Anda di halaman 1dari 2

Pada percobaan ini praktikan melakukan identifikasi senyawa yang terkandung dalam Tomat

(Solanum Iycopersicum) menggunakan prinsip kromatografi lapis tipis (KLT), Lycopene atau yang disebut
sebagai carotene adalah suatu karotenoid pigmen merah terang yang baik ditemukan dalam buah tomat
dab bahan-bahan lain yang berwarna merah.. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis
kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.

Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji kandungan senyawa kimia yang ada pada tiap fraksi
ekstraksi methanol, etil asetat, dan n heksan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Metode
ini sangat cocok untuk uji senyawa kimia bahan alam, disamping investasi yang kecil, metode ini juga tidak
memerlukan waktu yang lama dan cuplikan sampel yang banyak. Metode KLT yang kami gunakan yaitu
metode dengan normal phase / fase normal, yaitu menggunakan senyawa polar untuk fase diam dan
senyawa nonpolar untuk fase geraknya.

Fase diam yang kami gunakan ialah silica gel. Dalam menentukan eluen yang cocok, pertama-
pertama kami menggunakan perbandingan etil asetat : n-heksan sebesar 1:4. Namun hasil yang didapat
tidak baik pemisahannya. Bercak noda tidak tereluen signifikan, menetap di spot awal. Hanya spot heksan
yang tereluen tinggi. Hal ini menandakan bahwa ada senyawa nonpolar yang ada pada fraksi heksan. Dan
senyawa polar yang ada pada fraksi methanol dan etil asetat, yang terikat kuat dengan silica gel. Untuk
perbandingan etil dan Heksan 1:4 didapatkan hasil pemisahan pada fraksi n-heksan saja dengan spot
sebanyak 3 dengan nilai RF masing-masing sebesar 0,0182cm, 0,560cm dan 0,682cm. Setelah itu
dilakukan penyemprotan dengan pereaksi warna. Hal tersebut bertujuan untuk melihat senyawa yang
tidak tampak pada pengamatan di bawah sinar uv. Pereaksi warna yang kami pakai adalah godian A yang
berisi vanili dan godin B yang berisi H2SO4 10%. Pereaksi vanilin asam sulfat digunakan untuk mendeteksi
senyawa terpenoid, steroid dan komponen minyak atsiri (Wagner, H., & Bladt, S. ,1996) . Hasil positif
ditunjukkan dengan perubahan warna bercak menjadi ungu setelah pemanasan. Setelah penyemprotan
kemudian dilakukan pemanasan, terlihat perubahan mulai warna merah muda sampai ungu kecoklatan
pada bercak ekstrak n- heksan dengan nilai RF 0,0182cm, 0,560cm dan 0,682cm. Hasil ini menunjukan
adanya senyawa terpenoid khususnya triterpenoid yang terkandung di dalam ekstrak.

Kemudian kami mencoba membuat eluennya menjadi lebih polar dengan methanol : etil asetat
sebesar 3:2. Hal ini bermaksud agar senyawa kimia yang ada pada fraksi methanol dan etil asetat terpisah.
Namun ketika dilakukan pengamatan dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 365 nm
tidak ada fluorosensi yang terlihat. Begitu juga setelah disemprot dengan godin dan dipanaskan tidak ada
spot yang terbentuk.

Kemudian kami membuat eluennya menjadi etil asetat 100%. Alhasil spot fraksi etil asetat
tereluen dengan baik. Dan didapatkan pemisahan dengan jumlah spot sebanyak 3. ketika dilakukan
pengamatan dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 365 nm ada fluorosensi yang
terlihat didapatkan pemisahan dengan jumlah spot sebanyak 3 dan nilai RF masing-masing sebesar
0,475cm, 0,375 cm, dan 0,9 cm. Setelah disemprot dengan godin dan dipanaskan juga terdapat spot yang
terbentuk dengan jumlah spot sebanyak 3 dan nilai RF masing-masing sebesar 0,166cm, 0,5cm, dan 0,333
cm.
Setelah dieludasi, kami melakukan uji senyawa kromofor di bawah lampu UV. Rata-rata semua
fraksi terlihat jelas spotnya dalam panjang gelombang 365 nm. Hal ini dapat dimungkinkan bahwa
senyawa yang terkandung adalah senyawa kromofor yang dapat menyerap cahaya pada panjang
gelombang 365 nm.

Selain itu, kami juga melakukan uji senyawa ausokrom. Tampak jelas spot ungu yang terbentuk
pada plat KLT. Hal ini menandakan bahwa tidak hanya senyawa kromofor yang terkandung dalam ekstrak
Tomat, melainkan senyawa ausokrom juga ada. Untuk mengetahui apa saja senyawa yang dikandungnya,
maka kami menghitung Rf yang dihasilkan, sebagai berikut:

Eludasi dengan Etil Asetat 100%

Rf 1: 0,475 cm

Rf 2: 0,375 cm

Rf 3: 0,9 cm

Eludasi dengan N-Heksan : Etil Asetat = 4:1

Rf 1 : 0,182 cm

Rf 2 : 0,560 cm

Rf 3 : 0,682 cm

Eludasi dengan Etil asetat 100%

Rf 1 : 0,166 cm

Rf 2 : 0,5 cm

Rf 3 : 0,333 cm

Dari percobaan ini makin tinggi nilai Rf yang diperoleh maka makin rendah tingkat polaritas dari
zat tersebut. Makin tinggi kepolaran dari suatu zat, maka fasa diamnya yang tersusun atas silica gel yang
merupakan senyawa polar akan saling berikatan dengan membentuk ikatan yang sangat kuat sehingga
jarak spot akan makin kecil dan menyebabkan nilai Rf yang semakin rendah. Untuk mengamatin nilai spot
yang terlalu jelas gunakan lampu /sinar UV dimana dari sinar UV akan terdapat adanya
pendaran/pamtulan cahaya berupa warna tertentu spot dalam KLT. Jika spot yang ada tidak Fterlihat
maka dapat digunakan uap iodium untuk menjelaskan spot yang terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai