Anda di halaman 1dari 43

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Manado seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari hasil karya
orang lain, telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya
saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi
pencabutan gelar yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.

Tondano, April 2016


Yang Membuat Pernyataan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terpenting sehingga harus
aman, layak, dan bermutu. Pangan menjadi layak atau tidak dikonsumsi tidak terlepas dari
ada tidaknya mikroba perusak dan patogen pangan. Mikroba tersebut dapat terkandung di
dalam makanan disebabkan karena kontaminasi pada bahan pangan selama proses
pengolahan dan penyimpanan. Selama penyimpanan, pangan seringkali mengalami kerusakan
dan mungkin berbahaya bagi kesehatan manusia. Salah satu cara untuk mengatasi hal
tersebut adalah dengan menambahkan bahan aditif berupa zat antimikroba sebagai pengawet
pangan.
Darrel Preisy L. Sagrang
NIM. 12 314 829

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan
belajar. Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik
(Sadiman, dkk, 1986:7). Pembelajaran adalah sistem interaksi peserta didik dengan
pendidik pada suatu lingkungan belajar pada suatu lingkungan belajar, hal tersebut
sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003.
Jadi bisa dikatakan bahwa pembelajaran adalah hubungan timbal balik antara guru
dengan peserta didik untuk melaksanakan suatu proses belajar mengajar yang kreaktif,
dan berpikir yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan berpikir
peserta didik, maka guru dituntut dapat memahami hakikat materi pelajaran yang
dapat merangsang prestasi belajar peserta didik.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata
pelajaran (Sanjaya, 2006:1). Terlebih dalam mempelajari biologi peserta didik harus
aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya. Dengan berpartisipasi aktif, peserta didik akan mengalami, menghayati,
dan menarik pelajaran dari aktifitas yang dilakukan, sehingga hasil belajar tertanam
secara lebih mendalam pada diri pendidikan dasar.
Salah satu cabang ilmu dari biologi adalah bioteknologi. Bioteknologi sendiri
merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat saat ini. Penggunaan
bioteknologi sebagai ilmu maupun sebagai alat, bertanggungjawab dalam
meningkatkan kemajuan secara cepat dalam berbagai bidang kehidupan.
Penggunaan bioteknologi menghasilkan banyak keuntungan, meskipun tetap harus
diperhatikan adanya potensi resiko dan bahaya dari penggunaan teknologi tersebut.
Kondisi/sifat bioteknologi yang demikian, membutuhkan penguasaan konsep yang
benar dan baik terhadap bidang tersebut, agar pada akhirnya diperoleh kemampuan
untuk dapat melakukan pengambilan keputusan tentang mana bioteknologi yang baik
dan mana yang dapat menghasilkan resiko yang kurang menguntungkan. Sebagai
suatu ilmu, bioteknologi mempunyai beberapa karakteristik diantaranya : merupakan
ilmu yang bersifat multidisipliner, lebih banyak bersifat aplikatif sehingga
membutuhkan penguasaan konsep-konsep dasar yang cukup; banyak menimbulkan
kontroversi (terutama produk-produk bioteknologi yang bersifat transgenik) serta
berkembang sangat pesat karena manfaatnya bersentuhan langsung dengan
peningkatan taraf hidup manusia (Purwaningsih, 2009:4).

Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan Bioteknologi


menjadi salah satu bidang ilmu dalam Biologi yang harus dikuasai bangsa Indonesia,
termasuk para siswa SMA. Hal tersebut dikarenakan selain banyak terkait langsung
dengan kehidupan sehari-hari, juga dapat dikaitkan dengan aspek ‘life skill’. Untuk
memberikan penguasaan dan kebermaknaan yang baik tentang bioteknologi kepada
siswa, guru dituntut mampu melakukan pembelajaran yang benar dan sesuai agar
dicapai tercapai penguasaan konsep yang baik pada siswanya (Purwaningsih, 2009:4).

Namun dilain pihak, bioteknologi juga merupakan topik yang relaitf sulit
karena untuk mendapatkan pemahaman yang baik diperlukan pemahaman terhadap
ilmu-ilmu dasar yang banyak bersifat abstrak. Karakter ini menyebabkan
bioteknologi merupakan materi yang dianggap sulit baik oleh guru maupun siswa.
Selama ini kebanyakan guru membelajarkan topik bioteknologi hanya dengan
metoda ceramah atau penugasan membaca dan merangkum suatu bahan bacaan terkait
dengan materi tersebut (Rustaman,2007). Penelitian terakhir menunjukan bahwa
guru-guru sains mengenali adanya kebutuhan untuk mengajarkan bioteknologi,
tetapi masih sedikit yang terlaksana. Faktor-faktor yang membatasi pengajaran
bioteknologi meliputi : kurangnya keahlian guru dalam konten bidang ini, kurangnya
pengalaman dalam kecocokan aktivitas mengajar; kurangnya sumber dan materi
kurikulum dan kurangnya waktu mengajar (Dawson & Schibeci,2003).

Melalui hasil observasi pembelajaran bioteknologi di SMA Advent Tompaso


pada kelas XII IPA didapati bahwa sebagian besar guru masih menggunakan model
pembelajaran konvensional seperti pembelajaran tatap muka atau face to face learning
dengan menggunakan metode ceramah dimana guru lebih aktif di bandingkan dengan
siswa selama pembelajaran berlangsung. Guru kurang memberdayakan keterampilan
kecerdasan emosional pada peserta didik, sehingga keterampilan kecerdasan emosional
pada peserta didik belum berkembang dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari peserta
didik yang hanya belajar saat diberikan tugas rumah atau ujian, serta rendahnya
perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, perlu upaya inovasi untuk menyiapkan alternatif sumber
belajar bioteknologi yang dapat dijadikan referensi bagi pelaku pendidikan melalui
penelitian yang berbasis pada keilmuan biologi mengacu pada kurikulum inti berlaku
bahwa salah satu materi bioteknolohi yang diajarkan pada siswa SMA kelas XII adalah
teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik. Berdasarkan materi tersebut
maka diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif sumber belajar Biologi
SMA Kelas XII.

B. Identifikasi Masalah

1. Masalah Pendidikan di Indonesia

2. Pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik menggunakan media EM4

3. Pupuk organik sebagai sumber belajar

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalahnya adalah

bagaimana mengaplikasikan produk pembelajaran yang di buat pada materi

bioteknologi terlebih khusus pada sub topik pertanian dan lingkungan.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dan batasan masalah di atas maka rumusan masalah yang

diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Aplikasi pengolahan sampah organik dapat diterapkan dalam pembelajaran

Bioteknologi?

2. Apakah aplikasi pengolahan sampah organik dapat meningkatkan penguasaan

konsep bioteknologi siswa?

E. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menalisis kebutuhan pembelajaran bioteknologi di sekolah.
2. Merancang dan memvalidasi bahan ajar, RPP, dan LKS teknologi akrab lingkungan
dalam pembelajaran bioteknologi.
3. Mengimplementasi bahan ajar, RPP dan LKS untuk melihat hasil belajar dan respon
guru dan siswa.

F. Manfaat
1. Manfaat bagi peserta didik :
a. Membantu mengenalkan teknologi pengolahan sampah organik yang akrab
lingkungan kepada peserta didik.
b. Membantu peserta didik dalam menghidupkan jiwa yang peka terhadap
kebersihan lingkungan.
c. Peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran sehingga terciptanya
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
d. Meningkatkan penguasaan konsep peserta didik terhadap materi yang dipelajari.
e. Membantu peserta didik dalam memahami materi yang dipelajari.
2. Manfaat bagi Sekolah
a. Membantu sekolah dalam mengatur, mengolah dan mendaur sampah khususnya
sampah organik, menjadi sesuatu yang menguntungkan dan berguna.
b. Memotivasi guru agar meningkatkan kreatifitas dalam mengajar dan mampu
memilih jenis pembelajaran yang sesuai dengan materi.
c. Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi
khususnya bioteknologi terkait dengan kemampuan dan kecerdasan emosional
pada peserta didik.
3. Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan secara mendalam tentang pengaplikasian teknologi
akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep
bioteknologi.

Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini akan melihat bagimanakah bentuk penuntun

praktikum pengawet makanan alami dengan memanfaatkan bahan alami di SMA dan

bagaimanakah hasil pengawet makanan pada ikan mujair dengan menggunakan temulawak

(Curcumma xhanthorrhiza) sebagai bahan pengawet.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik
1. Pengaplikasian/penerapan teknologi akrab lingkungan
1.1.Aplikasi
Pengaplikasian adalah Kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan
informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan masalah
yang timbul dalam kehidupan sehari-hari (Zubaidah 2010).
1.2.Teknologi akrab/ ramah lingkungan

Apa yang disebut dengan teknologi ramah lingkungan? Teknologi yaitu semua
hal yang di ciptakan secara sengaja oleh manusia melalui akal serta pengetahuannya
untuk memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, ramah lingkungan artinya tidak mengakibatkan kerusakan pada


lingkungan sebagai tempat tinggal manusia. Maka dengan cara yang
sederhana, teknologi ramah lingkungan yaitu teknologi yang di ciptakan untuk
mempermudah kehidupan manusia namun tidak mengakibatkan kerusakan atau
memberikan dampak negatif pada lingkungan di sekelilingnya.

Teknologi seperti ini mesti mampu melindungi lingkungan. Caranya dapat


beraneka ragam, contohnya kurangi polutan yang umumnya timbul dari alat-alat
teknologi, memakai sumber daya alam dengan berimbang serta berkepanjangan, dan
memberikan penanganan yang pas pada limbah-limbah yang barangkali dihasilkan
dari teknologi tersebut .

Prinsip dari teknologi yang ramah lingkungan ini ada enam, yakni Recycle,
Recovery, Reduce, Reuse,Refine, serta Retrieve Energy. Refine artinya memakai
bahan yang ramah lingkungan dan lewat sistem yang lebih aman dari teknologi
sebelumnya

1.3.Manfaat Teknologi Ramah Lingkungan


Teknologi yang ramah pada lingkungan memberikan manfaat yang sangat
besar buat kehidupan. Di bawah ini akan kita bahas beberapa contoh manfaat
teknologi ramah lingkungan tersebut.

1.3.1 Mengurangi jumlah limbah supaya tak berlebihan hingga dapat menghindar
pencemaran lingkungan.
1.3.2 Teknologi ini benar-benar efisien serta efektif dalam hal pemakaian sumber daya
alam, hingga lingkungan juga bisa tetap terjaga dengan baik.
1.3.3 Menekan biaya produksi/hemat. Memakai sumber daya alam untuk sisi dari
teknologi dapat menghemat biaya, misalnya yaitu listrik tenaga surya yang cuma
mengandalkan energi matahari tanpa dipungut biaya.
1.3.4 Mengurangi resiko penurunan kondisi kesehatan makhluk hidup, terutama manusia.

1.4.Contoh Teknologi Ramah Lingkungan

Dari pembahasan di atas saya harap Anda sudah mengetahui atau mengerti
mengenai pengertian teknologi ramah lingkungan. Tentunya Anda juga sudah pasti
mengetahui prinsip dan manfaat dari sebuah teknologi ramah lingkungan ini.

Akan tetapi, mungkin sebagian kecil diantara kita masih pusing mengenai
contoh teknologi tersebut. Maka dari itu di bawah ini akan saya berikan beberapa
contoh teknologi ramah lingkungan serta dapat kita temukan dengan mudah dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah:

1. Sepeda
2. Bahan Bakar Biodiesel
3. Lampu Tenaga Surya
4. Mesin Tenaga Angin
5. Mesin Tenaga Surya
6. Mobil atau Sepeda Tenaga Listrik
7. Kulkas yang tidak menggunakan Freon
8. Pendingin ruangan yang tidak menggunakan Freon
9. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
10. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
11. Bioteknologi
2. Bioteknologi

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup


(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.

Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi
hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain
dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang
terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi
setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik
maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.

Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui


aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu
organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada
organisme tersebut.

Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa genetika tersebut menyebabkan


"lahirnya organisme baru" produk bioteknologi dengan sifat - sifat yang menguntungkan
bagi manusia. Produk bioteknologi, antara lain:

1. Jagung resisten hama serangga


2. Kapas resisten hama serangga
3. Pepaya resisten virus
4. Enzim pemacu produksi susu pada sapi
5. Padi mengandung vitamin A
6. Pisang mengandung vaksin hepatitis
2.1.Sejarah perkembangan bioteknologi

Berikut ini adalah sejarah perkembangan bioteknologi:

2.1.1 8000 SM Pengumpulan benih untuk ditanam kembali. Bukti bahwa


bangsa Babilonia, Mesir,dan Romawi melakukan raktikpengembangbiakan
selektif (seleksi artifisal) untuk meningkatkan kualitas ternak.
2.1.2 6000 SM Pembuatan bir, fermentasi anggur, membuat roti, membuat tempe
dengan bantuan ragi.
2.1.3 4000 SM Bangsa Tionghoa membuat yogurt dan keju dengan bakteri asam
laktat.
2.1.4 1500 Pengumpulan tumbuhan di seluruh dunia.
2.1.5 1665 Penemuan sel oleh Robert Hooke(Inggris) melalui mikroskop
2.1.6 1800 Nikolai I. Vavilov menciptakan penelitian komprehensif tentang
pengembangbiakan hewan.
2.1.7 1880 Mikroorganisme ditemukan.
2.1.8 1856 Gregor Mendel mengawali genetika tumbuhan rekombinasi
2.1.9 1865 Gregor Mendel menemukan hukum hukum dalam penyampaian sifat
induk ke turunannya.
2.1.10 1919 Karl Ereky, insinyur Hongaria, pertama menggunakan kata
bioteknologi.
2.1.11 1970 Peneliti di AS berhasil menemukan enzim pembatas yang digunakan
untuk memotong gen gen.
2.1.12 1975 Metode produksi antibodi monoklonal dikembangkan oleh Kohler dan
Milstein.
2.1.13 1978 Para peneliti di AS berhasil membuat insulin dengan menggunakan
bakteri yang terdapat pada usus besar.
2.1.14 1980 Bioteknologi modern dicirikan oleh teknologi DNA rekombinan.
Model prokariot-nya, E. coli, digunakan untuk memproduksi insulin dan
obat lain, dalam bentuk manusia. Sekitar 5% pengidap diabetes alergi
terhadap insulin hewan yang sebelumnya tersedia).
2.1.15 1992 FDA menyetujui makanan GM pertama dari Calgene: tomat "flavor
saver" (Flavr Savr).
2.1.16 2003 Perampungan Human Genome Project
2.2.Jenis-jenis bioteknologi

Bioteknologi memiliki beberapa jenis atau cabang ilmu yang beberapa diantaranya
diasosikan dengan warna, yaitu:

1. Bioteknologi merah (red biotechnology) adalah cabang ilmu bioteknologi yang


mempelajari aplikasi bioteknologi di bidang medis.Cakupannya meliputi seluruh
spektrum pengobatan manusia, mulai dari tahap preventif, diagnosis, dan
pengobatan. Contoh penerapannya adalah pemanfaatan organisme untuk
menghasilkan obat dan vaksin, penggunaan sel induk untuk pengobatan regeneratif,
serta terapi gen untuk mengobati penyakit genetik dengan cara menyisipkan atau
menggantikan gen abnomal dengan gen yang normal.
2. Bioteknologi putih/abu-abu (white/gray biotechnology) adalah bioteknologi yang
diaplikasikan dalam industri seperti pengembangan dan produksi senyawa baru serta
pembuatan sumber energi terbarukan. Dengan memanipulasi mikroorganisme
seperti bakteri dankhamir atau ragi, enzim-enzim dan organisme-organisme yang
lebih baik telah tercipta untuk memudahkan proses produksi dan pengolahan limbah
industri. Pelindian (bleaching) minyak dan mineral dari tanah untuk meningkakan
efisiensi pertambangan, dan pembuatan bir dengan khamir.
3. Bioteknologi hijau (green biotechnology) mempelajari aplikasi bioteknologi di
bidang pertanian dan peternakan. Di bidang pertanian, bioteknologi telah berperan
dalam menghasilkan tanaman tahan hama, bahan pangan dengan kandungan gizi
lebih tinggi dan tanaman yang menghasilkan obat atau senyawa yang bermanfaat.
Sementara itu, di bidang peternakan, binatang-binatang telah digunakan sebagai
"bioreaktor" untuk menghasilkan produk penting contohnya kambing, sapi, domba,
dan ayam telah digunakan sebagai penghasil antibodi-protein protektif yang
membantu sel tubuh mengenali dan melawan senyawa asing (antigen).
4. Bioteknologi biru (blue biotechnology) disebut juga bioteknologi akuatik atau
perairan yang mengendalikan proses-proses yang terjadi di lingkungan
akuatik. Salah satu contoh yang paling tua adalah akuakultura, menumbuhkan ikan
bersirip atau kerang-kerangan dalam kondisi terkontrol sebagai sumber makanan,
(diperkirakan 30% ikan yang dikonsumsi di seluruh dunia dihasilkan oleh
akuakultura). Perkembangan bioteknologi akuatik termasuk rekayasa genetika
untuk menghasilkan tiram tahan penyakit dan vaksin untuk melawan virus yang
menyerang salmon dan ikan yang lain. Contoh lainnya adalah salmon transgenik
yang memiliki hormon pertumbuhan secara berlebihan sehingga menghasilkan
tingkat pertumbuhan sangat tinggi dalam waktu singkat.

3. EM4 (Effective Microorgasims-4)


EM-4 pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus.
Jepang. Dalam EM 4 ini terdapat sekitar 80 genus microorganisme fermentor.
Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan
bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu:
1. Bakteri fotosintetik
2. Lactobacillus sp
3. Streptomycetes sp
4. Ragi (yeast)
5. Actinomycetes

3.1.EM4 Pertanian

Produk EM4 Pertanian merupakan bakteri fermentasi bahan organik tanah untuk
menyuburkan tanaman dan menyehatkan tanah. Terbuat dari hasil seleksi alami
mikroorganisme fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang dikemas dalam medium
cair. EM4 Pertanian dalam kemasan berada dalam kondisi istirahat (dorman). Sewaktu
diinokulasikan dengan cara menyemprotkannya ke dalam bahan organik dan tanah atau
pada batang tanaman, EM4 Pertanian akan aktif dan memfermentasi bahan organik (sisa-
sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang, dll) yang terdapat dalam tanah. Hasil
fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa senyawa organik yang mudah diserap
langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula, alcohol, asam amino, protein,
karbohidrat, vitamin dan senyawa organik lainnya.
Pemberian bahan organik ke dalam tanah tanpa inokulasi EM4 Pertanian akan
menyebabkan pembusukan bahan organik yang terkadang akan menghasilkan unsur
anorganik sehingga akan menghasilkan panas dan gas beracun yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman.

3.1.1. Manfaat EM4 Pertanian


Dengan demikian, manfaat dari EM4 pertaian antaralain:
1. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi.
3. Memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat
(bokashi).
4. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
5. Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.

4. Penguasaan Konsep
4.1.Pengertian konsep

Konsep adalah kategori yang diberikan pada stimulus –stimulus lingkungan oleh
karena itu dalam pengkonsepan selalu ada kejadian (sebagai stimulus) dalam penyajian
verbal, yang sering disebut dengan gambaran mental, dengan ini pengkonsepan adalah
hal yang tidak mudah (Sutarto, 2005:327).

Dangan demikian dapat dipahami bahwa biologi adalah ilmu yang tidak dapat
dianggap mudah dan untuk mempermudah penguasaannya perlu berpijak pada cara
bagaimana mempermudah dalam menguasai konsep-konsep yang ada.

Carin mengemukakan bahwa konsep adalah gagasan yang digeneralisasikan dari


pengalaman-pengalaman tertentu yang relevan. Atas gagasan Bruner tentang belajar
konsep, joice mengemukakan bahwa focus dari belajar konsep adalah bagaimana subjek
secara bertahap memperoleh dan menggunakan informasi tentang suatu konsep melalui
pengkategorisasian (Categorizing), yaitu mengidentifikasi dan menempatkan objek-
objek atau kejadian-kejadian kedalam kelas-kelas berdasarkan kriteria tertentu
(Edogogia, 2004:1:1).

Berdasarkan aktivitas pengkategorisasian ini akan terjadi pembentukan konsep, dan


perolehan konsep.
Konsep adalah kategori pengalaman yang dirumuskan dalam bentuk ungkapan yang
berisi atribut dan label. Atribut adalah karakterisik pembeda yang dapat dipakai untuk
menentukan apakah sesuatu merupakan contoh bukan contoh suatu konsep (Trunip,
2000).

Kemampuan memberikan contoh yang memiliki semua ciri pembeda suatu konsep
disebut contoh positif, sedangkan yang tidak sesuai dengan ciri pembeda suatu konsep
dianggap salah. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa atribut adalah kata kunci dalam
pengertian suatu konsep.

Dalam pendidikan sains, konsep (pengetahuan dasar) adalah factor yang


mempengaruhi belajar, seperti yang dikatakan oleh Clipton dan Slowaczek bahwa
kemampuan seseorang untuk memahami dan mengingat informasi penting bergantung
pada apa yang mereka telah ketahui dan bagaimana pengetahuan tersebut diatur (Syah,
2004).

Dilihat dari pengertian tentang konsep, sebenarnya pengajaran IPA, pada tahap
tertentu merupakan tahap pembentukan, penarikan (generate) dan pengakumulasian
konsep. Kegiatan ini merupakan kegiatan intelek manusia. Kegiatan ini diawali dari
pengamatan terhadap fakta atau apasaja yang dialami dimana hasil pengamatan diproses
dengan presepsi (perception), penalaran induktif (inductive reasoning) dan kepenemuan
(inventiveness) (Trunip, 2000)

Jadi dapat disimpulakan bahwa konsep adalah kategori pengalaman yang diawali
dari pengamantan terhadap fakta yang dirumuskan dalam bentuk ungkapan kemudian
diproses dengan presepsi, penalaran induktif dan kepenemuan.

4.2.Perolehan Konsep

(Ausbel dalam Zubaidah 2010:28) konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu
formasi konsep (formation concept) dan asimilasi konsep (concept assimilatin).
Formasi konsep terutama merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak-
anak masuk sekolah. Formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep
menurut gagne. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep-
konsep selama dan sesudah sekolah.

Formasi konsep merupakan konsep yang induktif. Pembentukan konsep melalui


pola contoh / aturan atau pola “eg-rule” (eg =example=contoh).
Pada aturan ini anak yang belajar dihadapkan pada sejumlah contoh-contoh dan
non contoh dari konsep tertentu. melalui proses diskriminasi dan abtraksi, ia
menetapkan suatu aturan yang menentukan kriteria untuk konsep itu.

Untuk memperoleh konsep-konsep melalui proses asimilasi, orang yang belajar


harus sudah memperoleh definisi formal dari konsep-konsep itu. Sesudah definisi dari
konsep disajikan, konsep itu dapat diilustrasikan dengan memberikan contoh-contoh
atau deskripsi-deskripsi verbal dari contoh-contoh. Ini biasanya disebut belajar konsep
sebagai aturan/contoh, atau “rule-eg” (Zubaidah 2010 : 29)

Walaupun kedua bentuk belajar konsep ini efektif, pembentukan konsep lebih
memakan waktu dari asimilasi konsep.

4.3.Analisis Konsep

Volker merekomendasikan analisis konsep yang dikembangkan oleh Klausmeir-


Frayer sebagai analisis konsep yang baik mengukur penguasaan konsep. Analisi yang
dilakukan Klausmeir-Frayer mengungkapkan bahwa konsep memiliki delapan dimensi
yang berbeda-beda, yaitu: (1) nama konsep, (2) atribut kriteria, (3) atribut tidak relevan,
(4) contoh konsep, (5) bukan contoh, (6) definisi konsep, (7) koordinat konsep, (8)
subordinat konsep (Turnip, 2000).

Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong


guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Untuk
melakukan analisis konsep, guru hendaknya memperhatikan hal-hal dibawah ini :

1. Nama konsep
Siswa dapat membentuk konsep-konsep tanpa memberi nama pada konsep-konsep itu,
terutama pada tingkat kongkret dan tingkat identitas.
2. Atribut-atribut kriteria dan variable konsep
Atribut-atribut kriteria dari suatu konsep adalah ciri-ciri konsep yang perlu
membedakan contoh-contoh dan noncontoh-contoh dan menentukan apakah suatu
subjek baru merupakan suatu contoh dari konsep.
Atribut-atribut variable konsep adalah ciri-ciri yang mungkin berbeda diantara contoh-
contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu. Guru-guru dapat
mengubah-ubah atribut-atribut ini dalam contoh-contoh yang digunakan dalam
mengajar.
3. Definisi konsep
Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep dapat digunakan dalam
suatu kriteria bahwa siswa telah belajar konsep itu.
4. Contoh-contoh dan noncontoh-contoh
Dengan membuat daftar dari atribut-atribut dari suatu konsep pengembangan konsep-
konsep dan nonkonsep-konsep dapat diperlancar
5. Hubungan konsep pada konsep-konsep lain
Untuk sebagian besar konsep-konsep itu, kita dapat mengembangkan suatu hirarki dari
konsep-konsep yang berhubungan yang memperhatikan bagaimana suatu konsep
terkait pada konsep-konsep lain.

a. Tingkat-tingkat pencapaian konsep

Klausmeier seperti dikutip (Sutarto. 2005) menghipotesiskan, bahwa ada empat


tingkat pencapaian konsep, yaitu:

1. Tingkat kongkret. Seseorang telah mencapai konsep pada tingkat konkret,


apabila orang itu telah mengenal benda yang telah dihadapi sebelumnya.
Untuk mencapai konsep tingkat konkret, siswa harus dapat memperhatikan
benda itu, dan dapat membedakan benda itu dari stimulus-stumulus yang ada
di lingkungannya. Selanjutnya ia harus menyajikan benda itu sebagai suatu
gambaran mental, dan menyimpan gambaran mental itu.
2. Tingkat identitas. Pada tingkat ini individu telah dapat merespon rangsangan
baru berdasarkan konsep-konsep rangsangan sejenis yang telah dikenal
sebelumnya.
3. Tingkat klasifikatoris. Pada tingkat ini individu akan tampak lebih mengenal
kesetaraan dua atau lebih rangsangan berbeda dari kelas yang sama,
walaupun pada saat ini belum dapat menentukan kriteria atribut atau
menemukan nama konsep rangsangan tersebut.
4. Tingkat formal. Pada tingkat ini individu sudah memiliki kemampuan untuk
menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep suatu rangsangan,
dengan demikian pada tingkat ini mereka mampu mengkonsep,
mendeskriminasi, memberi nama atribut-atribut dan mengevaluasi
rangsangan (Sutarto, 2006).
Klausmeier menerapkan tingkatan tingkatan ini hanya pada konsep-konsep
yang mempunyai lebih dari satu contoh, yang mempunyai contoh-contoh yang dapat
diamamati, atau wakil-wakil dari contoh-contoh, dan konsep-konsep lain yang
mungkin mempunyai hanya sebagian dari kualitas-kualitas ini, jadi mungkin konsep-
konsep itu mengikuti pola pencapaian yang berbeda. Tetapi konsep yang diajarkan
disekolah pada umumnya memenuhi syarat yang dikemukakan oleh Klausmeier.

b. Penguasaan konsep

Menurut definisi konseptual, penguasaan konsep adalah kemampuan guru


untuk mengatasi konsep-konsep dasar pada ranah kongnitif sesuai dengan klasifikasi
Bloom, yaitu:

1. Tingkat pengetahuan (Knowledge)


Pada level ini menuntut siswa untuk mengingat kembali (recall) informasi yang telah
diterima sebelumnya.
2. Tingkat pemahaman (comprehension)
Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
3. Tingkat penerapan (application)
Kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari
kedalam situasi yang baru, serta memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Tingkat analisis (analysis)
Kemampuan untuk mengidentifikasikan, memisahkan dan membedakan komponen-
komponen/ elemen, suatu fakta, konsep, pendapat asumsi, hipotesis/kesimpulan, dan
memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.
5. Tingkat sistetis (synthetis)
Kemampuan seseorang dalam meningkatkan dan menyatukan berbagai elemen dan
unsur pengetahuan yang ada segingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi (evaluation)
Mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu
gagasan, metode, produk dengan menggunakan kriteria tertentu (Yamin, 2005)

Definisi operasional penguasaan konsep adalah yang diukur melalui penguasaan


kurikulum konsep sesuai tingkatannya.
Penguasaan konsep merupakan penguasaan terhadap abstraksi yang memiliki
suatu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan yang mempunyai atribut yang
sama. Menurut piaget pertumbuhan intelektual manusia terjadi karena adanya prosese
kontinu yang menunjukan equilibrium, sehingga akan tercapai tingkat pengembangan
intelektual yang lebih tinggi.

Jadi penguasaan konsep meliputi keseluruhan suatu materi karena satu dengan
lainnya saling berhubungan.

B. Kerangka Berpikir
Dalam suatu proses pembelajaran, hal yang paling penting ditanamkan adalah
keberhasilan dari setiap siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Agar pembelajaran
bisa berhasil maka guru harus membimbing siswa, sehingga mereka dapat
mengembangkan pengetahuan yang sesuai dengan struktur pengetahuan dalam studi
yang dipelajarinya. Untuk mencapai suatu keberhasilan, maka guru perlu memilih
strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat diterapkan dalam pemberitahuan.
Untuk mengetahui penguasaan konsep siswa, ada banyak cara yang bisa
diterapkan, salah satunya adalah dengan mengkreasikan dan mengaplikasikan teknologi
akrab lingkungan pengolahan sampah organik. Penelitian ini adalah deskriptif untuk
melihat penguasaan konsep siswa. Kelas tersebut akan menggunakan pre-experimental
design model one-shoot case study, dimana kelas akan menerima materi, melakukan
praktikum pengolahan sampah organik, dan kemudian untuk mendapatkan penguasaan
konsep, kelas akan diberikan post test, mengisi LKS dan membuat laporan kelompok.

