TINJAUAN TEORITIS
7
8
2.1.2 Definisi
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia. Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin
baik absolute maupun relatif, termasuk salah satu penyakit patologik
(Hasdianah & Suprapto, 2014).
2.1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, menurut American Diabetes Association/
World Health Organization (ADA/WHO, dalam buku Rutmahorbo,
2014), diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu :
2.1.3.1 Diabetes Mellitus Tipe I
Sebelumnya disebut IDDM atau onset remaja diabetes
mellitus, ditandai dengan kerusakan sel beta pankreas, yang
menyebabkan kekurangan insulin secara absolut.
Diabetes mellitus tipe 1 diwariskan secara heterogen, yang
bersifat multigenic. Ada juga perantara antara diabetes
mellitus tipe 1 dengan beberapa antigen leukosit manusia.
Faktor lingkungan seperti virus muncul untuk memicu
proses autoimun yang menghancurkan sel beta. Antibodi sel
islet (ICAS) kemudian muncul, peningkatan dalam jumlah
selama beberapa bulan sampai setahun sel beta dapat
dihancurkan. Puasa hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
terjadi saat 80% sampai 90% dari sel-beta massa telah
dihancurkan.
Identifikasi ICAS telah memungkinkan mendeteksi diabetes
mellitus tipe 1 dalam tahap praklinis nya. Kecukupan
insulin untuk mempertahankan hidup. Klien kemudian
menjadi tergantung pada insulin eksogen (diproduksi di luar
tubuh) sebagai administrasi untuk bertahan hidup (Joyce &
Kimberly, 2011).
Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan
penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh :
13
2.1.4 Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan
efek utama kekurangan insulin yaitu:
2.1.4.1 Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang
mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah
sampai setinggi 300 sampai 1200 mg per 100 ml.
15
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa
darah yang tinggi pada rentang non puasa sekitar 140 –
160 mg /100 ml darah. Dalam keadaan insulin normal
asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh
akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam
sel tubuh. Glukosa itu kemudian diolah untuk menjadi
bahan energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan
masih ada sisa akan disimpan sebagai glukogen dalam
sel-sel hati dan sel-sel otot ( sebagai massa sel otot).
Proses glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsure
glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia. Pada
penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat
berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak
menumpuk di darah (hiperglikemia).
Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena
defisit insulin tergambar pada perubahan metabolik
sebagai berikut:
1) Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel
berkurang.
2) Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa)
berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa
dalam darah.
3) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat,
sehingga cadangan glikogen berkurang, dan
glukosa “hati” dicurahkan ke dalam darah secara
terus menerus melebihi kebutuhan.
4) Glukonegenesis (pembentukan glukosa dari usure
non karbohidrat) meningkat dan lebih banyak lagi
glukosa yang tercurah kedalam darah hasil
pemecahan asam amino dan lemak.
18
Dehirasi
2.1.6 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang dapat berkembang pada diabetes baik
yang bersifat akut maupun kronik.
2.1.6.1 Komplikasi akut
a. Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang menunjukan
kadar glukosa dalam darah rendah. Kadar glukosa
darah turun dibawah 50mg/dl. Pada penyandang
diabetes, keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan
(Rutmahorbo, 2014).
b. Diabetes Ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya
insulin atau tidak cukup jumlah insulin yang nyata.
Keadaan ini mengakibatkan gangguan fungsi otak yang
normal bergantung pada asupan glukosa dan sirkulasi
oksigen, gangguan pada distribusi tersebut dapat
menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga
terjadi penurunan kesadaran, kelemahan, gangguan
metabolisme, karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga
gambaran klinik yang penting pada ketoasidosis yaitu
terjadinya dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
c. Syndrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
(SHHNK) Merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang disertai
perubahan tingkat kesadaran (Sense of Awareness)
26
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan menurut umum adalah meningkatnya
kualitas hidup penyandang diabetes yang ditandai oleh kemampuan
penyandang prediabetes melaksanakan kegiatan sehari-hari secara
mandiri dan produktif.
Dalam jangka pendek, penatalaksaan diabetes ditujukan untuk
menghilangkan keluhan dan tanda diabetes, mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pertahankan rasa nyaman dan
tercapainya target pengendalian glukosa darah.
Penatalaksaan jangka panjang diarahkan untuk mencegah dan
mengurangi progresitas komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler
dan neuropati (Rutmahorbo, 2014).
b. Kuku
Warna : Pucat, sianosis (penurunan perfusi pada
kondisi ketoasidosis atau komplikasi infeksi saluran
pernafasan).
c. Rambut
Kuantitas : Tipis (banyak yang rontok karena
kekurangan nutrisi dan buruknya sirkulasi), lebat.
1) Penyebaran : jarang atau alopesia total.
2) Tekstur : halus atau kaasar.
2.2.3.6 Mata dan kepala
a. Kepala
1) Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan
tekstur antara lain : kasar dan halus
2) Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi, antara
lain : kista pilar dan psoriasis (yang rentan terjadi
pada penderita diabetes mellitus karena penurunan
antibody).
3) Wajah : termasuk simestris dan ekspresi wajah,
antara lain : paralisi wajah (pada penderita dengan
komplikasi stroke) dan emosi.
b. Mata
Yang perlu dikaji lapang pandang dan uji ketajaman
pandang dari masing-masing mata (ketajaman
menghilang).
Inspeksi
1) Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul
eksoftalmus, strabismus.
2) Alis mata : dermatitis, seborea (penderita sangat
beresiko tumbuhnya mikroorganisme dan jamur
pada kulit).
38
3) kelopak mata
Aparatus akrimalis : mungkin ada pembengkakan
sakus lakrimalis.
4) Sklera dan konjungtiva : sclera mungkin ikterik.
Konjungtiva anemia pada derita yang sulit tidur
karena banyak kencing pada malam hari).
5) Kornea, iris dan lensa : opaksitas atau katarak
(penderita diabetes mellitus sangat beresiko pada
kekeruhan lensa mata).
6) Pupil : miosis, midriosis atau anisokor.
c. Telinga
1) Daun telinga dilakukan inspeksi : masih simetris
antara kanan dan kiri
2) Lubang hidung dan gendang telinga
a) Lubang telinga : produksi serumen tidak
sampai mengganggu diameter lubang
b) Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen
berwarna putih keabuan, dan masih dapat
bervibrasi dengan baik apabila tidak
mengalami ineksi sekunder.
3) Pendengaran
Pengkajian ketajaman pendengaran terhadap
bisikan atau tes garputala dapat mengalami
penurunan.
d. Hidung
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung
kecuali ada infeksi sekunder seperti influenza.
e. Mulut dan faring
Inspeksi pada bibir (sianosis, pucat apabila mengalami
asidosis atau penurunan perfusi ringan pada stadium
lanjut), Mukosa oral (kering dalam kondisi dehidrasi
39
m. Genetalia
Penis : ada inspeksi apakah ada timosis pada prepusium
dan apakah ada hipospadia pada meatus uretara, apakah
ada kemerahan pada kulit skrotum.
n. Sistem musculoskeletal
Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat anda
memeriksa berbagai kondisi tubuh. Amati kemudahan
dan rentang gesekan kondisi jaringan sekitar, setiap
deformitas muskuloskletal, termasuk kurvatura
abnormal dari tulang belakang. Sering mengalami
penurunan kekuatan musculoskeletal dibuktikan dengan
skor kekuatan otot yang menurun dari angka 5.
o. Sistem neurosensori
Penderita diabetes mellitus biasanya merasakan gejala
seperti:
1) Pusing
2) Sakit kepala
3) Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia
4) Gangguan penglihatan
(Riyadi & Sukarmin. 2013)
Kriteria evaluasi :
a. Tanda vital stabil (dan mendekati aman nadi 80-88
x/menit, tekanan darah 100-140/80-90 MmHg, suhu
tubuh 36,5-37,4º celcius, respiratory rate 20-22 x/menit.
b. Nadi perifer teraba pada arteri radialis, arteri brakialis,
arteri dorsalis pedis.
c. Tugor kulit dan pengisisan kapiler baik dibuktikan
dengan capillary refille kurang dari 2 detik.
d. Keluaran urine dalam kategori aman (lebih dari 100
cc/hari sampai batas normal 1500 cc-1700 cc/hari)
e. Kadar elektrolit urine dalam batas normal dengan nilai
natrium 130-220 meq/24 jam, kalium 25-100 meq/24
jam, klorida 120-250 meq/liter, magnesium 1,0-2,5
mg/dl.
Intervensi :
a Batasi intake cairan yang merangsang gaster dan saluran
pencernaan seperti soda, kopi.
Rasional : menghindari rangsanga lambung yang
berlebihan.
b Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri
abdomen, muntah dan distensi lambung
Rasional : kekurangan cairan dan elektrolit mengubah
mobilitas jantung, yang sering kali akan menimbulkan
muntah atau secara potensial akan menimbulkan muntah
dan kekurangan cairan
c Kolaborasi
1) Berikan terapi cairan normal satu atau setengah
normal salin dengan atau tanpa dektrosa
Rasional : untuk mengganti cairan dengan cepat.
Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat
43