Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL READING

Utility of Early-Onset Sepsis Risk Calculator for Neonates Born


to Mothers with Chorioamnionitis

Pembimbing :

dr. Taufiqur Rahman, Sp.A

Disusun Oleh :

Caprisia Tiaravicka Hasanah (201710401011071)


Siti Adrianti (201710401011077)

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulisan Jurnal Ilmu Kesehatan Anak ini dapat diselesaikan dengan

baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW,

keluarga, para sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Jurnal yang akan disampaikan dalam penulisan ini mengenai “Utility of Early-
Onset Sepsis Risk Calculator for Neonates Born to Mothers with Chorioamnionitis”.
Jurnal ini diajukan untuk memenuhi tugas stase Ilmu Kesehatan Anak.

Dengan terselesaikannya jurnal ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar

besarnya kepada dr. Taufiqur Rahman, Sp. A selaku pembimbing kami, yang telah

membimbing dan menuntun kami dalam pembuatan jurnal ini.

Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kami tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun. Akhirnya,

semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.

Lamongan, 26 Oktober 2018

Penulis
Utility of Early-Onset Sepsis Risk Calculator for Neonates
Born to
Mothers with Chorioamnionitis

 Tujuan : untuk mengevaluasi kinerja dari kalkulator resiko EOS dengan studi
cohort dengan neonatus yang lahir dari ibu dengan chorioamnionitis secara
klinis, dan untuk membandingkan kegunaan diagnostik dari kalkulator EOS,
gejala klinis dan evaluasi laboratorium untuk indentifikasi secara benar dengan
kalkulator EOS.

 Metode : penelitian retrospektif pada neonatus UK > 35 minggu + ibu dengan


chorioamnionitis. Resiko dan penangangan dihitung menggunakan kalkulator
EOS, dan hasilnya dianalisis dan dibandingkan dengan data laboratorium dan
tanda klinis.

 Hasil : dari 1159 neonatus yang lahir dari ibu dengan chorioamnionitis, 5
diantaranya (0.43%) terbukti secara kultur mengalami EOS. Rekomendasi
penanganan berdasarkan kalkulator yaitu terapi tanpa antibiotik empirik 67%
, termasuk 2 dari 5 neonatus dengan EOS. Semua neonatus dengan kultur
terbukti EOS memiliki CBC dan CRP yang abnormal pada 6-12 jam. Tiga dari
lima neonatus dengan EOS memiliki tanda klinis sepsis.

 Kesimpulan : Resiko EOS pada neonatus yang lahir dari ibu dengan
chrorioamnionitis merupakan resiko rendah. Penggunaan kalkulator EOS
dapat mengurangi penggunaan antibiotik empiris pada neonatus dg paparan
chorioamnionitis, namun pada penelitian ini beberapa neonatus dengan kultur
yang terbukti EOS mungkin terlewat. Penelitian yang lebih besar dibutuhkan
untuk mengevaluasi pembatasan antibiotik pada neonatus dg paparan
chorioamnionitis dengan tanda klinis dan laboratorium dapat dengan aman
menurunkan penggunaan antibiotik.

Komplikasi maternal choroamnionitis dari 1%-10% kehamilan di US dan hal


tersebut adalah faktor resiko yang signifikan untuk terjadinya early onset of sepsis
(EOS) pada neonatus. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan the
American Academy of Pediatrics Committee on the Fetus and Newborn
merekomendasikan bayi-bayi yang baru lahir dari ibu yang terdiagnosis
chorioamnionitis dievaluasi dengan kultur darah, darah lengkap dan diterapi dengan
antibiotik empirik tanpa menunggu hasil kultur darah. Sebagai hasil dari rekomendasi,
beberapa neonatus yang tidak terinfeksi diberikan antibiotik sistemik, dipisahkan dari
ibunya dan dirawat di neonatus ontensive care unit (NICU).

Beberapa strategi baru bertujuan untuk meningkatkan penilaian dari faktor


resiko EOS dan membatasi penggunaan antibiotik pada neonatus dibawah evaluasi.
Investigator di Kaiser Permanente mengembangkan kalkulator EOS yang berdasar
pada studi cohort pada 350 kasus yang terbukti EOS secara kultur pada 608.000
nenonatus yang lahir pada UK ≥34 minggu. Kalkulator EOS mengestimasi faktor
resiko EOS pada neonatus dan membuat rekomendasi untuk penanganan yang
berdasar pada beberapa faktor resiko sepsis antepartum dan status klinis neonatus yang
baru lahir. Pengguanaan kalkulator EOS oleh neonatologis meningkat untuk
membatasi penggunaan antibiotik, walaupun data penggunaan pada subpopulasi
neonatus yang lahir dari ibu dengan chorioamnionitis masih kurang. Strategi lain
untuk membatasi penggunaan antibiotik termasuk pemesanan antibiotik hanya untuk
neonatus dengan penyakit klinis atau hasil laboratorium yang abnormal diuraikan oleh
Jan dkk. Kedua strategi tersebut terkait dengan berkurangnya perawatan bayi di NICU
yang signifikan dan penggunaan antibiotik sistemik. Sebelum mengadopsi salah satu
pendekatan pada NICU kami, kami mencari bagaimana mereka bisa melakukan di unit
kami dengan data histori yang ada.

METODE

Tujuan pertama kami adalah untuk mengevaluasi dari nilai prediktif dari
kalkulator EOS untuk mengidentifikasi neonatus dengan sepsis menggunakan studi
cohort retrospekif pada neonatus yang lahir dari ibu dengan klinis chorioamnionitis.
Tujuan kedua adalah untuk menentukan insidensi dari hasil tes abnormal (DL dan C-
reactive protein {CRP}) pada umur 6-12 jam kelahiran pada neonatus yang lahir dari
ibu chorioamnionitis. Selanjutya, kami bandingkan keguanaan diagnostik pada
kalkulator EOS, hasil tes laboratorium abnormal, dan gejala klinis untuk
mengidentifikasi EOS pada neonaus yang lahir dari ibu yang secara klinis mengidap
chorioamnionitis.
Studi cohort kami terdiri dari neonatus yang lahir dengan UK ≥35 minggu pada
ibu yang mengidap chorioamnionitis secara klinis pada bulan november 2006 sampai
maret 2007 dan dirawat di NICU level III. Institutional Review Coomiitee rumah sakit
kami menerima studi ini. Npada neonatus dengan ibu chorioamnionitis diidentifikasi
dari data neonatal (Neodata; Isoprime, Lisle, Illinois). Demografis yang relevan,
klinis, dan data laboratorium dikumpulkam. Diagnosis chorioamnionitis ditentukan
oleh dokter kandungan yang berdasarkan pada demam saat intrapartum (temperatur
>38°C) saja atau disertai dengan leukositosis, nyeri pada uterus, cairan amnion yang
berbau busuk, dan maternal atau fetal takikardi. Semua neonatus yang lahir dari ibu
chorioamnionitis dirawat di NICU. Dilakukan kultur darah dan terapi antibiotik
empiris diberikan. DL dan CRP dinilai pada umur 6-12 jam kelahiran. Pada studi ini,
DL yang abnormal didefinisikan dengan sl darah putih <5000/µl, imatur : total
neutrofil (I:T) rasio ≥0.2, atau hitung platelet <100.000µl. I:T rasio dihitung dan
dijelaskan oleh Manroe dkk dengan nilai I:T rasio ≥0.2 dikatakan meningkat. Nilai
CRP >1 mg/dL dikatakan abnormal. Sepsis dengan kultur darah negatif diterapi
dengan antibiotik selama ≥7 hari pada neonatus dengan kultur darah negatif dan kultur
cairan serebrospinal. Neonatus diterapi dengan prolong antibiotik untuk suspek sepsis
dengan kultur darah negatif pada pemberi kebijakan.

Investigator mengulas grafik neonatus dan mengumpulkan data untuk


dimasukkan dalam kalkulator EOS untuk menentukan garis minimal pada bayi baru
lahir yang beresiko EOS. Data tersebut diantaranya adalah temperatur maternal
antepartum tertinggi, umur kehamilan, durasi dari pecah ketuban, kolonisasi kuman
streptokokus grup B saat maternal, tipe dan waktu dari terapi antibiotik intrapartum.
Selanjutnya investigator mengklasifikasikan neonatus dengan “well appearing”,
“equivocal” atau dengan “clinical illness” dengan gejala klinis yang dijelaskan pada
website Kaiser Permanente (https://neonatalsepsiscalculator.kaiserpermanente.org).
Gejala klinis dievaluasi lebih dari 24 jam untuk klasifikasi dari penyakit klinis. Setiap
neonatus yang beresiko EOS ditentukan menggunakan kalkulator EOS, dengan
“insidensi EOS” dengan variabel yang ditentukan 0.5/1000 kelahiran hidup (CDC
nasional insidensi). Rekomendasi tatalaksana dari kalkulator EOS dibagi menjadi 5
kategori : kultur darah dan antibiotik empirik, kultur darah dan vital sign setiap 4 jam,
pertimbangan kuat penggunaan antibiotik, vital sign setiap 4 jam, dan hanya observasi
saja.
Untuk membandingan kegunaan diagnostik dari kalkulator EOS, hasil
laboratorium abnormal dan gejala klinis pada identifikasi EOS yang terbukti secara
kultur darah, sensitivitas, spesifisitas, positive prediktive value (PPV), negative
predictive value (NPV), positive likelihood ratio (LR+) dan negative likelihood ratio
(LR-) dikalkulasi. Hasil positif dengan kalkulator EOS dipertimbangkan rekomendasi
tatalaksana untuk dilakukan kultur darah atau kultur darah dan antibiotik empirik. DL
abnormal dan nilai CRP didefinisikan diatas. Gejala klinis yang signifikan
dipertimbangkan menggunakan kalkulator EOS untuk menjadi kategori “equivocal”
atau “clinical illness”. Evaluasi statistik dilakukan dengan Sigma stat 3.1 for Windows
statistical package (Systat Software, Point Richmond, California). Perbandingan
antara grup yang dianalisis menggunakan Student t test dan Mann-Whitney rank-sum
test untuk data selanjutnya dan the X2 atau Fisher exact untuk data kategorikal.
Statistik yang signifikan jika P < 0.5.

HASIL

Dari 17.908 neonatus yang lahir pada usia kehamilan ≥35 minggu selama
penelitian, 1159 (6.5%) terpapar oleh ibu dengan klinis chorioamnionitis. Lima
neonatus (0.43%) lahir dari ibu choriomanionitis yang terbukti sepsis dengan kultur
darah. Data yang cukup untuk dihitung menjadi resiko terjadinya EOS didapatkan
pada 896 neonatus (77.3%), termasuk semua 5 neonatus dengan kultur darah positif.
Data yng dibutuhkan untuk kalkulator EOS hilang pada 263 neonatus, sehingga
diekslusi. Demografi pasien dan karakteriktik klinis dituliskan pada Tabel I. Tidak
ada perbedaan yang signifikan pada data baseline demografi diantara neonatus yg
menjadi inklusi ataupun ekslusi.

Rekomendasi tatalaksana berdasarkan dari kalkulator EOS setelah evaluasi


klinis dituliskan pada Tabel II, termasuk 5 neonatus dengan sepsis yang terbukti
dengan kultur darah dan 142 neonatus dengan sepsis yang terbukti dengan kultur darah
negatif yang diterapi dengan antibiotik selama ≥7 hari. Antibiotik empirik telah
direkomendasikan pada 23.5% neonatus pada studi cohort ini. Kultur darah
direkomendasikan untuk 8.9% neonatus. Tidak ada antibiotik empirik dan hasil
laboratorium yang direkomendasikan untuk neonatus lainnya 66.7%. pada studi cohort
ini, 142 neonatus diterapi dengan proong antibiotik (7 hari atau lebih) untuk suspek
sepsis dengan hasil kultur negatif. Rekomendasi tatalaksana berdasarkan kalkulator
EOS diterapi dengan antibiotik empirik pada 65 neonatus (45.8%) dengan kultur
negatif dan kultur darah tanpa terapi antibiotik pada 11 neonatus (7.7%).

Menggunakan kalkulator EOS, terapi dengan antibiotik direkomendasikan


untuk 3 dari 5 neonatus dengan kultur darah positif (Tabel III, tersedia pada
www.jpeds.com). Pada 2 neonatus lainnya, rekomendasi klinis dari kalkulator EOS
adalah hanya kultur darah saja pada 1 neonatus dan observasi dengan vital sign setiap
4 jam untuk 1 lainnya. Clinical illness atau gejala equivocal dari sepsis ada pada 3 dari
5 neonatus dengan sepsis yang terbukti dengan kultur. Semua 5 neonatus dengan
kultur darah positif memiliki nilai DL dan CRP yang abnormal.
Menggunakan definisi dari gejala klinis dari kalkulator EOS, 142 neonatus
(15.8%) menunjukkan “clinical illness”, 101 (11.3%) menunjukkan “equivocal” dan
653 (72.9%) menunjukkan “well appearing” (Tabel IV). Kedua nilai DL dan CRP
memiliki nilai abnormal pada 114 neonatus pada umur 6-12 jm kelahiran (12.7%).
Nilai DL dan CRP pada 187 neonatus lainnya (20.9%) memiliki nilai abnormal, dan
keduanya memiliki nilai normal pada 595 neonatus (66.4%). Pada 653 neonatus yang
menunjukkan “well appearing”, 66 nenatus (10.1%) memiliki nilai DL dan CRP yang
abnormal. Tabel V menunjukkan kinerja dari kalkulator EOS, diagnostik berdasarkan
hasil laboratorium (DL dan CRP), dan gejala klinis untuk memprediksi terjadinya EOS
pada bayi yang baru lahir dari ibu yang mengalami chorioamnionitis. Hasil DL dan
CRP yang abnormal dihubungkan dengan sensitivitas, spesifitas, dan LR+ untuk
mengidentifikasi EOS yang lebi baik dibandingkan dengan kalkulator EOS atau gejala
klinis. Semua ketiga alat tersebut memiliki nilai NPV yang baik tetapi memiliki nilai
PPV yang kurang baik.
DISKUSI

Chorioamnionitis pada maternal merupakan faktor resiko penting pada EOS,


tetapi hanya 0.43% dari neonatus yang terpapar chorioamnionitis pada cohort ini
terbukti kulturnya EOS. Penggunaan rekomendasi klinis berdasarkan kalkulator EOS
pada cohort ini dapat menurunkan admisi NICU dan antibiotik empiris sebanyak 2/3,
termasuk tidak memberi antibiotik empiris dari 2/5 neonatus dengan kultur yang
terbukti EOS. Semua neonatus dengan riwayat chorioamnionitis pada maternal diobati
dengan antibiotik, namun kami tidak memberi antibiotik pada neonatus yang
asimptomatik dan pengukuran DL dan CRP pada 6-12 jam kehidupan, kami dapat
menurunkan paparan antibiotik dan mengidentifikasi hasil tes abnormal pada semua
lima neonatus yang kulturnya terbukti sepsis, mendorong penggunaan antibiotik yang
tepat.

Pedoman dari CDC dan Committee on the Fetus and Newborn untuk
penanganan neonatus yang terpapar chorioamnionitis mengarah pada overtreatment
untuk banyak neonatus yang tidak terinfeksi. Pada cohort ini, untuk setiap neonatus
yang secara kultur terbukti EOS, kami tangani 231 neonatus yang tidak terinfeksi
dengan antibiotik spektrum luas. Manajemen strategi ini didesain untuk mengadakan
penurunan maksimal dari EOS dengan menerima overtreatment yang signifikan.
Penelitian terbaru menyoroti efek samping potensial dari penggunaan antibiotik pada
neonatus. Antibiotik dapat mengganggu mikrobio, meningkatkan resiko infeksi
selanjutnya dan memengaruhi sistem imun. Pengobatan antibiotik selama masa infant
merupakan faktor resiko untuk asma, obesitas, dan gangguan autoimun. Neonatus
yang lahir dari ibu dengan chorioamnionitis sering dirawat di NICU yang mana
menghalangi ikatan dan menyusui, memperpanjang masa perawatan, dan
meningkatkan resiko medical error dan komplikasi pengobatan. Akhirnya, evaluasi
dan pengobatan empiris setiap neonatus yang lahir dari ibu dengan chorioamnionitis
membuat beban besar dalam hal biaya kesehatan. Dibutuhkan jalan yang aman dan
efektif untuk menilai resiko dari EOS dan membatasi penggunaan antibiotik pada
neonatus yang terpapar chorioamninitis.

Kalkulator EOS telah menunjukkan penurunan angka evaluasi sepsis dan


penggunaan antibiotik sistemik pada neonatus dengan resiko EOS. Kalkulator ini
menggunakan faktor resiko maternal dan tanda klinis neonatus, kedua hal ini dapat
sulit di interpretasikan dan bervariasi pada populasi neonatus yang terbukti EOS
secara kultur. Pada studi epidemiologi, faktor resiko maternal muncul pada 46% kasus
yang terbukti EOS. Dari studi terbaru oleh penemu kalkulator EOS, perkiraan resiko
EOS berdasarkan faktor resiko maternal sangat rendah (>1/1000 neonatus) dalam
mayoritas neonatus (31 dari 51) yang terbukti EOS secara kultur. Sebagai tanda klinis
dari sakit, mungkin tidak ditemukan pada kelahiran neonatus yang nantinya
didiagnosis EOS. Pada studi terbaru, 28% neonatus yang terpapar chorioamnionitis
dengan kultur terbukti EOS tidak muncul tanda sepsis dalam 6 jam setelah lahir, dan
22% tetap asimptomatik pada 72 jam kelahiran. Studi lainnya dilaporkan bahwa 24%
neonatus yang terbukti EOS bermanifestasi klinis setelah 12 jam kehidupan.
Kuzniewic et al melaporkan 50% neonatus yang kulturnya terbukti EOS, asimptomatis
pada lahir.

Kalkulator EOS didesain untuk memperkirakan resiko EOS pada neonatus


lahir UK ≥35 minggu. Penggunaannya belum divalidasi pada neonatus yang terpapar
chorioamnionitis, dimana resiko baseline dari EOS sebesar 11% (untuk riwayat
chorioamnionitis). Beberapa ahli telah meningkatkan perhatian untuk menghilangkan
atau menunda terapi antibiotik saat menggunakan kalkulator resiko EOS. Kerste et al
secara retrospektif memvalidasi kalkulator EOS pada cohort dari 2094 neonatus yang
lahir UK ≥35 minggu. Penggunaan antibiotik dapat diturunkan sebanyak 50%, tetapi
2 neonatus dengan kultur terbukti EOS yang dinilai sebagai kategori resiko rendah dan
diobservasi tanpa antibiotik. Penilaian sepsis dan antibiotik dimulai dari 12 jam
kehidupan. Shakib et al dan Warren et al melaporkan penurunan antibiotik
menggunakan kalkulator EOS, tapi hanya 1 kasus dari kultur positif sepsis diantara 2
studi untuk dievaluasi. Pada laporan terbaru dari penemu kalkulator EOS, selama masa
penggunaan kalkulator EOS, algoritma kalkulator gagal mengidentifikasi dan
merekomendasikan antibiotik empiris pada 50% (6 dari12) neonatus yang kemudian
kulturnya terbukti EOS. Lima neonatus menunjukkan gejala kemudian selama di
rawat yang membutuhkan evaluasi dan pengobatan antibiotik. Neonatus keenam
dengan kultur darah positif tidak menunjukkan gejala.

Selain kekhawatiran tentang kinerja dari kalkulator EOS, implementasi dari


kalkulator ini mungkin tidak bisa dilakukan pada semua pusat. Hal ini membutuhkan
tenaga kerja, latihan, sumber daya, dan meningkatkan beban kerja, dengan medical
error yang diakibatkan dari perhitungan yang salah dari resiko EOS.
Strategi lainnya yang mungkin untuk membatasi penggunaan antibiotik pada
neonatus yang terpapar chorioamnionitis fokus pada klinis dan monitoring
laboratorium tanpa antibiotik empiris. Jan et al mempelajari 240 asimptomatik
neonatus yang terpapar chorioamnionitis dan dengan aman menurunkan perawatan
NICU dan antibiotik empiris sebanyak 2/3 dengan hanya mengevaluasi klinis dan
laboratorium. Evaluasi hematologi dan fase akut reaktan telah dipelajari untuk
evaluasi EOS pada neonatus. DL dan CRP memiliki PPV yang buruk tapi NPV yang
baik untuk EOS pada neonatus, oleh karena itu resiko EOS sangat rendah pada nilai
DL dan CRP yang normal. Pada studi observasi prospektif dari 856 neonatus yang
lahir dari ibu dengan chorioamnionitis, NPV dari neutrofil mengindikasikan diagnosis
EOS senilai antara 91% dan 97%. Pada studi observasi dari 1002 neonatus yang
mungkin EOS ( termasuk 20 neonatus yang terbukti EOS secara kultur), NPV dari
CRP dinilai antara 8 dan 24 jam kehidupan yaitu 99,7%. Pada cohort ini, NPV dan
LR- untuk abnormal DL dan CRP yaitu 100% dan 0%, masing masing untuk diagnosis
EOS yang kultur positif. Hanya 10% dari asimptomatis neonatus yang memiliki
abnormalitas dari DL dan CRP dan asimptomatis neonatus dengan kultur positif EOS
memiliki nilai abnormal DL dan CRP. Strategi ini mengambil pertimbangan faktor
resiko maternal (chorioamnionitis) dan menggabungkan evaluasi laboratorium
menggunakan DL dan CRP. Pada cohort ini, evaluasi ini memiliki sensitivitas yang
lebih baik dan LR+ daripada kalkulator EOS untuk memprediksi EOS.

Keterbatasan dalam studi ini yaitu evaluasi retrospektif dari kegunaan


kalkulator EOS pada cohort ini dari senter tunggal. Sejumlah besar neonatus
dieksklusikan karena data yang dibutuhkan untuk menghitung resiko EOS tidak
tersedia atau ambigu. Untungnya, data tersedia untuk kelima neonatus dengan kultur
positif EOS dan diverifikasi oleh 3 investigator. Fever maternal terkadang digunakan
untik mendiagnosis klinis chorioamnionitis pada kohort ini, dan dipertimbangkan pada
workshop National Institutebof Child Health and Development (inflamasi intrauterin,
infeksi, atau keduanya), chorioamnionitis yang sebenarnya mungkin lebih baik
ditampilkan dari demam tinggi atau demam sumer yang berkali kali diukur dengan
satu atau lebih tanda tambahan yang mengarah chorioamnionitis. Selain ini, masing
masing neonatus pada kohort ini diterapi dengan antibiotik empiris secara langsung
setelah lahir, termasuk 2 neonatus yang kulturnya positif namun secara klinis baik.
Kami tidak dapat memastikan mengapa kedua neonatus ini menjadi simptomatik
sepanjang perawatan sehingga membutuhkan pengobatan. Keterbatasan lainnya dari
studi ini yaitu insidens kultur positif EOS pada kohort ini sangat rendah untuk secara
akurat memvalidasi keamanan kalkulator EOS pada neonatus yang terpapar
chorioamnionitis.

Kekuatan studi ini termasuk ukuran sampel yang besar dari neonatus yang
terpapar chorioamnionitis diatasi dengan pedoman CDC dan Committee on the Fetus
and Newborn. Selain itu, jumlah neonatus dengan kultur positif melampaui jumlah
neonatus dari 3 studi yang sama, dan kami menggunakan pengulangan terbaru dari
kalkulator EOS untuk evaluasi ini.

Dalam era penggunaan antibiotik intrapartum, resiko EOS pada neonatus yang
lahir dari ibu dengan chorioamnionitis sangat rendah. Menggunakan pedoman CDC
dan Committee on the Fetus and Newborn, sejumlah besar neonatus yang tidak
terinfeksi dirawat di NICU dan diobati dengan antibiotik empiris. Pedoman yang
sudah ada untuk penanganan neonatus yang terpapar chorioamnionitis perlu
dimodifikasi untuk mencegah perawatan NICU yang tidak perlu, pemisahan neonatus
dengan ibunya, konsekuensi dari penggunaan antibiotik, dan biaya pengobatan yang
mahal. Penggunaan kalkulator EOS dapat menurunkan penggunaan antibiotik empiris
pada neonatus yang terpapar chorioamnionitis, namun belum secara akurat
mengidentifikasi neonatus dengan kultur darah positif. Data kami menyarankan
pendekatan yang lebih baik untuk menunda antibiotik atau perawatan NICU hanya
untuk neonatus dengan tanda klinis sakit atau hasil tes laboratorium yang
terstandarisasi, dan dan hal ini perlu secara prospektif diteliti dalam studi ke depannya.

Anda mungkin juga menyukai