mengerti tentang 6

jam post partum.(Ambarwati,2010;h.131-132)

b. Tinjauan Kasus

Pada kasus, Ny.T mengatakan mulas pada

perutnya.

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

ada kesenjangan karena keluhan yang dialami

Ny.T adalah fisiologis atau normal.

Disebabkan oleh involusi uterus atau pengerutan

uterus yang merupakan proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil.

102
103

4.1.1.3 Riwayat kesehatan

a. Tinjauan Teori

Data penting tentang riwayat kesehatan pasien

yang perlu bidan ketahui, yaitu apakah pasien

pernah atau sedang menderita penyakit, seperti

penyakit jantung, diabetes mellitus, ginjal,

hipertensi/hipotensi, atau hepatitis (sulistyawati

,2009;h.114).

b. Tinjauan kasus

Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah

menderita penyakit seperti penyakit menular

maupun penyakit keturunan.

c. Pembahasan

Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara

teori dan kasus karena ibu tidak memiliki riwayat

penyakit menular maupun menurun yang

berpengaruh pada masa nifasnya

4.1.1.4 Riwayat Persalinan Sekarang

a. Tinjauan Teori

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin

anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong

persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui

apakah proses persalinan mengalami kelainan atau

103
104

tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat

ini

b. Tinjauan Kasus

Ny.T melahirkan pada tanggal 7 Juli 2015, jenis

persalinan spontan ,jenis kelamin anak yaitu Laki-

Laki, dengan berat 4000 gram , panjang badan 51

cm dan ditolong oleh bidan.

c. Pembahasan

Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara

tinjauan teori dan kasus karena Ny.T melahirkan

secara spontan pervaginam dan proses persalinan

tidak mengalami kelainan yang bisa berpengaruh

pada masa nifas saat ini.

4.1.1.5 Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1. Nutrisi

a. Tinjauan Teori

Nutrisi ,menggambarkan tentang pola makan dan

minum , frekuensi , banyaknya, jenis makanan,

makanan pantangan (Ambarwati, 2010;h,134-136)

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapatkan

perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang

baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan

sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang

diberikan harus bermutu,bergizi tinggi, cukup

104
105

kalori, tinggi protein dan banyak mengandung

cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan

akan gizi sebagai berikut:

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

2) Makan dengan diet berimbang untuk

mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang

cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter air putih tiap hari

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat

gizi setidaknya selama 40 hari pascapersalinan

(Saleha,2009;h,71-72).

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)

sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah

melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui

ASI (Dew dan Sunarsih,2011;h,72).

b. Tinjauan Kasus

Ny.T telah makan 1 kali saat pengkajian dengan

menu 1 porsi nasi, 1 mangkuk sayur katu, 2 potong

tempe, 1 potong ikan,1 buah jeruk serta susu dan

telah diberikan vitamin A sebanyak 1 kali yaitu pada

105
106

1 jam setelah melahirkan .

c. Pembahasan

Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus di atas

tidak terdapat kesenjangan karena Ny.T dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik.

2. Eliminasi

a. Tinjauan Teori

1) Miksi

Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan

secepatnya, miksi normal bila dapat BAK

spontan setiap 3-4 jam.

2) Defekasi

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari

postpartum Tinjauan kasus

Ibu sudah BAK 2 kali pada saat 6 jam

postpartum, dan ibu belum BAB.

b. Pembahasan

Tidak terdapat kesenjangan dalam kasus ini karena

dalam kasus ini ibu BAK 2 kali selama 6 jam

postpartum, dan ibu belum BAB karena menurut

teori biasanya ibu BAB sekitar 3-4 hari postpartum.

106
107

3. Istirahat

a. TinjauanTeori

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup,

istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8

jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari

(Yanti dan Sundawati 2011; h.83-84).

b. Tinjauan Kasus

Ibu tidur pada malam hari sebanyak 6 jam.

c. Pembahasan

Menurut tinjauan teori dan kasus terdapat

kesenjangan karena Ny.T beristirahat pada malam

hari sebanyak 6 jam karena menurut teori istirahat

tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada

malam hari kemudian kurangnya istirahat pada ibu

post partum akan mengurangi jumlah asi yang

diproduksi, memperlambat involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan.

4. Personal hygiene

a. Tinjauan Teori

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu

menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah

genetalia, karena pada masa nifas mengeluarkan

lochea (Ambarwati,2010;h.137)

107
108

b. Tinjauan kasus

Ny.T tampak terlihat bersih pada tubuhnya serta

ibu sudah 2 kali mengganti pembalut saat penuh.

c. Pembahasan

Dari pembahasan diatas, tidak terdapatnya

kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan

kasus karena Ny.T selalu dalam keadaan bersih dan

mengganti pembalut jika terasa penuh.

4.1.2 DATA OBJEKTIF

4.1.2.1. Pemeriksaan umum

a) Tinjauan Teori

1. Keadaan umum

Untuk melengkapi data dalam menegakkan

diagnose, bidan harus melakukan pengkajian

data objektif melalui pemeriksaan inspeksi,

palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan

lakukan secara berurutan.

2. Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang

kesadaran pasien,kita dapat melakukan

pengkajian derajat kesadaran pasien dari

keadaan compos mentis sampai dengan koma.

(Sulistyawati,2009;hal:122).

108
109

b) Tinjauan Kasus

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

c) Pembahasan

Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan

tinjauan kasus karna keadaan umum dan kesadaran

ibu dalam keadaan baik.

4.1.2.2 Tanda-Tanda vital.

1. Temperature/ Suhu

a. Tinjauan Teori

Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan

naik sedikit (37,5-380c) sebagai akibat kerja keras

waktu melahirkan, kehilang cairan, dan kelelahan .

apabila keadaan normal , suhu badan menjadi biasa

(Dewi dan Sunarsih, 2011;h.60).

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2

derajat Celsius. Sesudah partus dapat naik kurang

lebih 0,5 derajat Celsius dari keadaan normal ,

namun tidak akan melebihi 8 derajat Celsius .

sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya

suhu badan akan kembali normal. Bila sudah lebih

dari 38 derajat Celsius , mungkin terjadi infeksi

pada klien (Saleha, 2009;h,61).

109
110

b. Tinjauan Kasus

Pada kasus Ny.T suhu tubuh ibu yaitu 37,60c

c. Pembahasan

Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

terdapat kesenjangan karena suhu tubuh ibu

mengalami peningkatan ±0,50c, dan ini merupakan

hal yang normal karena pada ibu nifas pada saat

persalinan banyak mengeluarkan cairan sehingga

metabolisme tubuh meningkat.

2. Nadi

a. Tinjauan Teori

Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas

100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan

adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di

akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena

kehilangan darah yang berlebih.

b. Tinjauan Kasus

Nadi Ny.T yaitu 80 kali/ menit

c. Pembahasan

Pada Tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat

kesenjangan karena nadi ibu pada saat ini dalam batas

normal yaitu 80 kali/menit

110
111

3. Pernafasan

a. Tinjauan Teori

Pernafasan harus berada dalam rentang yang

normal,yaitu sekitar 20-30 x/menit

(Ambarwati,2010;h.138-139).

b. Tinjauan Kasus

Pada kasus Pernafasan Ny.T yaitu 22 kali/menit

c. Pembahasan

Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

terdapat kesenjangan karena pernafasan ibu dalam

batas normal yaitu 22 kali/menit.

4. Tekanan Darah

a. Tinjauan Teori

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah

pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh

jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan

darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120

mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca

melahirkan pada kasus normal, tekanan darah

biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah

menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat

diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan

darah tinggi pada post partum merupakan tanda

111
112

terjadinya pre eklamsia post partum (Rukiyah et.all,

2011.h; 69).

b. Tinjauan Kasus

Tekanan Darah Ny T normal yaitu 120/80 mmHg

c. Pembahasan

Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan

tinjauan kasus karena Tekanan darah Ny.T dalam

batas normal tidak mengalami peningkatan.

4.1.2.3. Pemeriksaan fisik

a) Payudara

a. Tinjauan Teori

Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah

melahirkan. Namun dipayudara sudah terbentuk

kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena

mengandung zat kaya gizi dan antibiotik

pembunuh kuman (Saleha, 2009.h;11 ).

b. Tinjauan Kasus

Ibu mengatakan asinya keluar tapi sedikit.

c. Pembahasan

Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan

antara teori dan kasus karena menurut teori pada

hari kedua atau ketiga pasca persalinan mulai ada

sekresi ASI.

112
113

b) Abdomen

a. Tinjauan Teori

1) TFU

Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan

pemeriksaan payudara dilakukan terlebih

dahulu periksa pandang warna perut,

pembesaran pada perut , kemudian lakukan

pemeriksaan raba ( palpasi ) periksa rasa nyeri

saat diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian

raba tinggi fundus (Rukiyah et.all, 2011.h; 99).

