Anda di halaman 1dari 5

11/25/2017 Teori Belajar Pavlov – FKIP

FKIP Selamat datang di website resmi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Teori Belajar Pavlov


FKIP March 14, 2015 Artikel
. Biografi Ivan P. Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter
Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari
Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi
direktur departemen fisiologi pada Institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai
fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun
1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Karya
tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927). Ia meninggal di Leningrad
pada tanggal 27 Februari 1936. Sebenarnya ia bukan seorang sarjana psikologi dan ia pun tidak mau
disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik.

Cara berpikirnya adalah sepenuhnya cara berpikir ahli ilmu faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi
karena dianggapnya kurang ilmiah. Dalam penelitian-penelitiannya ia selalu berusaha menghindari konsep-
konsep meupun istilah-istilah psikologi. Sekalipun demikian, peranan Pavlov dalam psikologi sangat
penting, karena studinya mengenai refleks refleks akan merupakan dasar bagi perkembangan aliran
psikologi behaviorisme.

Pandangannya yang paling penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain daripada rangkaian-
rangkaian refleks belaka. Karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis (psikologi) kita cukup mempelajari
refleks-refleks saja. Pandangan yang sebenarnya bermula dari seorang tokoh Rusia lain bernama I.M.
Sechenov. I.M. yang banyak mempengaruhi Pavlov ini, kemudian dijadikan dasar pandangan pula oleh J.B.
Watson di Amerika Serikat dalam aliran Behaviorismenya setelah mendapat perubahan-perubahan
seperlunya (Sarwono, 2008).

B. Definisi Teori Classical Conditioning

Classical conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaanya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasang dengan stimulus
bersyarat secara berulang-ulang, sehingga memunculkan reaksi yang dinginkan (Sugihartono. dkk, 2007).

Kata clasical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang
dianggap paling dahulu dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya dari teori
conditioning lainnya (Henry Gleitmen, 1986). Secara sederhana pengkondisian klasik merujuk pada
sejumlah prosedur pelatihan dimana satu stimulus/ rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus
lainnya dalam mengembangkan suatu respon, bahwa prosedur ini disebut klasik karena prioritas historisnya
seperti dikembangkan oleh Pavlov (Rita L. Atkinson, et.al, 1983:299).

http://fkip.unusa.ac.id/teori-belajar-pavlov-2/ 1/5
11/25/2017 Teori Belajar Pavlov – FKIP

C. Komponen Dasar dan Eksperimen Teori Clasiccal Conditioning

Ada empat komponen dasar yang membangun Teori ClasiccalConditioning yang di lakukan oleh Ivan
Pavlov.

1. US (unconditioned stimulus): stimulus asli atau netral: Stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus yang
langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur.

2. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent behaviour) respon tak bersyarat,
yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar karen anjing melihat daging.

3. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung menimbulkan
respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US secara terus-menerus agar
menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu
dipasangkan dengan daging.

4. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul dengan hadirnya CS, Misalnya:
air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel.

Masing-masing komponen di atas bisa diidentifikasi dari percobaan Pavlov terhadap anjing. Awalnya pavlov
meletakkan daging dihadapan anjing. Seketika anjing mengeluarkan air liurnya. Dalam konteks komponen
kondisioning, daging tadi adalah unconditioned stimulus (UCS) dan keluarnya air liur karena daging itu
adalah unconditioned response (UCR). Selanjutnya, Pavlov menghadirkan stimulus baru berupa bel garpu
beberapa saat sebelum ia memperlihatkan daging pada anjing. Hal ini dilakukan berulang-ulang, hingga
pada akhirnya, hanya dengan menyalakan lampu tanpa diikuti dengan memperlihatkan daging, anjing itu
mengeluarkan air liurnya. Bunyi bel sebelum dipasangkan dengan daging disebut neutral stimulus, tapi
setelah berpasangan dengan daging disebut conditioned stimulus. Sedangkan keluarnya air liur oleh CS
disebut conditioned response. Proses untuk membuat anjing memperoleh CS disebut conditioning.

Proses penggabungan yang dilakukan oleh Pavlov dengan ketiga unsur tersebut adalah melibatkan daging
(sebagai unconditioned stimulus), air liur (sebagai unconditioned response pada anjing), dan suara (sebagai
conditioned stimulus). Secara normal, suara bel tidak akan menghasilkan air liur. Namun ketika suara
dipasangkan dengan daging, suara tersebut dapat mempengaruhi anjing mengeluarkan air liur. Perilaku
konstan secara beberapa lama waktu, maka ketika suara dibunyikan walaupun tanpa kehadiran seketika
daging, akan dapat membuat anjing mengeluarkan air liur pada anjing pada beberapa waktu.

(Gambar percobaan Classical Conditioning Pavlov terhadap anjing)

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar di atas:

Gambar pertama: Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR).

http://fkip.unusa.ac.id/teori-belajar-pavlov-2/ 2/5
11/25/2017 Teori Belajar Pavlov – FKIP

Gambar kedua: Jika anjing dibunyikan sebuah bel (misalnya dentingan garpu) maka ia tidak merespon
atau mengeluarkan air liur.

Gambar ketiga:Dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel
(CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.

Gambar keempat: Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar
bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya
air liur dari mulutnya (CR).

D. Prinsip-Prinsip dalam Eksperimen Ivan Pavlov

Ada 4 prinsip utama dalam eksperimen Ivan Pavlov, antara lain:

1. Fase Penguasaan (akuisisi)

Fase akuisisi merupakan fase belajar permulaan dari respons kondisi. Sebagai contoh: anjing‘belajar’
mengeluarkan airliurkarenapengkondisian suaralonceng. Beberapa faktor dapat mempengaruhi kecepatan
conditioning selama fase akuisisi. Faktor yang paling penting adalah urutan dan waktu stimulus.
Conditioning terjadi paling cepat ketika stimulus kondisi (suara lonceng) mendahului stimulus utama
(makanan) dengan selang waktu setengah detik. Conditioning memerlukan waktu lebih lama
dan respons yang terjadi lebih lemah bila dilakukan penundaan yang lama antara pemberian stimulus
kondisi dengan stimulus utama. Jika stimulus kondisi mengikuti stimulus utama, sebagai contoh, jika anjing
menerima makanan sebelum lonceng berbunyi maka conditioning jarang terjadi.

2. Fase Eliminasi (ekstinction)

Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia
akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya,
anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel. Jika anjing secara terus menerus diberikan
stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa
makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan
hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.

3. Fase Generalisasi (generalitation)

Setelah seekor hewan telah ‘belajar’ respons kondisi dengan satu stimulus, ada kemungkinan juga ia
merespons stimulus yang sama tanpa latihan lanjutan. Jika seorang anak digigit oleh seekor anjing hitam
besar, anak tersebut bukan hanya takut kepada anjing tersebut, namun juga takut kepada anjing yang
lebih besar. Fenomena ini disebut generalisasi. Stimuli yang kurang intens biasanya menyebabkan
generalisasi yang kurang intens. Sebagai contoh, anak tersebut ketakutannya menjadi berkurang terhdapa
anjing yang lebih kecil.

4. Fase Diskriminasi (discrimination)

http://fkip.unusa.ac.id/teori-belajar-pavlov-2/ 3/5
11/25/2017 Teori Belajar Pavlov – FKIP

Kebalikan dari generalisasi adalah diskriminasi. Kalau generalisasi merujuk pada tendensi untuk
merespons sejumlah stimuli yang terkait dengan respons yang dipakai selama training.
Diskriminasi mengacu pada tendensi untuk merespons sederetan stimuli yang amat terbatas atau hanya
pada stimuli yang digunakan selama training saja. Ketika seorang individu belajar menghasilkan respons
kondisi pada satu stimulus dan tidak dari stimulus yang sama namun kondisinya berbeda. Sebagai contoh,
seorang anak memperlihatkan respons takut pada anjing galak yang bebas, namun mungkin
memperlihatkan rasa tidak takut ketika seekor anjing galak diikat atau terkurung dalam kandang.

E. Aplikasi Teori Pavlov dalam Pembelajaran

Aplikasi teori Pavlov terhadap pembelajaran siswa adalah: mementingkan pengaruh lingkungan,
mementingkan bagian-bagian, mementingkan bagian reaksi, mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil
belajar melalui prosedur stimulus respon, mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk
sebelumnya, mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latiahan dan pengulangan, hasil belajar yang
dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan pradigma Pavlov akan menyusun bahan
pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupaun melalui simulasi. Bahan pelajaran disususn secara hierarki
dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Metode pavlov ini sangat cocok untuk memperoleh kamampuan yang membutuhkan paktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur sperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan
dan sebagianya. Contohnya: perckapan bahasa aisng, mengetik, menari, menggunakan komputer,
berenang, olahraaga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Pavlov

Pada teori Pavlov, individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya, hal ini sangat membantu dan memudahkan pendidik dalam dunia pendidikaan untuk melakukan
pembelajran terhadap peserta didiknya. Hal ini merupakan kelebiahan dari teori Pavlov.

Sedangkan kekurangan teori ini adalah, jika kondsisi ini dialkakukan secara terus menerus, maka ditakutkan
murid akan mamilki rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya. Padahal seharusnya

http://fkip.unusa.ac.id/teori-belajar-pavlov-2/ 4/5
11/25/2017 Teori Belajar Pavlov – FKIP

siswa didik atau anak harus memilki stimulus dari dalam dirinya sendiri (self motivation) dalam melakukan
kegiatan belajar dan pemahaman yang diberikan oleh guru.

Kesimpulan
Dari penjelasan makalah, maka dapat diambil kesimpuan sebagai berikut:
Bahwa Clasic conditioning (pengkondisian atau persyaratan kelasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaanya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasang dengan stimulus
bersyarat secara berulang-ulang, sehingga memunculkan reaksi yang dinginkan. ). Secara sederhana
pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan dimana satu stimulus/ rangsangan muncul
untuk menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan suatu respon, bahwa prosedur ini disebut
klasik karena prioritas historisnya seperti dikembangkan oleh Pavlov.
Metode pavlov ini sangat cocok untuk memperoleh kamampuan yang membutuhkan paktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur sperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan
dan sebagianya. Contohnya: perckapan bahasa aisng, mengetik, menari, menggunakan komputer,
berenang, olahraaga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Pentingnya studi yang di lakukan oleh Ivan Pavlov terletak pada metode yang digunakannya serta hasil-
hasil yang diperolehnya (Slavin,1998). Penekanan yang dilakukan oleh Pavlov pada observasi dan
pengukuran yang teliti dan eksporasinya secara sistematis tentang berbagai aspek belajar menolong
kemajuan studi ilmiah tentang belajar. Akan tetapi, sedikit penemuan Pavlov yang diterapkan dalam belajar
di sekolah

Willis Dahar Ratna,2006. “Teori-teori belajar dan Pembelajaran”. Jakarta: Erlangga.

Nana Sudjana. 1990. “Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran”. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Sugihartono. dkk. 2007. “Psikologi Pendidikan”. Yogyakarta: UNY Press.

http://catatantanti.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-thorndike-pavlop-dan.html.

http://elmisbah.wordpress.com/teori-pavlov/.

http://ajenganjar.blogspot.com/2012/04/teori-pembelajaran-ivan-pavlov.html.

http://fkip.unusa.ac.id/teori-belajar-pavlov-2/ 5/5

Anda mungkin juga menyukai