Anda di halaman 1dari 8

Jawaban:

1. Faktor risiko infeksi


- Gangguan integritas kulit
- Malnutrisi
2. data masalah risiko infeksi pada An. D
Data obyektif :
Pemeriksaan fisik
- wajah tampak kemerahan
- pengukuran suhu tubuh : 38.5`C , HR : 125x / mnt RR : 40 x / mnt
- Jahitan luka sepanjang 10 cm, dijahit cutgat 10 buah, komplikasi luka irisan operasi sepanjang 2
cm, tampak berwarna merah, terasa hangat, terdapat cairan kental berwarna hijau kekuningan.
- Pada area akral teraba hangat
- Makanan yang di sajikan hanya dihabiskan setengah porsi
Data Subyektif :
An. D mengeluh :
- tidak menyukai makanan yang disediakan dari RS
3. Rencana tindakan risiko infeksiinfeksi pada An. D
infeksi
- Luka dan area sekitar luka irisan operasi berwarna merah
- adanya bau busuk yang ditandai adanya cairan yang keluar dar luka
- Adanya aliran cairan yang keluar dari area luka irisan operasi
- Demam
NIC:
a. Perawatan daerah (area) sayatan
- Jelaskan prosedur pada pasien, gunakan persipan sensorik
- Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau tanda-tanda dehisense atau
eviscerasi
- Catat karakteristik drainase
- Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan
- Bersihkan daerah sayatan dengan pembersihan yang tepat
- Bersihkan mulai dari area yang bersih ke area yang kurang bersih
- Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi
- Gunakan kapas steril untuk pembersihan jahotan benang luka yang eisien, luka dalam dan
sempit, atau luka berkantong
- Bersihkan area sekitar drainase atau pada area selang drainase
- Berikan plester penutup
- Berikan salep antiseptik
- Arahkan pasien bagaimana meminimalkan tekanan pada daerah insisi
- Arahkan pasien dan keluarga cara merawat luka insisi termasuk tanda-tanda infeksi
b. Kontrol infeksi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
- Laukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal
- Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencegahan
universal/Universal precaution
- Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
- Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
- Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada pentedia perawatan kesehatan
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi
c. Perlindungan infeksi
- Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Pertahankan asepsis untuk pasien berisiko
- Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
- Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
- Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada pentedia perawatan kesehatan
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi
d. Manajemen nutrisi
- Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
- Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
- Atur diet yang diperlukan
e. Terapi nutrisi
f. Monitor nutrisi
g. Perawatan luka
4. Tanda klinis yang menunjukkan infeksi :
- Luka dehisence sepanjang 2 cm, tampak kemerahan (rubor), rabaan hangat (calor), terdapat pus
hijau kekuningan.
- Suhu 38,5°C, Nadi 125x/menit, RR 40x/mnt
5. Patofisiologi infeksi
Terjadinya infeksi bakteri membutuhkan inokulum balteri (100000 organisme per ml eqksudat atau
per gram jaringan atau per mm2 daerah permukaan ), lingkungn ayang rentan terhadap bakteri,
hilangnya pejamu terhadap infeksi( sawar fisik terganggu, respon biokimiawi menurun, respon
selular menurun). Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa
enzim(misal streptokinase, hialurodinase, hemolisin), eksotoksin (dilepaskan oleh bakteri intak
terutama gram positif ), endotoksin (lipopolisakarida dilepaskan dari dinding sel saat kematian
bakteri). Perjalanan alamiah infeksi
a. respon inflamasi yang timbul (rubor, dolor, kalor,tumor)
b. resolusi yaitu reaksi inflamasi menetap dan infeksi menghilang
c. penyebaran infeksi : langsung ke jaringan sekitar, sepanjang daerah jaringan, melalui sistem
limfatik, melalui aliran darah
d. pembentukan abses : terkumpulnya pus pada suatu tempat
e. organisasi : jaringan granulasi, fibrosis, jaringan parut,
f. infeksi kronis : menetapnya organisme pada jaringan menimbulkan respon inflamasi kronik
(Grace, Pierce A. 2006. At A Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga)

6. Buatlah pathway infeksi


7. Tindakan yang harus segera dilakukan perawat dan sebabnya
- Melaporkan/konsul kepada dokter bedah
- Melakukan tindakan keperawatan yang tepat sesuai tahapan proses asuhan keperawatan
- Melakukan penutupan luka.
Kompres luka dengan normal saline. Tutup luka dehisence dengan balutan steril yang lebar.
Siapkan klien untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah sekitar luka.
Lihat apakah tepi luka telah menutup. Insisi luka bedah harus memiliki tepi luka insisi yang
bersih dan saling berdekatan. Sepanjang pinggir luka sering terbentuk kerak yang berasal dari
eksudat. Perawat harus melihat kondisi jaringan adiposa dan jaringan penyambung yang berada
di bawah luka. Tepi luka bagian luar secara normal akan mengalami inflamasi pada hari ke 2
sampai hari ke 3 tetapi lama kelamaan inflamasi ini akan menghilang dalam waktu 7-10 hari.
Luka dengan penyembuhan normal akan terisi sel epitel dan bagian penggirnya akan menutup.
Perubahan warna kulit terjadi akibat memarnya jaringan intertisial atau terbentuknya hematom.
Pada awalnya darah yang berkumpul diantara lapisan kulit akan terlihat berwarna keburuan
atau keunguan. Perlahan-lahan akan hilang bersama dengan hancurnya bekuan darah pada kulit
akan muncul warna coklat atau kuning.
- Pada kasus tampak bahwa luka dehisence kemerahan dan tampak pus menandakan adanya
infeksi. Perawatan luka dilakukan agar infeksi tidak semakin meluas dan menyebabkan
komplikasi sepsis.
8. Luka terinfeksi yang tidak teratasi akan menyebabkan komplikasi. Selain luka dapat meluas dan
menyebabkan proses penyembuhan menjadi lebih lama, juga akan berisiko terjadinya sepsis.
9. Analisis faktor budaya yang bertentangan dengan asuhan keperawatan
Pasien menyatakan bahwa enggan makan makanan amis (daging dan ikan) karena takut akan
lukanya tidak cepat sembuh adalah tanda bahwa pasien tidak mengetahui proses dan faktor-faktor
yang mempercepat penyembuhan luka.
10. Kasus An. D termasuk SSI.
Kasus dengan pasien An.Doni dengan diagnosa paska laparotomi eksplorasi akibat apendiksitis
perforasi, dapat dikatakan SSI karena dilihat dari tanda tanda pasien,keluhan utama pasien dan hasil
setelah dilakukannya pemeriksaa. Hal ini juga melibatkan kulit dan subkutan pada tempat insisi.
11. Konsep waktu penetapan SSI?
Dapat dikatan sebagai SSI apabila luka bertahan selama 30 hari setelah operasi dilakukan
12. Konsep SSI (superfisial, deep incisional, and organ/space)
Surgical site infection (SSI) merupakan infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30 hari pasca operasi
dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat insisi dengan
setidaknya ditemukan salah satu tanda sebagai berikut:
- Terdapat cairan purulen,
- Ditemukan kuman dari cairan atau tanda-tanda dari jangkauan superfisial,
- Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflamasi,
- Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.

Superfisial mempengaruhi kulit dan jaringan subkutan. Infeksi ini dapat diindikasikan dengan tanda-
tanda lokal (Celsian) seperti kemerahan, nyeri, panas atau bengkak di lokasi insikion atau oleh
drainase nanah.

Deep Insicional SSI merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari pasca operasi jika
tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi
tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan jaringan yang lebih dalam
(contoh jaringan otot atau fasia) apda tempat insisi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda:
- Keluar cairan purulen dari tempat insisi,
- Dehisensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah karena ada tanda inflamasi,
- Ditemukannya adanya abses pada reoperasi, PA atau radiologis,
- Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang merawat

mempengaruhi lapisan fasia dan otot. Infeksi ini dapat diindikasikan dengan adanya nanah atau
abses, demam dengan nyeri pada lukanya, atau pemisahan tepi sayatan yang memperlihatkan
jaringan yang lebih dalam.
Organ/Space SSI merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari pasca operasi jika tidak
menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut
memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anatomi tertentu
(contoh organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi
dengan setidaknya terdapat salah satu tanda:
- Keluar cairan purulen dari drain organ dalam
- Didapat isolasi bakteri dari organ dalam
- Ditemukan abses
- Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang merawat

melibatkan bagian anatomi selain dari sayatan yang dibuka atau dimanipulasi selama prosedur
pembedahan, misalnya sendi atau peritoneum. Infeksi ini dapat diindikasikan oleh drainase nanah
atau pembentukan abses yang dideteksi oleh pemeriksaan histopatologi atau radiologis atau selama
operasi ulang. Infeksi organ tidak termasuk dalam ruang lingkup pedoman ini.

13. Faktor yang mempengaruhi SSI


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya SSI antara lain sifat operasi (derajat kontaminasi
operasi), nilai ASA (American Society of Anesthesiologists), komorbiditas DM (diabetes melitus),
suhu praoperasi, jumlah lekosit dan lama operasi. Intake nutrisi tidak adekuat. Diit kurang protein.
14. EBP untuk mengurangi risiko infeksi
Pemberian cairan infus hangat belum terbukti berperan dalam pencegahan infeksi, hal ini didukung
belum adanya eviden base untuk kasus tersebut. Cairan infus hangat selama ini digunakan untuk
penanganan pada pasien shock hypovolemik.
15. Cairan pembersih yang paling efektif untuk mencegah infeksi adalah
NaCl 0,9% merupakan cairan fisiologis yang hampir sama dengan komposisi cairan tubuh manusia,
yang secara langsung mudah diterima oleh tubuh serta jarang menimbulkan reaksi alergi.
Kekurangannya cairan ini tidak mengandung antiseptik.
(Jurnal Kristianingrum DKK, 2013)
16. Termasuk SSI mana?
Kasus infeksi yang terjadi pada An. Doni postoperasi termasuk dalam infeksi superfisial. Hal tersebut
dikarenakan tidak tampak jaringan dibawahnya akibat dari tidak menyatunya jahitan luka..
17. Perbedaan Superficial SSI dan Deep SSI
1. Superficial SSI
Terjadi dalam 30 hari sejak prosedur NHSN / National Healthcare Safety Network (Hari 1= tgl
prosedur) dan melibatkan hanya kulit & jar. subkutan insisi dan min. ada 1 kriteria dibawah berikut
ini:
a) Drainase purulen dari insisi superfisial
b) Organisme dari spesimen insisi superfisial aseptik dengan uji mikrobiologis untuk diagnosis atau
tatalaksana
c) Insisi superfisial yang dibuka oleh dokter bedah, dokter, dan uji kultur/non-kultur tidak dilakukan,
namun terdapat: nyeri, bengkak terlokalisir, eritema, panas.
d) Diagnosis SSI superfisial oleh dokter bedah/dokter.
2. Deep SSI
Terjadi dalam 30-90 hari setelah prosedur operasi dan melibatkan jar. lunak dalam (otot, fascia)
dan min.1 kriteria dibawah berikut ini:
a) Drainase purulen
b) Insisi dalam yang ruptur, dibuka/di aspirasi oleh dokter, dan terdapat organisme dengan uji
mikrobiologis yang bertujuan untuk diagnosis/ tatalaksana, ATAU jika tidak dilakukan uji
mikrobiologis, terdapat demam, nyeri terlokalisir
c) Abses atau tanda infeksi insisi dalam yang terlihat secara anatomis/ histopatologis/ pencitraan.

Anda mungkin juga menyukai