Anda di halaman 1dari 14

Jatuh (jurnal)

A. Kasus
Skenario
Seorang perempuan umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pangkal paha
kanan sehingga mengganggu bila berjalan. Keadaan ini dialami dejak 5 hari yang lalu pada saat
penderita berjalan tertatih-tatih lalu jatuh terduduk di dalam kamar mandi. Sejak 7 tahun terakhir
ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi,jantung dan rematik.
Juga pernah serangan stroke 3 tahun lalu.
A. Kasus
Skenario
Seorang perempuan umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
pangkal paha kanan sehingga mengganggu bila berjalan. Keadaan ini dialami dejak 5 hari yang
lalu pada saat penderita berjalan tertatih-tatih lalu jatuh terduduk di dalam kamar mandi. Sejak 7
tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah
tinggi,jantung dan rematik. Juga pernah serangan stroke 3 tahun lalu.

B. Medical Record
1. Identitas
a. Nama :X
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 65 tahun
2. Keluhan Utama
Nyeri pangkal paha kanan 5 hari yg lalu setelah jatuh terduduk sehingga menggangu bila
berjalan.
3. Riwayat Pengobatan
Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah
tinggi,jantung dan rematik.
4. Riwayat Penyakit
Penderita pernah mengalami serangan stroke 3 tahun lalu.

C. Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian jatuh !
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jatuh pada lansia ?
3. Bagaimana hubungan riwayat penyakit dengan terjadinya jatuh ?
4. Jelaskan pengaruh obat-obat terhadap kondisi pasien ?
5. Sebutkan anamnesis tambahan yang diperlukan ?
6. Sebutkan pemeriksaan fisis yang diperlukan terhadap pasien ?
7. Pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan ?
8. Bagaimana penanganan yang dilakukan terhadap pasien ?
D. Jawaban
1. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang
lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jatuh pada lansia, yaitu : faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. a. Faktor intrinsik
Yang termasuk dalam faktor intrinsik, yaitu : kondisi fisik dan neuropsikiatri (adanya
penyakit SSP seperti stroke, parkinson) penurunan visus dan pendengaran (fungsi
keseimbangan), perubahan neuromuskular (berkurangnya massa otot, kekauan jaringan
penghubung, penurunan range of motion sendi), gaya berjalan, dan refleks postural karena proses
penuaan.
Penuaan dapat berpengaruh pada kondisi fisik dan neuropsikiatrik manusia karena
terdapat perubahan-perubahan fungsi anatomi/fisiologik yang semakin menurun, yang bisa
menimbulkan berbagai penyakit atau keadaan patologik hal ini juga pengaruh psiko-sosial pada
fungsi organ. Gabungan dari beberapa perubahan-perubahan secara tidak langsung dapat
menyebabkan jatuh pada lansia yang dikarenakan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
makin menurun.
Menurut skenario penurunan visus kemungkinan besar terjadi karena pasien menderita
katarak diabetik. katarak diabetik ini merupakan manifestasi tingkat lanjut dari penyakit
Diabetes Mellitus yang diderita oleh pasien usia lanjut. katarak diabetik ini memberikan keluhan
penurunan visus berupa penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan tampak
seperti berasap. gejala inilah yang sering dikeluhkan oleh penderita yang menderita katarak
diabetik. penurunan visus ini merupakan salah satu penyebab jatuhnya penderita. penyebab
penurunan visus yanng lain adalah retinopati baik yang diakibatkan oleh penyakit Diabetes
mellitus maupun yang disebabkan oleh Hipertensi. akan tatapi diskenario disebutkan bahwa
pasien sudah sejak lama dianjurkan untuk operasi mata, tetapi pasien selalu menolak. hal ini
menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan penglihatan dalam hal ini penurunan visus
yang perlangsungannya kronik/progresif, sedangkan pada retinopati penurunan visus terjadi
secara tiba-tiba jadi penyebab ini dijatuhkan.
Perubahan gaya berjalan terjadi seiring denan meningkatnya usia. Kendati perubahan
tersebut tidak telalu menonjol untuk dianggap patologis, kondisi perubahan gaya berjalan
tersebut dapat meningkatkan kejadian jatuh. Pada umumnya orang usia lanjut tidak dapat
mengangkat atau menarik kakinya cukup tinggi sehingga cenderung mudah terantuk (trip).
Orang usia lanjut laki-laki cenderung memiliki gaya berjalan dengan kedua kaki melebar dan
langkah pendek-pendek ( wide-based, short stepped gaits), sedangkan perempuan usia lanjut
sering kali berjalan dengan kedua kaki yang menyempit ( narrow based ) dan gaya bergoyang-
goyang ( waddling gait). Orang usia lanjut cenderung untuk berjalan lebih lambat dan
meningkatkan kecepatan berjalan dengan cara meningkatkan jumlah langkah per unit waktu
dibandingkan jarak satu siklus berjalan ,sertaterdapat peningkatan ayunan postural. Pada usia
lanjut yang sehat, kecepatan berjalan menurun 1-2% tiap tahunnya dan berkaitan dengan
berkurangnya panjang langkah dan jarak satu siklus berjalan. Gerak ekstensi sendi pergelangan
kaki dan rotasi pelvis menurun, serta periode double support meningkat untuk membuat gaya
berjalan lebih stabil. Bertambahnya waktu untuk menyelesaikan satu siklus berjalan berkaitan
dengan peningkatan sebesar 5 kali resiko untuk jatuh.
Stategi postural yang sering digunakan pada usia lanjut adalah strategi panggul,
oleh karena penggunaan strategi pergelangan kaki membutuhkan informasi somatosensorik yang
adekuat semetara pada usia lanjut mungkin terdapat kelemahan sendi atau sulit melakukan rotasi
pada pergelangan kaki, hilangnya sensasi somatosensorik perifer, dan kelemahan otot distal.
Walaupun demikian, penggunaan strategi panggul membutuhkan informasi verstibuler yang
adekuat dan gerakan pada panggul akan meningkatkan gaya horisontal antara pijakan dan telapak
kaki sehingga risiko untuk terpeleset dan jatuh menjadi lebih besar. Jika respon ayunan postural
tidak dapat mempertahankan keseimnbangan saat ada gangguan dan diperlukam strategi
melangkah, usia lanjut cenderung melakukan beberapa langkah untuk mengembalikan
keseimbangan
Sinkop, drop attacks, dan dizziness merupakan penyebab jatuh pada orang usia lanjut
yang sering disebut-sebut. Beberapa penyebab sinkop pada orang usia lanjut yang perlu dikenali
antara lain respons vasovagal, gangguan kardiovaskular (bradi dan takiaritmia, stenosis aorta),
gangguan neurologis akut (TIA, strok, atau kejang), emboli paru, dan gangguan metabolik.
Drop attacks merupakan kelemahan tungkai bawah mendadak yang menyebabkan jatuh
tanpa kehilangan kasadaran. Kondisi tersebut seringkali dikaitkan dengan insufisiensi
vertebrobasiler yang dipicu oleh perubahan posisi kepala.
Dizziness atau rasa tidak stabil merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh orang
usia lanjut yang mengalami jatuh. Pasien yang mengeluh rasa ringan di kepala harus dievaluasi
secermat mungkin akan adanya hipotensi postural atau deplesi volume intravaskular. Di sisi lain,
vertigo merupakan gejala yang lebih spesifik walaupun merupakan pemicu jatuh yang lebih
jarang. Kondisi ini dikaitkan dengan kelainan pada telinga bagian dalam seperti labirinitis,
penyakit Meniere, dan BPPV. Isemia dan infark vertebrobasiler, serta infark serebelum juga
dapat menyebabkan vertigo.
Kebanyakan pasien usia lanjut dengan gejala dizziness dan unsteadiness meraa cemas,
depresi, sangat takut jatuh, sehingga evaluasi gejala mereka menjadi sulit. Beberapa pasien,
terutama pada mereka dengan gejala ke arajh vertigo, memerlukan pemeriksaan otologi,
termasuk uji auditori, yang dapat membedakan lebih jelas antara gejala akibat gangguan telinga
dalam atau adanya keterlibatan sistem saraf pusat.
Sekitar 10-20% orang usia lanjut mengalami hipotensi ortostatik yang sebagian besar
tidak bergejala. Namun demikian, beberapa kondisi dapat menyebabkan hipotensi ortostatik yang
berat sehingga memicu timbulnya jatuh. Kondisi-kondisi tersebut antara lain curah jantung
rendah akibat gagal jantung atau hipovolemia, disfungsi otonom (sebagai akibat diabetes
mellitus), gangguan aliran balik vena (insufisiensi vena), tirah baring lama dengan
deconditioning otot dan refleks, serta beberapa obat. Hubungan hipotensi ortostatik dengan
hipertensi perlu dipahami sehingga tatalaksana hipertensi yang baik amat diperlukan untuk
mencegah timbulnya hipotensi ortostatik tersebut.
Berbagai penyakit, terutama penyakit kardiovaskkular dan neurologis, dapat berkaitan
dengan jatuh. Sinkop dapat merupakan gejala stenosis aorta dan merupakan indikasi perlunya
evaluasi pasien akan adanya stenosis aorta yang memerlukan penggantian katup. Beberapa
pasien memiliki baroreseptor karotis yang sensitif dan rentan mengalami sinkop karena refleks
tonus vagal yang meningkat akibat batuk, mengedan, atau berkemih sehingga terjadi bradikardia
atau hipotensi.
Stroke akut dapat menyebabkan jatuh atau memberikan gejala jauth. TIA sirkulasi
anterior dapat menyebabkan kelemahan unilateral dan memicu jatuh. TIA sirkulasi posterior
(vertebrobasiler) mungkin juga dapt mengakibatkan vertigo, namun perlu disertai dengan satu
atau lebih lapangan pandang. Insufisiensi vertebrobasiler seringkali disebut sebagsi penyebab
drop attacks ; kompresi mekanik arteri vertebralis olehosteofit spina vertebra servikal manakala
kepala diputar disebutkan pula sebagai penyebab ketidak stabilan dan jatuh.
Penyakit lain pada otak dan sistem saraf pusat dapat pula menyebabkan jatuh. Penyakit
Parkinson dan Hidrosefalus tekanan normal menyebabkan instabilitas dan jatuh. Gangguan
serebelum, tumor intrakranial, dan hematoma subdural juga menyebabkan ketidakstabilan
(unsteadiness) dengan kecenderungan mudah jatuh.
b. Faktor Ekstrinsik
Yang termasuk dalam faktor ekstrinsik, yaitu : obat-obatan yang diminum (diuretik,
jantung, anti depresan, sedatif, hipoglikemia, anti psikotik), alat-alat bantu berjalan, lingkungan
yang tidak mendukung, dan konsumsi alkohol.
Berbagai faktor lingkungan tersebut antara lain lampu ruangan yang kurang terang, lantai
yang licin, basah, atau tidak rata, furnitur yang terlalu rendah atau tinggi, tangga yang tak aman,
kamar mandi dengan bak mandi / closer terlalu rendah atau tinggi dan tak memiliki alat bantu
untuk berpegangan, tali atau kabel yang berserakan di lantai, karpet yang terlipat, dan benda-
benda di lantai yang membuat seseorang terantuk.
Obat-obatan juga dapat menjadi penyebab jatuh pada orang usia lanjut. Misalnya obat
diuretika yang dikonsumsi menyebabkan seseorang berulang kali ke kamar kecil untuk buang air
kecil atau efek mengantuk dari obat sedatif sehingga seseorang menjadi waspada saat berjalan.
Alat bantu berjalan yang kurang tepat untuk para lansia, memungkinkan terjadinya jatuh,
oleh karena itu pemilihan alat bantu dapat disesuaikan dengan keadaan fisik lansia, dan penyakit
yang diderita

3. Hubungan riwayat penyakit dengan terjadinya jatuh.


a. Penderita pernah mengalami stroke, apabila bagian otak yang terkena adalah lobus kanan, maka
kaki kiri pasien bisa mengalami lumpuh, sehingga kaki kanan pasien lebih sering dipakai atau
untuk bertumpu.
b. Pasien mungkin menderita Osteoartritis, oleh karena itu memerlukan anamnesis dan
pemeriksaan tambahan
c. Pasien menderita DM, penderita DM terkadang memiliki masalah berupa retinopati diabetik
yang dapat menyebabkan visus menurun, sementara penglihatan memegang peranan penting
dalam menerima rangsangan propioseptif yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
d. Pasien menderita penyakit jantung. Penyakit jantung yang biasa terjadi pada lanjut usia, yaitu
penyakit jantung koroner, payah jantung, penyakit jantung hipertensi, aritmia, dan stenosis aorta.
Penyakit jantung tersebut dapat menyebabkan penurunan curah jantung sehingga terjasi
penurunan distribusi oksigen pada seluruh jaringan termasuk otak sehigga bisa menimbulkan
sinkop. Hal tersebut dapat menjadi faktor resiko terjadinya jatuh.
e. Kemungkinan adanya pengaruh menopause, dimana jumlah estrogen menurun, sehingga
aktifitas osteoklas meningkat dan menyebabkan peningkatan degradasi matriks tulang
(osteoporosis), sehingga jika pasien jatuh, gampang terjadi fraktur dan nyeri.

4. Pengaruh obat-obat terhadap kondisi pasien


a. Penggunaan obat anti hipertensi yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
hipotensi ortostatik (tiba-tiba jatuh dari posisi jongkok/duduk mau berdiri).
b. Obat hipoglikemi oral dapat menyebabkan hipoglikemi akut
c. Penggunaan obat anti hipertensi yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
hipotensi ortostatik (pasien tiba-tiba jatuh dari posisi jongkok / duduk mau berdiri), contoh :
diuretik menyebabkan orang berulang kali harus ke kamar kecil untuk BAK, selain itu dapat pula
menyebabkan syok hipovolemik.
d. Penggunaan obat NSAID untuk mengobati rematik meningkatkan faktor resiko osteoporosis
sehingga apabila pasien jatuh, besar kemungkinan terjadi fraktur dan nyeri.

5. Anamnesis tambahan
a. Aktivitas pada saat terjatuh
b. Gejala sebelumnya, misalnya rasa pusing, palpitasi, sesak napas, nyeri dada, lemah, konfusi,
inkontinensia, hilangnya kesadaran, menggigit lidah
c. Lokasi terjatuh
d. Saksi saat terjatuh
e. Riwayat medis yang lalu
f. Penggunaan obat

6. Pemeriksaan fisis
a. Tekanan darah dan denyut jantung, saat berbaring dan berdiri
b. Ketajaman visual, lapangan pandang, pemeriksaan low-vision
c. Kardiovaskular
d. Aritmia, murmur, bruit
e. Anggota gerak
f. Penyakit sendi degeneratif, vena varikosa, edema, gangguan kaki (pediatrik), sepatu yang tidak
berukuran sesuai
g. Neurologis
h. Termasuk pemeriksaan cara berjalan dan keseimbangan, misalnya duduk atau bangkit dari
tempat duduk, berjalan, membungkuk, berputar, meraih, menaiki dan menuruni tangga, berdiri
dengan mata tertutup (tes Romberg),tekanan sterna

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
1) Foto X-ray pelvis dan genu
2) Foto bone density
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah tepi
2) Elektrolit
3) Gula darah
4) Kadar Kalsium
c. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
8. Penatalaksanaan dan Pencegahan
a. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari kasus di atas yaitu dengan menghindari semua yang menjadi faktor
resiko jatuh, seperti faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak kondusif harus dihindari agar
pasien aman. Segala aktivitas yang dilakukan pasien harus diawasi. Hal ini dilakukan agar
mencegah terjadinya kemungkinan terburuk seperti kasus di atas.
Penggunaan obat sehubungan dengan riwayat penyakit pasien harus kita kontrol dengan
memperhatikan waktu pemberian dan besar dosisnya.
Apabila pada pemeriksaan didapatkan fraktur, maka dilakukan terapi operatif. Setelah
tindakan bedah dilakukan, apabila diperlukan rehabilitasi medis maka hal tersebut dapat
dilakukan. Dapat pula diberikan kalsium dan vitamin D secara oral apabila terdapat tanda-tanda
osteoporosis.
1) Operasi.
Jika pada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fraktur yang disebabkan karena
pasien terjatuh ( terpeleset ) khususnya fraktur tulang belakang yang mengakibatkan kompresi
pada saraf sehingga kedua tungkai tidak dapat digerakkan,merupakan indikasi untuk dilakukan
operasi mis: fiksasi internal nerve root,spinal cord.
2) Hospitalisasi (perawatan di rumah sakit).
Hal ini bertujuan untuk memudahkan penanganan pasien khususnya dengan fraktur akut (
immobilisasi ) yang beresiko tinggi yang juga disertai dengan penyakit kronik,yang
membutuhkan perawatan intensif.
3) Operasi mata ( operasi katarak).
Gangguan penglihatan pada pasien ini kemungkinan besar berupa katarak senilis. Operasi
dapat dilakukan jika pasien & keluarganya menyetujui dan kondisi kesehatan pasien
memungkinkan. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang selama
ini terganggu akibat gangguan penglihatan ( kemungkinan salah satu penyebab pasien terjatuh ).
Indikasi operasi katarak :
 Gangguan penglihatan dengan Snellen aquity ( visus ) 20/50 atau dibawahnya.
 Ketidakmampuan salah satu mata untuk melihat.
Kontraindikasi :
 Jika penglihatan pasien dapat dikoreksi dengan penggunaan kaca mata atau alat bantu lainnya.
 Kondisi kesehatan pasien tidak memungkinkan.
4) Fisioterapi.
Setelah dilakukan tindakan operasi untuk mengatasi fraktur dibutuhkan fisioterapi (
rehabilitasi ) yang penting untuk mengembalikan fungsi alat gerak dan mengurangi disabilitas
selama masa penyembuhan. Penggunaan alat bantu berjalan misalnya tongkat biasanya
dibutuhkan untuk membantu permulaan berjalan kembali dan untuk mendukung aktifitas sehari-
hari lainnya.
5) Perbaikan status gizi.
Penyusunan menu disesuaikan dengan kebutuhan kalori pasien setiap harinya dan
kemampuan untuk mencerna makanan. Pemberian makanan diberikan secara bertahap.dimulai
dengan porsi kecil tetapi sesering mungkin diberikan.
6) Kontrol penyakit dan penggunaan obat-obatan.
Hindari polifarmasi yang justru lebih banyak menimbulkan efek samping,khususnya pada
pasien beresiko tinggi.
7) Pendidikan keluarga.
Jika fraktur yang diderita oleh pasien mengharuskan immobilisasi untuk beberapa
lama.keluarga harus senantiasa mengawasi,merawat pasien dengan mencegah pasien terlalu
banyak berbaring ( posisi diubah-ubah ) untuk mencegah dekubitus dan penyakit iatrogenik.
Berikan perhatian dan kasih sayang agar pasien tidak merasa terisolasi dan depresi.
Penilaian dan Faktor Resiko Tatalaksana
Lingkungan saat jatuh sebelumnya Perubahan lingkungan dan aktivitas
untuk mengurangi kemungkinan jatuh
berulang
Konsumsi obat-obatan Review dan kurangi konsumsi obat-
obatan
- Obat-obat beresiko tinggi
(benzodiazepin, obat tidur lain,
neuroleptik, antidepresi, antikonvulsi,
atau antiaritmia kelas IA)

- Konsumsi 4 macam obat atau lebih


Penglihatan Penerangan yang tidak menyilaukan ;
hindari pemakaian kacamata multifokal
- Visus < 20 / 60 saat berjalan ; rujuk ke dokter spesialis
mata
- Penurunan persepsi kedalaman (depth
perception)

- Penurunan sensitivitas terhadap kontras

- Katarak
Tekanan darah postural (setelah ≥ 5 menit Diagnosis dan tatalaksana penyebab
dalam posisi berbarnig / supine, segera dasar jika memungknkan ; review dan
setelah berdiri, dan 2 menit setelah kurangi obat-obatan ; modifikasi dan
berdiri) tekanan sistolik turun ≥ 20 mmHg restriksi garam ; hidrasi yang adekuat ;
(atau ≥ 20%), dengan atau tanpa gejala, strategi kompensasi (elevasi bagian
segera atau setelah 2 menit berdiri kepala tepat tidur, bangkit perlahan atau
latihan dorsofleksi) ; stoking kompresi ;
terapi farmakologis jika strategi di atas
gagal
Keseimbangan dan gaya berjalan Diagnosis dan tatalaksana penyebab
dasar jika memungknkan ; kurangi
- Laporan pasien atau observasi adanya obat-obatan yang mengganggu
ketidakstabilan keseimbangan ; intervensi lingkungan ;
rujuk ke rehabilitasi medik untuk alat
- Gangguan pada penilaian singakt (uji get bantu dan latihan keseimbangan dan
up and go atau performance-oriented gaya berjalan
assessment of mobility)
Pemeriksaan neurologis Diagnosis dan tatalaksana penyebab
dasar jika memungknkan ; tingkatkan
- Gangguan proprioseptif input proprioseptif (dengan alat bantu
atau alas kaki yang sesuai, berhak
- Gangguan kognitif rendah dan bersol tipis) ; kurangi obat-
obatan yang mengganggu fungsi
- Penurunan kekuatan otot kognitif ; kewaspadaan pendamping
mengenai adanya defisit kognitif,
kurangi faktor risiko lingkungan ; rujuk
ke rehabilitasi medik untuk latihan gaya
berjalan, keseimbangan, dan kekuatan
Pemeriksaan muskuloskeletal : Diagnosis dan tatalaksana penyebab
pemeriksaan tungkai (sendi dan lingkup dasar jika memungknkan ; rujuk ke
gerak sendi) dan pemeriksaan kaki rehabilitasi medik untuk latihan
kekuatan, lingkup gerakan sendi, gaya
berjalan, dan keseimbangan serta alat
untuk bantu ; gunakan alas kaki yang
sesuai ; rujuk ke podiatrist
Pemeriksaan kardiovaskular Rujuk ke dokter spesialis jantung ;
pemijatan sinus karotis (pada kasus
- Sinkop sinkop)

- Aritmia (jika telah diketahui adanya


penyakit kardiovaskular, terdapat EKG
yang abnormal, dan sinkop)
Evaluasi terhadap bahaya di rumah Rapikan karpet yang terlipat dan
setelah dipulangkan dari rumah sakit gunakan lampu malam hari, bathmats
yang tidak licin, dan pegangan tangga ;
intervensi lain yang diperlukan
b. Pencegahan
1) Identifikasi faktor resiko
a) Pemeriksaan faktor intrinsik risiko jatuh, assesmen keadaan neurologi, muskuloskeletal dan
penyakit sistemik yang mendasari.
b) Pemeriksaan faktor ekstrinsik, lingkungan rumah yang berbahaya harus dihilangkan, penerangan
rumah harus cukup, lantai datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang mungkin sulit
dilihat. Kamar mandi dibuat tidak licin, diberi pegangan pada dindingnya
c) Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan
dapat diberikan secara selektif.
d) Alat bantu berjalan baik berupa tongkat, tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang
kuat tetapi ringan, aman tidak mudah brgeser serta sesuai dengan tinggi badan lansia
2) Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia.
Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan
dari rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat :
 Apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah
 Apakah penderita mengangkat kakinya dengan benar pada saat berjalan
 Apakah kekuatan otot extremitas bawah penderita cukup kuat untuk berjalan tanpa bantuan
Bila terdapat penurunan dalam kesemuanya diatas maka perlu dikoreksi.
3) Mengatur / mengatasi faktor situasional
Faktor situasional yang bersifat akut/eksaserbasi akut penyakit yang diderita lansia dapat
dicegah dengan pemeriksaan kesehatan lansia secara periodik.

Diposting oleh Ismirayanti di 06.59


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Laporan Kasus

1 komentar:
1.

Ace Maxs25 Mei 2015 21.45

terimakasih banyak untuk informasinya... sangat membantu,

http://tokoonlineobat.com/obat-jantung-rematik-alami/

Balas

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Welcome to My Blog
Welcome...

Total Tayangan Halaman

508,382

Bagaimana blog ini ?


Entri Populer
 Gangguan Perdarahan
 Hemiparese
 Fibroadenoma Mammae
 Dermatitis Kontak Alergi
 Inflammatory Bowel Disease
 Sesak Napas
 Bercak Merah pada Kulit
 Chest Pain
 Nyeri Ekstremitas
 Hepatitis Karena Obat (Drug Induced Hepatitis)

Pengikut
Label
 Jurnal (1)
 Laporan Kasus (19)
 Obat (1)
 Penyakit (24)

Arsip Blog
 ▼ 2010 (48)
o ▼ Oktober (48)
 Status Asmatikus
 Pneumothoraks
 Obstruksi Benda Asing
 Kortikosteroid
 Obat-Obat Diuretik
 Biokimia Urine
 Sesak Napas
 Homeostasis Proliferatif pada Penuaan
 Cushing's Sindrome
 Kegemukan
 Sinusitis
 Pilek Menahun
 Dermatitis Kontak Alergi
 Bercak Merah pada Kulit
 Penyakit dalam Keluarga
 Malaria
 Demam Berdarah Dengue
 Demam
 Meralgia Paresthetica
 Nyeri Ekstremitas
 Depresi Pasca Scizophrenia
 Depresi
 Multipel Sklerosis
 Nyeri Fasialis Atipikal
 Hemiparese
 Fibroadenoma Mammae
 Benjolan pada Payudara
 Labirinitis
 Gangguan Pendengaran
 Jatuh
 Kelainan Bentuk Janin
 Distosia
 Mitral Stenosis
 Dispnea
 Tetralogi Fallot
 Penyakit Jantung Bawaan
 Infark Miokard Akut (IMA)
 Chest Pain
 Polycystic Ovarium (PCO)
 Amenore
 Gangguan Perdarahan
 Purpura Henoch Schonlein
 Anemia
 Anemia Aplastik
 Hepatitis Karena Obat (Drug Induced Hepatitis)
 Nyeri Perut Mendadak
 Inflammatory Bowel Disease
 Nyeri Abdomen Akut

Langganan
Postingan
Komentar

Mengenai Saya

Ismirayanti
Lihat profil lengkapku
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai