1. Metode Kalender
Metode Kalender adalah metode kontrasepsi sederhana ysng dilakukan oleh pasangan suami istri
dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi. Knaus
(ahli kebidanan Vienna) berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstrusi
berikutnya.Sedangkan Ogino (ahli ginekologi Jepang) berpendapat bahwa ovulasi tidak terjadi
tepat 14 hari sebelum menstruasi tetapi terjadi 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya.
2. Efektifitas KB kalender
Bagi wanita dengan siklus haid teratur, efektifitasnya lebih tinggi dibandingkan wanita yang
siklus haidnya tidak teratur . Angka kegagalan berkisar 6-42.
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah :
1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran
reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan
sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan
setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis
mukus/lendir serviks yang menyertainya.
Keuntungan KB Kalender
Menurut teori Hartanto (2004) yaitu :
a. Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami dan tanpa biaya
sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi.
b. Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat karena bisa dihindari
adanya efek sampingan yang merugikan seperti halnya memakai alat kontrasepsi
lainnya (terutama yang berupa obat).
c. Dari segi psikologis : yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi kenikmatan
hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom misalnya. Meski tentu saja dilain
pihak dituntut kontrol diri dari pasangan untuk ketat berpantang selama masa subur.
Kerugian KB kalender
Teori lain dalam buku Wikhjosastro H (2005) mengemukakan Kerugian metode kalender, yaitu :
1. Diperlukan banyak pelatihan untuk biasa menggunakannya dengan benar
2. Memerlukan pemberian asuhan (non – medis) yang sudah terlatih
3. Memerlukan penahanan nafsu selama fase kesuburan untuk menghindari kehamilan
Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
Sebagai alat pengendaliankelahiran atau mencegah kehamilan. Dapat digunakan oleh para
pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa
subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
Efek Samping
Terlalu lama berpantang kadang kala tidak tertahankan, terutama bila masa berpantang terlalu
lebar (lama).
Indikasi KB kalender
Metode ini mudah dilaksanakan, tetapi dalam prakteknya sukar menentukan pada saat ovulasi
dengan tetap. Hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur, lagi pula dapat terjadi
variasi, lebih-lebih setelah persalinan dan pada tahun-tahun menjelang menopaus. Yang bisa
menggunakan / Indikasi menurut Handayani (2010): Wanita/pasangan :
1. Dari Semua usia subur
2. Dari semua paritas, termasuk wanita nullipara
3. Yang oleh karena alasan religious atau filosofis tidak bisa menggunakan metode lain
4. Tidak bisa memakai metode lain
5. Bersedia menahan nafsu birah ilebih dari seminggu setiap siklus
6. Bersedia dan terdorong untuk mengamati, mencatat dan menginterpretasikan tanda-tanda
kesuburan.
Kontraindikasi KB kalender
1. Yang seharusnya tidak menggunakan/kontak indikasi Perempuan yang dari segi umur,
paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko
tinggi
2. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah (abortus), kecuali MOB
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur
4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang) selama waktu
tertentu dalam siklus haid.
5. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.
Cara Menghitung Masa Subur dengan Sistem Kalender
Masa berpantang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Hari pertama mulai subur = siklus haid terpendek - 18
Hari subur terakhir = siklus haid terpanjang – 11
Sebenarnya, cara tersebut hanya cocok bagi wanita yang siklus haidnya teratur mencatat pola
siklus haidnya paling sedikit selama 6 bulan dan sebaiknya selama 12 bulan. Setelah itu barulah
ditentukan kapan mulainya hari subu pertama dan hari subur terakhir dengan mempergunakan
rumus diatas .
Contoh :
Seorang wanita mempunyai siklus haid yang amat teratur setiap bulan, yaitu selama 28 hari
sesuai dengan bulan Arab. Dengan demikian, siklus haid terpendek wanita itu adalah 28 hari, dan
siklus terpanjang juga 28 hari (haidnya sangat teratur).
Jika wanita tersebut ingin memakai sistem kalender, menurut rumus diatas:
Hari pertama ia subur : 28 – 11 = hari ke 17
Jadi, masa berpantangan adalah mulai dari hari ke 10 sampai hari ke 17, dihitung mulai dari hari
pertama haid. Hari tersebut harus ditandai dengan spidol merah pada kalender.
Seorang wanita memiliki siklus haid yang tidak teratur. Setelah dicatat selama 6 bulan sampai 12
bulan, diperoleh siklus haid terpendek adalah 22 hari dan terpanjang 40 hari.
Jika wanita tadi ingin memakai sistem kalender unutk mencegah kehamilan, dengan memaki
rumus di atas diperoleh :
1. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk air/minuman
2. Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid)
4. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
5. Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan) dan dari kedua payudara.
Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi dapat
juga tanpa didahului haid. Efek ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh Cara
menyusui, seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara menyusui dan
b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal.
c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air dan susu formula.
Untuk ibu:
a. Mengurangi perdarahan post partum
b. Membantu proses involusi uteri
c. Mengurangi resiko anemia.
d. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
persalinan.
3. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan setelah melahirkan,
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.
H. Hal Yang Harus Disampaikan Kepada Klien Pengguna Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Sebelum menggunakan metode amenorea laktasi (MAL), ada beberapa hal yang harus
disampaikan. (Saifuddin, dkk, 2012, hal. MK-3)
1. Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi (on demand). Biarkan bayi menyelesaikan hisapan dari satu
payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir.
Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau memberikan payudara lain pada
waktu menyusui berikutnyasehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.Waktu antara 2
pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
2. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepas hisapannya.
3. Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam membantu pertahanan
kecukupan persediaan ASI.
4. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
5. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin
6. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI. Selama bayi tumbuh
dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan
selain ASI sampai dengan umur 6 bulan. (Berat Badan naik sesuai umur, sebelum BB naik minimal
0,5kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari)
7. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap kurang
sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.
8. Haid
Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai
menggunakan metode KB lainnya.
9. Untuk kontrasepsi dan kesehatan
Bila menyusui tidak secara eksklusif atau berhenti menyusui maka perlu ke klinik KB untuk
membantu memilihkan atau memberikan metode kontrasepsi lain yang sesuai. Jika suami atau
pasangan beresiko tinggi terpapar infeksi menular seksual, harus menggunakan kondom walaupun
10. Yang harus dilakukan bila pemberian ASI tidak ekslusif atau berhenti menyusui.
Setelah berhasil dan aman untuk memakai MAL maka ibu harus menerapkan menyusui
secara eksklusif sampai dengan enam bulan. Untuk mendukung keberhasilan menyusui eksklusif
dan MAL maka beberapa hal yang penting untuk diketahui yaitu cara menyusui yang benar
menghadap dada ibu, badan bayi melekat ke ibu, seluruh badan bayi tersangga dengan baik, tidak
2. 4 Tanda bayi melekat dengan baik ; dagu bay menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka
lebar, bibir bawah membuka lebar (dower), lidah terlihat didalamnya, aerola dibagian atas tampak
lebih banyak atau lebar (aerola juga masuk kemulut bayi, tidak hanya putting susu).
3. Tanda bayi menghisap dengan efektif; menghisap secara mendalam dan teratur, kadang diselingi
istirahat, hanya terdengar suara menelan, tidak terdengar suara kecap atau mengecap
4. Setelah selesai; bayi melepas payudara secara spontan, bayi tampak tenang dan mengantuk, bayi
5. Tanda bayi tidak menghisap dengan efektif; menghisap dengan cepat dan dangkal, mungkin
terlihat lekukan kedalam pada pipi bayi, tidak terdengar suara menelan
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Marmi. 2016. Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saifuddin, dkk. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo