Abstrak
Keywords: Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting
KB IUD pasca dalam meningkatkan kualitas penduduk. Program ini dapat terwujud dengan
salin, Involusi cara mengendalikan kelahiran yang ditempuh melalui penggunaan
Uteri kontrasepsi. Program KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko
kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan
serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah ibu nifas.
Program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan
mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep
pengaturan jarak kelahiran. Angka kelahiran di Indonesia masih tinggi dan
kira-kira 15% dari seluruh wanita hamil mengalami komplikasi dalam
persalinan.
Tujuan penelitian mengetahui Pengaruh KB IUD Pasca Salin
(Intracaesarian IUD) terhadap Proses Involusi Uteri pada Ibu Nifas.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik
korelasional. menggunakan pendekatan case-control dilakukan dengan cara
membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol. yang
menjadi kelompok kasus yaitu ibu post section caesarea akseptor KB
Intracaesarian IUD, sedangkan yang menjadi kelompok kontrol yaitu ibu
post section caesarea yang tidak menjadi akseptor KB Intracaesarian IUD.
Hasil Pelaksanaan KB Pasca Salin (Intracaesarian IUD) pada kelompok
eksperimen sebanyak 29 responden (50%) dan kelompok kontrol sebanyak
29 responden (50%). pengukuran involusi uteri dari 29 responden kelompok
eksperimen pada hari pertama sebagian besar mengalami percepatan
proses involusi uteri yaitu 21 responden (74,2%) dan pada hari ketiga
sebagian besar mengalami perlambatan proses involusi uteri yaitu 18
responden (62,1%). Sedangkan dari 29 responden kelompok kontrol pada
hari pertama sebagian besar proses involusi uterinya normal yaitu 15
responden (51,7%). Dan pada hari ketiga sebagian besar mengalami
perlambatan proses involusi uteri yaitu 22 responden (75,9%). Ada
pengaruh KB Intracaesarian IUD terhadap involusi uteri pada ibu nifas.
menurunkan resiko kematian ibu melalui juga menjadi alternatif persalinan tanpa
pencegahan kehamilan, penundaan usia indikasi medis karena dianggap lebih mudah
kehamilan serta menjarangkan kehamilan dan nyaman. Sectio caesarea sebanyak 25%
dengan sasaran utama adalah ibu nifas. dari jumlah kelahiran yang ada dilakukan
Program pemerintah dalam upaya pada ibu-ibu yang tidak memiliki resiko tinggi
mengendalikan jumlah kelahiran dan untuk melahirkan secara normal maupun
mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan komplikasi persalinan lain. KB Pasca Salin
sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan merupakan suatu program yang dimaksudkan
jarak kelahiran. untuk menjarangkan kehamilan, manjaga
Pada tahun 2015, pencapaian akseptor jarak kehamilan dan menghindari kehamilan
KB di tingkat nasional dengan akseptor suntik yang tidak diinginkan agar dapat mengatur
sebanyak 59,57%, akseptor suntik sebanyak kehamilan melalui penggunaan obat atau alat
20,71% akseptor akseptor implant sebanyak setelah proses persalinan [5]. KB Pasca Salin
6,21%, akseptor IUD sebanyak 7,30%, adalah pemanfaatan atau penggunaan alat
akseptor MOP sebanyak 0,27%, akseptor kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai
MOW sebanyak 3,23%, metode kalender dengan 6 minggu (42 hari) sesudah
sebanyak 1,15%, MAL sebanyak 0,11%, melahirkan.
kondom wanita sebanyak 0,07%, kondom Penerapan KB pasca persalinan ini
sebanyak 1,00%, dan lain lain sebanyak sangat penting karena kembalinya kesuburan
0,39% (Hasil Survey Sosial dan Ekonomi, pada seorang ibu setelah melahirkan tidak
2015). dapat diprediksi dan dapat terjadi sebelum
Pada tahun 2014, pencapaian akseptor datangnya siklus haid, bahkan pada wanita
KB di Kabupaten Klaten sebanyak 172.333 menyusui. Ovulasi pertama pada wanita tidak
dengan akseptor IUD sebanyak 12.978 menyusui dapat terjadi pada 34 hari pasca
akseptor (7,5%), MOW sebanyak 13.320 persalinan, bahkan dapat terjadi lebih awal.
akseptor (7,8%), MOP sebanyak 651 akseptor Hal ini menyebabkan pada masa menyusui,
(0,4%), kondom sebanyak 5.646 akseptor seringkali wanita mengalami kehamilan yang
(3,3%), implant sebanyak 25.038 akseptor tidak diinginkan (KTD/unwanted pregnancy)
(14,5%), suntik sebanyak 100.416 (58,3%) pada interval yang dekat dengan kehamilan
dan pil sebanyak 14.284 akseptor (8,2%) [3]. sebelumnya. Kontrasepsi seharusnya sudah
WHO merekomendasikan bahwa angka digunakan sebelum aktifitas seksual dimulai.
persalinan dengan tindakan Sectio Caesarea Oleh karena itu sangat strategis untuk
tidak boleh lebih dari 10-15%. Di Indonesia memulai kontrasepsi seawal mungkin setelah
angka kejadian sectio caesarea menurut SDKI persalinan.
tahun 2007 sekitar 22,8% dari seluruh Hasil penelitian dari Ivanna Theresa
persalinan. Angka kelahiran di Indonesia Setijanto, (2012) diungkapkan menurut data
masih tinggi dan kira-kira 15% dari seluruh demogradi dan survey kesehatan dunia
wanita hamil mengalami komplikasi dalam mengemukakan bahwa 92-98% perempuan
persalinan. Hal ini membutuhkan penanganan tidak ingin hamil dalam 2 tahun pertama
khusus selama persalinan. Sectio caesarea setelah persalinan, dan 66,6% ingin
adalah jalan keluar untuk penanganan menggunakan kontrasepsi dengan unmeet
persalinan dengan komplikasi. need 40%. Kontrasepsi pascasalin yang dapat
Di Indonesia sectio caesarea umumnya diandalkan, efektif dan jangka panjang seperti
dilakukan bila ada indikasi medis tertentu, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
sebagai tindakan mengakhiri kehamilan sangat dibutuhkan.
dengan komplikasi. Selain itu sectio caesarea
20 tahun sampai 35 tahun merupakan usia post section caesarea tidak boleh langsung
reproduksi yang sehat bagi seorang wanita makan dan harus diet makanan terlebuh
untuk melahirkan. Hal ini dikarenakan dahulu.
secara fisik fungsi organ-organ reproduksi
seorang wanita sudah matang dan sudah siap
3.3. Involusi Uteri Hari Ketiga
menerima hasil konsepsi.
Pada penelitian ini kelompok
Pada kelompok eksperimen sebagian
eksperimen hari ke-tiga sebagian responden
besar paritas yaitu multipara sebanyak 15
proses involusi uterinya lambat yaitu
responden (51,7%). Paritas adalah jumlah
sebanyak 18 responden (62,1%) dan pada
yang menghasilkan jumlah anak hidup,
kelompok kontrol sebagian responden
bukan janin yang dilahirkan, janin yang lahir
proses involusi uterinya lambat yaitu
hidup atau mati setelah viabilitas (28
sebanyak 22 responden (75,9%). Pada
minggu/lebih) dicapai (Bobak, 2005).
kelompok eksperimen pada hari ketiga untuk
Involusi uteri pada ibu bersalin bervariasi,
proses menyusui sebagian besar tidak on
biasanya ibu dengan paritas yang tinggi
demend atau tidak sesuai dengan target pada
proses involusinya lebih lambat karena
hari ketiga (minimal 36X) yaitu sebanyak 16
semakin sering hamil uterus akan
responden (55,2%) sehingga rangsangan
mengalami peregangan. Proses mobilisasi
pengeluaran hormone okstitosin yang
pada kelompok eksperimen sebagian besar
berpengaruh terhadap proses involusi uteri
sesuai dengan advice dokter sebanyak 25
tidak sebanyak pada hari pertama.
responden (86,2%). Mobilisasi
penurunan tinggi fundus uteri pada ibu yang
dikategorikan sesuai dan tidak sesuai, sesuai
menyusui secara on demand lebih cepat
apabila ibu melakukan gerakan mobilisasi
daripada ibu yang menyusui tidak secara on
seperti miring kanan, miring kiri,
demand.
menggerakan kaki, dan tidak sesuai apabila
Proses mobilisasi pada ibu kelompok
ibu tidak melakukan salah satu gerakan
eksperimen pada hari ketiga paling banyak
mobilisasi tersebut di atas. Proses mobilisasi
tidak sesuai sebanyak 17 responden (58,6%)
yang dilakukan dengan baik dapat
dengan fakta lapangan bahwa ibu merasakan
mempengaruhi pengeluaran lokhea sehingga
nyeri luka operasi sehingga proses
mempengaruhi proses involusi uteri. Pada
mobilisasi tersebut terganggu. ibu post
kelompok kontrol sebagian besar proses
section caesarea mengalami perlambatan
involusinya mengalami perlambatan
penurunan tinggi fundus uteri dikarenakan
daripada kelompok eksperimen diduga
ibu post section caesarea kurang melakukan
karena tidak adanya IUD yang merangsang
mobilisasi dini karena rasa nyeri yang
produksi prostaglandin agar uterus
timbul pada luka jaitan pada abdomen.
berkontraksi serta kurangnya mobilisasi
Pada kelompok kontrol sebagian besar
akibat dari adanya nyeri luka post section
proses involusinya mengalami perlambatan
caesarea sehingga kembalinya kerja otot-
sebanyak 22 responden (75,9%) hal tersebut
otot pada rahim untuk berkontraksi juga
diduga karena pengaruh mobilisasi yang
berkurang. ibu post section caesarea
tidak sesuai yaitu sebanyak 20 responden
mengalami perlambatan penurunan tinggi
(69%) dan proses menyusui yang tidak
fundus uteri dikarenakan ibu post section
sesuai sebanyak 19 responden (65,5%).
caesarea kurang melakukan mobilisasi dini
responden yang tidak melakukan mobilisasi
karena rasa nyeri yang timbul pada luka
dengan sesuai mengalami penurunan
jaitan pada abdomen. Keterlambatan ini juga
involusi uteri yang tidak normal. Menurut
bisa disebabkan oleh faktor gizi, karena ibu
peneliti dari aspek keterlambatan involusi meningkat secara bermakna segera setelah
uteri pada kelompok eksperimen dan kontrol bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon
disebabkan oleh mobilisasi dan menyusui terhadap penurunan volume intra uterin yang
yang tidak sesuai dan diatasi dengan sangat besar. Dengan adanya KB
pemantauan mobilisasi secara terpadu Intracaesarian IUD yang cara kerjanya
sehingga pasien secara teratur mengikuti merangsang pengeluaran hormon
anjuran mobilisasi sesuai dengan yang sudah prostaglandin sehingga menyebabkan
dianjurkan, serta konseling tentang kontraksi uterus (French, 2005).
menyusui secara on demend dengan Menurut Contraceptive Technology
berbagai manfaat yang dapat diperoleh baik Update-CTU, cara kerja IUD pada manusia
oleh ibu maupun baik. antara lain adalah mengganggu sistem enzim
pada implantasi, merangsang terjadinya
3.4. Pengaruh KB Intracaesarian IUD
pengeluaran prostaglandin, sebagai benda
Terhadap Proses Involusi Uteri pada Ibu
asing merangsang infiltrasi sel darah putih
Nifas Hari Pertama di RSUD Bagas
kedalam selaput lendir rahim, yang pada
Waras
gilirannya menyebabkan penolakan konsepsi
Hasil penelitian ini (Tabel 3. terlampir)
dan kegagalan implantasi. Hormon
menunjukkan dari 29 responden kelompok
prostaglandin yang diproduksi oleh
eksperimen pada hari pertama sebagian
endometrium pada fase sekresi akan
besar mengalami percepatan proses involusi
mempengaruhi otot rahim untuk mengerut
uteri yaitu 21 responden (74,2%) dan pada
sehingga terjadilah kontraksi pada uterus
hari ketiga sebagian besar mengalami
(Mufaridah, 2014).
perlambatan proses involusi uteri yaitu 18
Hal lain yang mendukung proses
responden (62,1%). Sedangkan dari 29
percepatan involusi uteri pada kelompok
responden kelompok kontrol pada hari
eksperimen yaitu sebagian besar menyusui
pertama sebagian besar proses involusi
dengan on demand sebanyak 19 responden
uterinya normal yaitu 15 responden (51,7%)
(65,5%). Salah satu rangsangan terbaik
dan pada hari ketiga sebagian besar
pengeluaran oksitosin yaitu hisapan bayi
mengalami perlambatan proses involusi uteri
pada saat menyusui yang dilanjutkan ke
yaitu 22 responden (75,9%).
neurohipofise (hipofise posterior) yang kan
Berdasarkan uji statistic dengan
akan mengeluarkan hormone oksitosin
menggunakan analisa Chi square maka ada
bersamaan dengan pembentukan prolaktin
hubungan KB Intracaesarian IUD terhadap
oleh adenohipofise (Sarwono, 2012, h. 240).
involusi uteri pada ibu nifas dengan X2
Hal ini didukung oleh penurunan tinggi
hitung 22,338 dan p = 0,000 (p<0,05) serta
fundus uteri pada ibu yang menyusui secara
X2 hitung 4,678 dan p = 0,003 (p<0,05).
on demand lebih cepat daripada ibu yang
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
menyusui tidak secara on demand.
bahwa dengan menggunakan KB
Dari 29 responden kelompok kontrol
Intracaesarian IUD makan involusi uteri
hari ketiga sebagian besar mengalami
dapat normal.
perlambatan proses involusi uteri yaitu 22
Hal ini menunjukkan bahwa salah satu
responden (75,9%). Hal ini karena tidak
faktor yang mempengaruhi involusi uteri
adanya IUD yang merangsang produksi
adalah proses kontraksi yang ditimbulkan
prostaglandin agar uterus berkontraksi serta
oleh kontraksi uterus. bahwa salah satu
kurangnya mobilisasi akibat dari adanya
proses involusi uteri yaitu efek oksitosin
nyeri luka post section caesarea sehingga
(kontraksi). Intensitas kontraksi uterus
kembalinya kerja otot-otot pada rahim untuk
[15] Moestue, H. &Huttly, S. Adult Education [17] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
and Child Nutrition: the role of family and dan Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.
community. J. Epidemiol. Community 2012
Health. 2008.
LAMPIRAN
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Involusi Uteri pada Responden di RSUD Bagas Waras
Tabel 3. Pengaruh KB Intracaesarian IUD Terhadap Proses Involusi Uteri pada Ibu
Nifas Hari Pertama di RSUD Bagas Waras
Involusi Proses Involusi
Hari Distribusi Normal Cepat Lambat Jumlah X2 p
No. Kelompok
Ke-
1 f 4 21 4 29 22,338 0,000
% 13,8 72,4 13,8 100
1 Kelompok
3 f 7 4 18 29 4,678 0,003
Eksperimen % 24,1 13,8 62,1 100
1 f 15 0 14 29 22,338 0,000
% 51,7 0 48,3 100
2 Kelompok
3 f 7 0 22 29 4,678 0,003
Kontrol % 24,1 0 75,9 100