Perubahan ini dapat di ketahui dengan

melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba

dimana TFU –nya (tinggi fundus uteri).

a) Pada saat bayi lahir , fundus uteri setinggi

pusat dengan berat 1000 gram

b) Pada ahir kala III, TFU teraba 2 jari

dibawah pusat.

c) Pada 1 minggu post partum,TFU teraba

pertengahan pusat simpisis dengan berat

500 gram.

d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di

atas simpisis dengan berat 350 gram.

113
114

e) Pada 6 minggu post partum , fundus uteri

mengecil (tak teraba) dengan berat 50 grm

(Sulistyawati,2009;h.74)

2) Kandung Kemih

Kondisi kandung kemih sangat berpengaruh

terhadap keadaan kontraksi uterus, sehingga

pemeriksaan kandung kemih jangan diabaikan

karena jika kontraksi terhambat oleh kandung

kemih yang penuh bisa berakibat keluar darah

yang cukup banyak (Rukiya et.all h,2011.h;

100).

b. Tinjauan Kasus

Tidak ada pembesaran, konsistensi Keras

pada fundus, kandung kemih Kosong, TFU 2 jari di

bawah pusat, dan kontraksinya Baik, dan kandung

kemih kosong.

c. Pembahasan

Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara

teori dan kasus. TFU ibu sesuai dengan teori

involusi uterus yaitu 2 jari dibawah pusat.

114
115

c) Anogenital

1) Pengeluaran Pervaginam

a. Tinjauan Teori

1. Lokia rubra /merah ( kruenta)

Lokia ini muncul pada hari pertama sampai

hari ketiga masa post partum. Sesuai

dengan namanya, warnanya biasanya merah

dan mengandung darah dari robekan /luka

pada plasenta dan serabut dari desidua dan

chorion. lokia ini terdiri atas sel desidua,

vernik caseosa, rambut lanugo, sisa

mekoneum, dan sisa darah (Dewi dan

Sunarsih ,2011;h.58).

2. Keadaan perineum

Tidak ada oedema, hematoma,tidak ada

luka jahitan.

Anus : tidak ada hemoroid

b. Tinjauan Kasus

Vulva berwarna merah muda, pengeluaran

pervaginam lochea rubra, dan pada anus tidak

ada hemorhoid.

c Pembahasan

Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan

antara teori dan kasus karena ibu dalam 6 jam

115
116

postpartum, lokhea ibu lokhea rubra berwarna

merah yang berisi darah. Lokhea rubra pada

hari pertama sampai hari ke 3 dan tidak

terdapat luka perineum.

4.1.2.4 Interpretasi Data

1. Tinjauan Teori

Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah

berdasarkan intepretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah

dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnose

kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena

beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang

dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,

masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita

yang diidentifikasikan oleh bidan

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosis dapat ditegakkan berkaitan dengan

para,abortus,anak hidup, umur ibu,dan keadaan nifas

b. Masalah Kebutuhan

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan

pasien.

116
117

2. Tinjauan Kasus

Diagnosa : Ny T umur 26 tahun P3A0 6 -8 jam post

partum

Masalah :tidak ada

Kebutuhan : tidak ada

3. Pembahasan

Berdasarkan data diatas maka penulis menyimpulkan

bahwa tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori

dan tinjauan kasus, karena diagnossa yang ditegakkan

sesuai dengan hasil pemeriksaan.

4.1.2.5 Antisipasi Maslah Potensial

a. Tinjauan Teori

Mengidentifikasi dianosa atau masalah potensial yang

mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi

masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,

pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati

dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi

b. Tinjauan kasus

Pada kasus Ny.T tidak terdapat tindakan atau antisipasi

masalah potensial.

c. Pembahasan

Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan

tinjauan kasus.

117
118

4.1.2.6 Tindakan Segera

a. Tinjauan Teori

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan

atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain

sesuai dengan kondisi pasien

b. Tinjauan kasus

Pada saat pengkajian terhadap Ny.T tidak ada data yang

menunjang perlunya tindakan segera

c. Pembahasan

Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus karena sesuai hasil pengkajian pada Ny.T tidak

ditemukan masalah yang membutuhkan tindakan segera.

4.1.2.7 Intervensi

a. Tinjauan Teori

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap

masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan

kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu

118
119

apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati,2010;h.141-

143).

Kebijakan program nasional masa nifas asuhan 6-8 jam

post partum sebagai berikut:

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

rujuk bila perdarahan berlanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri

4. Pemberian ASI awal

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi (Dewi dan Sunarsih, 2011,h; 4-5).

b. Tinjauan Kasus

Rencan asuhan yang diberikan kepada Ny.T pukul 17:05

wib

a. Jelaskan tentang kondisi ibu saat ini

b. Jelaskan tentang keluhan yang dialami ibu.

c. Ajarkan pada ibu atau salah satu anggota keluarga

untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri.

d. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini.

e. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI awal

f. Lakukan rawat gabung ibu dan bayi

119
120

g. Lakukan pencegahan hipotermi pada bayi

Rencana Asuhan yang diberikan pukul 22:00 wib:

1. Pantau kondisi ibu saat ini

2. Evaluasi kembali bahwa ibu masih terasa mules

3. Evaluasi pencegahan perdarahan yang telah di

ajarkan kepada keluarga

4. Evaluasi ibu tentang mobilisasi dini

5. Evaluasi kepada ibu tentang pemberian ASI awal

6. Evaluasi pencegahan hipotermi

7. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan

nutrisi

8. jelaskan pada ibu tentang kebutuhan istirahat

9. Ajarkan pada ibu tentang personal hygene.

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

ditemukan kesenjangan, hal ini sesuai dengan teori

yang meyatakan Kebijakan program nasional masa

nifas asuhan 6-8 jam post partum sebagai berikut

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.

120
121

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi.

4.1.2.8 Implementasi

a. Tinjauan Teori

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua

rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien

ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini

dapat dilaksanakan oleh bidan secara mandiri

maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan

lainnya.

b. Tinjauan Kasus

Pada kasus Ny.T di lakukan penatalaksanaan

dengan:

a. Menjelaskan keadaan ibu saat ini dalam keadaan

baik sesuai dengan pemeriksaan fisik yaitu

keadaan ibu baik, TD : 120/80 mmhg,RR: 22


x
/I,T: 37,60/i,N: 80x/I, TFU: 2 jari dibawah pusat

121
122

kontraksi baik, lokea rubra,perineum tidak ada

luka jahitan.

b. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mulas yang

dialami adalah hal yang normal, hal ini

dikarenakan proses pengembalian rahim kebentuk

semula.

c. Mengajarkan ibu atau salah satu anggota keluarga

untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri

dengan cara memasase perut ibu menggunakan

telapak tangan dengan meletakkan di perut dan

sedikit ditekan dan diputar agar tidak terjadi

perdarahan.

d. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi

dini yaitu belajar miring kiri-

kanan,duduk,kemudian jalan kekamar mandi

secara perlahan-lahan untuk membantu

menguatkan otot-otot perut sehingga ibu cepat

pulih.

e. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI awal

pada bayinya karena cairan pertama yang

diperoleh bayi dari ibunya adalah kolostrum yang

mengandung kadar protein yang tinggi dan

mengandung zat antibody sehingga mampu

melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit

122
123

infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6

bulan.

f. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi

yaitu menempatkan bayi dan ibu dalam satu

ruangan agar hubungan ibu dan bayi lebih dekat

dan ibu dapat memberikan ASI secara dini dan

sesering mungkin.

g. Melakukan pencegahan hipotermi dengan

meletakkan bayi pada ruangan yang bersuhu >250

dan memakaikan bedong bayi dan pakaian yang

kering.

Penatalaksanaan pukul 20:00 wib

a. Memantau keadaan ibu saat ini dalam keadaan

baik sesuai dengan pemeriksaan fisik yaitu

TD:110/70 mmhg,RR:22 x/i , T: 37,60c, N: 80

x/i, TFU: 2 jari dibawah pusat,kontraksi baik ,

lokea: rubra, perineum tidak ada luka jahitan.

b. Mengevaluasikan pada ibu bahwa rasa mulas

yang dialami adalah hal yang normal

c. Mengevaluasi pencegahan perdarahan yang

telah diajarkan dengan melakukan masase

pada uterus ibu.

d. Mengevaluasi pada ibu tentang mobilisasi dini

e. Mengevaluasi ibu tentang pemberian asi awal .

123
124

f. Mengevaluasi pencegahan hipotermi

g. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi

kebutuhan nutrisi ibu selama masa nifas ini,

makanan yang dikonsumsi ibu haruslah

makanan yang mamiliki nilai gizi tinggi

seperti karbohidrat pada nasi, jagung, kentang,

protein pada tahu, tempe, telur, ikan daging,

vitamin pada buah dan sayur serta mineral ,

agar kondisi ibu cepat pulih.

h. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan

istirahat pada ibu nifas yaitu memerlukan

istirahat yang cukup, sekitar 8 jam pada malam

hari dan 1 jam pada siang hari untuk

memberitahu ibu apabila kurang istirahat dapat

menyebabkan produksi ASI berkurang, proses

involusi berjalan lambat sehingga

menyebabkan perdarahan

i. Mengajarkan pada ibu tentang cara personal

hygiene yaitu :

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

2) Ajarkan ibu bagaimana membersihkan

daerah kelamin dengan air bersih .pastikan

bahwa ia mengerti untuk membersihkan

daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari

124
125

depan ke belakang, baru kemudian

dibersihkan daearah anus.

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut

atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan

sabun dan air,sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya.

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

ditemukan kesenjangan, hal ini sesuai dengan

tinjauan teori yang menyatakan implementasi

merupakan pelaksanaan rencana asuhan

penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan

atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien

dan aman.

4.1.2.9 Evaluasi

a. Tinjauan Teori

Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan,

yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan

maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi

sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus

menerus untuk meningkatkan pelayanan secara

125
126

komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi

atau kebutuhan klien (wildan dan Hidayat ,2008;h.39).

b. Tinjauan Kasus

Pukul 17:30 wib

1) Ibu mengerti keadaanya saat ini dalam keadaan baik.

2) Ibu mengerti bahwa keluhan yang dialamianya

adalah normal.

3) suami dan keluarga telah melakukan masase uterus

ibu.

4) Ibu sudah miring ke kanan dan kiri

5) Ibu bersedia menyusui bayinya seawal mungkin.

6) Ibu bersedia dan mengerti tentang rawat gabung.

7) Bayi dalam keadaan hangat

Pukul 22:00 wib

1) Ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini

2) Ibu mengerti bahwa rasa mulas yang dialami

adalah hal yang normal, hal ini dikarenakan proses

pengembalian rahim kebentuk semula.

3) Ibu dan keluarga telah melakukan masase dan

kontraksi uterus ibu baik.

4) Ibu telah mampu miring kiri-kanan dan berjalan

kekamar mandi secara perlahan

5) Ibu telah menyusi bayinya 3 kali selama 6 jam dan

bayi telah mendapatkan cairan yang pertama kali

126
127

keluar yaitu kolostrum mengandung kadar protein

yang tinggi dan zat antibody sehingga mampu

melindungi tubuh bayi dari berbagai infeksi s/d 6

bulan.

6) Bayi dalam keadaan baik dan telah dibedong

dengan menggunakan pakaian yang kering.

7) Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi

8) Ibu bersedia untuk istirahat

9) Ibu mengerti tentang cara personal hygiene yang

baik

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

terdapat kesenjangan karena Asuhan Nifas terlaksana

sesuai dengan teori yang ada, Ny.T berada dalam

keadaan baik.

BAB V

127
128

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu Ny.T umur 26 tahun

P3A0 pada tanggal 7 juli 2015 di bps Hasmiati Bahri,S.ST, asuhan yang

dilakukan secara menyeluruh dengan memberikan konseling dan memantau

kondisi ibu sesuai dengan kebutuhan ibu. Maka penulis mengambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu Ny.T penulis

telah melakukan pengkajian dengan baik dan lancar. Pengkajian

tersebut didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan

objektif pasien. Data subjektif : pasien bernama Ny.T umur 26

tahun,ibu mengatakan perutnya terasa mulas setelah persalinan pada

tanggal 7 juli 2015 pukul 01.00 WIB. Data objektif TTV : TD :110/80

mmhg, T : 36,5°C, N:82x/i, RR:22X/i,TFU 2 jari dibawah

pusat,kontraksi baik, lokhea rubra.

5.1.2 penulis dapat melakukan interprestasi dengan menentukan diaknose,

masalah dan kebutuhan berdasarkan data ibu nifas yaitu Ny.T umur 26

tahun P3A0 6 jam post partum.

5.1.3 penulistidak menemukan diaknose potensial pada Ny.T karena hasil

yang didapatkan pada saat pengkajian dalam batas normal.

5.1.4 tidak ada tindakan segera terhadap Ny.T umur 26 tahun P3A0 6 jam

post partumkarena tidak di temukan diaknosa potensial.

5.1.5 Telah diberikan rencana asuhan kebidanan pada Ny.T umur 26 tahun

P3A0 yaitu dengan melakukan asuhan pada ibu 6 - 8 jam post partum

128
129

sesuai dengan kebutuhan, seperti: ajarkan pada ibu atau salah satu

anggota keluarga untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri,

anjurkan ibu untuk mobiSlisasi dini, anjurkan ibu untuk memberikan

ASI awal, lakukan rawat gabung antara ibu dan bayi , lakukan

pencegahan hipotrmi pada bayi.

5.1.6 Telah dilakukan plaksanaan asuhan kebidanan sesuai dengan yang di

rencanakan yaitu dengan melakukan asuhan terhadap Ny.T umur 26

tahun P3A0 6 jam post partum.

5.1.7 Setelah dilakukan evaluasi terhadap Ny.T dengan asuhan kebidanan ibu

nifas 6 – 8 jam post partum dengan hasil evaluasi yaitu ibu dan

keluarga telah mampu melakukan apa yang telah diajarkan oleh bidan

dan ibu mengatakan kondisi nya saat ini dalam keadaan yang baik ibu

mengatakan perutnya terasa mulas dan tidak terjadi perdarahan dan ibu

juga telah menyusui bayi nya 3 kali dalam 6 – 8 jam dan bayi nya telah

mendapatkan colostrum.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan dokumentasi dan bahan perbandinganuntuk

setudikasus selanjut nya tentang ibu nifas terutama pada 6 – 8 jam

post partum dan untuk mengetahui perkembangan aplikasi secara

nyata di lapangan dan sebagai sarana penilaian dalam belajar.

5.2.2 Bagi Lahan Praktek

Hasil penelitian dapat mengahasilkan mutu pelyanan secara

komprehensif berdasarkan kewenangan dalam memberikan

129
130

pelayanan pada masyarakat untuk melakuakn tindakan promotif,

preventif, seperti penyuluhan dan mengerjakan pendidikan kesehatan

terutama pada ibu nifas 6 – 8 jam post partum.

5.2.3 Bagi pasien/masyarakat.

Dapat dijadikan masukan pada masyarakat kehususnya Ny.T agar

lebih mengerti tentang perawatan ibu selama masa nifas terutama 6 –

8 jam post partum yang fungsi nya untuk mendeteksi secara dini agar

tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan yang berhubungan

dengan masa nifas.

5.2.4 Bagi peneliti selanjut nya

Diharapkan bagi penulis selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan

sarana untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan yang di dapat

selama perkuliahan maupun dilahan praktik tentang perawatan ibu

selama masa nifas serta mendapatkan pengalaman nyata dalam

penanganan kasus yang sering terjadi di masyarakat.

130
131

DOKUMENTASI HASIL TUGAS KTI


Pada Tanggal : 07 Juli 2015
Oleh : Andryani

Melakukan Pengukuran Tekanan darah pada ibu

131
132

Melakukan Masase padaperut ibu

132
133

JADWAL PENELITIAN

Tanggal dan Bulan


NO KEGIATAN April Mei Juni
1-7 8-14 15-21 22-30 1-7 8-14 15-21 22-31 1-7 8-14 15-21 22-30
1 KONSUL JUDUL
2 ACC JUDUL
3 ACC BAB I
4 ACC BAB II
5 ACC BAB III
6 ACC MATRIK
7 ACC BAB IV
8 ACC BAB V

133
134

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Retna dan Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:


Penerbit Fokus Kesehatan
Hidayat, Alimul Aziz.A dan Moh. Wildan. 2009. Dokumentasi Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba et.all. 2010. IlmuKebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC
Maryunanik.Anik. 2009.Auhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (POSTPARTUM).
Jakarta:TIM
Nanny ,Vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta:Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Rukiyah et all. 2013. Asuhan Kebidanan III (NIFAS). Jakarta: Trans Info Media
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Soepardan. Suryani.2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta:Andi
Tambunan, Eviana S dan Deswani Kasim.2011.Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi
Mahasiswa Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Yanti.Damai dan Dian Sundawati.2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Bandung: PT Refika Aditama

134
135

135

Anda mungkin juga menyukai