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, diharapkan agar dengan adanya aplikasi


teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik dapat meningkatkan penguasaan
konsep bioteknologi siswa.

C. Hipotesis

H0 : Dengan cara pengaplikasian teknolongi akrab lingkungan pengolahan sampah

organik tidak dapat menjadi pupuk organik.

H1 : Dengan cara pengaplikasian teknolongi akrab lingkungan pengolahan sampah

organik dapat menjadi pupuk organik.


H0 : Dengan menggunakan pengaplikasian teknolongi akrab lingkungan pengolahan

sampah organik tidak dapat menjadi sumber belajar dalam meningkatkan

penguasaan konsep bioteknologi.

H1 :Dengan menggunakan pengaplikasian teknolongi akrab lingkungan pengolahan


sampah organik dapat menjadi sumber belajar dalam meningkatkan penguasaan
konsep bioteknologi.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Advent Tompaso kelas XII IPA A. Waktu
penelitan dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016, tepatnya pada
bulan November 2015 s.d Juni 2016.

Tabel 3.1 waktu pelaksanaan penelitian

Bulan Pelaksanaan penelitian


November 2015 Pembuatan proposal penelitan
Januari 2016 Pelaksanaan studi pendahuluan
Februari 2016 Pengumpulan data
Februari 2016 Pembuatan instrument penelitan
Februari 2016 Pembuatan produk
Februari 2016 Validasi pakar materi dan media
Maret 2016 Pemberian angket guru dan wawancara
Serta Analisis data
April 2016 Penulisan laporan

B. Subjek penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Advent Tompaso.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Advent Tompaso, yang
terdiri atas dua kelas, dan masing-masing kelas tediri 22 siswa. Uji coba produk
diterapkan pada yaitu mengambil satu kelas dari dua kelas yang tersebut.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik
purposive sample. Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini sebanyak satu
kelas dengan jumlah keseluruhan 22 siswa. Pengambilan sampel oleh guru biologi
yang bersangkutan serta pertimbangan efisien waktu oleh peneliti. Sampel dipilih
langsung oleh guru mata pelajaran biologi atas dasar rata-rata hasil belajar dan
kemampuan siswa.
C. Rancangan penelitan
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif. Dimana data yang
dihasilkan dari angket dianalisis menggunakan teknik deskriptif untuk melihat
kencenderungan-kecenderungan yang terjadi.
D. Prosedur penelitan
4.1.Persiapan penelitan
a. Observasi awal alat bantu pembelajaran yang telah digunakan.
b. Perijinan tempat penelitian
c. Persiapan instrumen penelitian (Bahan ajar, RPP, LKS)
a. Pelaksanaan penelitian
Tabel 3.2. prosedur pelaksanaan penelitian

a. Potensi Masalah
bioteknologi merupakan topik yang relaitf sulit karena untuk mendapatkan
pemahaman yang baik diperlukan pemahaman terhadap ilmu-ilmu dasar yang
banyak bersifat abstrak. Karakter ini menyebabkan bioteknologi merupakan
materi yang dianggap sulit baik oleh guru maupun siswa. Selama ini kebanyakan
guru membelajarkan topik bioteknologi hanya dengan metoda ceramah atau
penugasan membaca dan merangkum suatu bahan bacaan terkait dengan materi
tersebut (Rustaman,2007).
Penelitian terakhir menunjukan bahwa guru-guru sains mengenali adanya
kebutuhan untuk mengajarkan bioteknologi, tetapi masih sedikit yang
terlaksana. Faktor-faktor yang membatasi pengajaran bioteknologi meliputi :
kurangnya keahlian guru dalam konten bidang ini, kurangnya pengalaman dalam
kecocokan aktivitas mengajar; kurangnya sumber dan materi kurikulum dan
kurangnya waktu mengajar (Dawson & Schibeci,2003).
b. Pengumpulan data
Hasil observasi yang di peroleh dalam tahap ini kemudian dikumpulkan
dan disusun menjadi data awal dari masalah yang ada dan nantinya akan tindak
lanjuti untuk dipecahkan. Data ini juga merupakan data awal untuk merancang
bahan ajar, RPP dan LKS yang akan dibuat. Data yang dikumpulkan adalah
tentang perangkat Pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran, kebutuhan
akan media pembelajaran, dan analisis kekurangan media pembelajaran yang
digunakan serta nantinya dijadikan bahan kajian dalam pengembangan. Tahap
ini juga mengumpulkan data-data atau informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk perencanaan produk yang akan dikembangkan untuk mengatasi
masalah yang ada.
c. Perancangan bahan ajar, RPP dan LKS
Pembelajaran yang cocok untuk mengatasi masalah, kemudian disiapkan
setelah mengidentifikasi masalah. Tahap ini mulai menyusun produk aplikasi
teknologi akrab lingkungan untuk materi bioteknlologi yang meliputi pembuatan
bahan ajar, RPP dan LKS serta menyiapkan Post test.
d. Validasi oleh dosen ahli termasuk pendidikan
Produk divalidasi oleh dosen ahli termasuk pendidikan menggunakan angket
validasi aplikasi teknologi akrab lingkungan dalam penguasaan konsep
bioteknologi. Dosen ahli termasuk pendidkan dalam penelitian ini yaitu :
1. Prof. Dr. Arrijani, M.Si,
2. Prof. Dr. R. A. Mege, Ms,
3. Dr. J. Ngangi, Ms,
4. Dr. J.A Rungkat, M.Pd
5. Dr. H. D. Rompas, M.Si
6. Drs. V.A. Rampengan, M.Si
7. Dra V. Mawitjere, M.Si
8. Ernest H. Sakul, S.Pd, M.Si
yang merupakan dosen Jurusan Biologi FMIPA UNIMA.
e. Revisi Produk
Tahap selanjutnya adalah tahap revisi produk. Jika dari validasi dosen ahli
maupun guru tersebut masih ada beberapa hal yang perlu di perbaiki, maka
dalam tahap ini dilakukan perbaikan produk oleh peneliti, sehingga dapat
menjadi produk yang sempurna.
f. hasil akhir
Aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik dalam
penguasaan konsep bioteknologi yang dinyatakan layak dan efektif, dapat
diterapkan untuk digunakan dalam pembelajaran. Bahan ajar, RPP dan LKS
tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar mata pelajaran
bioteknologi.
g. Penyusunan laporan penelitian
Tahap akhir dari penelitian yaitu penulisan laporan hasil dari penelitian
yang telah dilakukan.

E. Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data meliputi target, metode, instrument, dan subjek penelitian
(Tabel).
Tabel 3.3 metode pengumpulan data
No Target Metode Instrumen Subjek Penelitian
1 Ketersediaan dan jenis Observasi Lembar Guru dan siswa
media pembelajaran observasi
2 Penilaian dosen ahli Angket Checklist Dosen ahli termasuk
termasuk pendidikan pendidikan
terhadap produk yang
didesain
3 Tanggapan siswa Angket Checklist Siswa
4 Tanggapan guru Wawancara Checklist Guru
dan angket
5 Penguasaan konsep dan Tes dan tugas Soal tes materi Siswa
hasil belajar siswa bioteknologi
dan Laporan
Praktikum

F. Teknik Analisis Data


1. Sumber belajar
Sumber belajar adalah suatu sistem atau perangkat materi yang sengaja
disiapkan atau diciptakan dengan maksud memungkinkan atau memberi kesempatan
siswa untuk belajar (Sudjana 1989). Suatu proses belajar mengajar dapat berhasil, jika
sumber belajar terpenuhi. Rohani (2004) menyatakan bahwa sumber belajar adalah
segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) yang
memungkinkan terjadinya proses belajar.
Suatu kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam usaha
pencapaian tujuan pendidikan, jika melibatkan komponen sumber belajar secara
terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan sangat besar
manfaatnya.
Menurut Simatupang (2006) manfaat sumber belajar, sebagai berikut:
3.1 Memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik
seperti karya wisata.
3.2 Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat
secara langsung dan konkret.
3.3 Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.
3.4 Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru; dapat membantu masalah
pendidikan seperti pengaturan ruang (lingkungan yang menarik dan simulasi).
3.5 Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan dirancang pemanfaatannya
secara tepat.
3.6 Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
Sumber belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber
belajar diorganisir melalui suatu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat
memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Dalam menentukan sumber belajar seorang
guru harus mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan kebutuhan siswa supaya
sumber belajar yang dipilih benar-benar efektif dan tepat sasaran.

2. Analisis data penilaian dosen ahli dan pendidikan


Analisis data angket mengenai tanggapan dosen ahli terkait kelayakan
teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik dalam penguasaan konsep
bioteknologi dilakukan dengan teknik deskriptif presentase. Skor yang diperoleh dari
seluruh aspek yang dinilai kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut.

3. Analisis penguasaan konsep siswa


Data penguasaan konsep siswa di analisis dengan cara deskriprif kuantitatif. Hasil
belajar siswa ini terdiri dari LKS, penugasan (laporan kelompok) dan post tes (tes
evaluasi) yang berupa soal pilihan ganda dan essay.
3.1 Menghitung nilai LKS dengan cara:
LKS = Σ x X 100
N
Keterangan :
LKS = Lembar Kerja Siswa
Σ x = jumlah skor yag diperoleh
N = jumlah skor maksimal

3.2 Menghitung nilai penugasan (Laporan Kelompok) pembuatan pupuk organik


dengan cara:
LK = Σ x X 100
N
Keterangan :
LK = Laporan Kelompok
Σ x = Jumlah skor yag diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
3.3 Menghitung nilai post test dengan cara:

PT = Σ x X 100
N
Keterangan :
PT = Post Test
Σ x = Jumlah skor yag diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
3.4 Data tanggapan siswa
Data tanggapan siswa diperoleh dari hasil angket yang dibagikan kepada siswa
untuk mengetahui siswa senang atau tidak dalam pembelajaran. Hasil angket
dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:
P = f x 100%
N
Keterangan :
f = frekuensi siswa yang menjawab “ya”
N = jumlah pertanyaan pada angket
P = angka persentase (Sudjiono 2003)
3.5 Data tanggapan guru
Data hasil wawancara tanggapan guru terhadap pembelajaran direkap kedalam
suatu tabel dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
Tabel 3.4 format Lembar rekapitulasi hasil wawancara guru
Pernyataan Tanggapan Guru
1. 1.
2. 2.
3. 3.

G. Target Penelitian
Target penelitian pengembangan tekonlogi akrab lingkungan pengolahan sampah
organic dalam penguasaan konsep bioteknologi adalah:
1. skor penilaian yang diberikan dosen ahli dan pendidikan dari produk
pembelajaran tekonlogi akrab lingkungan pengolahan sampah organil
dalam penguasaan konsep bioteknologi mendapat presentase ≥80%
dengan kriteria layak atau sangat layak,
2. hasil belajar siswa secara klasikal menunjukan ≥ 80% dari jumlah
siswa mampu mencapai nilai ≥ 80,
3. secara klasikal ≥ 81% tanggapan siswa terhadap penggunaan media
pembelajaran termasuk dalam kriteria baik dan sangat baik.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini disajikan dalam empat bagian, yaitu; (1) hasil analisis ketersediaan
dan jenis-jenis pembelajaran di SMA Advent Tompaso, (2) perancangan aplikasi teknologi
akrab lingungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi
siswa kelas XII SMA Advent Tompaso, (3) hasil analisis Aplikasi teknologi akrab lingkungan
pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa kelas XII SMA
Advent Tompaso yang layak atau valid untuk diimplementasikan, (4) hasil implementasi
siswa.

1. Analisis ketersediaan dan jenis-jenis pembelajaran bioteknologi kelas XII di SMA Advent
Tompaso
Hasil angket observasi yang diberikan kepada guru biologi SMA Advent Tompaso,
diketahui bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran materi
bioteknologi selama ini yaitu buku teks, majalah/koran, LKS, gambar, dan Power Point
(Lampiran 6). Hasil angket yang diberikan kepada guru mengenai media pembelajaran
yang digunakan tersebut didukung dengan hasil angket ketersediaan media
pembelajaran yang diberikan kepada siswa seperti pada table Tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 rekapitulasi angket ketersediaan media pembelajaran biologi pada materi
bioteknologi.
Kategori Jenis media pembelajaran Kesesuaian Ketersediaan
dengan materi
Media cetak Buku teks, majalah/koran, LKS Sesuai +
Media Visual Power Point, Gambar Sesuai +
dan Audio
Visual
praktikum Teknologi Akrab lingkungan - -
interaktif Pengolahan Sampah Organik
*hasil selengkapnya terdapat pada lampiran 6 Halaman 65
Keterangan:
+ = Tersedia - = Tidak Tersedia

Kategori media cetak, visual, audio visual sudah terwakili ketersediannya, namun pada
kategori produk pembelajaran interaktif belum tersedia. Variasi pembelajaran seperti
aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik belum digunakan,
khususnya pada pembelajaran bioteknologi. Hal tersebut menunjukan perlunya
pengembangan siswa. Hasil angket yang diberikan pada guru juga menunjukkan bahwa
guru biologi memberikan tanggapan yang positif mengenai perlunya variasi diantaranya
siswa (Lampiran 6 ). Perlunya proses praktikum pengolahan sampah organik juga didukung
oleh hasil angket siswa yang menunjukan bahwa siswa menyukai berbagai jenis media
khususnya media yang mengharuskan siswa untuk membuatnya sendiri. proses
pembelajaran yang disukai siswa pada materi bioteknologi berupa praktikum
(pengamatan), namun yang lebih disukai siswa yaitu praktikum bioteknologi yang kreatif.
Hasil tersebut ditunjukan dengan 95% siswa menyatakan menginginkan variasi pembelajaran
yang nantinya akan menggunakan aplikasi teknologi akrab lingkunan pengolahan sampah
organik yang adalah proses pembelajaran yang disukai (Lampiran 8 ).

2. Perancangan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap


penguasaan konsep bioteknologi siswa kelas XII
Berdasarkan hasil analisis angket ketersediaan media pembelajaran yang
diberikan pada guru (Lampiran 6 ) dan hasil analisis angket kebutuhan variasi
pembelajaran yang diberikan pada siswa (Lampiran 7 ) mengindikasikan diperlukannya
variasi pembelajaran. Salah satu prodak pembelajaran interaktif yang dapat diterapkan yaitu
aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan
konsep bioteknologi siswa. Produk yang dikembangkan dapat mengakomodasi berbagai
gaya belajar siswa, penyampaian materi pelajaran yang lebih cepat dan mudah, menarik
bagi siswa, serta pembelajaran lebih menyenangkan.
Produk pembelajaran dikembangkan dengan mengkreasikan Bahan ajar, RPP dan
Lembar kerja siswa (Lampiran 2,3 dan 4 ) dimana LKS tersebut terdiri dari; (1) tujuan
praktikum yang mudah dipahami siswa untuk pembuatan produk bioteknologi, mengetahui
ciri-ciri sampah organik, serta mengetahui cara dan pemanfaatan serta pengelolaan sampah
organik. (2) Alat dan bahan yang murah, mudah didapat, serta mudah untuk dibuat. (3)
langkah praktikum yang mudah karena pembuatan pupuk organik yang di pilih merupakan
teknik pembuatan yang sederhana namun efisien. (4) soal evaluatif untuk mengetahui dan
menguji penguasaan konsep siswa.
Komponen-komponen yang terdapat dalam teknologi akrab lingkungan pengolahan
sampah organik menggunakan proses praktikum yang mudah, murah, dan terjangkau.
Penggunaan komponen praktikum yang efisien membuat proses pembelajaran bioteknologi
lebih menarik. Kesulitan yang dialami yaitu dalam perumusan komposisi pupuk, karena
memakan waktu yang cukup banyak untuk mendapatkan formula yang mudah diterapkan
pada para siswa SMA.
Bahan ajar, RPP dan LKS dari aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah
organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa kelas XII SMA Advent Tompaso
kemudian divalidasi oleh dosen-dosen ahli. Produk pembelajaran aplikasi teknologi akrab
lingkungan terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa direvisi berdasarkan saran dari
pakar, kemudian diimplementasikan pada siswa. Dilakukan dalam pada 22 orang siswa kelas
XII IPA A SMA Advent Tompaso. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan produk yang
dikembangkan, kemudian mengumpulkan data tenggapan, laporan kelompok, dan post test.
Desain rancangan pembelajaran pre-experimental design model one-shot case study.

3. Validasi kelayakan menurut dosen ahli.

Bahan ajar,RPP dan LKS yang telah selesai dibuat, kemudian divalidasi oleh dosen ahli
yaitu dosen biologi dan pendidikan biologi menggunakan Skala Likert berupa angket validasi
teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep
bioteknologi siswa. Dosen ahli dalam penelitian ini yaitu:

9. Prof. Dr. Arrijani, M.Si,


10. Prof. Dr. R. A. Mege, Ms,
11. Dr. J. Ngangi, Ms,
12. Dr. J.A Rungkat, M.Pd
13. Dr. H. D. Rompas, M.Si
14. Drs. V.A. Rampengan, M.Si
15. Dra V. Mawitjere, M.Si
16. Ernest H. Sakul, S.Pd, M.Si
Yang merupakan dosen Jurusan Biologi FMIPA UNIMA. Angket validasi produk pembelajaran
yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu Bahan Ajar, RPP dan LKS.

Presentase hasil penilaian kelayakan dari dosen ahli untuk Aplikasi Teknologi Akrab
Lingkungan Pengolahan Sampah Organik Terhadap Penguasaan Konsep Bioteknologi Siswa
Kelas XII SMA Advent Tompaso termasuk kriteria sangat layak dengan presentase sebesar
90,3%.

Dibawah ini adalah rekapitulasi validasi hasil komponen bahan ajar yang diberikan
pada dosen ahli. Hasil ini menunjukan bahwa bahan ajar yang bibuat sangat layak untuk
diimplementasikan di sekolah.

Tabel 4.2 Penilaian kelayakan Bahan Ajar oleh ahli Produk dan materi.

No Komponen yang di nilai Nilai


Rata2 % Kriteria
1. Kelengkapan cakupan rumus Bahan ajar 3.5 87,5 Sangat layak
2. Kesesuaian Bahan ajar dengan Standar Kompetensi 3,67 91,6 Sangat layak
3. Kesesuaian Bahan ajar dengan Kompetensi Dasar 3,67 91,6 Sangat layak
4. Kesesuaian Bahan ajar dengan indikator dan tujuan 3,67 91,6 Sangat layak
pembelajaran
5. Kesesuaian bahan ajar dengan karakter peserta 3,33 83,3 Sangat layak
didik
6. Ketentuan dan sistematika materi dalam mencapai 3,5 87,5 Sangat layak
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
dan tujuan pembelajaran
7. Kesesuaian bahan ajar dengan alokasi waktu 3,5 87,5 Sangat layak
8. Kesesuaian bahan ajar dengan penguasaan konsep 3,33 83,3 Sangat layak
bioteknologi
9. Penulisan bahasa dalam bahan ajar 3,67 91,6 Sangat layak
10. Kesesuaian bahan ajar dengan RPP 3,67 91,6 Sangat layak
11. Kesesuaian bahan ajar dengan LKS 3,5 87,5 Sangat layak
12 Kesesuaian bahan ajar dalam model pembelajaran 3,67 91,6 Sangat layak
pengamatan kelompok dengan pendekatan
teknologi akrab lingkungan dapat mencapai SK,KD,
indikator dan tujuan pembelajaran
13. Kesesuaian bahan ajar model pembelajaran 3,67 91,6 Sangat layak
investigasi pengamatan kelompok dengan
pendekatan teknologi akrab lingkungan dapat
mencapai penguasaan konsep boteknologi siswa
14 Kesesuaian bahan ajar model pembelajaran 3,67 91,6 Sangat layak
investigasi pengamatan kelompok dengan
pendekatan teknologi akrab lingkungan dapat
mencapai alokasi waktu yang di tentukan
15 Σ 50,02 89,32 Sangat Layak
Berdasarkan rekapitulasi validasi komponen bahan ajar dari hasil penilaian dosen ahli
termasuk dosen pendidikan di atas maka total keseluruhan yang diperoleh dinyatakan layak
sehingga bahan ajar ini bisa diimplementasikan sebagai sumber belajar pada materi
bioteknologi di kelas XII dengan presentase sebesar 89,32%.

Dibawah ini adalah rekapitulasi validasi hasil komponen RPP yang diberikan pada
dosen ahli. Hasil ini menunjukan bahwa RPP yang bibuat sangat layak untuk
diimplementasikan di sekolah.

Tabel 4.3 Penilaian kelayakan RPP oleh ahli produk dan materi.

No Komponen yang di nilai Nilai


Rata2 % kriteria
1. Kelengkapan cakupan rumusan RPP 3,67 91,6 Sangat layak
2. Kesesuaian RPP dengan Standar Kompetensi 3,67 91,6 Sangat layak
3. Kesesuaian RPP dengan Kompetensi Dasar 3,67 91,6 Sangat layak
4. Kesesuaian RPP dengan Indikator dan Tujuan 3,67 91,6 Sangat layak
Pembelajaran
5. Kesesuaian RPP dengan karakteristik peserta didik 3,67 91,6 Sangat layak
6. Keruntutan RPP dalam mencapai SK,KD, Indikator 3,5 87,5 Sangat layak
dan Tujuan pembelajaran
7. Kesesuaian RPP dengan alokasi waktu 3,5 87,5 Sangat layak
8. Kesesuaian RPP dengan LKS 3,5 87,5 Sangat layak
9. Kesesuaian RPP dengan bajan ajar 3,33 83,3 Sangat layak
10. Kesesuaian RPP dalam model pembelajaran 3,67 91,6 Sangat layak
pengamatan kelompok dengan pendekatan
teknologi akrab lingkungan dapat mencapai SK,KD,
Indikator dan Tujuan Pembelajaran
11. Kesesuaian RPP model pembelajaran pengamatan 3,67 91,6 Sangat layak
kelompok dengan pendekatan teknologi akrab
lingkungan dapat mencapai penguasaan konsep
siswa
12 Kesesuaian RPP model pembelajaran pengamatan 3,67 91,6 Sangat layak
kelompok dengan pendekatan teknologi akrab
lingkungan dapat mencapai alokasi waktu yang
ditentukan
13 Σ 43,19 90 Sangat layak

Berdasarkan rekapitulasi validasi komponen RPP dari hasil penilaian dosen ahli
termasuk dosen pendidikan di atas maka total keseluruhan yang diperoleh dinyatakan layak
sehingga RPP ini bisa diimplementasikan sebagai sumber belajar pada materi bioteknologi di
kelas XII dengan presentase sebesar 90%.
Dibawah ini adalah rekapitulasi validasi hasil komponen bahan ajar yang diberikan
pada dosen ahli. Hasil ini menunjukan bahwa bahan ajar yang bibuat sangat layak untuk
diimplementasikan di sekolah.

Tabel 4.4 Penilaian kelayakan LKS oleh ahli produk dan materi

No Komponen yang di nilai Nilai


Rata2 % kriteria
1. Kelengkapan cakupan rumusan LKS 3,5 87,5 Sangat layak
2. Kesesuaian LKS dengan Standar Kompetensi 3,67 91,6 Sangat layak
3. Kesesuaian LKS dengan Kompetensi Dasar 3,83 95,7 Sangat layak
4. Kesesuaian LKS dengan Indikator dan Tujuan 3,67 91,6 Sangat layak
Pembelajaran
5. Kesesuaian LKS dengan karakteristik peserta didik 3,83 95,7 Sangat layak
6. Keruntutan LKS dalam mencapai SK,KD, Indikator 3,83 95,7 Sangat layak
dan Tujuan pembelajaran
7. Kesesuaian LKS dengan alokasi waktu 3,33 83,3 Sangat layak
8. Kesesuaian LKS dengan RPP 3,5 87,5 Sangat layak
9. Kesesuaian LKS dengan bajan ajar 3,83 95,7 Sangat layak
10. Kesesuaian LKS dalam model pembelajaran 3,83 95,7 Sangat layak
pengamatan kelompok dengan pendekatan
teknologi akrab lingkungan dapat mencapai
SK,KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
11. Kesesuaian LKS model pembelajaran pengamatan 3,67 91,6 Sangat layak
kelompok dengan pendekatan teknologi akrab
lingkungan dapat mencapai penguasaan konsep
siswa
12 Kesesuaian LKS model pembelajaran pengamatan 3,67 91,6 Sangat layak
kelompok dengan pendekatan teknologi akrab
lingkungan dapat mencapai alokasi waktu yang
ditentukan
13 Σ 44.16 92 Sangat Layak

Berdasarkan rekapitulasi validasi komponen LKS dari hasil penilaian dosen ahli
termasuk dosen pendidikan di atas maka total keseluruhan yang diperoleh dinyatakan layak
sehingga LKS ini bisa diimplementasikan sebagai sumber belajar pada materi bioteknologi di
kelas XII dengan presentase sebesar 92%.

Revisi dilaksanakan berdasarkan rekomendasi dan saran yang diberikan dosen


ahli termasuk dosen pendidikan. Berikut merupakan revisi yang dilakukan terhadap
cakupan bahan ajar, RPP dan LKS berdasarkan saran dosen ahli termasuk dosen pendidikan
yang dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 revisi pada produk pembelajaran
No Sebelum Sesudah
1. Tata Bahasa yang buruk Tata Bahasa sudah baik
2. Terdiri dari SK,KD yang kurang sesuai Terdiri dari SK, KD dan Tujuan
Pembelajaran yang sesuai
3. Materi dalam Bahan ajar kurang Materi dirujuk dari sumber yang
relevan relevan
4. Penjelasan Pada LKS belum jelas Penjelasan pada LKS sudah jelas
*data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 14 Halaman 94.
4. Hasil Implementasi Penelitian dalam proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 24 maret 2016 terhadap 22 orang siswa
kelas XII IPA A maka diperoleh penguasaan konsep siswa dengan menggunakan aplikasi
teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep siswa
kelas XII dengan penilaian berupa LKS, Laporan kelompok dan Soal evaluasi post test.

4.1. Penilaian menggunakan LKS, Laporan Kelompok, dan Post test

Pencapaian penguasaan konsep siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar diperoleh
dari rata-rata LKS, Laporan Kelompok dan Post test. Presentase ketuntasan belajar siswa
secara klasikal dengan KKM ≥ 80 yaitu 95,25 % (Tabel 4.6). Persentase ketuntasan belajar
siswa secara klasikal sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu ≥ 80% dari jumlah siswa mampu mencapai nilai ≥80.

Tabel 4.6 Hasil belajar siswa kelas XII IPA A

No Variasi Kelas XII IPA A


1 Nilai tertinggi 95
2 Nilai terendah 75
3 Nilai rata-rata 83
4 Jumlah siswa secara keseluruhan 22
5 Jumlah siswa yang mencapai KKM (≥ 80) 21
6 Ketuntasan Klasikal (KKM ≥80) 95,25 %
*Data selangkapnya dapat dilihat di Lampiran 15 Halaman 97

4.2. Tanggapan Siswa


Data Tanggapan siswa mengenai pembelajaran ini diperoleh dengan menggunakan
angket tertutup dengan pilihan “Ya” dan “Tidak”. Siswa juga diminta memberikan saran dan
kritik berkaitan dengan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik
terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa selain mengisi jawaban lembar angket.
Prensentase tanggapan siswa secara klasikal yaitu merupakan tingkat tanggapan baik dan
sangat baik. Persentase tanggapan siswa secara klasikal terhadap media pembelajaran
menunjukan tanggapan yang positif dengan persentase 100% (Tabel 4.7).

Tabel 4.7. rekapitulasi tanggapan siswa


NO ASPEK YANG DIUKUR JUMLAH % KRITERIA
1 Apakah proses pemebelajaran bioteknologi menjadi 22 100 Sangat baik
lebih dipahami setelah melaksanakan aplikasi produk
EM4?
2 Apakah langkah praktikum mudah untuk dijalankan? 22 100 Sangat baik
3 Apakah petunjuk di LKS dapat dengan mudah 22 100 Sangat baik
dimengerti?
4 Apakah aplikasi produk EM4 membuat anda tertantang 22 100 Sangat baik
dan bersemangat dalam belajar?
5 Apakah aplikasi produk EM4 menarik motivasi untuk 21 95 Sangat baik
mempelajari bioteknologi lebih dalam?
6 Menurut anda. Apakah pembelajaran menggunakan 22 100 Sangat baik
aplikasi produk EM4 ini menyenangkan dan tidak
membosankan?
7 Apakah penggunaan aplikasi produk EM4 dalam 18 82 Sangat baik
pembelajaran dapat mempermudah anda untuk
mengingat dan memahami materi bioteknologi?
8 Apakah aplikasi produk EM4 seperti ini dapat diterapkan 17 77 Baik
untuk materi biologi yang lain?
9 Apakah waktu dalam pembuatan produk EM4 singkat? 18 82 Sangat baik
10 Apakah anda ingin agar aplikasi produk EM4 dapat terus 22 100 Baik
digunakan dalam pembelajaran bioteknologi?
Presentase tanggapan siswa secara klasikal (%) 100
*data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 18 Halaman 102.

Keterangan:

0 - 19,99% = Sangat tidak baik

20 - 39,99% = Tidak baik

40 - 59,99% = Kurang baik

60 - 79,99% = Baik

80 - 100% = Sangat Baik


Saran perbaikan untuk produk pembelajaran tidak ada, meskipun demikian siswa
memberikan masukan agar produk pembelajaran yang dikembangkan juga dapat diterapkan
pada mata pelajaran lain selain biologi dan ada penambahan variasi komposisi pupuk.
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan siswa
memberikan tanggapan positif terhadap aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan
sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa dengan persentase secara
klasikal 100%. Persentase tanggapan siswa ini sudah memenuhi indikator keberhasilan yang
ingin dicapai dalam penelitian

ini yaitu ≥81% tanggapan siswa terhadap produk pembelajaran tinggi yaitu dalam
kategori baik dan sangat baik.

8.3. Tanggapan Guru


Hasil analisis tanggapan guru mengenai aplikasi teknologi akrab lingkungan
pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa kelas XII SMA
Advent Tompaso menunjukan tanggapan positif dengan penilaian sebesar 100% dengan kriteria
“sangat baik” (Tabel 4.8).
Tabel 4.8. Tanggapan guru terhadap Aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah
organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa
NO PERTANYAAN YA
1 Apakah produk pembelajaran yang di buat sesuai dengan Bapak/Ibu √
harapkan?
2 Apakah langkah-langkah praktikum di LKS mudah dipahami? √
3 Apakah produk pembelajaran yang di buat bersifat interaktif dalam √
membantu penguasaan konsep materi yang digunakan?
4 Apakah durasi pembuatan praktikum singkat? √
5 Apakah menurut Bapak/Ibu produk pembelajaran yang di buat dapat √
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar?
6 Apakah produk pembelajaran ini mudah untuk dibuat? √
7 Apakah aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik √
tergolong sebagai media pembelajaran praktikum yang menarik, kreatif dan
efisien untuk digunakan sebagai media pembelajaran?
8 Menurut Bapak/Ibu apakah aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan √
sampah organik dapat membantu mempermudah penguasaan konsep materi
bioteknologi?
9 Apakah menurut Bapak/Ibu produk EM4 ini dapat dipelajari dan digunakan √
secara mandiri oleh siswa?
10 Apakah pokok materi bioteknologi yang terdapat dalam produk pembelajaran √
yang dibuat sesuai dengan SK dan KD yang terdapat dalam KTSP?
11 Apakah menurut Bapak/Ibu system pembelajaran ini efektif sebagai salah √
satu media pembelajaran?
12 Apakah proses pembuatan produk EM4 dalam praktikum bioteknologi dapat √
membantu siswa lebih tertarik untuk belajar?
13 Apakah Bapak/Ibu setuju jika produk pembelajaran berbasis teknologi akrab √
lingkungan ini dapat diterapkan pada materi biologi yang lain?
14 Apakah produk yang dibuat peneliti layak sebagai alat bantu pembelajaran? √
Presentase 100%
*data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 16 Halaman 100

B. PEMBAHASAN
1. Ketersediaan dan jenis-jenis pembelajaran bioteknologi kelas XII di SMA Advent Tompaso

Hasil angket yang diberikan pada guru biologi dan siswa SMA Advent Tompaso
(Lampiran 6 dan 8) menunjukan bahwa proses pembelajaran yang selama ini digunakan
dalam pembelajaran materi bioteknologi yaitu buku paket, modul, LKS, dan gambar.
Ketersediaan media cetak,visual dan praktikum sudah terwakili, namun ketersediaaan
pembelajaran praktikum yang mengharuskan siswa untuk lebih interaktif masih sangat terbatas
(Tabel 4.1).

Penyebab keterbatasan metode pembelajaran interaktif berdasarkan hasil observasi


menunjukan kurangnya informasi dan kemampuan guru dalam membuat kreasi
pembelajaran yang cocok, sehingga guru enggan untuk membuat kreasi dalam pembelajaran
tersebut. Penyebab lain yaitu lamanya waktu dalam menyusun suatu kreasi pembelajaran
juga menjadi pertimbangan guru mengingat banyaknya materi yang harus diajarkan guru,
sehingga guru kurang mengeksplorasi dan berkreasi dalam membuat variasi pembelajaran
yang beragam untuk masing-masing materi.
Siswa memiliki karakteristik belajar yang berbeda-beda, ada yang menyukai gaya
belajar visual, audio, maupun kinestetik. Hasil angket menunjukan proses pembelajaran
yang disukai siswa pada materi bioteknologi berupa proses pengamatan kisestetik. Hasil
tersebut ditunjukan dengan 95% siswa menyatakan perlunya diadakan variasi pembelajaran
bioteknologi (Lampiran 18 ). Salah satu penyebabnya yaitu karena mempelajari bioteknologi
sangat membutuhkan proses pengamatan langsung agar penguasaan konsep siswa dapat
dioptimalkan. Kurangnya variasi pembelajaran juga menjadi salah satu penyebabnya. Setiap
siswa memiliki sifat yang unik ditambah dengan pengalaman dan lingkungan yang
berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa
(Sadiman et al. 2010), sehingga untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya dengan
menggunakan teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik.

Aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasan


konsep bioteknologi siswa merupakan salah produk yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Produk yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, selain itu dapat
menyajikan materi pelajaran dengan lebih variatif.

2. Perancangan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap


penguasaan konsep bioteknologi siswa kelas XII

Berdasarkan hasil analisis angket ketersediaan pembelajaran yang diberikan pada


guru (Lampiran 6 ) dan hasil analisis angket kebutuhan variasi pembelajaran yang diberikan
pada siswa (Lampiran 8 ) mengindikasikan diperlukannya variasi pembelajaran praktikum
yang interktif dan komunikatif. Salah satu pembelajaran praktikum yang variatif yang dapat
dikembangkan yaitu teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap
penginkatan penguasaan konsep bioteknologi siswa. Pembelajaran yang bentuk ini dapat
mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa, penyampaian materi pelajaran yang lebih cepat
dan mudah, menarik bagi siswa, serta pembelajaran lebih menyenangkan, dikarenakan
penggunaan langkah-langkah pembuatan produk EM4 yang digunakan pada LKS merupakan
jenis produk murah, sederhana namun efisien.

Aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan


konsep biteknologi siswapun dibuat berbentuk paket pembelajaran yang terdiri dari Bahan ajar,
RPP dan LKS. Peneliti kemudian menggunakan bimbingan dan bantuan dari dosen ahli termasuk
pendidikan agar memvalidasi produk yang dihasilkan sehingga layak untuk diimplementasikan
pada pembelajaran di sekolah. Hasil validasi dari dosen ahlipun menunjukan angka yang baik
dengan rata-rata komponen bahan ajar, RPP, dan LKS dinilai sangat valid.

Dengan divalidasinya bahan ajar, RPP dan LKS, maka penelitian dilakukan. Pembelajaran
menggunakan teknologi akrab lingkungan untuk mengolah sampah organik menggunakan
produk EM4 diaplikasikan, kemudian mengumpulkan data tanggapan siswa dan guru, laporan
kelompok,dan post test untuk melihat sejauh mana penguasaan konsep bioteknologi siswa.

3. Validasi kelayakan menurut dosen ahli.


Validasi atau penilaian dilakukan oleh dosen ahli dan pendidikan dengan tujuan
untuk mengetahui kelayakan bahan ajar,RPP dan LKS berdasarkan pemikiran rasional, belum
berdasarkan fakta di lapangan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan angket penilaian
bahan ajar, RPP dan LKS. Penilaian bahan ajar, RPP dan LKS oleh dosen ahli dan pendidikan
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian, kekurangan ataupun kelebihan dari ketiga
komponen tersebut. Jika terjadi ketidaksesuaian, maka akan dilakukan perbaikan dengan
meninjau kembali bahan ajar, RPP dan LKS tersebut. Penilaian dosen ahli dan pendidikan
menunjukan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap
penguasaan konsep bioteknologi siswa sangat layak sebagai diaplikasikan di sekolah (Tabel 4.2,
4.3, dan Tabel 4.4).
Hasil penilaian dosen ahli dan pendidikan terhadap bahan ajar menunjukan persentase
penilaian sebesar 89,32% dengan kriteria sangat layak (Tabel 4.2), tetapi para dosen juga
memberikan saran penambahan materi, dan keserasian bahan ajar. Tujuan pembelajaran
dapat memberi arah kemana siswa akan pergi, bagaimana siswa harus ke sana dan bagaimana
siswa tahu bahwa telah sampai tujuan (Sadiman et al. 2010). Saran lain yang diberikan yaitu
sumber bahan ajar yang perlu diperbanyak agar lebih mendukung penelitian yang dilaksanakan.
Hasil penilaian dosen ahli dan pendidikan terhadap RPP menunjukan persentase
penilaian sebesar 90% dengan kriteria sangat layak (Tabel 4.3), dan juga para dosen
memberikan saran diantaranya kesesuaian KI, KD dan indikator, serta disinggung pula
kesesuaian RPP dengan kurikulum.
Hasil penilaian dosen ahli dan pendidikan terhadap LKSpun menunjukan persentase
penilaian sebesar 92% dengan kriteria sangat layak (Tabel 4.4). kritik dan saran dari dosen ahli
dan pendidikan terhadap LKS yang dibuat yaitu tentang tata Bahasa yang baik, agar nantinya
para peserta didik mampu dengan mudah untuk mengerti isi dari LKS.
Hasil akhir penilaian dosen ahli dan pendidikan, secara keseluruhan aplikasi teknologi
akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa
memenuhi kriteria layak, sehingga representatif untuk diaplikasikan pada siswa.
4. Implementasi Penelitian dalam proses Pembelajaran
Pembelajaran menggunakan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah
organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa terbukti efektif terhadap hasil belajar
siswa. Keefektifan tersebut terlihat dari hasil belajar siswa. KKM yang ditentukan dalam
penelitian ≥ 80, sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah sebesar ≥ 76. Peningkatan dari
nilai KKM dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran menggunakan
aplikasi teknologi akrab lingkungan terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa memiliki
pengaruh yang lebih. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan KKM ≥80 yang diperoleh
sebesar 95,45% , sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan KKM ≥ 76
yang diperoleh sebesar 95,45%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa penguasaan konsep
siswa dalam pembelajaran menggunakan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan
sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa dapat mencapai indikator
keberhasilan penelitian. Indikator keberhasilan tersebut yaitu hasil belajar siswa secara
klasikal menunjukkan ≥80% dari jumlah siswa mampu mencapai KKM dengan nilai ≥80.
Faktor yang menyebabkan keefektifan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan
sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa yaitu proses praktikum yang
langsung berada dialam dan ditangan siswa. Faktor lainya yaitu komponen praktikum yang
dimuat dalam LKS tergolong mudah untuk dicari, efisien, terjangkau dan dapat dibuat langsung
oleh siswa, mengakibatkan daya serap siswa terhadap konsep bioteknologi dapat dioptimalkan.
Menurut Istianda (2009) siswa hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat, 30% dari yang
didengar, namun dapat mengingat 50% dari yang didengar dan dilihat bahkan dapat
mengingat 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus.
Keefektifan teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap
penguasaan konsep bioteknologi siswa dikarenakan kesesuaian penerapan rumus pembelajaran
yang sinkron dengan bidang ilmu. Pembuatan produk EM4 yang menantang, dan memacu siswa
agar tetap dalam keadaan sigap demi terciptanya produk pupuk organik yang efektif, sangat
menyenangkan sehingga siswa tidak bosan.
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran juga menjadi faktor kefektifan aplikasi
teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep
bioteknologi siswa. Guru dalam proses pembelajaran lebih berperan sebagai fasilitator dan
motivator yang dapat memberikan kemudahan pada siswa agar siswa dapat belajar
seoptimal mungkin. Siswa dilatih untuk bekerjasama serta berkompetisi antar kelompok
dalam penyelesaian pupuk organik, sehingga siswa benar-benar menjadi pusat pembelajaran
dan guru sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi siswa yang ingin bertanya jika siswa belum
paham dengan materi yang terdapat dalam LKS maupun siswa yang belum paham akan
prosedur praktikum. Ketidakpahaman siswa dalam proses praktikum dikarenakan siswa
kurang memperhatikan petunjuk penggunaan dalam LKS. Majid (2009) menyatakan bahwa
salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran
adalah bagaimana cara guru melaksanakan proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan
media pembelajaran yang dikembangkan membutuhkan adanya guru sebagai fasilitator, karena
interaksi komputer dengan manusia belum dapat menggantikan interaksi manusia dengan
manusia (Ismail 2006).
Sebagian besar siswa tuntas dalam praktikum teknologi akrab lingkungan pengolahan
sampah organik terhadap penguasaan konsep biotknologi dengan menggunakan EM4, walaupun
begitu masih ada siswa yang belum tuntas. Faktor yang menyebabkan hal ini yaitu faktor
internal dalam diri siswa. Faktor internal dapat berupa faktor psikologis yang ada pada diri siswa
antara lain motivasi, perhatian, konsentrasi, pemahaman serta ingatan. Penyebab lainnya
yaitu kemampuan berpikir siswa yang berbeda, serta tidak semua siswa terbiasa
menyentuh hal-hal yang dirasa kotor dalam proses pembelajaran.
Data tanggapan siswa diperoleh pada saat pembelajaran. Berdasarkan data pada
Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tanggapan siswa bagi aplikasi teknologi akrab lingkungan
pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi memperoleh respon
yang positif. Persentase tanggapan siswa secara klasikal yaitu siswa dengan tingkat
tanggapan baik dan sangat baik. Hasil tanggapan siswa secara klasikal mendapatkan persentase
sebesar 100%. Persentase tanggapan siswa secara klasikal tersebut telah mencapai target
penelitian yang ingin dicapai yaitu ≥81% tanggapan siswa terhadap aplikasi teknologi akrab
lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa dalam
kriteria baik dan sangat baik.
Aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan
konsep bioteknologi menurut siswa dapat memotivasi,dan meningkatkan penguasaan konsep.
Terlihat dari hasil tanggapan siswa, sebanyak 100% siswa menyatakan pembelajaran menarik
motivasi untuk mempelajari bioteknologi (Tabel 4.7). Adanya motivasi belajar siswa ini
membantu dalam mencapai penguasaan konsep yang optimal. Menurut Sardiman (2007)
motivasi merupakan daya penggerak dari dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas
belajar. Motivasi tersebut timbul karena media pembelajaran membuat siswa belajar
mandiri dengan suasana yang menyenangkan.
Persentase tertinggi hasil tanggapan siswa tiap aspek pertanyaan dalam angket
yaitu pertanyaan angket nomor satu, dua, tiga, empat, enam dan sepuluh , sedangkan
persentase terendah pada pertanyaan nomor delapan. Pertanyaan nomor satu, dua, tiga,
empat, enam dan sepuluh secara berurutan menunjukan 100% siswa setuju pembelajaran
mudah dipahami, mudah untuk dibuat , mudah dimengerti, memberikan semangat belajar,
menyenangkan dan setuju bahwa aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah
organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa dapat terus digunakan dalam
pembelajaran bioteknologi (Tabel 4.7). Suasana pembelajaran yang menarik serta
menyenangkan mempermudah siswa dalam belajar, sehingga akan berakibat pada
pencapaian penguasaan konsep siswa terhadap materi menjadi baik. Bahan ajar, RPP, dan LKS
yang dikembangkan mengintegrasikan berbagai komponen terutama praktikum sehingga
membantu memudahkan siswa untuk mempelajari materi, bersemangat, termotivasi dan
belajar dalam suasana yang menyenangkan.
Persentase terendah pada pertanyaan nomor delapan yaitu hanya 77% siswa yang
setuju jika produk EM4 dapat diterapkan pada meteri materi biologi lain, walaupun merupakan
persentase terendah tetapi persentase tersebut termasuk dalam persentase tinggi atau
dapat dikatakan dalam kriteria tanggapan yang masuk dalam kategori “baik” . Rendahnya
presentase tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai materi yang lebih
mendalam dari siswa.
Saran yang diberikan siswa yaitu persiapan praktikum yang harus lebih baik, agar semua
alat dan bahan dapat dioptimalkan. Siswa juga menyarankan adanya penambahan komposisi
produk.. Permasalahan tersebut diatasi dengan pengelolaan alat dan bahan yang optimal serta
menugaskan siswa mempelajari produk EM4 di rumah.
Menurut tanggapan guru penggunaan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan
sampah organik terhadap penguasaan konsep bioteknologi siswa mempermudah guru dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan, karena didalamnya terdapat
cakupan materi yang lengkap dan menarik. Materi dalam media pembelajaran sudah
memenuhi SK dan KD yang harus dicapai, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
mudah dipahami, serta penyajian dan bahasa yang digunakan sudah baik. Kelebihannya yaitu
meningkatkan minat belajar dan penguasaan konsep bioteknologi siswa karena bisa
menunjukan secara nyata proses fermentasi, pembelajaran tidak monoton karena melibatkan
teknologi akrab lingkungan dan menciptakan variasi pembelajaran. Pembelajaran
menggunakan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik meningkatkan
kemandirian siswa juga kemampuan pengelolaan lingkungan dalam pembelajaran, terlebih
sangat cocok dengan lingkungan sekolah yang luas dan berbasis kampus hijau. Siswa
berhadapan langsung dengan alam sehingga memberikan pengalaman baru bagi siswa.
Siswa juga merasa tertantang untuk menghasilkan produk EM4 dengan cara mengeksplorasi
materi yang terdapat dalam LKS dan Bahan ajar, sehingga siswa lebih fokus pada kegiatan
pembelajaran dan siswa lebih mudah dikondisikan. Pembelajaran sebelumnya guru belum
pernah menggunakan aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik, guru
hanya memanfaatkan media dalam bentuk buku teks yang diwajibkan.
Menurut guru salah satu yang menjadi kendala yaitu beberapa siswa yang terkadang
tidak menyukai untuk kotor- kotoran. Masalah untuk siswa yang tidak ingin kotor-kotoran
diatasi dengan penggunaan hanskun/sarung tangan, masker dan baju Lab yang adalah standart
management lab, sehingga pembelajaran bisa teroptimalkan. Kendala lain dalam
pengaplikasian teknologi akrab lingkungan yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama dan
sebelumnya membutuhkan persiapan lebih lama juga. Masalah ini dapat diatasi dengan
persiapan yang matang sebelum menerapkan pembelajaran dan memperbaiki pengelolaan
waktu.
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan aplikasi teknologi akrab lingkungan
pengolahan sampah organik terhdap penguasaan konsep bioteknologi siswa kelas XII SMA
Advent Tompaso sangat layak menurut dosen ahli dan pendidikan, serta efektif terhadap hasil
belajar dan penguasaan konsep siswa. Kefektifan tersebut ditunjukan dengan hasil belajar
secara klasikal ≥80% siswa mencapai KKM (80), dan secara klasikal ≥ 81% tanggapan siswa
terhadap penggunaan media pembelajaran termasuk dalam kriteria baik dan sangat baik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulan sebagai
berikut :

1. Analisis kebutuhan variasi pembelajaran bioteknologi telah terpenuhi dengan adanya


teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik.
2. Aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap penguasaan
konsep bioteknologi siswa kelas XII SMA Advent Tompaso dirancang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar dan kurikulum, serta telah di validasi oleh dosen ahli
sehingga bahan ajar, RPP dan LKS layak untuk diimplementasikan.
3. Implementasi yang dilaksanakan telah meningkatkan penguasaan konsep bioteknologi siswa,
dilihat dari tanggapan siswa dan guru.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini
sebagai berikut.

1. Diharapkan agar sumber-sumber yang nantinya akan di observasi lebih di variasikan.


2. Bahan ajar, LKS dan RPP dikomplemen dengan materi-materi lain.
3. Implementasi aplikasi teknologi akrab lingkungan pengolahan sampah organik terhadap
penguasaan konsep bioteknologi siswa dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dijadikan
salah satu perlengkapan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai