Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


lmu pengetahuan dalam bidang rekayasa genetika mengalami perkembangan yang luar
biasa. Perkembangannya diharapkan mampu memberikan solusi atas berbagai permasalahan
baik dari segi sandang, pangan, dan papan yang secara konvensional tidak mampu
memberikan konstribusi yang maksimal. Adanya produk hasil rekayasa tanaman memiliki
tujuan untuk mengatasi kelaparan, defisiensi nutrisi, peningkatan produktivitas tanaman,
ketahanan terhadap cekaman lingkungan yang ekstrem, dan lain-lain (Amin et al., 2011a).
Perkembangan dari rekayasa genetika tersebut diikuti dengan berbagai macam isu
permasalahan seperti sosial, ekonomi, lingkungan, kesehatan, politik, agama, etika dan
legalitas suatu produk rekayasa genetika.
Permasalahan-permasalahan tersebut terangkum dalam sebuah kajian yang dinamakan
bioetika (Pottage, 2007; Evans&Michael, 2008). Perma-salahan bioetika rekayasa genetika
selalu dikaitkan oleh berbagai macam kekhawatiran tentang produk hasil rekayasa genetika.
Kekhawatiran tersebut mendorong munculnya berbagai macam kontroversial di kalangan
masyarakat. Dari hal inilah muncul berbagai macam pro dan kontra mengenai produk
rekayasa genetika. Adanya berbagai polemik tersebut mendasari terbentuknya berbagai
macam peraturan atau protokol yang mengatur berbagai macam aktivitas di bidang rekayasa
genetika (Dano, 2007). Rekayasa genetika memegang peranan penting dalam merubah
susunan genetika makhluk hidup sesuai dengan keperluan manusia di masa ini. Rekayasa
Genetika (transgenik) atau juga yang lebih dikenal dengan Genetically Modified Organism
(GMO) dapat diartikan sebagai manipulasi gen untuk mendapatkan galur baru dengan cara
menyisipkan bagian gen ke tubuh organisme tertentu. Rekayasa genetika juga merupakan
Pencangkokan Gen atau ADN Rekombinan. Rekayasa Genetik, dinyatakan sebagai kemajuan
yang paling mengagumkan semenjak manusia berhasil memisahkan atom (Imawan, dkk:
2012).
Penerapan rekayasa genetika juga telah memasuki perangkat terpenting bagi makhluk
hidup yakni gen sehingga tumbuhan atau hewan yang dihasilkan dari rekayasa genetika ini
diharapkan memiliki sifat-sifat yang unggul, yang berbeda dari tanaman atau hewan aslinya.
Disusul dengan perkembangan bioteknologi sehingga pemuliaan tanaman merupakan salah
satu sektor paling menjanjikan dalam industri pertanian. Namun, seperti teknologi baru
lainnya, keberadaan tanaman hasil rekayasa genetika mulai menuai kontroversi di
masyarakat dunia. Ada pihak yang mendukung dihasilkannya tanaman hasil rekayasa genetik
(sering disebut sebagai tanaman transgenik), tetapi ada beberapa pihak yang dengan jelas
penggunaan tanaman transgenik ini pada manusia. Hal ini menimbulkan polemik bagi
masyarakat dunia terhadap keberadaan makanan hasil tanaman transgenik yang sudah
tersebar luas di berbagai pasar. Selain tumbuhan, rekayasa genetika terhadap hewan dan
manusia juga menimbulkan pro dan kontra. Sebagian pihak menganggap kehidupan suatu
makhluk tidak dapat dicampur tangangi oleh manusia karena hanya Tuhan yang berhak
mengutak atik gen. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai rekayasa genetika serta
hubungannya dengan etika.
Rekayasa genetika (Ing. genetic engineering) adalah penerapan genetika untuk
kepentingan manusia. Pengertian tekayasa genetika dalam arti sempit yaitu suatu penerapan
teknik-teknik genetika molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau
mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kebermanfaatan tertentu. Teknologi
rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya
dimana dapat bersifat antargen dan dapat pula lintas gen. Oleh karena itu, rekayasa genetika
juga diartikan sebagai perpindahan gen. Proses rekayasa genetika pertama kali ditemukan
oleh Crick dan Watson pada tahun 1953. Pada tahun 1973 Stanley Cohen dan Herbert Boyer
menciptakan bakteri melalui rekayasa genetika untuk pertama kalinya.
Prinsip dasar dalam rekayasa genetika adalah suatu proses penyematan segmen DNA dari
organisme apapun ke dalam genom plasmid atau replikon virus untuk membentuk
rekombinan DNA baru. Rekayasa genetika telah berperan dalam segala bidang yakni dalam
bidang kesehatan, pertanian dan juga industri. Rekayasa genetika juga memiliki keuntungan
dan kerugian serta memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Salah satu contoh hasil rekayasa genetika di bidang kesehatan yaitu terciptanya hormon
insulin hasil rekayasa genetika. Dengan adanya hormon insulin hasil rekayasa genetika maka
penyakit diabetes mellitus dapat diatasi. Berdasarkan hal tersebut maka pada makalah ini
akan diuraikan mengenai pengertian, prinsip dasar, aplikasi, serta dampak terhadap
kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rekayasa genetika?
2. Bagaimana peran enzim polimerase dalam rekayasa genetika pada bidang kesehatan?
3. Apa dampak enzim polimerase dalam rekayasa genetika pada bidang kesehatan?
1.3 Manfaat
1. Untuk menjelakan pengertian dari rekayasa genetika
2. Untuk mengetahui peran enzim polimerase dalam rekayasa genetika pada bidang
kesehatan
3. Untuk mengetahui dampak enzim polimerase dalam rekayasa genetika pada bidang
kesehatan
1.4 Tujuan
Bagi pembaca : Dapat meningkatkan wawasan mengenai peran enzim polimerase dalam
rekayasa genetika pada bidang kesehatan yang harus dipahami sehingga
dapat bermanfaat.
Bagi penulis : Dapat mengetahui dan meningkatkan wawasan mengenai peran enzim
polimerase dalam rekayasa genetika pada bidang kesehatan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rekayasa Genetika


Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya
dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga mampu menghasilkan
produk.Rekayasa genetika juga diartikan sebagai usaha manusia dalam ilmu biologi dengan cara
memanipulasi (rekayasa) sel, atau gen yang terdapat pada suatu organisme tertentu dengan tujuan
menghasilkan organisme jenis baru yang identik secara genetika (Zamroni, 2012)
Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi didefinisikan sebagai
teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel
atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi yang dapat menembus rintangan
reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan
seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan
susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA
organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme
apa saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke
dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.

2.2 Prinsip- prinsip Dasar Rekayasa Genetika

Zaman rekayasa genetika dimulai ketika Dr. Paul Berg dari Stranford University di California
USA dan usaha sekelompok peneliti lainnya, yaitu Dr Stanley Cohen dan Dr Annie Chang dari
Stranford University serta Dr Herbert Boyer dan Dr Robert Helling dari University of California
di San Fransisco menemukan bahwa bahan-bahan tertentu yang dinamakan enzim pembatas
mampu bertindak sebagai “gunting biologi”, yaitu dapat mengenal dan kemudian secara kimia
memotong tempat-tempat khusus sepanjang molekul DNA. Enzim-enzim yang mampu
menggunting suatu gen dari DNA suatu makhluk tersebut ternyata dapat pula memotong tempat-
tempat serupa dalam molekul DNA dari mahkluk berkaitan.

Sebuah penemuan penting lainnya ialah suatu enzim disebut ligase, membiarkan suatu gen yang
digunting dari suatu molekul DNA ditempelkan pada tempat serupa dalam DNA mahkluk tak
berkaitan. Hibrid yang terbentuk dari cara ini disebut DNA rekombinan. Selama ini lebih dari
200 enzim pembatas telah ditemukan, dan dengan demikian tersedialah beraneka ragam gunting
biologi untuk memotong gen-gen yang diinginkan dan mencangkokkannya ke rumah-rumah
baru. Para ahli genetika kini dimungkinkan untuk membongkar sel-sel bakteri, virus, hewan, dan
tumbuhan untuk diambil DNA-nya dengan menggunakan enzim-enzim pembatas. Akan tetapi
mengambil DNA dari suatu mahkluk dan memasukkannya ke dalam makhluk lain bukanlah
sekedar pekerjaan memotong dan menempel. Suatu gen harus diikutsertakan untuk dipindahkan
ke suatu pengangkut khusus, yaitu vektor. Sekelompok vektor yang bermanfaat adalah plasmid-
plasmid, yaitu ikalan-ikalan DNA kecil yang terdapat dalam sel bakteri diluar kromosomnya.
Sebuah plasmid dapat diambil dari bakteri, ikalan dibuka dengan enzim pemotong, fragmen
DNA baru dapat dimasukkan dan plasmid itu dikembalikan ke bakteri. Selanjutnya setiap kali
bakteri itu membelah diri menjadi dua, dan plastid rekombinan juga membelah diri. Dengan
demikian DNA rekombinan itu terus membuat klon-klon DNA dari dirinya.

Secara singkat prinsip rekayasa genetika dapat dijelaskan sebagai suatu proses penyematan
segmen DNA dari organisme apapun ke dalam genom plasmid atau replikon virus untuk
membentuk rekombinan DNA baru. Sebagai sel inang molekul baru ini dapat berupa “sel
prokariotik” atau sel eukariotik tergantung dari titik awal replikasi yang ada pada vektor. Enzim
endonuklease restriksi memungkinkan pemotongan rantai DNA, yang menghasilkan ujung-ujung
bersifat lekat atau kohesif dan dapat digabungkan lagi dengan perantaraan enzim ligase DNA.

2.3 DNA polimerase adalah enzim penting dalam replikasi DNA maupun dalam reparasi DNA.
[1]
DNA polimerase merupakan sebuah enzim yang mengkatalisasi reaksi polimerisasi
deoksiribonukleotida menjadi rantai DNA, dengan kata lain enzim ini mengkatalisasi reaksi
[2]
pembentukan DNA. DNA polimerase pertama kali ditemukan pada tahun 1957 oleh Arthur
Kornberg.[3] DNA polimerase membaca rantai DNA utuh sebagai cetakan (templat) dan
menggunakannya untuk membentuk rantai baru. Molekul polimer yang baru terbentuk
merupakan komplemen atau pasangan dari rantai yang digunakan sebagai cetakan, dan identik
dengan pasangan dari rantai cetakan sebelum terjadi reaksi.

Peran

DNA Polimerase berperan dalam elongasi dan proofreading.[4][5]


 Elongasi. Elongasi atau pemanjangan rantai menentukan kecepatan berlangsungnya
reaksi polimerisasi (nukleotida per detik), yang dinyatakan sebagai prosesivitas yaitu
jumlah nukleotida yang ditambahkan sebelum enzim DNA polimerase ini melepaskan
dirinya dari rantai cetakan.
 Proofreading merupakan aktivitas mengenali kekeliruan pengkopian dan
memperbaikinya. Penelitian pada awal tahun 2010 pada sel jaringan ikat manusia
menyatakan ada tiga jenis DNA polimerase yang terlibat dalam terjadinya pemotongan
nukleotida, dalam rangka koreksi terhadap DNA, yaitu DNA polimerase δ, ε, dan κ [6]

Mekanisme kerja

DNA polimerase dapat menambahkan nukleotida-nukleotida bebas hanya pada ujung 3' dari
rantai yang baru terbentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya elongasi atau pemanjangan pada
rantai baru dengan arah dari ujung 5' ke ujung 3'. DNA polimerase tidak bisa memulai rantai
baru. DNA polimerase hanya bisa menambahkan nukleotida ke ujung 3' yang sudah ada, oleh
karena itu membutuhkan primer sehingga nukleotida dapat ditambahkan. Nukleotida yang
ditambahkan yaitu salah satu dari empat deoksiribonukleosidatrifosfat (dNTP) yang terdiri atas
deoksiadenintrifosfat(dATP), deoksisitosintrifosfat (dCTP), deoksiguanintrifosfat (dGTP), dan
deoksitimidintrifosfat (dTTP), yang kemudian setelah reaksi pembentukan DNA oleh DNA
polimerase, berubah menjadi nukleotida monofosfat.[7]

DNA polimerase menggunakan satu situs aktif tunggal dalam reaksi katalisasi penambahan satu
dari empat deoksiribonukleosidatrifosfat (dNTP) pada rantai tunggal DNA yang digunakan
sebagai cetakan untuk membentuk DNA utuh, dalam hal ini menjadi DNA rantai ganda. DNA
polimerase mengenali kemampuan nukleotida yang datang untuk membentuk pasangan basa A
dan T atau G dan C dengan DNA rantai tunggal yang menjadi cetakannya, kemudian jika
nukleotida tersebut merupakan pasangan basa yang sesuai maka terjadilah reaksi katalisasi
pembentukan DNA baru.
Struktur

Struktur 3 dimensi DNA Polimerase beta manusia berserta dengan DNA

Struktur DNA Polimerase diketahui melalui kristalografi menyerupai tangan kanan. DNA
polimerase dianalogikan terbagi atas tiga bagian yaitu ibu jari, jari-jari tangan lainnya, serta
telapak tangan.[8][9]

1. Daerah telapak tangan dari DNA polimerase tersusun atas helai beta serta situs katalis
utama pada DNA polimerase. Daerah ini mengikat dua ion logam secara terpisah dari
bagian enzim lainnya, biasanya ion logam yang diikat adalah ion Magnesium atau Seng.
[10]
Daerah ini berperan dalam katalisis reaksi transfer gugus fosfor. [8]
2. Daerah jari-jari tangan lainnya dari DNA polimerase berperan penting saat suatu
pasangan basa yang sesuai terbentuk antara nukleotida dengan cetakannya. Daerah ini
bergerak mengurung nukleotida tersebut, kemudian memicu terjadinya reaksi katalisis
dengan mendekatkan nukleotida tersebut dengan ion-ion logam katalis yang ada di
daerah telapak tangan.[11]

3. Daerah ibu jari dari DNA polimerase tidak secara langsung terlibat dalam dalam reaksi
katalisis, melainkan hanya berinteraksi dengan DNA yang baru saja terbentuk. Hal ini
berfungsi untuk mempertahankan posisi primer dengan situs aktif dari enzim DNA
polimerase ini tetap dekat serta membantu DNA polimerase tetap bergabung dengan
substratnya.[12] Daerah ini juga berperan dalam prosesivitas DNA polimerase.[8]

2.4 Manfaat Rekayasa Genetika


Beberapa peristiwa penting yang sudah berhasil dan masih giat diusahakan ialah:
2.3.1 Di bidang Kedokteran
Dalam dunia kedokteran, misalnya, produksi horman insulin tidak lagi disintesis dari
hewan mamalia, tetapi dapat diproduksi oleh sel-sel bakteri dengan carakloning. ADN mamalia
yang mengkode sintesis hormon insulin. Klon ADN kemudian dimasukkan ke dalam sel bakteri
sehingga sel-sel bakteri tersebut akan menghasilkan hormon insulin.
a. Pembuatan Insulin Manusia oleh Bakteri
Dalam bulan Desember 1980, seorang wanita Amerika (37 tahun) berasal dari Kansas,
Amerika Serikat, merupakan manusia pertama yang dapat menikmati manfaat rekayasa genetika.
Dia merupakan pasien diabetes pertama yang disuntik dengan insulin manusia yang dibuat oleh
bakteri. Insulin adalah suatu macam protein yang tugasnya mengawasi metabolisme gula di
dalam tubuh manusia. Gen insulin adalah suatu daerah dalam ADN kita yang memiliki informasi
untuk menghasilkan insulin. Penderita diabetes tidak mampu membentuk insulin dalam jumlah
yang dibutuhkan. Dahulu insulin didapatkan dari kelenjar pancreas sapi dan babi. Untuk
membuat hanya 1 pound (0,45 kg) insulin hewani itu, yang dibutuhkan oleh 750 pasien diabetes
selama satu tahun, diperlukan 8.000 pound (3.600 kg) kelenjar yang berasal dari 23.000 ekor
hewan.
Dengan teknik rekayasa genetika, para peneliti berhasil memaksa bakteri untuk membentuk
insulin yang mirip sekali dengan insulin manusia. Melalui penelitian dapat dibuktikan pula
bahwa salinan insulin manusia ini bahkan lebih baik daripada insulin hewani dan dapat diterima
lebih baik oleh tubuh manusia.
b. Pembuatan Vaksin Terhadap Virus AIDS
Pada tahun 1979 di Amerika Serikat dikenal suatu penyakit baru yang menyebabkan
seseorang kehilangan kekebalan tubuh. Penyakit ini dinamakan AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) atau Sindrom defisiensi imunitas dapatan.Penderita mengidap kerapuhan
daya kekebalan untuk melawan infeksi. Dalam tahun 1983 diketahui bahwa AIDS ditularkan
oleh prosedur transfusi darah, selain oleh pemakaian jarum obat bius dan hubungan seks pada
orang homoseks. Penderita AIDS mengalami kerusakan pada sel-T, sel darah putih kelompok
limfosit yang vital bagi tubuh guna memerangi infeksi.
c. Usaha menyembuhkan penyakit Lesch-Nyhan
Penyakit Lesch-Nyhan adalah salah satu penyakit keturunan yang ditemukan paling
akhir, yaitu di pertengahan 1960, oleh Dr. William Nyhan dari medical Scholl, University of
California, San Franscisco, California, USA, bersama seorang mahasiswanya bernama Michael
Lesch. Penyakit ini adalah salah satu dari sekitar 3000 jenis penyakit keturunan yang pernah
ditemukan.
Penerita penyakit mental ini tidak mampu membentuk enzim hipoxantin-guanin phosphoribosil
transferase (HGPRT) yang diikuti olah bertambah aktifnya gen serupa, ialah adenine
phosphoribosil transferase (APRT). Karena metabolisme purin menjadi abnormal, maka
penderita memilliki purin yang berlebihan, terutama basa guanine.
d. Terapi Gen
Para peneliti juga menggunakan rekayasa genetika untuk mengobati kelainan genetik.
Proses ini, yang disebut terapi gen, meliputi penyisipan duplikat beberapa gen secara langsung
ke dalam sel seseorang yang mengalami kelainan genetis. Sebagai contoh, orang-orang yang
mengalami sistik fibrosis tidak memproduksi protein yang dibutuhkan untuk fungsi paru-paru
yang tepat. Kedua gen yang mengkode protein untuk cacat bagi orang-orang ini mengalami
kerusakan. Para ilmuwan dapat menyisipkan duplikat gen ke dalam virus yang tidak
membahayakan. Virus “yang direkayasa” ini dapat disemprotkan ke paru-paru pasien yang
menderita sistik fibrosis. Para peneliti berharap bahwa duplikat gen dalam virus tersebut akan
berfungsi bagi pasien untuk memproduksi protein. Terapi gen masih merupakan metode
eksperimen untuk mengobati kelainan genetik. Para peneliti bekerja keras untuk
mengembangkan teknik yang menjanjikan ini.

2.5 Aplikasi Rekayasa Genetika dalam Berbagai Aspek Kehidupan

2.4.2 Rekayasa Genetika dalam Aspek Kesehatan

1. Sebagai alat penelitian sikuensi generasi DNA dan RNA

Teknologi rekombinasi DNA menjadi alat penelitian yang essensial pada genetika molekul
modern. Mutasi dihasilkan dalam klon gen dan memungkinkan mengisolasi suatu gen dan
memasukkan kembali dalam sel hidup atau bahkan dalam sel germinal. Disamping menghemat
waktu dan tenaga, mutasi genetik mampu mengkonstruksi mutan yang secara praktis tidak dapat
dibuat dengan berbagai cara.

Perkembangan teknik gene cloning pada tahun 1970-an memberikan motivasi kuat bagi dunia
riset untuk mempelajari gen dan aktivitasnya dengan teknik atau prosedur kedua terjadi pada
akhir tahun 1980-an dengan ditemukannya teknologi PCR (Polymerase Chain Reaction. Dengan
teknik ini kita dapat memperbanyak DNA dalam tabung reaksi sehinga memberikan kemudahan
aplikasi di berbagai bidang, mialnya mengamplifikasi gen tertentu untuk sequencing, cloning,
fingerprinting dan mendeteksi pathogen. Ditemukannya enzim Taq polymerase pada bakteri
termofilik (Thermus aquaticus) yang dapat bekerja pada suhu tinggi (96 0C) merupakan dasar
teknik PCR karena enzim ini dapat mensintesis molekul DNA dalam tabung reaksi dengan cara
mengatur temperature dari alat yang disebut thermocycler.

Salah satu aplikasi PCR yang mencengangkan adalah dalam bidang kedokteran forensik. Teknik
PCR dapat digunakan untuk mengamplifikais DNA dari suatu sampel yang jumlahnya sangat
sedikit, misalnya sehelai rambut, cairan tubuh seperti sperma atau darah bahkan dari tulang
manusia yang sudah berumur ratusan tahun. Hasil amplifikasi tersebut selanjutnya dapat
dianalisis dengan DNA fingerprinting (sidik jari DNA) sehingga dapat dijadikan sebagai bukti
dalam menentukan pelaku kejahatan, misalnya perkosaan.

Teknik PCR juga dapat digunakan untuk mengungkap keanekaragaman genetik mikrobia tanpa
harus melakukan kultivasi terlebih dahulu. Hal ini membawa konsekuensi yang penting dalam
ekologi mikrobia karena aktivitas populasi mikrobia dalam suatu habitat dapat dipantau melalui
DNA fingerprinting dan sequencing terhadap DNA amplikon yang diperoleh dari sample tanah
atau air.

1. Mempercepat Produksi Zat anti Kanker. Teknik kultivasi bioreaktor ini juga telah
berhasil dilakukan untuk memproduksi zat anti kanker dari beberapa spesies tanaman
Taxus.
2. Menghasilkan Anti Bodi. Prinsip rekayasa genetika merupakan terobosan penting di
dalam pembuatan serangan virus, bakteri dan bahan-bahan protein lainnya. Anti-bodi
pada umumnya diperoleh dari darah binatang, tetapi sekarang dapat dibuat melalui cara
melebur sel-sel tumor yang potensial menghasilkan antibodi dengan sel-sel yang benar-
benar bisa membuat sebuah antibodi yang penting. Sel hibrida kemudian melanjutkan
pembelahan dan membentuk sebuah klona sel-sel yang berkembang cepat (seperti
layaknya sel-sel tumor) menghasilkan antibodi yang dibutuhkan. Teknik hibrida ini
menghasilkan antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal ini sangat berguna untuk
mengembangkan produk diagnostik, immunoterapetik dan uji kehamilan

3. Dalam bidang kesehatan, industri farmasi adalah yang pertama kali memperkenalkan
potensi bioteknologi termasuk rekayasa genetik, dan telah membuka pendekatan bans
dalam pengembangan obat. Rekayasa genetilk mempunyai dampak terhadap perbaikan
dan keamanan produk, dan memberikan pemecahan teknis dalam penyebarluasan
pemakaian obat dengan bahan baku yang terbatas. Misalnya, sejak tahun 1982 telah
dipasarkan insulin sebagai hasil pemanfaatan rekayasa genetik dalam industri. Dengan
mengambil bagian yang mengatur pembuatan insulin pada sel-sel Langerhans manusia,
dimasukkan ke dalam kuman E.Coli. Kuman ini dapat menghasilkan insulin yang sama
dengan insulin manusia.

4. Pengembangan Antibiotik. Pada segi lain penerapan DNA rekombinan untuk pengobatan
terbuka bagi pengembangan antibiotik. Kepentingan untuk pengembangan antibiotik
dengan teknik ini didukung oleh kenyataan nilai penjualan dan keuntungan perdagangan
antibiotik yang menduduki tempat teratas dewasa ini. Suatu hal yang perlu dicatat adalah,
antibiotik bukan merupakan produk gen primer, tetapi lebih merupakan produk metabolit
sekunder, dimana pembentukan antibiotik dalam sel melalui reaksi yang dikatalisir oleh
enzim protein sebagai produk gen primer. Obat ini memiliki struktur kimia yang berbeda
satu dengan lain dan memiliki kesamaan aksi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri.
Pada umumnya antibiotik dihasilkan oleh mikroba golongan aktinomisetes, dan biasanya
dari jenis streptomises. Dalam perdagangan, ada beberapa kelompok besar antibiotik
yang memegang peranan seperti penisilin,sefalosporin, dan tetrasiklin. Kelompok
antibiotik lainnya adalah yang termasuk makrolida polien, streptomisin, eritromisin,
rifampisin, bleomisin dan antrasiklin yang mempengaruhi segi-segi metabolisme sel yaitu
dari replikasi DNA sampai kepada pembentukan protein. Sekurangnya ada tiga saluran
penerapan DNA rekombinan dalam produksi antibiotik: melalui penyempurnaan produk,
modifikasi invivo, dan anti- biotik hibrida

5. Penyediaan Vaksin. Vaksin juga adalah suatu produk dalam bidang kesehatan yang bisa
didekati dengan rekayasa genetik. Kegiatan penelitian terhadap hepatitis B adalah sebuah
contoh. Melalui rekayasa genetik gen dari virus hepatitis B telah diklonakan, dan
strukturnya telah diketahui pada tingkat nukleotida, kendatipun virusnya belum dapat
dikembangkan di dalam sel jaringan biakan. Antigen permukaan yang diperlukan untuk
memproduksi vaksin ini adalah suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan, dalam arti
sulit mencapai modifikasi yang cocok dari antigen, dan itu tidak akan terjadi pada
pembawa prokariotik. Jalan untuk mengelakkan diri dari masalah yang muncul akibat
penggunaan sistem pembawa eukariotik, adalah dengan menggunakan ragi atau sel
binatang sebagai pembawa, yang dalam beberapa segi lebih menguntungkan

Anda mungkin juga menyukai