Anda di halaman 1dari 5

PATOGENESIS

Dermatitis perioral biasa dihubungkan dengan pemakaian kortikosteroid topikal (flouride dari
nonfluoride) . Pasien biasanya datang dengan riwayat penggunaan steroid reponsif pada erupsi
akut pada daerah sekitar mulut, hidung, dan / atau mata yang terjadi ketika kortikosteroid topikal
dihentikan. Ketergantungan pada penggunaan kortikosteroid topikal dapat mengakibatkan
pengobatan berulang akibat rekurensi erupsi. Dalam beberapa kasus, perempuan dengan
penggunaan kortikosteroid topikal akan terjadi perioral dermatitis granulomatosa, yang biasanya
terjadi pada anak-anak prapubertas. Namun dermatitis perioral tidak selalu terjadi akibat
pemakaian kortikosteroid topikal. Penyebab pasti dari dermatitis perioral dalam kasus-kasus
lainnya belum diketahui pasti sehingga etiopatogenesis belum dapat dijelaskan, tidak ada kaitan
dengan faktor genetik, infeksi (candida, bakteri fusiform, atau demodex furiform. Selain itu, pernah
juga dilaporkan alergi terhadap flurida atau komponen lain dalam pasta gigi.1

Pada fase awal, akibat penggunaan obat topikal pada wajah akan menginduksi gangguan fungsi
lapisan epidermis. Hal ini akan menyebabkan pembengkakan stratum korneum yang disertai
gangguan minimal pada fungsi lapisan kulit dan meningkatnya kehilangan cairan transepidermal
(transepidermal water loss). Kemudian dapat menyebabkan lapisan kulit menjadi lebih tegang dan
kering yang mendesak jaringan sekitarnya akibat kompensasi penggunaan obat topikal.
Penggunaan kortikosteroid, terutama topikal kortikosteroid, sangat berkaitan erat dengan
perubahan pada struktur epidermis dan permeabilitas membran epidermis, termasuk juga berefek
pada penurunan densitas dan maturasi pembentukan badan lamellar, efek lain yang terjadi adalah
penurunan sintesis enzim oleh lapisan epidermal, penurunan keratinosit dan penipisan lapisan
epidermal.2
Penggunaan kortikosteroid topikal (TC) dalam jangka waktu yang lama dan withdrawal TC dapat
menyebabkan vasokonstriktif. TC memeliki efek yang menyebabkan vasodilatasi tetap, yang
bertanggung jawab untuk flare yang terlihat pada rebound setelah pemberhentian pemakaian. TC
mampu menghambat nitro oksida (NO) sehingga mengakibatkan vasokonstriksi kronis. Ketika
TC diberhentikan maka NO endotel dilepaskan yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
akibatnya eritema. Erythema lebih lanjut diperburuk oleh atrofi kulit yang diinduksi TC dengan
akibat kurangnya dukungan terhadap pembuluh darah. imunosupresi kronis yang diinduksi TC
menghasilkan pertumbuhan berlebih mikroorganisme dan menyebabkan infeksi. 3
Perubahan pada epidermal dan dermal termasuk penipisan stratum korneum ditandai dengan
hilangnya matriks pada lapisan epidermal, pengecilan granular, penurunan kolagen dermal,
penipisan bagian atas serat elastin dermal, penguraian lemak epidermal termasuk ceramid dan
adanya respon hipersensitivitas tipe IV

GAMBARAN KLINIS

Gambaran lesi pada dermatitis perioral mempunyai ciri khusus seperti papula eritematos, vesikel,
dan pustul. Lesi biasanya simetris tetapi dapat juga unilateral dan muncul di perioral, perinasal,
dan / atau wilayah periokular. Dalam tinjauan secara retrospektif dari 79 anak-anak dengan
dermatitis perioral, terdapat sekitar 39% di daerah yang bukan perioral. Pada dermatitis perioral
terdapat gambaran eritema dan bersisik dapat terlihat. Granulomatosa dermatitis perioral dengan
gambaran eritematosa, papul berwarna kekuningan hingga kecoklatan. Selain itu, gambaran lesi
1
dilaporkan muncul pada telinga, leher, kulit kepala, batang, labia major dan ekstermitas.

Gambar 1. Gambaran lesi dermatitis perioral


Gambar 2. Gambaran lesi dermatitis perioral pada anak

Gejala khas yang sering terlihat adalah sensasi nyeri atau terbakar. Kadang pasien juga merasakan
sensasi tegang pada kulit. Pada dermatitis perioral yang lama dapat terjadi kolonisasi bakteri yang
ditandai adanya papulopustul. Faktor yang dapat memperberat dermatitis perioral adalah paparan
sina matahari, sering mencuci wajah dengan sabun pembersih atau penggunaan kosmetika secara
berlebihan serta pemakaian kortikosteroid dengan potensi menengah dan tinggi. 2

PEMERIKSAAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis dermatitis perioral dapat dilihat pada bagan di bawah ini
Sebelum melakukan pemeriksaan penunjang, anamnesa terhadap pasien sangat berkaitan erat
dalam memilih pemeriksaan penunjang. Berdasarkan etiologi dermatitis dapat disebabkan karena
adanya infeksi sehingga pemeriksaan KOH dan kultur diperlukan. Jika pasien datang dengan
riwayat penggunaan obat kortioksteroid topikal maka history taking sudah mampu dalam
menegakkan diagnosis. Sedangkan jika pasien memiliki riwayat penggunaan bahan bahan
kosmetik wajah dan pasta gigi yang mengandung flouride maka perlu dilakuakn patch test.
Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi. Namun histopatologi
Memperlihatkan hasil yang tidak spesifik untuk dermatitis perioral. Gambaran yang dapat dilihat
adalah perifollicular atau perivascular lymphohistiocytic infiltration. Perifollicular sarcoid-like
granuloma dan lymphocytic infiltration terkadang juga dapat ditemukan pada dermatitis perioral.2
DAFTAR PUSTAKA

1. Sontheimer, R.D., Hansen, C.B., Costner, M.I. 2012. Dermatomyositis. Dalam: Goldsmith,
L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., Wolff, K. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:Mc Graw Hill co., pp. 927-928
2. Tempark T, Tor A. Shwayder. 2014. Perioral Dermatitis: A Review of the Condition with
Special Attention to Treatment Options. Am J Clin Dermatol (2014) 15:101–113
3. Lahiri, K., & Coondoo, A. (2016). Topical Steroid Damaged/Dependent Face (TSDF): An
Entity of Cutaneous Pharmacodependence. Indian journal of dermatology, 61(3), 265-72.

Anda mungkin juga menyukai